ARTIKEL

Artikel
KAYU BAKAR

Ada seorang kakek yang hidup di dalam sebuah hutan. Setiap hari ia berjalan menyusuri hutan untuk mencari ranting-ranting kayu yang jatuh dari pohon, kemudian ia memungut setiap ranting kayu yang dapat ia lihat. Setiap ranting yang ia temukan, akan dimasukkannya ke dalam sebuah keranjang yang ia panggul. Kemudian ranting-ranting kayu itu ia bawa ke rumahnya dan dia gunakan sebagai kayu bakar. Ranting-ranting itu ia masukkan ke dalam perapian, dan dari perapian itu ia bisa merasakan kehangatan dan terang yang mengisi seluruh rumahnya.

Dari cerita di atas, kita bisa lihat bahwa ranting-ranting kayu adalah diri kita, para manusia yang telah dipungut oleh Yesus, sang kakek. Yesus mau memungut kita semua dari hutan dunia dan membawa kita semua ke dalam rumah Kerajaan-Nya. Ia mau memanggul setiap kita yang letih dan lesu dalam keranjang Salibnya. Kemudian ia mau mengunakan setiap kita untuk menerangi hutan dunia yang gelap dan membawa hangat kedamaian dalam Kerajaan-Nya. Ia membakar hidup kita dengan api pencobaan, Ia mengijinkan api itu berkobar dalam hidup kita agar orang dapat melihat nyala terang hidup kita dalam hutan dunia yang gelap ini. Tuhan mengumpulkan kita di dalam gereja perapian agar nyala api kita dapat berkumpul dan menjadi semakin besar dan terang. Sehingga hutan dunia yang gelap dan dingin dapat merasakan cahaya dan kehangatan dari kita.

Meskipun suatu saat nanti api kehidupan kita pasti mati tapi api itu sudah pernah memberikan terang dan kehangatan serta membakar ranting-ranting lain untuk ikut masuk kedalam perapian dan terus mempertahankan nyala api Kristus di dalam dunia ini.

DOA ITU KEBUTUHAN

Suatu waktu di gereja, seorang pendeta bertanya kepada satu keluarga,
“Apakah kalian melakukan doa bersama?”
“Maaf, Pak pendeta,” jawab kepala keluarga itu, “kami tidak punya waktu untuk itu.”
Pendeta itu berkata, ”Seandainya kamu tahu salah seorang anakmu akan sakit, apakah kalian tidak berdoa bersama memohon kesembuhannya?”
“Oh, tentu kami akan berdoa,” jawab sang ayah.
“Seandainya kamu tahu bahwa ketika kamu tidak berdoa bersama, salah satu anakmu akan terluka dalam kecelakaan, apakah kamu tidak akan berdoa bersama?”
“Kami pasti akan melakukannya.”
“Seandainya untuk tiap hari kamu lupa berdoa, kamu akan dihukum lima ratus ribu, apakah kamu akan berdoa?”
“Tentu Pak, kami akan berdoa bersama. Tapi maaf, apa maksud pertanyaan-pertanyaan tadi?”
“Begini pak, saya pikir masalah keluarga anda bukan soal waktu. Buktinya anda ternyata selalu punya waktu untuk berdoa. Masalahnya adalah, anda tidak menganggap doa keluarga itu penting, sepenting membayar denda atau menjaga agar anak-anak tetap sehat.”
Doa seharusnya menjadi kunci pembuka di pagi hari dan gembok pelindung di malam hari. Doa memberi kekuatan kepada orang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya, dan memberi keberanian kepada orang yang takut. Jika kita berdoa saat kesulitan, doa itu akan meringankan kesulitan kita. Jika kita berdoa pada saat gembira, doa itu akan melipatgandakan kegembiraan kita.

Bila akhir-akhir ini kita tidak atau jarang berdoa, sekaranglah waktunya untuk memulai kembali. Komunikasi langsung dengan Tuhan melalui doa dapat menciptakan keajaiban bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain. Satu hari yang dilipat dalam doa tidak akan mudah dikoyakkan.