JADWAL IBADAH

KEBAKTIAN DOA MALAM
Jumat, 7 Januari 2011 - Pk. 19.00 Wib
Pembicara: Gembala Sidang

KEBAKTIAN WANITA
Sabtu, 8 Januari 2011 - Pk. 10.00 Wib
Pembicara: Pdt. Olly Andy

KEBAKTIAN PEMUDA
Sabtu, 8 Januari 2011 - Pk. 18.00 Wib
Pembicara: Sdr. Juri

KEBAKTIAN UMUM
Minggu, 9 Januari 2011 - Pk. 07.30; 10.00; 17.00 Wib
Pembicara: Pdt. Vivid Erawadi
(disertai Kebaktian Anak)

KEBAKTIAN REMAJA - Pk. 10.00 Wib

RH Minggu, 09 Januari 2011

HIDUP BENAR (Mazmur 20: 1-10)

Harold Kushner, seorang penulis ternama, pernah mengemukakan sebuah hukum yang berbunyi: "Anything that should be set right sooner or later will", artinya: “Apa pun yang dikerjakan dengan benar, cepat atau lambat akan terbukti benar". Ketika saya mencoba menghayatinya dalam relasi saya dengan Tuhan, maka hukum ini dapat diungkap kembali sebagai berikut: tak ada yang dapat menghalangi Allah untuk mengerjakan kebaikan bagi mereka yang dikasihi-Nya. Hidup dan perjuangan manusia memang bisa jadi penuh lika-liku dan sarat onak duri. Namun suatu saat, semuanya akan jelas dan bermakna. Semuanya akan mengarahkan mata orang beriman untuk melihat kebaikan Tuhan. Di ayat 7, Daud berefleksi demikian: "Sekarang aku tahu ...". Ini mengisyaratkan bahwa sebelumnya Daud pernah merasa tidak tahu, pernah bingung melihat "peta hidup" yang ia jalani. Namun, akhirnya ia tahu sesuatu dan memahami apa yang Tuhan kerjakan di hidupnya. Apakah hidup Anda sedang mengalami kesukaran dan perjuangan yang berat? Jika demikian, jangan tawar hati dan putus asa. Tetapkan hati dan yakinlah pada janji Tuhan yang akan memberi kemenangan. Asal Anda hidup dengan benar. Melakukan apa yang berkenan kepada-Nya. Maka, hidup benar itu akan Tuhan ganjar.

RH Sabtu, 08 Januari 2011

PRASANGKA BURUK (Matius 5: 13-16)

Ketika Pendeta Clark akan memasuki ruang kebaktian, seorang pengurus gereja melapor: "Pak, ada seorang pria aneh duduk di bangku tengah. Kostumnya mirip penyihir. Ia memakai anting-anting besar. Berwajah seram. Bagaimana jika ia mengacau ibadah? Apa yang harus kita lakukan?" Sang Pendeta berkata: "Sambutlah dia. Tunjukkan bahwa kita mengasihinya. Jangan berprasangka buruk. Belum tentu ia ingin mengacau." Pagi itu Clark mengajak jemaat bersalaman dengannya. Bahkan seusai ibadah, ia mengajak si pria aneh minum kopi bersama. Ternyata ia banyak bertanya tentang Injil. Merasa diterima, ia terus datang lagi, sampai akhirnya dibaptiskan!

Kristus meminta kita menjadi orang yang membawa pengaruh dalam hidup sesama. Bagai garam yang memberi rasa. Bagai terang yang membuat orang bisa melihat seperti apa Yesus itu. Namun, terang dalam diri kita bisa pudar jika hati kita dipenuhi prasangka buruk. Apakah Anda sering berprasangka buruk terhadap orang lain? Di sekitar kita banyak "orang aneh", yakni mereka yang berbeda dengan kita. Belum tentu mereka seburuk yang Anda bayangkan. Justru sebenarnya banyak dari mereka membutuhkan sentuhan kasih dari kita. Bangunlah jembatan, bukan tembok. Anda akan mampu menjadi garam dan terang.

RH Jumat, 07 Januari 2011

MURID YANG DIKASIHI (Yohanes 21: 20-25)

Waktu remaja, tatkala membaca Injil Yohanes, saya merasa heran dengan kata "murid yang dikasihi Yesus". Jika belum dipahami benar, pernyataan itu seolah-olah bisa membentuk pengertian bahwa Yesus paling mengasihi Yohanes, lebih daripada murid-murid yang lain. Bahwa Yesus memiliki "lingkaran dalam", berisi orang-orang yang lebih Dia perhatikan, setelah itu baru meluas ke "lingkaran luar". Lebih parah lagi jika kemudian muncul pemikiran bahwa Yesus itu pilih kasih; bahwa Yesus lebih mengasihi mereka yang kaya, tampan, terkenal di gereja, yang suka menyanyi di panggung gereja, dan sebagainya. Itu salah! Pengertian baru yang saya peroleh adalah bahwa Yohanes tidak pernah menulis bahwa Yesus mengasihinya lebih dari yang lain. Namun, ketika menulis tentang dirinya sendiri, ia sungguh merasa sebagai "pribadi yang dikasihi" (the beloved). Yohanes menyatakan bahwa ia begitu tenggelam dalam kasih karunia Tuhan. Dan, itu terbawa dalam detak napasnya, dalam ingatannya, bahkan dalam gerakan penanya, bahwa ia dikasihi, ia dikasihi, ia dikasihi. Itu mengubah seluruh cara pandang saya. Bahwa Tuhan tidak membedakan kasih-Nya. Dan, saya pun melihat bahwa saya dikasihi, saya dikasihi, saya dikasihi. Sayalah murid yang dikasihi Yesus.

RH Kamis, 06 Januari 2011

TUHAN SEGALANYA (Mazmur 124)

"Semasa penderitaan melanda, kita akan mendapat pengalaman termanis tentang kasih Allah," demikian kata John Bunyan. Nasihat yang benar, walau tak mudah dijalani dengan sabar. Kerap terjadi, masalah yang datang di hidup ini membuat kita terpuruk. Masalah itu tampak begitu besar hingga menutupi pandangan kita dari segala sesuatu yang lain. Menjadi "segalanya" bagi kita. Saya pernah merasa sangat susah karena suatu masalah yang menimpa. Masalah itu menyelubungi mata hati saya, hingga sukacita dan damai sejahtera saya terenggut. Sampai kemudian sebuah teguran membuka mata rohani saya, bahwa Tuhan-lah segalanya dalam hidup ini. Bukan masalah saya yang layak menjadi segalanya di hidup saya. Hanya Tuhan-lah yang layak menjadi segalanya bagi saya. Jika Tuhan yang menjadi segalanya di hidup kita, maka pasti masih ada kekuatan yang cukup untuk mengatasinya. Hidup selalu menyimpan banyak cerita. Dan, tak pernah berhenti merangkai peristiwa menyenangkan dan peristiwa menyedihkan secara bergantian. Jadikan Dia segala-galanya di hidup kita, jangan izinkan satu masalah pun menjadi segalanya bagi kita. Sebab, hanya ketika Dia menjadi Tuhan yang mengendalikan segalanya, kita dimampukan untuk menang atas segala masalah yang akan datang.

RH Rabu, 05 Januari 2011

UANG ALKITABIAH (Amsal 23: 4-5)

Ketika Salomo menuliskan amsal ini, tentu ia tidak sedang berangan-angan untuk menjadi orang kaya. Sebab, ia sendiri adalah orang yang sudah sangat kaya, sehingga ia tahu bagaimana rasanya menjadi kaya dan sangat tahu bahwa kekayaan tidak dapat menjadi andalan hidup karena bisa cepat datang, bisa juga cepat hilang. Itu sebabnya ia memberi nasihat agar manusia jangan bersusah payah menjadi kaya. Bukan berarti kita tidak perlu bekerja dan tidak boleh kaya. Kekayaan bukan hal yang utama dalam hidup dan tidak memiliki nilai kekal. Ada banyak hal yang lebih penting dan utama di hidup ini; seperti keluarga dan relasi dengan sesama.Dan yang terutama adalah keselamatan jiwa kita. Periksalah prioritas dari segala kesibukan dan aktivitas kita. Apakah sebagian besar waktu kita adalah untuk mengejar dan mengumpulkan harta dunia - yang sementara; atau harta surgawi - relasi yang erat dengan Tuhan, kasih, kepedulian, integritas, dan nilai-nilai utama lainnya?

RH Selasa, 04 Januari 2011

IDENTITAS SEUTUHNYA (Ulangan 25: 13-16)

Kita kerap mendengar kisah semacam ini. Seseorang bisa menjadi pengikut Kristus yang "baik-baik" saat berada di lingkungan tetangga, di keluarga besar, apalagi di gereja. Namun, di tempat kerja ... identitas kristianinya langsung ditinggalkan. Ia bisa berubah menjadi belut licin dan licik, saling sikut dan saling dorong demi kemajuan karier dan laba. "Yang namanya dunia kerja memang begitu. Kalau enggak ikut, bisa-bisa rugi!" Fenomena ini sebenarnya bukan "barang baru". Setiap orang yang berbuat curang, adalah kekejian bagi Tuhan (ay. 16). Jelas, Tuhan tidak berkompromi. Dia ingin Anda bersikap konsisten. Memiliki identitas yang utuh. Jika Anda menjadi orang kristiani di gereja, kita mesti menunjukkan juga cara hidup kristiani di tempat kerja; jangan manfaatkan jabatan Anda untuk bersikap curang. Meski pandangan umum mengatakan bahwa orang baik dan jujur kemungkinan akan rugi pada zaman ini, percayalah, segala sesuatu yang dikerjakan sesuai jalan Tuhan dan dengan hati tulus, akan berbuah kebaikan. Sebaliknya, usaha yang dikerjakan dengan kecurangan, akan berbuah kepahitan.

RH Senin, 03 Januari 2011

MAGNET KRISTUS (Filipi 2: 1-8)

Bayangkan Anda memiliki butir-butir kelereng dalam kantong plastik. Butir-butir kelereng itu bersatu karena berada dalam wadah yang sama. Namun, saat plastiknya robek, segera saja butir demi butir kelereng itu berjatuhan dan tercerai-berai. Bandingkan dengan apabila Anda memiliki magnet. Saat Anda mendekatkannya dengan serbuk besi, maka serbuk itu akan melekat pada magnet. Dua benda itu bersatu bukan karena berada dalam wadah yang sama, melainkan karena ditarik oleh kekuatan daya tarik magnet. Anggota-anggota jemaat di Filipi berasal dari berbagai latar belakang kehidupan. Surat Paulus memperlihatkan kondisi kesatuan mereka yang sesungguhnya: "dalam Kristus". Kristus-lah "magnet" yang menarik dan melekatkan mereka. Mereka diikat melalui hubungan mereka dengan Kristus, bukan oleh kesamaan-kesamaan lahiriah. Kesatuan mereka semakin kuat ketika mereka masing-masing menanggalkan keegoisan dan menjadi semakin serupa dengan Kristus. Di gereja kita juga bertemu orang-orang dari berbagai latar belakang. Bagaimana kesatuan di antara kita-seperti kelereng dalam kantung plastik atau serbuk besi yang melekat pada magnet?

Artikel

Tidak Menyerah Hadapi Tragedi

Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. (Ibrani 10: 36)

Pada 2 Juli 1932, di Atlantic City, seorang bayi laki-laki lahir. Enam minggu kemudian, sepasang suami istri mengadopsinya, tetapi pada saat usianya 5 tahun, ibu angkatnya meninggal dunia. Ayahnya membawanya dari satu kota ke kota lain untuk mencari pekerjaan, hingga saat usianya 12 tahun, anak laki-laki itu mendapatkan pekerjaan pertamanya di sebuah restoran – dan dia menyukainya. Ketika dia berumur 15 tahun, ayahnya ingin pindah lagi, tetapi anak muda ini menyukai pekerjaannya di Hobby House restoran. Akhirnya dia membuat keputusan, dia berhenti sekolah dan pindah ke YMCA dan bekerja sepenuh waktu di restoran itu.

Beberapa tahun kemudian, bos dari Hobby House menawarkan anak muda itu kesempatan. Bosnya memiliki empat restoran KFC yang merugi, dan memintanya untuk membuat restoran itu berhasil. Dengan kerja keras dan tujuan yang kuat, selama empat tahun usaha itu sukses. Akhirnya restoran itu dijual kembali ke KFC, dan dia menjadi jutawan dalam usia 35 tahun. Siapa anak muda ini? Namanya Dave Thomas, pendiri Wendy’s. 45 tahun setelah ia drop out dari sekolahnya, Dave akhirnya berhasil mendapatkan ijasahnya.

Dunia penuh dengan orang seperti Dave, mereka menghadapi tragedi, penyakit, terluka, kemiskinan dan kesulitan di berbagai area, dan mereka tidak menyerah dengan keadaan serta menjadi orang yang dikagumi oleh banyak orang. Orang-orang tersebut adalah orang yang mau berjuang dan bekerja keras. Tuhan ingin kita menjadi orang jenis ini. Pribadi yang tidak takut atau dilemahkan oleh kesulitan. Rasul paulus menulis kepada Timotius bahwa Tuhan tidak memberi kita roh ketakutan tapi roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan ketertiban (2 Tim. 1: 7). Ketakutan hanya akan membuat Anda kehabisan tenaga dan mematahkan semangat Anda. Namun bersama dengan Kristus, Anda akan mendapatkan kekuatan untuk menanggung segala perkara. Jangat takut saat kesulitan datang, tetapi lihatlah ke depan dan jalani dengan penuh antusias, semangat dan kasih.

Orang yang sukses dan gagal sama-sama berjuang, namun yang membedakan mereka adalah seorang sukses tidak menyerah dengan kegagalan.

Artikel

Tiga Macam Waktu Tuhan

Dalam membicarakan waktu Tuhan, kita bertemu dengan tiga istilah dalam Alkitab (bah. aslinya)
1. Waktu Kronos. Yang dimaksud Kronos adalah waktu yang biasa, yang selalu ada. kronos menunjukan jangka waktu tertentu, entah itu waktu yang singkat (sekejap mata, Luk. 4: 5) atau waktu yang lama (Luk. 8: 27; 20: 9). Dengan demikian kita mengerti bahwa kata Yunani kronos dipakai berhubungan dengan jam, bulan, dan tahun. Waktu kronos adalah siklus waktu yang biasa.

2. Waktu Aion. Kata Aion dipakai untuk menunjukan entah waktu yang lama sekali, atau waktu yang tanpa batas. Oleh sebab itu waktu aion dipakai tentang waktu ini yang mulai dengan penciptaan dan berakhir dengan kedatangan Kristus yang kedua kali; atau juga tentang waktu kekekalan, yaitu waktu tanpa batas. Matius 12: 32 - dunia ini dan dunia yang akan datang. Yang diterjemahkan dengan kata dunia adalah aion - Ef 1:21.

3. Waktu Kairos. Kata kairos berbicara tentang periode tertentu. Kalau waktu itu sudah lewat, tidak akan kembali lagi (Rm. 5: 6) Oleh sebab itu waktu kairos berbicara tentang kesempatan dan momentum yang ada di waktu-waktu tertentu. Galatia 6: 10 “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman” - artinya, kalau kesempatan tidak digunakan, maka waktu (kairos) akan hilang.

Kalau kita tidak cermat kita akan kehilangan kesempatan. Sebab itu kita harus memperhatikan waktu pintu terbuka dan waktu pintu tertutup. Alkitab berkata, “Apabila Ia (Yesus) membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka” (Why. 3: 7).

Ada waktunya Tuhan membuka pintu masuk bagi kita dalam sebuah kesempatan. Bila mana kita tidak masuk, pintu akan tertutup. Pintu itu bisa sebuah kesempatan-kesempatan baik yang kita miliki. Yang mungkin Cuma sekali saja. Jadi perhatikan KAIROS yang Tuhan berikan. Jadilah peka, bijaksana, berani mengambil keputusan namun tidak terburu-buru. Atau anda akan menyesalinya!

Ringkasan Khotbah Minggu, 26 Desember ‘10

KRISTUS DATANG KE DUNIA
(I Timotius 1: 12-17)

Setiap tanggal 25 Desember kita merayakan hari Natal, hari kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus datang ke dunia ini sangat berarti bagi umat manusia. Apakah yang membuat kedatangan Tuhan Yesus sangat berarti bagi kita?
1. Kristus datang ke dunia menyelamatkan orang berdosa (ay. 15). Ini menunjukkan bahwa orang berdosa membutuhkan keselamatan, dan kalau tidak mendapatkannya, mereka akan terhilang atau masuk neraka selama-lamanya. Kalau Yesus tidak datang ke dunia pada Natal yang pertama itu, maka umat manusia tidak akan bisa selamat. Yesus datang ke dalam dunia dan mati disalib untuk menebus dosa, supaya tersedia satu-satunya jalan keselamatan bagi manusia. Jangan mencari jalan keselamatan di luar Kristus. Kalau mau selamat, datanglah dan percayalah kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan.
2. Paulus ikut diselamatkan sekalipun ia yang paling berdosa (ay. 13a). Paulus dahulu adalah seorang penganiaya dan bahkan pembunuh orang kristen. Sekalipun Paulus jahat, ia tidak sampai menghujat Roh Kudus (bdk. Mat. 12: 31-32). Ia melakukan semua itu tanpa pengetahuan, atau di luar iman. Paulus mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling berdosa. Menjadi pertanyaan buat kita apakah saudara menyadari bahwa diri saudara sangat berdosa?
3. Kalau Paulus bisa diselamatkan, kitapun bisa diselamatkan (ay. 16). Ini menunjukkan bahwa Paulus telah menjadi contoh bahwa orang yang sangat berdosapun bisa diselamatkan asal mau datang kepada Yesus. Jangan menganggap bahwa itu merupakan keadaan tanpa harapan. Kalau orang seperti Paulus bisa diselamatkan, maka saudara juga bisa, asal saudara mau datang kepada Yesus. Maukah saudara datang kepada Yesus?
4. Orang yang sudah diselamatkan. Paulus yang sudah diselamatkan ternyata berubah! Dan ia berubah ke arah yang positif! Dari mana kita melihat hal itu? Sekarang ada iman dan kasih (ay. 14b), Paulus melayani Tuhan (bdk. Gal. 1: 23) dan ia bahkan bersyukur karena pelayanan yang dipercayakan kepadanya.

Maukah saudara merayakan Natal tahun ini dengan berjanji untuk melakukan pelayanan bagi Tuhan? Kalau saudara adalah orang yang belum diselamatkan, datanglah kepada Tuhan Yesus saat ini juga. Kalau saudara sudah diselamatkan, berubahlah, atau makin berubahlah, supaya hidup dan pelayanan saudara bisa lebih menyenangkan dan lebih memuliakan Tuhan. Amin

By: Pdt. Budi Asali - Minggu, 26 Desember ‘10

Artikel

Pulang Kampung Ke Papua Waktu Natal

Konon hikmat ada pada orang yang tua, dan pengertian pada orang yang lanjut umurnya.
(Ayub 12: 12)


Seorang pria di Mimika menelepon anaknya yang ada di Jakarta sehari sebelum malam Natal dan berkata, "Aku tidak bermaksud merusak harimu, tapi aku perlu kasih tahu kamu bahwa aku dan ibumu akan bercerai; sudah cukup aku menderita selama 45 tahun ini."

"Ayah ini ngomong apa sih?" teriak anak laki-lakinya.
"Kami tidak dapat bersama lagi," kata sang ayah. "Kami saling benci dan saya sudah muak membicarakan hal ini, jadi teleponlah kakak perempuanmu di Bandung dan ceritakan ke dia."

Dengan kalut, ia menelepon kakaknya, yang kemudian berteriak di telepon, "Mereka tidak akan bercerai! Aku akan menangani masalah ini."

Ia segera menelepon ke Mimika dan berteriak kepada ayahnya, "Ayah nggak akan cerai. Jangan lakukan apa pun sampai aku tiba di sana. Aku akan menelepon adik dan kami akan tiba di sana besok pagi. Jangan lakukan apa-apa sampai kami tiba di sana, mengerti?" Ia menutup teleponnya.

Pria itu menutup teleponnya dan berkata kepada istrinya, "Oke," katanya, "mereka akan pulang saat Natal dan mereka juga membayar ongkos perjalanannya sendiri!"

JADWAL IBADAH

Jumat, 31 Desember 2010
  • KEBAKTIAN TUTUP TAHUN - Pukul 17.00 Wib
  • DOA TUTUP TAHUN - Pukul 22.00 Wib

Minggu, 02 Januari 2011
  • KEBAKTIAN UMUM & PERJAMUAN SUCI
Pukul 07.30; 10.00; 17.00 Wib
Pembicara: Gembala Sidang
(Disertai Kebaktian Anak)
  • KEBAKTIAN REMAJA - Pukul 10.00 Wib

RH Minggu, 02 Januari 2011

DIHIBUR UNTUK MENGHIBUR (2 Korintus 1: 1-10)

Dua belas tahun yang lalu, saya bergabung dengan sekelompok relawan yang menolong para korban kerusuhan Mei 1998. Sejarah mencatat lembaran gelap ketika kerusuhan itu menyebabkan banyak rumah dibakar, banyak orang kehilangan anggota keluarga, dan banyak kaum wanita yang juga dinista. Di tengah interaksi dengan para korban, seorang rohaniwan dalam kelompok kami terus mendorong para korban agar tidak terus menutup diri dalam ketakutan, keputusasaan, dan kekhawatiran. Sebaliknya, ia meminta mereka untuk bangkit, ikut menolong korban yang lain, ikut menyaksikan suara kebenaran, dan dengan demikian menunjukkan kekuatan mereka. Sebab jika tidak, mereka hanya akan terus terpuruk dan tenggelam dalam sikap mengasihani diri sendiri.

Apabila kita ada dalam masalah, janganlah kita larut dan semakin terpuruk dalam masalah. Baiklah kita tidak mengeluh. Bahkan, alangkah baik jika kita pun membuka diri terhadap masalah yang dialami orang lain. Dan, meminta Tuhan memampukan kita untuk dapat pula menolong orang lain yang tengah berada dalam masalah. Walau kita terjepit dan terpuruk, penghiburan Allah memampukan kita menghibur orang lain.

RH Sabtu, 01 Januari 2011

KUASA DALAM PUJIAN (Kisah Para Rasul 16: 19-31)

Ketika saya mendampingi Ayah menjalani operasi atas kanker yang dideritanya, lalu menjalani perawatan selama lebih dari 2 bulan di rumah sakit, rasa khawatir serta putus asa sering menyergap. Membuat saya sangat takut dan tidak berdaya. Untuk mengurangi kegelisahan di hati, setiap malam saya melantunkan kidung pujian sembari mendampingi Ayah yang mengalami insomnia. Awalnya, saya melakukannya hanya untuk kepentingan pribadi dan menyanyi dengan sangat lirih karena takut mengganggu pasien lain. Namun, ternyata pasien yang lain serta keluarga yang seruangan dengan Ayah tidak keberatan saya menyanyi, malah meminta saya menyanyi untuk semua, sebab kata mereka, nyanyian yang saya naikkan menenteramkan hati mereka juga.

Biarlah bibir kita suka menaikkan nyanyian pujian kepada Tuhan. Khususnya pada masa yang sulit dan berat. Sebab, ada kuasa dalam setiap pujian yang dinaikkan dengan segenap hati. Kuasa yang membangkitkan iman kita sendiri, yang menguatkan orang lain di sekitar kita, yang mengagungkan kebesaran Tuhan, Sang Pengendali segala peristiwa. Allah bekerja melalui setiap pujian yang kita naikkan.

RH Jumat, 31 Desember 2010

MENYEBERANG BERSAMA TUHAN (Ulangan 31: 1-8)

Zebra cross awalnya berwarna biru kuning diperkenalkan di Inggris pada 1949. Tujuannya untuk membantu orang menyeberang jalan. Namun, karena kecelakaan penyeberang jalan tetap tinggi, di beberapa negara setiap zebra cross yang berada di depan sekolah biasanya ada penjaganya. Mereka biasa disebut School Patrol atau Lollipop Men (karena biasanya membawa sebuah papan berbentuk seperti permen loli), tugasnya menyeberangkan anak-anak sekolah sampai di seberang jalan.

Memasuki tahun baru wajar juga jika ada kegentaran. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok lusa. Apakah langit akan cerah ataukah hujan turun mengguyur? Tetapi satu yang pasti, kita akan menyeberang menuju tahun yang baru dengan Tuhan berjalan di depan kita. Tantangan pasti akan ada, tetapi seperti kata Musa, "Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati" (ayat 8). Selamat menyeberang menuju tahun yang baru!

RH Kamis, 30 Desember 2010

TULUS DAN BENAR (Mazmur 7: 1-15)

Almarhum penyair W.S. Rendra pernah menulis kalimat tajam yang berbunyi, "Kalian boleh saja berjaya dalam kehidupan, namun apakah kalian tidak takut menghadapi kematian kalau batinmu telah sering tak kau hormati". Sebuah pernyataan yang menempelak kita, orang-orang yang kerap tidak peduli pada hati yang semestinya dijaga tetap bersih, menjalankan nilai-nilai kebenaran dan integritas dalam kehidupan sesehari.

Demikian juga dengan pemazmur. Ia adalah orang yang berusaha hidup benar dan tulus. Ia menjaganya sedemikian rupa, sehingga ia berani diperiksa oleh Tuhan sendiri. Dan, ketika Tuhan tengah menyelidiki hati seseorang, siapa pun tak dapat berdalih macam-macam, beralasan beribu rupa, atau melakukan tipu muslihat. Suatu saat, hidup kita pasti akan berakhir. Akan tetapi, selagi masih ada waktu, biarlah dalam hidup ini kita selalu bekerja dan bertindak dengan ketulusan dan kebenaran serta dalam hal apa pun. Supaya jika tiba saatnya kematian kelak menjemput, kita tak takut. Hidup tulus dan benar, bisa dianggap merugikan. Namun sungguh merupakan sumber ketenangan.

RH Rabu, 29 Desember 2010

HANYA (Bilangan 20: 7-13)

Saat sedang menunggu diwawancara untuk melamar pekerjaan, seorang lelaki memungut kertas-kertas berceceran di lantai lalu memasukkannya ke dalam tong sampah; sementara calon-calon yang lain hanya membiarkannya. Hal itu sengaja diperhatikan oleh si pewawancara. Dan ternyata, karena itulah lamarannya diterima. Memang kelihatannya di satu sisi hanya sebuah tindakan sederhana dan di sisi lain hanya sekadar membiarkannya, tetapi dampaknya amat besar. Tak bisa lagi disebut "hanya".

Apa yang kita sangka "hanya" ternyata tak boleh disepelekan. Kelihatannya hal remeh atau sederhana. Perkara kecil saja. Namun, belum tentu dampaknya tidak besar. Kemarahan kecil bisa menyulut keributan besar. Keteledoran kecil dapat berakibat kecelakaan fatal. Kemalasan yang serba meremehkan berpotensi menciptakan kegagalan serius. Sebaliknya, sedikit menahan diri bisa mencegah huru-hara. Datang sedikit lebih awal dapat menciptakan ketenangan yang positif. Kerja sedikit lebih keras memberi nilai lebih yang signifikan. Sungguh, semua itu bukan "hanya"! Sesuatu yang besar kerap kali ditentukan hanya oleh sedikit tindakan kecil.

RH Selasa, 28 Desember 2010

TUHAN JUGA RINDU (Yesaya 30: 1-26)

Israel, sangat rindu kehidupan bangsanya segera pulih dan sejahtera. Namun, karena tidak sabar, maka mereka mencari jalan sendiri. Mereka tidak mau lagi bersandar dan meminta pertolongan Tuhan. Sebaliknya, meminta bantuan Mesir. Ini mendukakan Tuhan, sehingga bangsa Israel dihukum karenanya. Padahal sesungguhnya Tuhan sangat menyayangi mereka. Tuhan sedang menanti waktu yang tepat untuk menunjukkan belas kasihan, memulihkan, dan memberkati mereka.

Saat ini, barangkali ada hal yang kita nantikan tetapi belum juga Tuhan berikan. Mungkin pergumulan tentang pasangan hidup, kehadiran seorang anak, atau pertobatan keluarga kita. Sesungguhnya, selama kerinduan itu bukan untuk memuaskan kepentingan pribadi, maka bukan kita saja yang menantikannya, bahkan Tuhan juga rindu hal itu terwujud. Sebab itu, tetaplah yakin bahwa Tuhan punya saat yang tepat. Sementara itu, selama dalam penantian sesungguhnya Tuhan sedang membentuk dan mempersiapkan kita. Yang terpenting, jangan sampai karena kita begitu menginginkan sesuatu, lalu kita mengambil jalan pintas yang mendukakan hati Tuhan.

RH Senin, 27 Desember 2010

BAHAYA LIDAH (Yakobus 3: 1-12)

orothy Nevill adalah seorang penulis Inggris yang hidup pada 1826-1913. Ia dikenal karena kepiawaiannya berbicara dan memengaruhi banyak orang pada zamannya. Suatu waktu ia pernah ditanyai tentang bagaimana seseorang dapat disebut memiliki kemampuan berbicara yang baik. Ia menjawab, "Seni percakapan yang benar bukan hanya mengatakan hal yang benar pada waktu yang benar, melainkan juga untuk tidak mengatakan hal yang salah dan tidak boleh dikatakan walau ada kesempatan sekalipun."

Yakobus mengingatkan tentang pengaruh lidah yang luar biasa, bahwa anggota tubuh yang kecil ini sanggup mencetuskan perkara besar (ay. 5). Orang yang dapat mengendalikan lidahnya adalah orang yang hanya akan berkata-kata kalau ia tahu betul kata-katanya itu benar, berarti, menghibur, menopang, dan menjadi berkat bagi yang mendengarnya. Dan, memilih diam kalau ia tahu apa yang akan dikatakannya tidak jelas kebenarannya, tidak berarti apa-apa, tidak menjadi berkat; malah menyakiti, menimbulkan gosip, dan permusuhan.

Artikel

Untuk Itulah Aku Lahir

Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yohanes 14: 6)

Menjelang kematiannya Yesus membuat sebuah pernyataan penting tentang kelahirannya. Selama menjalani pengadilan, Yesus ditanya oleh Pilatus tentang identitasnya. Inilah jawaban Yesus, “Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku” (Yoh. 18: 37b).

Yesus tidak mengatakan bahwa Ia lahir untuk berkotbah atau menyembuhkan, tetapi tujuannya yang utama adalah untuk menjadi saksi bagi kebenaran.

Pilatus kemudian bertanya, “Apakah kebenaran itu?” Sayangnya, Pilatus terlalu terburu-buru dan tidak mau menunggu Yesus menjawabnya. Berapa banyak dari kita yang seperti Pilatus hari ini? Alasan Yesus lahir adalah agar kita mengenal Allah! Itulah alasan bagi kita untuk merayakan Natal dengan sukacita yang besar, tahun demi tahun. Melalui Yesus yang dipanggil “Imanuel” yang artinya Tuhan bersama kita, Tuhan bersama dengan kita, baik waktu susah maupun senang.

Namun selangkah lebih dalam dari pesan Yesus ini, kita juga diminta untuk menjadi saksi bagi apa yang telah Ia lakukan. Mari dalam bulan dimana kita merayakan hari kelahiran Yesus Sang Juru Selamat ini kita menyaksikan kepada sebanyak mungkin orang bahwa ada kabar baik untuk mereka. Yesus telah lahir, mati dan bangkit untuk menyelamatkan semua manusia yang berdosa.

Jangan sampai kita salah memaknai natal, karena Yesus telah dengan jelas mengatakan tujuan kedatangan-Nya ke dunia ini.

Artikel

Palungan Yang Hilang

Seorang anak muda pernah menulis sebuah naskah drama Natal berjudul "Palungan Yang Hilang". Drama itu menceritakan tentang persiapan perayaan Natal yang sangat meriah. Pernak-pernik Natal terlihat menghiasi kota, pita serta lampu warna-warni semakin menyemarakkan perayaan Natal yang akan dilangsungkan. Semua orang bersukacita, tetapi tiba-tiba keceriaan mereka berubah menjadi kepanikan. Apa gerangan yang terjadi? Ternyata palungan yang bagi mereka dianggap sebagai simbol utama kehadiran Yesus raib dari tempatnya.

Panitia kalang kabut, bagaimana mungkin merayakan Natal tanpa palungan? Mulailah mereka mencari-cari palungan itu, siapa gerangan yang telah lancang mengambilnya. Semua warga pun ikut larut dalam kepanikan dan akhirnya mereka pun turun tangan membantu menemukan palungan yang hilang tersebut. Tak lama mencari, mereka menemukan palungan itu. Kali ini mereka terkejut untuk kedua kalinya. Ternyata palungan itu ditemukan di rumah seorang janda miskin, ia tidak dapat membeli peti mati untuk anaknya, sehingga ia meletakkan mayat anaknya dalam palungan.

Kejadian yang ada di depan mata mereka merombak secara total konsep mereka tentang Natal. Kekesalan karena seseorang telah mengambil palungan itu serta merta sirna dari hati mereka. Semua panitia Natal memutuskan untuk merayakan Natal di rumah sang janda, bukan dalam kemewahan dan gemerlapnya lampu-lampu serta pernak-pernik Natal, tetapi dalam ketiadaan. Mereka akhirnya mengerti bahwa Natal sesungguhnya adalah bagaimana kita memaknai kelahiran Juruselamat dengan sebuah pengorbanan.

Dewasa ini, tidak sedikit gereja yang telah kehilangan "palungan" setiap kali merayakan Natal. Palungan di sini berbicara tentang kehadiran Yesus yang dampaknya dapat dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita. Palungan yang hilang itu telah digantikan oleh rangkaian upacara agamawi yang membuat puluhan, ratusan atau bahkan ribuan mata terkagum-kagum. Rangkaian acara yang hanya memamerkan kebesaran organisasi, kehebatan pribadi dan daya tarik materi yang hanya mengundang pengagungan diri dan organisasi ini telah menyingkirkan palungan itu jauh-jauh dari perayaan Natal kita. Natal yang sakral telah menjadi sumber hiburan yang mendatangkan sukacita sesaat. Perselisihan, kebencian dan permusuhan muncul hanya karena mempersoalkan susunan acara dan warna serta model seragam panitia yang akan dikenakan. Sungguh-sungguh menyedihkan.

Kali ini jangan biarkan perayaan Natal kita kehilangan makna, melainkan temukanlah kembali palungan yang hilang selama ini. Lakukan pembaruan yang akan membuat semua orang benar-benar merasakan kehadiran Yesus di dalam Natal kita. Natal bukan soal kemeriahan, makanan, kemewahan dan decak kagum orang, melainkan bagaimana kehadiran Yesus mengerjakan sebuah perubahan penting di dalam hati setiap orang.

Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. (Amos 5: 21)

Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan.
(Yesaya 1: 13)

Ringkasan Khotbah 19 Desember 2010

Persembahan Kain dan Habel
Kejadian 4: 1-6

Ada sebuah pertanyaan kepada kita mengapa persembahan kain ditolak oleh Allah sedangkan Habel diterima? Sebab pada waktu menjelang hari natal ini hampir banyak orang tidak mau ketinggalan berlomba memberikan persembahan, tetapi pernahkah kita menyadari bahwa tidak semua persembahan berkenan kepada Tuhan. Firman Tuhan menjelaskan bahwa persembahan Habel yang diindahkan Tuhan dan korban persembahan Kain itu tidak diindahkannya (ay. 4-5). Ada banyak orang memberikan jawaban tentang persembahan Kain dan Habel, tetapi firman Tuhan menjelaskan berdasarkan fakta, yaitu:

1. Habel memiliki iman dan Kain tidak (Ibr. 11: 4). Yang membedakan persembahan Kain dan Habel adalah iman mereka. Jadi ketika Habel mempersembahkan korban didasari dengan hati dan sikap yang beriman kepada Tuhan, sedangkan Kain tidak didasari denganiman, tetapi Kain itu bukan seorang yang ateis atau tidak ber-Tuhan, dan persembahan yang dilakukan Kain hanya tradisi bukan dengan iman. Jadi persembahan yang berkenan dan yang diindahkan Tuhan adalah dilakukan dengan iman. Segala sesuatu tanpa iman tidak mungkin berkenan kepada Tuhan (Ibr. 11: 6a). Banyak orang kristen datang ke gereja tidak disertai iman, sesungguhnya Allah layak ditinggikan dan layak menerima segala persembahan kita, akan tetapi sebaliknya orang kristen datang ke gereja hanya dengan tardisi yang ada. Jadi jika kita datang ke gereja kita harus memberi persembahan dengan iman hal itu berarti meninggikan dan mengagungkan nama Tuhan.

2. Kain menolak Roh Allah yang menginsafkan, sementara Habel tidak. Itulah yang membuat persembahan Habel diterima, sebab Kain tidak mau bertobat (Kej. 4: 6-8). Hati Kain penuh dengan perlawanan. Beberapa banyak orang hidup di dunia ini hatinya penuh dengan perlawanan kepada Tuhan dengan cara tidak mau ke gereja diinsafkan. Tuhan mau menginsafkan Kain tetapi malahan membunuh Habel. Ada banyak anak-anak sekarang tidak mau mendengarkan nasehat orang tuanya, sehingga hidupnya tidak memuliakan Tuhan. Jadi harus kita sadari bahwa hidup ini jangan pernah menolak Roh Allah yang menginsafkan.

By: Pdt. Henoch Wilianto - 19 Desember 2010

RH Minggu, 26 Desember 2010

APA KATA ANDA? (Matius 16: 13-20)

Murid-murid Yesus telah cukup panjang melewatkan waktu bersama Yesus. Mereka telah melihat berbagai karya dan mukjizat Yesus; memberi makan 5000 orang; memberi makan 4000 orang; menyembuhkan banyak orang sakit; dan sebagainya. Suatu saat, Yesus dan murid-murid tiba di Kaisarea Filipi. Di situ Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya mengenai siapa diri-Nya. Dia ingin tahu pendapat para murid mengenai diri-Nya. Lewat pertanyaan itu, Yesus ingin para murid memberi jawaban yang berasal dari pengalaman dan penghayatan hidup mereka bersama Yesus, bukan mengutip kata orang lain. Ketika Petrus mengatakan "Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Ini jawaban yang berbeda dengan pendapat umum yang menyebut Yesus adalah "Yohanes Pembaptis, Elia, Yeremia, atau salah seorang nabi." Jawaban yang muncul dari pengenalan pribadi semacam ini dihargai Yesus sebagai karya Allah dalam hati orang beriman. Siapa Yesus menurut Anda? Adakah jawaban Anda berasal dari pengalaman bersama Tuhan? Atau, kita masih mengutip kata-kata orang, khotbah pendeta, tulisan dalam sebuah buku? Hal-hal itu memang berguna, tetapi lebih dari itu Tuhan ingin kita mengenal-Nya secara pribadi melalui kehidupan yang dijalani bersama-Nya. Kiranya setiap hari kita makin mengenal Yesus, agar dapat bersaksi kepada dunia dengan keyakinan bahwa Dialah Tuhan.

RH Sabtu, 25 Desember 2010

KERJA KERAS (Rut 2: 1-16)

“Di mana ada usaha, di situ ada jalan". Ungkapan ini tampaknya cocok dengan pengalaman Rut bersama Tuhan. Setelah Rut mengambil keputusan untuk meninggalkan Moab dan hidup bersama Naomi di Israel, ia pun mengambil keputusan untuk tidak tinggal diam. Rut meminta izin agar ia dapat pergi ke ladang untuk mengumpulkan jelai. Tujuannya jelas: supaya ia dapat membantu mertuanya mendapatkan makanan. Hasil kerja Rut ternyata tidak sia-sia. Ia tidak hanya dapat mengumpulkan banyak jelai, tetapi di ladang itulah ia juga berjumpa dengan Boas. Adakah campur tangan Tuhan di sana? Tentu saja. Ketika Rut bekerja keras, Tuhan membuka jalan. Ketika Rut dengan segenap hati memungut jelai, Tuhan memberi lebih. Firman Tuhan dengan jelas mengatakan bahwa orang malas lebih baik tidak usah makan (2 Tes. 3: 10). Ia bahkan harus belajar kepada semut (Ams. 6: 6). Tuhan tidak pernah menciptakan manusia untuk menjadi pemalas. Tuhan mencipta manusia sebagai makhluk yang bekerja. Mulai sekarang, jangan hanya duduk diam menanti berkat turun dari surga. Lakukanlah sesuatu. Berikan yang terbaik dari kesanggupan yang ada pada kita. Bekerjalah dengan sepenuh hati. Itulah bagian kita. Sertai dengan doa di segala waktu. Kita tidak pernah tahu bagaimana Tuhan akan memakai sesuatu yang kita lakukan dengan sepenuh hati saat ini, untuk menghasilkan hal-hal yang luar biasa kelak.

RH Jumat, 24 Desember 2010

DI TEMPAT PERTAMA (Matius 1: 18-25)

Kita kerap menginginkan agar orang-orang terdekat kita memberi paling banyak perhatian untuk kita. Bahkan, ketika mereka memberi banyak waktu untuk melayani, kita bisa merasa terganggu. Dengan bersikap demikian, tanpa sadar kita telah menganggap Tuhan sebagai "pesaing". Mungkin karena kita merasa "memilikinya", maka kita berhak atas dirinya. Kita lupa bahwa baik kita maupun orang-orang terdekat kita adalah milik Tuhan, yang diciptakan untuk melakukan pekerjaan baik yang telah Dia persiapkan sebelumnya. Ini pula yang Yusuf lakukan. Ketika Malaikat memberi tahu bahwa anak yang dikandung Maria adalah dari Roh Kudus, Yusuf taat dengan tetap mengambil Maria sebagai istrinya. Ia tidak bersetubuh dengan Maria, sampai Maria melahirkan. Ini menunjukkan betapa Yusuf membuang egonya sebagai suami dan mendukung Maria menggenapi rencana Allah. Yusuf menjaga Maria dan bayinya dengan segenap hati. Demikianlah Yusuf bersama Maria menggenapkan rencana Allah yang kekal melalui kehidupan mereka. Ketika Tuhan menyatakan panggilan dan kehendak-Nya dalam hidup kita maupun orang-orang terdekat, kita mesti menaati-Nya. Indah, jika kita bersama-sama menggenapi rencana Tuhan. Seperti Yusuf dan Maria saling mendukung pelayanan yang dilakukan.

RH Kamis, 23 Desember 2010

UJIAN KERENDAHAN HATI (1 Samuel 16: 11-13; 17: 13-18)

Bisakah Anda bayangkan seandainya Anda menjadi Daud pada waktu ia diurapi menjadi raja? Akankah ada perubahan cara kita berjalan, berbicara, dan bersikap? Bayangkan saja, kita yang semula hanya seorang gembala sederhana, tiba-tiba dipromosikan menjadi raja Israel yang akan datang. Mungkin jika kita menjadi Daud, kita tidak akan pernah mau lagi menggembalakan kambing domba. Mengapa? Dengan angkuh kita akan berkata, "Aku calon raja, masakan harus menggembalakan domba?" Namun, Daud tidak demikian. Setelah diurapi menjadi raja, ia masih bersedia menjaga kambing domba di padang. Sungguh sikap rendah hati yang patut diteladani!

Banyak orang tidak bisa menjaga hati saat keadaannya meningkat. Baru sedikit saja "dipromosikan" Tuhan, ia sudah berubah hati. Tidak lagi rendah hati, sebaliknya menjadi sombong. Kalau dulu ia setia pada perkara-perkara kecil, maka setelah hidup semakin nyaman, ia meninggalkan semuanya. Ia sudah malu melakukan hal-hal kecil yang dulu ia lakukan. Jagalah hati saat hidup kita "dipromosikan" Tuhan. Tuhan menghargai kerendahan hati kita. Sebuah kutipan mengatakan bahwa pengurapan Tuhan itu justru mengalir dari hal-hal kecil yang kita kerjakan dengan setia. Belajarlah untuk selalu rendah hati.

RH Rabu, 22 Desember 2010

TRAGEDI (Lukas 16: 19-31)

Film garapan James Cameron, Titanic, melukiskan tragedi tenggelamnya kapal pesiar raksasa yang memakan korban ribuan jiwa pada malam dingin di tengah Samudra Atlantik. Di hari tuanya, seorang saksi hidup, Rose Calvert, mengenang tragedi itu dan berkomentar dalam sinisme pedih: "Malam itu ada 1.500 orang tewas bersama tenggelamnya kapal. Hanya 6 jiwa yang berhasil diselamatkan, termasuk aku. Padahal ada 20 kapal sekoci di dekat kami, yang sebenarnya masih bisa menampung penumpang, tetapi mereka diam dan menunggu. Menunggu pertolongan lain datang dan menunggu satu per satu jiwa melayang ...." Tragedi selalu ada. Namun, ada tragedi yang sebetulnya tak perlu terjadi. Paling tidak, tak perlu separah itu, asal ada orang yang mau berbuat sesuatu. Belum terlambat bagi kita untuk berempati dan peduli. Masih banyak "Lazarus" yang menanti seseorang berbuat sesuatu. Daripada menunggu, lebih baik berbuat sesuatu.

RH Selasa, 21 Desember 2010

KELUAR DARI BATAS (Kisah Rasul 11: 1-18)

Bagi para remaja, ada kecenderungan untuk suka berkelompok atau memiliki geng yang biasanya eksklusif. Pada umumnya, hal-hal mendasar yang membentuk adanya geng adalah kesamaan latar belakang sosial, daerah, sekolah, selera, dan sebagainya. Manfaatnya, menjadi sarana menyalurkan semangat. Dan, jika ada orang baru masuk, anggota geng cenderung menutup diri; menganggap orang lain penyusup, pengganggu kekompakan, dan sebagainya. Sebagian besar orang percaya mula-mula di Yerusalem juga merupakan kelompok yang "eksklusif" pada saat itu. Petrus belajar dan mengalami bahwa kasih Allah tak boleh dibatasi untuk kelompok tertentu saja. Kepada siapa pun Allah berkehendak menyatakan diri-Nya, ke sanalah para murid perlu membuka hati untuk menerima mereka. Kasih Allah dalam Kristus tak boleh dibatasi oleh ras, agama, warna kulit, dan situasi sosial apa pun yang orang miliki. Semua orang berhak mendapat; mengalami kasih Allah.

RH Senin, 20 Desember 2010

DOKTER SERIBU RUPIAH (Mazmur 37: 12-26)

Klinik dokter F.X. Soedanto terletak di Jayapura. Sudah 33 tahun ia mengabdi di sana. Masyarakat mengenalnya sebagai "Dokter Seribu Rupiah" sebab ia hanya mengenakan biaya Rp 1.000,00 bagi tiap pasien yang berobat. Soedanto bahkan rela tidak dibayar jika pasien benar-benar tak mampu. Semua ini ia lakukan untuk menolong orang miskin. Apakah dokter lima anak ini bisa hidup nyaman dengan penghasilan sekecil itu? Untuk hidup mewah memang tidak bisa. Ia hidup bersahaja. Kendaraannya hanya sebuah mobil tua. Namun, kepada seorang wartawan ia berkata, "Semuanya cukup bagi kami." Kepuasan hidup tidak ditentukan dari banyak sedikitnya harta. Jika Anda percaya bahwa masa depan Anda bergantung pada jumlah harta simpanan, Anda bisa menjadi seorang penimbun yang serakah. Ingatlah bahwa faktor penyertaan Tuhan adalah penentu masa depan. Yakinilah itu, Anda akan menjadi seorang benar yang pemurah.

Artikel

Perbuatan Baik Tidak Pernah Sia-sia

Al kisah ada seorang dermawan yang berkeinginan untuk berbuat kebaikan. Dia telah menyiapkan sejumlah uang yang akan dia berikan kepada beberapa orang yang ditemuinya. Pada suatu kesempatan dia bertemu dengan seseorang maka langsung saja dia menyerahkan uang yang dimilikinya kepada orang tersebut. Pada keesokan harinya tersiar kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan sejumlah uang kepada seorang penjahat beringas. Mendengar kabar ini si dermawan hanya mengatakan, ”Ya Tuhan aku telah memberikan uang kepada seorang penjahat”.

Di lain waktu, dia kembali bertemu dengan seseorang, si dermawan pada hari itu juga telah berniat untuk melakukan kebaikan. Ia dengan segera memberikan sejumlah uang kepada orang tersebut. Keesokan harinya tersiar kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan uang kepada seorang koruptor. Mendapat kabar ini si dermawan hanya berkata “Ya Tuhan aku telah memberikan uang kepada koruptor”.

Si dermawan ini tidak berputus asa, ketika dia bertemu dengan seseorang dengan segera dia menyerahkan sejumlah uang yang memang telah disiapkannya. Maka esok harinya pun tersiar kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan sejumlah uang kepada seorang kaya raya. Mendengar hal ini si dermawan hanya berkata, ”Ya Tuhan aku telah memberikan uang kepada penjahat, koruptor dan seorang yang kaya raya”.

Sekilas kita bisa menyimpulkan bahwa si dermawan ini adalah seorang yang “Ceroboh”. Asal saja dia memberikan uang yang dimilikinya kepada orang yang tidak dikenalnya, padahal jika dia lebih teliti maka niat baiknya itu bisa lebih berguna dan tersalurkan kepada orang yang memang membutuhkan.

Tapi ternyata suatu niat yang baik pasti akan berakhir dengan baik, begitu pula dengan “kecerobohan” si dermawan. Uang yang diberikannya kepada sang penjahat ternyata mampu menyadarkannya bahwa di dunia ini masih ada orang baik,orang yang peduli dengan lingkungan sekitarnya. Penjahat ini bertobat dan menggunakan uang pemberian sang dermawan sebagai modal usaha. Sementara sang koroptor, uang cuma-cuma yang diterimanya ternyata menyentuh hati nuraninya yang selama ini telah tertutupi oleh keserakahan, dia menyadari bahwa hidup ini bukanlah tentang berapa banyak yang bisa kita dapatkan. Dia bertekad mengubah dirinya menjadi orang yang baik, pejabat yang jujur dan amanah. Sementara itu pemberian yang diterima oleh si kaya raya telah menelanjangi dirinya, karena selama ini dia adalah seorang yang kikir, tak pernah terbesit dalam dirinya untuk berbagi dengan orang lain, baginya segala sesuatu haruslah ada timbal baliknya. Dirinya merasa malu kepada si dermawan yang dengan kesederhanaannya ternyata masih bisa berbagi dengan orang lain.

Sahabat, tak akan ada yang berakhir dengan sia-sia terhadap suatu kebaikan. Karena kebaikan akan berakhir pula dengan kebaikan. Hidup ini bukanlah soal berapa banyak yang bisa kita dapatkan, tapi berapa banyak yang bisa kita berikan.

Ringkasan Khotbah Minggu, 12 Desember ‘10

Tolak Keraguan

Setiap orang pernah mengalami kecewa kepada sesamanya, bahkan kepada Tuhan juga kecewa, sehingga menimbulkan keraguan dalam kehidupan ini, hal itu bisa terjadi karena tidak sesuai dengan keinginan kita. Jika kita memiliki pengharapan dan tidak terjadi maka kita akan mengalami kecewa dan keraguan dalam hidup ini. Mengapa itu bisa terjadi:
1. Keraguan biasanya terjadi dari pengharapan yang salah. Di dalam Alkitab orang salehpun kadang punya keraguan. Seperti Daud akan menjadi raja tetapi menjadi buronan Saul, juga Yusuf akan menjadi pemimpin di Mesir dan atas saudara-saudaranya karena mimpinya itu, tetapi menjadi budak di Mesir 17 tahun. Kadang kala kita mengalami hal yang sama, dalam hidup ini ada banyak perkara tidak mengerti mau jadi apa kita nanti. sehingga kita punya konsep dan pengaharapan yang salah kepada Tuhan maka timbul keraguan dalam diri kita.
2. Keraguan itu bisa terjawab pada Allah dan Firman-Nya. Kita melihat Ayub, dalam Ayub 1: 20-21 "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Dengan demikian kita bisa mengerti sesungguhnya hanya Allah dan Firman-Nya yang memberikan kekuatan kepada kita untuk bisa jalani hidup ini. Penderitaan bukanlah sesuatu yang luar biasa (1 Ptr. 4: 12-13), karena penderitaan adalah karunia yang diberikan Allah (Flp.1: 29).

Apa yang mesti kita harapkan? Kurangi harapan tentang kita, hidup di dunia ini, dan tinggkatkan harapan kita akan hidup disana nanti. ”Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku" (Mat 11: 6). Amin

By: Pdt. Ester Budiono - Minggu, 12 Desember ‘10

Artikel

Ingatkan Aku Tuhan

Di kala aku mulai kehilangan arah dan tidak tahu kemana jalan yang harus kutempuh, di kala aku tidak sabar mewujudkan rencana dan keinginanku, Engkau selalu mengingatkan, “waktumu bukanlah waktu-Ku, rencanamu belum tentu rencana-Ku”.

Di kala aku mulai ragu akan janji-Mu, dan makin ragu dengan melihat kondisi yang terjadi di sekelilingku, Engkau mengingatkan, “Janji-Ku Ya dan Amin. Rancangan-Ku adalah damai sejahtera, bukan rancangan kecelakaan.”

Di kala aku mulai putus asa, kehilangan harapan hidup dan arah, “Engkau mengatakan, datanglah kepada-Ku hai engkau yang letih lesu dan berbeban berat, karena Aku akan memberikan kelegaan”.

Berikan kepadaku ya Tuhan, tiang awan dan tiang api-Mu, di tengah-tengah bingungnya hari-hariku, supaya setiap langkah dan rencanaku, mataku hanya tertuju pada-Mu.

Redakan Tuhan ketegangan saraf-sarafku dengan kelembutan musik dari burung yang berkicau dan pujian yang kunaikkan bagi-Mu. Dan ingatkan Aku, akan kuasa pemulihan yang ajaib dan berkat yang Engkau sediakan di saat aku tidur.

Dan ajarilah aku seni mengambil waktu berlibur beberapa menit, untuk aku bisa mengucap syukur dalam segala hal. Menyediakan waktu memandang orang yang kusayangi saat terlelap, untuk bisa tersenyum saat membayangkan wajah orang-orang yang disayangi begitu bahagia saat menerima hadiah kecil dan istimewa dariku.

Ajarkan aku ya Tuhan sehingga aku bisa lebih dalam mengenal Engkau ya Yesusku, dan bahwa segala upaya, strategi, impian dan kerja kerasku akan sia-sia jika aku tidak melibatkan dan mengandalkan Engkau dalam setiap langkah hidupku.

Terima kasih ya Yesusku, karena Engkau selalu mengingatkanku dan tidak pernah meninggalkanku.


Love Jesus

RH Minggu, 19 Desember 2010

BERSYUKUR SAAT KECOPETAN (Efesus 5: 15-21)

Matthew Henry, penelaah Alkitab dan penulis buku klasik, suatu hari mengalami kejadian naas. Beberapa pencopet menyerangnya dan merampas dompetnya. Lalu ia menulis kata-kata berikut di dalam buku hariannya: "Saya bersyukur karena: pertama, saya tidak pernah kecopetan sebelumnya; kedua, meskipun mereka mengambil dompet saya, mereka tidak mengambil nyawa saya; ketiga, meskipun mereka mengambil semua uang di dompet saya, jumlahnya tidak banyak; keempat, saya orang yang kecopetan, bukan saya yang mencopet."

Rasul Paulus mendorong kita untuk mengucap syukur senantiasa dan atas segala sesuatu. Itu berarti kita perlu mengucap syukur di sepanjang hidup kita dan untuk apa saja yang kita alami. Kita bukan hanya mengucap syukur atas berkat rohani dan kehidupan kekal yang Tuhan anugerahkan, melainkan juga atas pemeliharaan-Nya hari demi hari. Bukan hanya atas keadaan baik yang kita alami, melainkan juga atas penderitaan yang diizinkan-Nya terjadi untuk membentuk karakter kita. Kita mengucap syukur karena di tengah masalah itu Tuhan justru memberi kita kekuatan untuk menghadapinya dan menggunakan masalah itu demi meneguhkan karakter kita.

RH Sabtu, 18 Desember 2010

LARANGAN YANG BERGUNA (Mazmur 81: 9-17)

“Samuel, ayo taruh gunting itu sekarang juga! Jangan mainan gunting!" Samuel kecil yang sedang asyik bermain gunting langsung cemberut mendengar larangan ayahnya. Ketika guntingnya diambil, ia mengira ayahnya jahat karena mengambil "mainan" kesukaannya. Tanpa ia sadari, benda yang diambil sang ayah bukan mainan, melainkan benda yang dapat membahayakan dirinya. Orang beriman kadang kala bersikap seperti Samuel sewaktu dilarang Tuhan. Pernah suatu kali Tuhan melarang umat-Nya menyembah allah lain (ay. 9-11). Umat pun bereaksi negatif. Dikiranya Allah egois: membelenggu dan tidak memberi mereka kesempatan untuk mengenal "allah alternatif". Padahal Tuhan memberi larangan itu demi kebaikan umat sendiri. Bergaul dengan allah lain berarti menjerumuskan diri dalam bahaya. Pada dasarnya orang tidak suka dilarang atau diperingatkan. Itu manusiawi. Sebuah larangan tampak membatasi dan membuat hati penasaran. Namun dengan menaatinya, kita bisa terhindar dari masalah dan penderitaan yang sebenarnya tak perlu terjadi. Agar tidak salah melangkah, kita butuh larangan. Entah dari Tuhan maupun mereka yang mengasihi kita. Jadi, jika Tuhan atau sahabat masih suka melarang, berterimakasihlah. Jangan cemberut menggerutu!

RH Jumat, 17 Desember 2010

MEMULIAKAN ALLAH (1 Korintus 10: 27-33)

Mengapa Tuhan menciptakan manusia? Salah satu alasannya adalah agar kita memuliakan nama-Nya. Jika Allah mencipta kita demi memuliakan-Nya, berarti hidup kita harus selalu mencerminkan hal itu. Ini tidak dapat ditawar lagi. Memuliakan Tuhan bukan berarti membuat Tuhan lebih mulia, karena Dia sudah mulia dan tidak kekurangan kemuliaan; kemuliaan Tuhan sudah sempurna dan tidak perlu ditambahkan oleh manusia. Memuliakan Tuhan berarti mengakui dan menghargai kemuliaan Tuhan di atas segalanya dan membuat kemuliaan-Nya dikenal melalui hidup kita. Bagaimana caranya? Paulus berkata bahwa kita dapat memuliakan nama-Nya melalui bagaimana kita menjalani hidup dan beraktivitas. Ketika dijalani, hidup memuliakan Tuhan tidaklah serumit yang kita pikirkan. Memuliakan Tuhan bukan hanya dengan menyanyi di gereja atau pergi menjadi utusan Tuhan ke tempat yang jauh. Apabila hal-hal sederhana yang kita lakukan dan tunjukkan, menyatakan bagaimana kita hidup mengandalkan Tuhan dalam perkara hidup sehari-hari kita, maka nama Tuhan kita dapat dikenal orang, dan kita memuliakan Tuhan. Kita adalah cermin Allah, jadi Allahlah yang harus tampak dalam hidup kita.

RH Kamis, 16 Desember 2010

ILUSI (Lukas 12: 13-21)

Ilusi adalah bayangan yang menipu. Disangka nyata, padahal tidak. Ada satu ilusi di hidup ini yang begitu dipercaya manusia. Yakni bahwa seakan-akan manusia bisa "punya" sesuatu. Bukankah manusia berjuang agar bisa "punya" ini dan itu? Jika belum "punya", ia ingin "punya". Jika sudah "punya", ia ingin "punya" lebih. Semua iklan menggelitik "rasa belum punya" kita. Orang yang dianugerahi talenta untuk berkarya, dibilang "punya" prestasi. Orang yang dikaruniai anak, mengaku "punya" anak. Orang kaya sering disebut "orang berpunya". Betulkah manusia bisa benar-benar "punya"?

Perumpamaan Yesus menyingkap kebenaran, sekaligus membongkar kepalsuan (ilusi). Berlagak "punya", saling menuntut "punyaku, bukan punyamu" adalah sumber sengketa, termasuk di antara saudara. Seperti orang yang meminta Yesus menjadi penengah soal warisan di awal perumpamaan (ay. 13). Ilusi ini menyesatkan. Padahal Sang Empunya segala sesuatu adalah Tuhan. Kita hanya pengelola segala milik-Nya yang dipercayakan: waktu, tenaga, harta, talenta, keturunan. Bersyukurlah atasnya. Bekerja keraslah untuknya. Berbagilah dengannya. Bertanggung jawablah kepada Pemiliknya.

RH Rabu, 15 Desember 2010

HIDUP BUKAN SANDIWARA (Matius 6: 1-6)

Ketika membaca koran-koran nasional, kita kerap menjumpai kisah-kisah bagaimana para politisi berusaha semaksimal mungkin membuat citra yang baik di mata masyarakat. Mereka tidak segan-segan mengeluarkan biaya yang besar, terutama dalam masa kampanye, bahkan mengundang konsultan-konsultan asing untuk membuat pencitraan yang profesional. Tujuannya tentu saja untuk memberikan persepsi yang baik-baik tentang diri mereka kepada masyarakat, tetapi menyembunyikan atau menyamarkan semua hal yang buruk-buruk.

Demikian juga pada zaman Tuhan Yesus, orang Farisi dan ahli Taurat sangat mementingkan pencitraan mereka di mata masyarakat. Yesus tidak segan membongkar kemunafikan mereka dan mengingatkan bahwa sesungguhnya kita hanya butuh pencitraan di mata Tuhan. Apa pun yang kita lakukan adalah untuk Tuhan dan bukan untuk dipertontonkan kepada orang lain. Dengan demikian kita tidak akan kecewa, bahkan kalaupun perbuatan baik atau jerih pelayanan kita tidak dihargai atau dilihat orang lain. Sebagai anak Tuhan, kita tak perlu membuat-buat pencitraan untuk memperoleh penghargaan manusia. Sebab penghargaan kita adalah dari Allah sendiri.

RH Selasa, 14 Desember 2010

MENJAGA LIDAH (Kejadian 9: 18-28)

Lahir dalam keluarga miskin dengan banyak anak, tidaklah mudah. Kurang terurus, nakal, tak dihargai. Di kelas 3 SD, guru saya berkata: "Hei, kamu adiknya Badu ya? Jangan buat ulah seperti kakakmu, ya. Sudah goblok, nakal lagi, tahu sendiri nanti!" Ucapan itu seperti kutuk yang menusuk hati. Setahun itu, saya tersiksa. Saya jadi suka bolos, malas belajar, dan akhirnya tidak naik kelas.Tahun ajaran berikutnya, dengan baju lusuh dan celana bertambal, saya mengulang kelas 3. Malu rasanya. Namun, setelah 2 bulan, guru baru saya berkata, "Kamu bukan anak bodoh, tetapi anak pintar. Ibu akan buktikan." Kata-kata berkat itu mengiang dan membakar semangat saya untuk belajar. Walau saya harus menunggu malam, agar bisa meminjam buku teman yang telah selesai belajar (sebab saya tak mampu membeli). Menjelang penerimaan rapor, ibu guru memanggil saya. Ia bandingkan rapor saya dengan si juara 1, ternyata nilai saya ada di atasnya. Hanya, karena sudah mengulang, saya tak bisa menjadi juara 1. Namun, kata penguatannya terngiang hingga kini, khususnya saat menghadapi kesulitan hidup. Biarlah berkat saja yang keluar dari mulut kita. Kata yang terucap tak bisa ditarik kembali, dan ia bisa membangun atau menghancurkan. Jagalah lidah!

RH Senin, 13 Desember 2010

TUTTI FRATELLI (1 Yohanes 3: 14-18)

Konon yang menggerakkan Henry Dunant untuk mendirikan organisasi Palang Merah Internasional adalah suatu pertempuran di sebuah daerah bernama Solferino, Italia, pada 1859. Saat itu, jatuh 38.000 korban luka maupun meninggal dari kedua belah pihak. Namun, hampir tidak ada orang yang peduli. Karena itu, Dunant menggerakkan warga sekitar untuk merawat, tanpa memedulikan latar belakang korban, di pihak mana ia berada. Tutti fratelli (semua adalah saudara) merupakan slogan mereka hari itu.

Dalam kitab-kitab Injil pun kita menemukan bahwa berkali-kali Tuhan Yesus mengajar kita, anak-anak-Nya untuk mengasihi dan berbuat baik tanpa pilih-pilih. Bangsa Yahudi atau Samaria, kaya atau miskin, sahabat atau musuh. Perintah ini mengembalikan kita pada hakikat keberadaan manusia, yang sesungguhnya adalah saudara-bersaudara. Tak ada penghalang yang layak membatasi kita untuk tidak berbuat baik kepada sesama. Biarlah gereja Tuhan memulai lagi gerakan kasihnya. Sebab dari sikap hidup yang seperti itu pulalah Injil tersebarkan.

HUMOR

Ornamen Natal

John diminta untuk membawa dan menyimpan ornamen-ornamen Natal di loteng untuk dapat dipakai lagi tahun depan. Ia membawa banyak kotak penuh dengan ornamen-ornamen Natal. Saat menaiki dua anak tangga, ia terpeleset dan terjatuh.

Istrinya mendengar sesuatu dan berteriak, "Suara apa itu?"
"Aku baru saja jatuh dari tangga," katanya.

Istrinya segera berlari menghampirinya lalu berkata, "Apa ada yang patah?"
"Tidak, tidak ada, aku baik-baik saja."

Setelah terdiam beberapa saat, istrinya kemudian berkata, "Bukan kamu, maksudku ornamen Natalnya; apa ada ornamen yang patah?"

Artikel

Raja dan Laba-laba

Dahulu kala di negeri Skonlandia, ada seorang raja bernama Bruce. Dia sudah enam kali memimpin pasukannya menuju medan perang melawan sang agresor dari England, namun selama enam kali pertempuran itu, pasukannya selalu babak belur dihajar oleh musuh, hingga terpaksa mengalami kekalahan dan melarikan diri ke hutan. Akhirnya, dia sendiri juga bersembunyi di sebuah gubuk kosong di dalam hutan belantara.

Suatu hari, hujan turun dengan derasnya, air hujan menerobos dari atap rumah yang bocor mengenai muka Bruce, sehingga dia terbangun dari tidurnya. Sesaat dia merenungi nasibnya yang malang karena tidak dapat mengalahkan musuh, walaupun dia telah mengerahkan segala daya upaya. Semakin dia memikirkan hal ini, hatinya semakin pedih dan hampir putus asa.

Pada saat itu, mata Bruce menatap ke atas balok kayu yang melintang di atas kepalanya, di sana ada seekor laba-laba sedang merajut sarangnya. Dia dengan seksama memperhatikan gerak gerik laba-laba tersebut, dihitungnya usaha si laba-laba yang telah enam kali berturut-turut berusaha sekuat tenaga mencoba mengaitkan salah satu ujung benang ke balok kayu yang berada di seberangnya, namun akhirnya gagal juga.

“Sungguh kasihan makhluk kecil ini,” kata Bruce, “Seharusnya kau menyerah saja!”
Namun, sungguh di luar dugaan Bruce, walaupun telah enam kali si laba-laba gagal mengaitkan ujung benangnya, dia tidak lantas putus asa dan berhenti berusaha, dia coba lagi untuk yang ketujuh kalinya, dan kali ini dia berhasil. Melihat ini semua, Bruce sungguh merasa kagum dan lupa pada nasib yang menimpa dirinya.

Bruce akhirnya berdiri dan menghela napas panjang, lalu dengan lantang dia berteriak: “Aku juga akan bertempur lagi untuk yang ketujuh kalinya!”

Bruce akhirnya benar-benar mendapatkan semangatnya kembali, ia segera mengumpulkan dan melatih lagi sisa-sisa pasukannya, lalu mengatur strategi dan menggempur lagi pertahanan musuh, dengan susah payah dan perjuangan yang tak kenal menyerah, akhirnya Bruce berhasil mengusir pasukan musuh dan merebut kembali tanah airnya.

Dalam kehidupan, manusia terkadang mudah mengeluh dan meyerah dengan situasi. Tapi dengan dorongan akan orang-orang yang kita cintai di sekitar kita, semangat kita akan bangkit kembali dan meraih kemenangan.

Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. (Roma 8: 37)

Artikel

Pensiun Usia Muda? Jangan Dulu …

Musim gugur yang lalu di gereja, saya bertemu dengan seorang pria yang menjabat tangan hampir setengah lusin orang dengan penuh semangat walaupun ia tidak kenal. Lalu dia menatap saya dan menarik tangan saya untuk menjabat tangan erat. Saya bisa merasakan bahwa tangan yang kasar dan kuat itu telah melakukan kerja keras selama beberapa dekade lamanya.

“Anda seperti seseorang yang sangat menikmati hidup. Apa pekerjaan Anda?” tanya saya.
“Saya? Saya seorang petani di daerah Midwest.”
“Benarkah? Saya tidak terkejut kalau begitu, Anda memiliki tangan sekuat ban traktor…”
Dia tertawa… kemudian dia mengajukan beberapa pertanyaan untuk menambah wawasannya lalu menceritakan rencananya untuk bepergian.

“Apa yang Anda lakukan minggu lalu?” tanya saya.
Jawabannya membuat saya tertegun.
“Minggu lalu saya memanen 90.000 tongkol jagung,” jawabnya dengan tersenyum.
“Sembilah puluh ribu! Berapa umur Anda, temanku?”
Tanpa merasa malu dia menjawab, “Aku hanya beberapa bulan menuju 90 tahun.”

Pria itu telah melewati 4 masa peperangan, Depresi Besar, 16 presiden, 90 kali musim gugur, dan tidak terhitung masa sulit, dan dia masih bisa hidup dengan penuh semangat. Saya lalu menanyakan rahasianya memiliki umur panjang dan hidup yang produktif.

“Kerja keras dan integritas,” dengan cepat dia menjawab.
Saat kami hendak berpisah, dia berbalik dan berkata, “Jangan anggap enteng, anak muda. Bertekunlah!”

Di Alkitab penuh orang-orang yang menolak untuk menganggap enteng kehidupannya. Ada Kaleb, yang berumur 85 tahun namun menaklukkan orang-orang Enak dan menguasai Hebron (Yosua 14). Atau Abraham, yang memiliki bayi (sebenarnya Sara yang mengandung) di saat usianya telah mencapai 100 tahun dan Sara 90 tahun (Kejadian 21). Atau Nuh, Musa, atau Samuel… mereka adalah orang-orang yang masih melayani Tuhan hingga akhir hidup mereka.

Umur tidak merubah kehidupan. Keriput, rambut putih dan bercak-bercak di tangan tidak mengubah kehendak Allah bagi Anda. Di dalam Tuhan tidak ada kata pensiun. Anda selalu ditantang untuk selalu memiliki pandangan yang segar dan menjadi orang yang produktif bagi-Nya. Bersediakah Anda?

Jika dunia ini sedang menjanjikan pensiun di usia muda, sebaliknya Allah meminta Anda untuk tetap produktif dan bekerja bagi Dia hingga akhir usia Anda.
Dia tertawa saat saya menggelengkan kepala.

Ringkasan Khotbah 05 Desember 2010

Si Buta dari Yerikho
(Lukas 18: 35-43)

Saya sering memberi nasehat kepada mahasiswa sekolah Alkitab. Saya katakan bahwa orang bisa dihormati orang lain kalau punya beberapa kelebihan, yaitu kaya, pandai, sopan dan jujur. Si buta dari Yerikho tidak memiliki semuanya. Injil Lukas mencatat bahwa: ia buta atau cacat (ay. 35), mengemis atau miskin (ay. 35), bodoh (ay. 36), dan memanggil Tuhan Yesus tanpa menggunakan gelar, misalnya Rabbi, Guru, atau Tuhan, tetapi langsung memanggil Yesus. Tidak ada hal yang istimewa yang dapat dijadikan dasar untuk mendapat pertolongan dari Tuhan Yesus, tetapi ternyata si Buta ini disembuhkan juga oleh Tuhan Yesus.

Apa yang menyebabkan ia mendapat jawaban atas persoalan yang dihadapinya? Apa yang menyebabkan Tuhan Yesus menyembuhkan si Buta dari Yerikho?

1. Imannya pantang menyerah (ay. 38-40). Ia berseru dan semakin keras ia berseru, sekalipun ia ditegur, mendapat tantangan, dan hambatan ia tetap tidak menyerah. Kegigihan si buta menujukkan imannya pantang menyerah. Hidup ini layak untuk diperjuangkan dan Yesus mau menolong, apa saja yang kita minta dalam doa, kita akan menerima (Mzm. 21:22).
2. Imannya bertumbuh seiring berjalannya waktu. Sebelumnya si buta tidak mengenali Yesus dengan benar, lalu mengetahui bahwa Yesus, anak Daud sehingga ia memanggil-Nya menjadi Anak Daud, akhirnya ia mampu mengenali Yesus sebagai Tuhan (ay. 36, 38, 39, 41). Dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen dengan kesehatan sekarang, kesibukan, atau liburan jangan sampai menjadi penghalang imanmu bertumbuh.
3. Imannya jujur. Waktu Yesus bertanya, ”Apa yang kau kehendaki supaya Aku berbuat bagimu?” Si buta ini minta supaya matanya dapat melihat! Ia tidak minta supaya jadi kaya atau ganteng, tetapi ia minta sesuai kebutuhannya. Yesus mengabulkan doanya. Apa yang kita butuhkan, fokuslah kepada Tuhan, walaupun Yesus tahu semua keinginan, kebutuhan kita, Yesus sangggup menolong orang yang menyampaikan kerinduannya kepada Yesus.

By: Pdt. Henoch Wilianto - 05 Desember 2010

JADWAL IBADAH

KEBAKTIAN DOA MALAM
Jumat, 10 Desember 2010
Pk. 19.00 Wib
Pembicara: Pdm. Hanny Prayogo

KEBAKTIAN WBI
Sabtu, 11 Desember 2010
Pk. 10.00 Wib
Pembicara: Gembala Sidang

YOUTH OF MARANATHA
Sabtu, 11 Desember 2010
Pk. 18.00 Wib
Pembicara: Bp. Steven

KEBAKTIAN UMUM
Minggu, 12 Desember 2010
Pk. 07.30; 10.00; 17.00 Wib
Pembicara: Pdt. Ester Budiono
(Disertai Kebaktian Anak)

KEBAKTIAN REMAJA
Minggu, 12 Desember 2010
Pk. 10.00 Wib

RH Minggu, 12 Desember 2010

INISIATIF UNTUK BERBUAT BAIK (Yakobus 2: 13-17)

Berniat tidak menambah dosa pada masa tuanya, seorang kakek memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan dunia luar dan hanya berdiam diri di kamarnya. Hari-harinya diisi dengan memuji Tuhan dan membaca firman Tuhan. Ia hanya bisa menikmati dunia luar dari jendela kamarnya. Suatu hari, kakek itu melihat - dari jendela kamarnya - seorang anak kecil yang sedang menyeberang jalan tepat di depan rumahnya. Tiba-tiba beberapa anak berandalan datang menghampirinya dan merebut uang si anak kecil. Sayangnya, kakek ini tetap hanya melihat tanpa melakukan tindakan apa pun yang dapat menyelamatkan anak kecil itu.

Kadang kita menganggap bahwa saat kita tidak melakukan apa-apa, maka kita telah menghindar dari dosa. Kenyataannya, banyak orang melihat kejahatan atau hal-hal yang tidak baik di sekitarnya memilih untuk diam karena menghindari masalah yang lebih besar atau sekadar cari aman. Namun, apakah kita punya keberanian untuk berbuat yang seharusnya? Berdiam diri tidak berarti menghindari dosa. Sebaliknya, firman Tuhan mengatakan bahwa kita berdosa jika tidak melakukan apa-apa, padahal kita tahu bagaimana seharusnya berbuat baik.

RH Sabtu, 11 Desember 2010

TERUS BERLATIH (1 Timotius 4: 6-16)

Ketika masih batita, seorang anak kerap salah mengucap kosakata yang sedang ia pelajari. Misalnya, ia mengucap "ilkan" untuk kata "iklan". Atau "korden", saat seharusnya ia mengungkap ingin makan dengan "korned". Atau juga "lobong" untuk kata "bolong". Kesalahannya mengeja kata, bisa terdengar menggelikan. Itu bukan kesalahan yang sengaja dibuatnya agar orang tertawa. Itu kegagalannya untuk berucap saat ia berharap bisa berkata benar. Saya bersyukur ia tidak takut berlatih untuk mengulang-ulang lagi kata-kata itu. Dari latihan yang terus-menerus, akhirnya ia bisa mengeja dengan benar.

Berlatih adalah aktivitas yang perlu terus kita lakukan, agar tercapai kemajuan. Dalam segala bidang, di segala usia. Bahkan, dalam hidup kerohanian kita. Perlu ada latihan, agar kita tak "salah" mengerti atau memahami, sehingga tak "salah-salah" juga menafsir atau menyampaikan kebenaran yang kita terima pada orang lain. Mempelajari firman, mendalaminya, lalu membagikannya lewat bersaksi atau mengajar, adalah latihan rohani yang sangat penting kita lakukan sepanjang hidup. Dunia berkembang dengan segala tipu muslihatnya. Namun, iman yang terlatih akan menolong kita memiliki pemahaman iman yang benar dan tak tergoyahkan. Maka, tak ada cara lain kecuali terus berlatih mengenal Tuhan dan segala kebenaran-Nya.

RH Jumat, 11 Desember 2010

KEBEBASAN SEJATI (Yohanes 8: 30-36)

Banyak orang berpikir bahwa kebebasan identik dengan tidak adanya ikatan, penghalang, batasan, atau aturan yang mengikat. Namun, apakah kebebasan memang berarti kita bisa berbuat segala sesuatu sekehendak kita sendiri tanpa perlu memperhatikan aturan yang berlaku? Iblis selalu menebar benih palsu agar orang berpendapat bahwa dengan tidak adanya aturan atau hukum Tuhan, manusia bisa mencapai kebebasan sejati. Kebebasan diartikan sebagai ketidakterikatan pada hukum yang berlaku. Ini kebohongan terbesar yang memperdayai begitu banyak orang, termasuk orang kristiani. Gaya hidup bebas kerap kali justru menciptakan orang-orang yang terikat dengan obat bius, alkohol, seks bebas, dan sebagainya. Bukankah ini berarti kebebasan tanpa hukum Tuhan justru akan membuat ikatan? Sebaliknya jika seseorang mengikatkan diri kepada hukum Tuhan, ia justru mengalami kemerdekaan di hidupnya; tidak terikat hal-hal yang negatif. Jangan pernah mau ditipu Iblis. Begitu banyak orang dibodohi Iblis dengan slogan "kebebasan" tetapi ujungnya justru belenggu dan ikatan. Itu sebabnya Amsal berkata, ada jalan yang disangka lurus, tetapi berujung maut. Kita harus berhati-hati. Ikatkan diri kepada hukum-hukum Tuhan, maka kita akan mengalami kemerdekaan sejati.

RH Kamis, 10 Desember 2010

MENGALAH (Kejadian 13: 1-18)

Ada sebuah cerita tentang dua kakak beradik yang hidup rukun. Rumah mereka bersebelahan. Sampai memasuki usia lanjut, tak sekali pun mereka berselisih paham. Perbedaan pendapat di antara mereka tentu ada, tetapi tidak membuat mereka bertengkar apalagi saling membenci. Suatu hari si adik berkata, "Saudaraku, kita telah lama hidup berdampingan, dan tidak pernah sekali pun kita bertengkar tentang apa pun. Aku punya ide, bagaimana kalau untuk sekali ini kita bertengkar." Kakaknya berpikir sejenak, "Baiklah," katanya. "Apa yang akan kita pertengkarkan?" ia bertanya. "Bagaimana kalau sepiring nasi yang sedang kamu makan itu?" usul sang adik. Kakaknya setuju. Si adik lalu merebut piring nasi dari tangan kakaknya sambil berkata ketus, "Nasi ini kepunyaanku, kamu tidak boleh mengambilnya sedikit pun!" Sang kakak memandang si adik. "Baiklah, ambil saja," katanya. Dan pertengkaran pun selesai.

Pertengkaran besar antarsaudara atau antarteman, kerap terjadi karena adanya sikap tidak mau mengalah. Masing-masing ngotot mempertahankan pendapat dan keinginannya. Pelajaran untuk kita: dalam sebuah pertengkaran, selama bisa mengalah, mengalahlah. Tuhan tidak akan salah memberi berkat-Nya.

RH Rabu, 08 Desember 2010

PENYAKIT KUTUKAN? (Imamat 13: 1-8, 45-46)

Pada zaman dulu di Israel, ada anggapan bahwa penyakit kusta adalah penyakit kutukan; Tuhan mengutuk penderita penyakit tersebut. Itu sebabnya mereka harus disingkirkan dari tengah masyarakat. Di satu sisi, penyakit itu memang menjijikkan, menular, dan membawa kematian, karena saat itu belum ada obat-obatan seperti sekarang. Namun, tentu tidak benar Tuhan mengutuk. Perintah Tuhan untuk menjauhkan mereka dari masyarakat sesungguhnya adalah demi kebaikan semua orang, termasuk si penderita itu sendiri. Orang yang berpenyakit kusta dikucilkan bukan hanya agar penyakitnya tak menular ke orang banyak, melainkan juga agar si penderita masuk ke dalam proses penyembuhan dan pemulihan, serta terhindar dari perlakuan semena-mena orang lain. Jadi, apa pun kondisinya, Tuhan tetap memperlakukan manusia sebagai ciptaan yang mulia. Dalam kondisi sakit sekalipun, penghargaan Allah terhadap manusia tidak berubah.

RH Selasa, 07 Desember 2010

TAKKAN KEKURANGAN (Mazmur 23)

Dalam Mazmur 23, Daud mengatakan bahwa Tuhan adalah gembala yang baik. Dan, karena Dia adalah gembala yang baik, maka Daud yakin takkan kekurangan. Tuhan Daud adalah Tuhan yang sama dengan Tuhan yang kita sembah hari ini. Apabila ayat di atas sudah sangat sering kita dengar, sudahkah kita menghidupinya dalam keseharian? Ketika masalah melanda, apakah kita sungguh percaya tidak akan kekurangan kekuatan? Ketika keputusasaan melanda, apakah kita sungguh percaya tidak akan kekurangan pengharapan? Ketika penderitaan merobek jiwa, apakah kita yakin tidak akan kekurangan sukacita? Ketika peristiwa-peristiwa terjadi di luar kendali kita, yang perlu selalu kita imani adalah bahwa Tuhan tidak pernah lepas kendali. Bahwa Tuhan takkan tinggal diam ketika kita benar-benar memerlukan pertolongan-Nya. Maka, kita akan benar-benar mengalami bahwa Tuhan adalah gembala yang baik. Dan "takkan kekurangan aku ...".

RH Senin, 06 Desember 2010

IDE YANG KONYOL (Kejadian 18: 10-14)

"Televisi takkan dapat mempertahankan pasar yang diperolehnya setelah enam bulan pertama. Orang akan segera bosan memandangi kotak jati itu setiap malam." Percayakah Anda, hal itu diucapkan oleh Darryl Zanuck (bos 20th Century Fox) pada 1946? Ya, pada saat itu ide mengenai televisi di ruang-ruang keluarga terasa konyol. Namun, apa yang berkembang sekarang telah mematahkan keraguan Darryl Zanuck. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dengan sebuah ide yang semula kita anggap bodoh. Sebagai manusia, kita merasa diri kita adalah sosok paling rasional. Oleh karenanya, hal-hal yang ada di luar pengetahuan kita cenderung kita anggap omong kosong. Beberapa kali, dalam Alkitab kita menjumpai Tuhan yang seakan-akan hendak meruntuhkan kesombongan logika manusia. Mari kita belajar merendahkan hati dan menghargai tiap ide, sesederhana atau sebodoh apa pun kedengarannya. Tuhan bisa bekerja melalui apa pun, dengan berbagai cara yang tidak kita duga.

HUMOR

Pembual

Seorang Amerika membual, "Musim salju kami begitu dingin sehingga kami memasang alat pemanas di bawah tubuh sapi supaya mereka tidak menghasilkan es krim."
Jhody yang diajaknya bicara tidak mau kalah, "Itu bukan apa-apa! Musim panas kami begitu panas sehingga kami harus mengkipasi ayam betina supaya tidak mengeluarkan telur rebus!"

Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran! (Yakobus 3: 14)

Artikel

30 Days Only

Dalam dunia kerja, pernahkah terpikir seandainya anda diberi waktu 30 hari untuk mencapai target dengan konsekuensi apabila tidak tercapai maka anda akan dipecat atau diminta mengundurkan diri secara terhormat. Apakah reaksi anda ketika diperhadapkan situasi seperti ini? Kemungkinan ada 2 respon.

Respon 1.
Anda akan melakukan segala cara untuk mencapainya, bahkan dengan cara yang sebelumnya tidak terpikirkan. Mungkin anda sendiri juga akan kaget dengan apa yang anda lakukan dan melihat bagaimana Tuhan membukakan jalan yang sebelumnya sepertinya tidak mungkin. Anda yang biasanya kerja 8 jam/hari mungkin menjadi 10-12 jam/hari.

Respon 2
Anda akan panik, kesal bahkan kecewa atas perlakukan perusahaan. Dan berkata, “Ini mana mungkin. Seumur-umur saya belum pernah mencapai angka (target) tersebut. Ini sama aja mau bunuh saya.” Dan bukannya sibuk memikirkan bagaimana cara mencapai target tersebut, tapi malah sibuk mencari pekerjaan lain, dengan pemikiran bahwa seandainya dipecat, sudah ada pekerjaan cadangan.

Satu kondisi yang sama namun memiliki reaksi yang berbeda. Namun satu hal yang harus pasti, Jangan pernah kuatir. Yakobus 1:2-4 mengatakan ”Saudara-saudaraku, anggaplah suatu kebahagiaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun“.

Tetap ingat bahwa rancangan Tuhan adalah damai sejahtera bukan kegagalan, mungkin 30 hari terlihat tidak mungkin dan bahkan mungkin 30 hari anda gagal mencapai targettersebut, namun tetap bersyukur, jangan kuatir, yakinlah Tuhan sudah mempersiapkan sesuatu yang spesial yang jauh lebih baik, dan mungkin itu yang anda impikan selama ini.

Coba pikirkan, pernahkah kita sampai mau makan saja susah, atau anda mengatakan anda hanya bisa makan mie instan, itu juga merupakan anugerah karena tidak semua orang bisa punya uang untuk membelinya. Atau anda mengatakan saya harus hutang untuk membelinya, ada yang mau memberi hutang kepada kita juga merupakan anugerah, berarti kita dipercaya. Artinya, Tuhan Yesus terlalu baik, bahkan sangat baik. Dia sekali-kali tidak pernah meninggalkan kita.

Saudara-saudaraku, kondisi belakangan ini sangat tidak mudah dan akan sangat menguji iman kita. Jangan putus asa, tetaplah teguh, dan mengucap syukur memiliki Tuhan Yesus yang hidup di dalam kita. Dia yang selalu memberi penghiburan dan kekuatan di saat kita merasa lelah. Dengan lembut Tuhan Yesus berkata, ”Marilah datang kepada-Ku, hai engkau yang letih lesu dan berbeban berat karena Aku akan memberikan kelegaan”. Jadi, jangan pernah menyerah dan menyalahkan keadaan, ambillah hikmah dari segala sesuatu, lihatlah dari sudut pandang Allah, bukan hanya sudut pandang kita, lihatlah dalam rancangan Tuhan bukan rancangan kita pribadi.

Ringkasan Khotbah Minggu, 28 November ‘10

Mengenal Allah
(Hosea 4: 6)

Kalau kita mempelajari sejarah Israel keluar dari tanah Mesir sampai zaman raja-raja dan sampai akhirnya Yesus datang, kita akan menemukan sebuah pola yaitu, Israel selalu jatuh bangun, mereka mengalami kesusahan, bersungut-sungut lalu Allah menghukum mereka dan mereka pun bertobat, lalu menyembah berhala - dihukum dan bertobat lagi, terus sampai mereka mengalami pembuangan. Tiga penyebab bangsa Israel mengalami hal ini, ialah:

1. Karena Israel tidak mengenal Allah atau kekurangan pengetahuan tentang Allah. Artinya mereka tidak sungguh-sungguh menyadari kekudusan Allah dan Allah yang cemburu pada saat mereka menyembah ilah-ilah yang lain. Akhir-akhir ini orang Kristen juga sama hanya mengerti bahwa Allah itu baik. Tetapi tidak mengerti bahwa Allah itu kudus, sehingga orang Kristen tidak memahami kekudusan itu apa?

2. Karena para imam telah menolak pengenalan tentang Allah. Imam memiliki tugas menjadi pengantara, umat dengan Allah. Imam seharusnya mengajarkan firman Allah kepada jemaat, tetapi mereka sendiri yang menolak dan melanggar, mengabaikan firman Allah. Oleh sebab itu sudah jelas bagaimana Israel mengalami hukuman Allah karena tidak diajar dengan benar oleh imam-imamnya. ini menjadi teguran buat kita sebagai imam atau yang mengaku sebagai hamba Tuhan tetapi tidak mengajarkan dengan benar, ini akan memberikan dampak kepada jemaatnya, jangan sampai kita mengajarkan kebenaran firman Tuhan, tetapi kita sendiri tidak melakukan kebenaran.

3. Karena Israel melupakan Allah. Hal ini dengan sengaja dilakukan oleh Israel. Kata melupakan menunjukkan kesengajaan, jadi Israel dengan sengaja melupakanTuhan. Banyak orang Kristen tidak mau diingatkan sehingga hidupnya mengalami kesusahan dan hukuman Allah, tetapi ketika orang Kristen mengalami barulah bertobat. Mari sebagai orang Kristen kita mau diingatkan bahwa Allah kudus dan cemburu, jadi kita harus hidup kudus dihadapan-Nya sehingga Allah tidak menghukum kita.

Pengenalan akan Allah sangat penting dalam hidup orang percaya. Tanpa adanya pengenalan akan Allah, umat Allah akan mengalami kebinasaan. Amin

By: Bp. Paulus Roy L.S - Minggu, 28 November ‘10

Artikel

D o a

Doa akan membuat orang berhenti berbuat dosa atau dosa akan membuat orang berhenti berdoa.
Apabila engkau berdoa adalah lebih baik hatimu penuh kesungguhan tanpa kata-kata, dari pada dengan kata-kata melimpah tapi tanpa hati yang terbeban.
Sehari yang dilewatkan tanpa doa adalah hari yang lewat begitu saja dengan sia-sia.
Doa yang berkenan kepada Allah adalah doa yang menjadi darah daging kita, bukan berdoa hanya kalau kita menghadapi keadaaan darurat.
Berdoa tanpa bekerja itu sama saja dengan mengemis, tapi bekerja tanpa berdoa itu sama saja dengan perbudakan.
Jangan berdoa apabila engkau tidak percaya Allah sanggup menjawab doamu.
Perdebatan tidak menyelesaikan masalah, tapi doa mengubah segala sesuatu.
Apabila engkau merasa asing untuk berdoa, maka engkau juga merasa asing terhadap kuasa Allah.

JADWAL IBADAH

KEBAKTIAN DOA PENGURAPAN
Jumat, 3 Desember 2010
Pk. 19.00 Wib
Pembicara: Gembala Sidang

KEBAKTIAN WANITA

Sabtu, 4 Desember 2010
Pk. 10.00 Wib
Pembicara: Ev. Ninik Justitia

KEBAKTIAN PEMUDA

Sabtu, 4 Desember 2010
Pk. 18.00 Wib
Pembicara: Sdri. Yohana

KEBAKTIAN UMUM
Minggu, 5 Desember 2010
Pk. 07.30; 10.00; 17.00 Wib
Pembicara: Gembala Sidang
(Disertai Kebaktian Anak)

KEBAKTIAN REMAJA
Minggu, 5 Desember 2010
Pk. 10.00 Wib

RH Minggu, 05 Desember 2010

BERSIKAP TEGAS (Roma 6: 1-14)

Saya punya satu kebiasaan buruk yang sulit hilang, yakni tanpa sadar mengucek-ngucek mata. Dan sekali tangan sudah mengucek, bisa lama baru berhenti. Sebenarnya saya tahu itu tak ada gunanya, dan tak membuat keadaan lebih baik. Hanya, melakukannya seolah-olah terasa "enak", semakin lama semakin "enak". Saya baru berhenti setelah mata menjadi merah dan terasa pedas, bahkan sakit. Sebenarnya jika saya mau bersikap tegas untuk berhenti ketika mulai melakukannya, tentu bisa. Namun, kerap kali saya meneruskannya karena merasa "masih enak".

Nyaris mirip dengan kebiasaan buruk saya di atas, terkadang kita juga bersikap demikian terhadap dosa. Ketika masih terasa "enak", kita tak mau berhenti melakukannya. Apalagi saat makin lama makin enak, betapa lebih sulit lagi kita menghentikannya. Begitulah, sekali kita melayani keinginan dosa, kita cenderung sulit melepaskannya. Saya tahu harus belajar tegas mengatakan "stop" pada diri sendiri, sebab Tuhan yang ada di dalam kita pasti memberi kemenangan atas dosa. Maka, jangan terlena ketika kebiasaan berdosa mulai menggoda. Lawan dan berlarilah menjauh dari dosa. Biarlah kita hidup bagi Allah saja.

RH Sabtu, 04 Desember 2010

DISENTIL TUHAN (Yunus 1)

Dalam acara bincang-bincang kaum dewasa muda, saya diminta menjadi narasumber bersama seorang rekan saya. Rekan saya ini sudah sangat lama melayani anak-anak jalanan secara penuh waktu. Dalam perbincangan, seorang peserta bertanya kepada kami: "Sampai kapan kalian akan tetap setia atau kapan kalian akan berhenti melakukan pelayanan ini?" Kalau mau jujur, saya tak ingin menghabiskan hidup saya untuk melayani mereka yang terpinggirkan. Pelayanan ini sangat melelahkan; secara fisik dan emosi. Jadi, saya menjawab bahwa saya akan tetap setia di jalur pendidikan anak, tanpa menspesifikasikan bentuk nyata kontribusi saya seperti apa. Berbeda dari saya, rekan senior saya tadi dengan tegas menyatakan: "Sampai sekarang saya tidak menemukan alasan untuk berhenti melayani mereka yang terpinggirkan. Pilihan hidup saya mungkin tidak terlihat berkelimpahan, tetapi saya menemukan bahwa dalam segala hal Tuhan mencukupkan. Saya tidak mau seperti Yunus, harus disentil dulu sama Tuhan untuk mau melayani. Daripada capek berlari dari panggilan Tuhan, lebih baik saya setia saja biar tidak perlu disentil. Toh, tidak ada alasan untuk berhenti." Jika kita sedang melayani di suatu bidang – bahkan yang tak dilirik orang - lakukan saja dengan setia. Tuhan ada di sana. Dia menanti orang yang mau berkarya tulus, menjadi utusan yang melakukan kehendak-Nya.

RH Jumat, 03 Desember 2010

ORANG KEPERCAYAAN (Matius 4: 18-22)

Ada sebuah acara televisi yang berjudul "The Apprentice" (Sang Murid). Di sana para peserta bersaing menunjukkan keahlian untuk menjadi orang kepercayaan Donald Trump, salah satu orang terkaya di dunia. Tentu saja para pesertanya adalah orang-orang berpendidikan yang terseleksi secara ketat. Dan, yang menjadi juara sudah pasti adalah seseorang yang memiliki potensi besar di dunia bisnis. Demikianlah wajarnya sikap seseorang ketika mencari orang kepercayaan. Mencari yang berpotensi, atau yang sudah jelas berprestasi. Namun, Yesus tidak demikian. Dia malah memilih orang-orang "biasa" untuk menjadi orang-orang kepercayaan-Nya. Kuncinya satu saja, yaitu "meninggalkan jala dan mengikuti Dia". Dengan kata lain, tidak lagi bergantung pada kemampuan sendiri, tetapi menyerahkan diri untuk dipakai sepenuhnya oleh Dia. Kita mungkin pernah atau sedang merasa rendah diri karena merasa tidak sehebat orang lain. Akibatnya, kita tidak berani terlibat dalam pelayanan atau hal lain. Keberhasilan pelayanan kita mutlak karena Tuhan yang menolong. Biarlah kesadaran akan campur tangan Tuhan melandasi semangat pelayanan kita, di mana saja, kapan saja. Orang yang merasa hebat tak dapat dipakai Tuhan. Sebab ketika berkarya ia bisa tidak mengijinkan Tuhan ikut terlibat.

RH Kamis, 02 Desember 2010

MENEMUI "SEMUA ORANG" (Filipi 2: 1-11)

Fred Eppinger ditunjuk menjadi CEO perusahaan asuransi besar, The Hanover Group, yang terancam bangkrut. Hari pertama berkerja, ia masuk kantor pukul enam pagi. Karena pintu utama masih tertutup, ia masuk lewat kantin. Di situ ia bertemu pegawai kantin, dan meminta dibuatkan secangkir kopi. "Boleh saja," kata pegawai itu, "Tetapi, siapa sih Anda?" Fred menjelaskan bahwa ia adalah CEO yang baru dan ini adalah hari pertamanya. Dengan kaget si pegawai berkata bahwa ia sudah bekerja selama 14 tahun dan tak pernah ada orang penting yang menginjakkan kaki ke situ, atau mengajaknya berbicara. Kemudian, Fred duduk dan menanyainya tentang apa yang ia pikirkan tentang perusahaan. Selanjutnya, lewat kedekatan hubungan dan komunikasi dengan karyawan, ia berhasil menyelamatkan Hanover. Kerap kali saat posisi kita semakin tinggi, kita mudah lupa diri dan meremehkan orang lain yang kita anggap tidak penting. Entah itu di dunia kerja, di pelayanan, atau di komunitas. Kerap kita mudah melayani orang yang kita anggap penting atau yang kita harap membawa keuntungan. Namun, kita cenderung punya alasan untuk mengabaikan mereka yang menurut kita tidak penting. Ketika dunia berdesakan hendak mencari tempat yang terutama, anak Tuhan harus dapat menjadi berkat dengan merendahkan diri.