RH 31 Juli 2011
Warta GBI Maranatha Surabaya 31 Juli 2011

JADWAL IBADAH

RABU, 20 JULI 2011
KEBAKTIAN DOA PUASA
PK. 12.00 WIB
PEMBICARA: BP. STEVEN J.

JUMAT, 22 JULI 2011
KEBAKTIAN DOA MALAM
PK. 19.00 WIB
PEMBICARA: PDT. HANDONO


SABTU, 23 JULI 2011
KEBAKTIAN WBI
PK. 10.00 WIB
PEMBICARA: BP. ANDRI WISNU

KEBAKTIAN PEMUDA
PK. 18.00 WIB
-SHARING-

MINGGU, 24 JULI 2011
KEBAKTIAN UMUM
PK. 07.30; 10.00; 17.00 WIB
PEMBICARA: PDT. FIFIE LAYANTARA
(DISERTAI KEBAKTIAN ANAK)

KEBAKTIAN REMAJA - PK. 10.00 WIB

RH Minggu, 24 Juli 2011

MEREBUT ANAK-ANAK (Markus 10: 13-14)

Dalam bukunya Arsitek Jiwa 2, pendeta senior Stephen Tong menulis demikian: "Masa kanak-kanak, khususnya di bawah usia 12 tahun, adalah masa keemasan pembentukan kehidupan yang mungkin menjadi wadah di mana Roh Kudus mengalirkan berkat melalui orang ini kepada banyak jiwa. Atau, mungkin juga menjadi wadah di mana setan memperalat orang ini untuk merusak satu masyarakat atau bangsa".

Kutipan ini menggugah kita untuk menyadari gentingnya perhatian dan pelayanan bagi orang-orang "di bawah usia 12 tahun". Yakni anak-anak di bawah pengaruh kita. Tak banyak catatan Alkitab tentang Yesus marah. Namun, salah satu yang tercatat dengan jelas adalah saat para murid melarang anak-anak mendekati Yesus. Apa artinya? Yesus juga perlu melayani anak-anak, bukan orang dewasa saja. Inilah karya Yesus yang perlu diteruskan: melayani anak-anak sedini mungkin. Dengan banyak mengajarkan firman Tuhan; dengan banyak memberi masukan dan nasihat rohani; dengan banyak mengajak mereka mempraktikkan iman dan melayani Tuhan. Agar mereka dimeterai oleh Roh Kudus menjadi alat-Nya, dan menjadi pembentuk masa depan yang menyukakan Allah!

RH Sabtu, 23 Juli 2011

AMANAT AGUNG (Matius 28: 16-20)

Amanat Agung Tuhan Yesus berisi perintah untuk menjadikan semua bangsa murid Kristus. Namun, sampai dengan abad ini, kita masih mendapati data yang memprihatinkan mengenai penginjilan dunia. Kita semestinya selalu mengingat bahwa fokus pelayanan yang Tuhan Yesus tetapkan selama berada di dunia ini adalah melayani jiwa-jiwa. Lalu jika gereja Tuhan tidak memiliki fokus untuk memenangkan jiwa-jiwa, bukankah ini sesungguhnya merupakan sesuatu yang sangat ironis? Kenyataan yang terjadi adalah gereja Tuhan terlalu berpusat ke dalam dirinya sendiri dan berorientasi pada penggemukan diri sendiri saja. Gereja Tuhan sudah cukup puas jika sudah beranggotakan ratusan atau ribuan jemaat. Ketika jumlah jemaat sudah mencapai angka tersebut, mereka menganggap bahwa tugas mereka untuk menjalankan Amanat Agung Tuhan Yesus sudah selesai.

Saudara, lihatlah di sekeliling. Ada begitu banyak jiwa yang selama ini terabaikan dan belum tersentuh oleh Injil. Apakah kita akan terus berdiam diri dan membiarkan mereka begitu saja? Ataukah hari ini kita mau mengambil keputusan untuk kembali mengerjakan dan melakukan Amanat Agung Tuhan Yesus yang sempat kita tinggalkan?

RH Jumat, 22 Juli 2011

WASPADAI KEDUA SISI (Kejadian 39: 1-7)

Keberhasilan Yusuf di rumah Potifar berkat penyertaan Tuhan sungguh mengagumkan. Kepercayaan yang diterimanya kian besar. Di kalangan pekerja di rumah itu, ia beranjak dari tingkat paling rendah sampai ke puncak. Wewenangnya untuk mengurus segala sesuatu begitu besar, hingga secara dramatis dilukiskan bahwa tuannya itu "tidak usah lagi mengatur apa-apa pun selain dari makanannya sendiri" (ay. 6). Dipandang dari segi karier, Yusuf sedang berada di puncak. Kondisi itu disempurnakan oleh penampilannya yang memikat. Di saat seperti itulah pencobaan datang. Istri majikannya melancarkan rayuan jitu (ayat 7).

Dalam arti tertentu, pencobaan di puncak keberhasilan malah lebih berbahaya. Banyak anak Tuhan terjatuh saat menapaki puncak kesuksesan. Tak tahan menanggung buaian kenikmatan. Waktu sengsara ditanggung bersama istri tercinta, tetapi waktu jaya lupa diri dan mengkhianati istri setianya. Ketika krisis rajin ke gereja, tetapi menghilang tatkala krisis berlalu. Menyalahgunakan jabatan justru ketika kepercayaan yang diberikan makin besar. Pencobaan bisa datang dari dua sisi. Kita pantas berhati-hati. Libatkan Tuhan dalam melawan pencobaan, sebab Dia sumber kemenangan.

RH Kamis, 21 Juli 2011

KEPAHITAN HIDUP (Rut 1: 1-22)

Kejatuhan Orde Baru yang diikuti kerusuhan massal mengakibatkan banyak orang lari ke luar negeri. Ada yang seluruh hartanya terjarah habis. Ada pula yang menjual segala miliknya dengan murah dan bertekad memulai hidup baru di negeri yang dianggapnya lebih aman, stabil, dan adil. Namun, tak jarang setelah mengalami hidup di negara maju, ternyata kenyataan hidup tak seindah yang diimpikan. Bahkan, banyak yang merasa hidupnya lebih berat dan susah sehingga memutuskan pulang tanah kelahirannya. Seperti itulah situasi Naomi. Ketika terjadi kelaparan di Israel, Naomi bersama keluarganya memutuskan pindah ke Moab. Apakah tinggal di tanah yang bukan pemberian Tuhan itu lebih baik? Tidak, Naomi mengalami kepahitan hingga ia mengubah namanya menjadi Mara (pahit). Ia merasa Tuhan telah melakukan banyak hal yang pahit kepadanya. Aneh bukan? Ia sendiri membuat keputusan tanpa bertanya kepada Tuhan, tetapi saat mengalami kepahitan, ia menuduh Tuhan penyebabnya. Ketika kita mengalami kesulitan dan masalah besar, apakah pertimbangan yang kerap menguasai kita? Emosi dan keinginan diri sendiri, bukan? Tak jarang Tuhan mengizinkan kita mengalaminya, agar kita belajar melihat rencana Tuhan dengan bertahan dan tabah sampai akhirnya kemenangan menjadi bagian kita.

RH Rabu, 20 Juli 2011

PECINTA BUKU (2 Timotius 4: 9-13)

Rasul Paulus juga pecinta buku yang istimewa. Ketika menulis surat kedua kepada Timotius ini, ia tengah dipenjara. Ia memohon agar Timotius segera mengunjunginya (ay. 9), dan membawakan dua barang miliknya (ay. 13). Barang pertama jubah menyiratkan bahwa ia berada di liang penjara yang lembap dan dingin. Barang kedua sungguh menarik: kitab. Dan, bukan sembarang kitab, melainkan "kitab-kitabku". Paulus memiliki perpustakaan pribadi. Koleksinya kemungkinan berupa kitab Perjanjian Lama, Injil, salinan suratnya sendiri, dan sejumlah dokumen penting lain. Di dalam penjara sekalipun, ia tidak ingin melewatkan kesempatan menekuni buku-buku.

Selain membaca Alkitab, kita perlu secara teratur membaca buku berkualitas yang membangun iman dan memperluas wawasan. Kita dapat mengembangkan koleksi perpustakaan pribadi. Seorang biarawan di Normandia pada tahun 1170 menulis, "Biara tanpa perpustakaan seperti istana tanpa gudang senjata. Buku ialah persenjataan kita." Itu juga berlaku bagi keluarga dan perseorangan, bukan?

RH Selasa, 19 Juli 2011

KEDEWASAAN (1 Korintus 13)

Banyak hal positif yang dapat kita pelajari dari sifat-sifat seorang anak kecil. Misalnya ketulusan dan kepolosan hatinya. Sifat mudah melupakan kesalahan orang lain, tidak mendendam, dan mudah memaafkan. Namun, ada juga beberapa sifat kanak-kanak yang tidak boleh terus kita bawa-bawa tatkala kita sudah menjadi dewasa. Misalnya saja keegoisan, dan sifat mudah menangis apabila keinginannya tidak tercapai. Rasul Paulus memberi sebuah peringatan bahwa tatkala kita sudah menjadi dewasa, maka kita harus menanggalkan sifat kanak-kanak kita. Proses menanggalkan sifat kanak-kanak adalah proses yang akan terus berlangsung seumur hidup. Kedewasaan rohani tidak selalu sejalan dengan bertambahnya usia. Oleh sebab itu, kita harus selalu memeriksa diri dan juga mau mendengar masukan orang lain di bagian mana kita belum mengalami kedewasaan. Dengan demikian, kita terus mengusahakan pertumbuhan rohani kita agar makin hari menjadi makin dewasa oleh pembentukan Tuhan. Satu demi satu menanggalkan sifat kanak-kanak rohani yang masih melekat, dan meminta Tuhan menolong kita untuk diubahkan serta diproses menjadi makin dewasa.

RH Senin, 18 Juli 2011

HIDUP TERKEKANG? (Keluaran 20: 1-17)

Setelah menikah dengan saya, hidup suami saya berubah. Ada banyak aturan baru yang harus ditaati: tak boleh tidur di atas jam dua pagi, tak boleh minum minuman bersoda tiap hari, dan sebagainya. Suatu pagi saat sedang sarapan, saya mengatakan bahwa ia boleh dan harus minum yoghurt yang baik bagi kesehatan. Tiba-tiba ia nyeletuk, "Begini ya rasanya hidup dipelihara Tuhan. Dijagain. Yang tidak baik dilarang, yang baik dibolehkan." Saya merenungkan dan melihat kebenaran kata-katanya. Saya memberi banyak aturan bukan untuk membatasi dan membuatnya menderita. Namun, supaya ia hidup sehat, panjang umur, dan bahagia.

Ketika Tuhan memberikan Sepuluh Perintah Allah, Dia rindu Israel menjadi bangsa yang berbeda. Menjadi bangsa yang berstandar moral tinggi; menjadi bangsa kepunyaan Allah sendiri. Sepuluh Perintah Allah tetap relevan dalam konteks budaya kita. Jika kita tidak menyadari bahwa hukum-hukum itu untuk kebaikan kita, mungkin kita akan menggerutu dan merasa Tuhan membatasi hidup kita. Hari ini, mari lakukan perintah-perintah-Nya bukan dengan terpaksa, melainkan dengan hati sukacita.

Artikel

Belajar Dari Kesalahan

Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan, tetapi orang bebal melampiaskan nafsunya dan merasa aman. (Amsal 14: 16)

Tahun 60-an, sebelum era komputer dan elektronik, seorang juru tik yang ceroboh di Houston, Texas, mencari cara untuk memperbaiki kesalahan ketiknya. Ia menemukan cat putih di garasi yang diencerkan dengan cairan pengencer, lalu mulai menghapus kesalahannya dengan 'cat' itu. Ia menunggu cat itu kering lalu mengetikkan ejaan yang benar. Rekan-rekannya menyukai gagasannya dan ingin membeli larutan buatannya. Gagasan itu menjadi populer, sampai perusahaan 3-M membeli produk dan gagasannya dengan harga tiga juta dolar. Kini, kita mengenalnya sebagai Type-Ex. Ternyata, kesalahan pun dapat menjadi ide brilian.

Tidak perlu malu karena pernah berbuat kesalahan, selama hal itu dapat menjadikan kita lebih bijaksana dari sebelumnya. Keterbatasan pengetahuan, ketidaktahuan, lupa, dan masih banyak hal lain dapat membuat kita salah dalam bertindak dan mengambil keputusan. Dalam hidup, kita pasti akan mengalami rasanya melakukan kesalahan. Namun, yang penting adalah kenali kesalahan-kesalahan itu dan belajarlah darinya, supaya kita jangan terus berkubang di kesalahan yang sama.

Di dalam Alkitab, kita juga melihat beberapa tokoh besar yang semasa hidupnya pernah berbuat salah. Sebut saja Petrus. Ia pernah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali, tetapi ia bertobat. Setelah dipulihkan, hidupnya pun menjadi berkat bagi orang banyak. Berbeda sekali dengan Yudas. Sama-sama murid Yesus, mereka juga sama-sama bersalah. Namun, bedanya Yudas lebih memilih untuk berkubang dalam lumpur dosa, sehingga ia mati sia-sia.

Presiden Roosevelt berkata, “Satu-satunya orang yang tidak membuat kesalahan adalah orang yang tidak pernah melakukan apa-apa.” Sedangkan Paul Galvin mengatakan, “Jangan takut dengan kesalahan. Kebijaksanaan biasanya lahir dari kesalahan.”

Jadi, tetaplah berkarya. Don't worry about fail!

Artikel

Kisah Carlos
Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya... (Pengkhotbah 7: 8)

Kisah sukses Carlos Arboleya akan sangat menginspirasi kita. Tahun 1960 Carlos menjabat posisi yang cukup tinggi di salah satu bank terbesar di Kuba. Perubahan besar terjadi ketika rezim komunis Fidel Castro menasionalisasi semua bank swasta. Carlos bersama isteri dan ketiga orang anaknya yang masih kecil meninggalkan Kuba menuju Amerika hanya dengan membawa 42 dolar. Dia tidak memiliki pekerjaan dan tidak kenal dengan siapapun juga.

Pekerjaan pertama yang ia dapatkan adalah sebagai juru tulis di bagian inventaris sebuah pabrik sepatu. Meski mendapat bagian yang remeh, Carlos bekerja tanpa lelah dan menunjukkan kualitas kerja yang luar biasa. 16 bulan kemudian ia menjadi manajer. Dalam waktu singkat ia direkrut oleh sebuah bank yang menjadi mitra bisnis pabrik sepatu tersebut. Selanjutnya kita kini mengenal Carlos Arboleya menjadi salah seorang bankir paling sukses di Amerika.

Dari juru tulis rendahan sampai menjadi bankir sukses. Itulah kisah seorang pengungsi yang positif. Tempat kita memulai tidak penting. Tempat yang kita tuju, itulah yang penting. Banyak tokoh Alkitab yang sukses juga memulai dari tempat yang tidak penting. Yusuf memulainya dari penjara dan perbudakan. Daud memulainya dari seorang gembala. Murid-murid Yesus memulainya dari nelayan sederhana. Namun tempat yang berhasil mereka tuju adalah luar biasa! Apa kuncinya? Penyertaan Tuhan dan hiduplah di dalam kebenaran!

Jika kita melibatkan Tuhan senantiasa di dalam hidup kita. Jika kita hidup di dalam ketaatan penuh akan Firman-Nya. Jika kita bekerja dan berusaha dengan cara-cara yang benar. Jika kita menunjukkan kualitas kerja yang luar biasa: rajin, tekun, ulet, penuh semangat, setia, berdedikasi, jujur, bisa dipercaya, memiliki kompetensi, mau berkembang, dan sebagainya, maka kita pasti akan sampai ke tempat yang kita akan tuju. Sekali lagi, yang penting bukanlah bagaimana kita mengawali, tapi bagaimana kita mengakhirinya.

Tempat kita memulai tidak penting. Tempat yang kita tuju, itulah yang penting.


Artikel

Sukses Larry-Otto

Jangan biarkan kondisi fisik yang tidak sempurna membatasi kita! Itulah pesan moral dari perjalanan sukses Larry Woody, warga Cottage Grove. Meski Larry buta, tapi dia dapat menjalankan bengkel otomotifnya secara mandiri, mulai dari mengganti saluran bahan bakar, mengganti filter bahkan menderek kendaraan! Uniknya ia memperkerjakan Otto Shima yang mengidap tuli sejak lahir, untuk menjadi asistennya! Pasangan kerja yang luar biasa, bukan? Meski demikian, ia berhasil mencapai sukses dalam pekerjaan yang digelutinya, seperti yang dilaporkan oleh Eugene Register-Guard.

Membaca kisah sukses yang dialami oleh orang-orang yang mengalami keterbatasan fisik membuat kita yang diperlengkapi dengan fisik secara normal kadangkala malu terhadap diri kita sendiri. Bagaimana tidak? Kita belum menemui tantangan yang berarti dan kita sudah menyerah lebih dulu. Masalah yang kita hadapi sebenarnya biasa-biasa saja, tapi kita sudah angkat tangan tanda tak mampu. Bukankah sangat ironis jika dibandingkan pasangan sukses Larry-Otto tersebut?

Kesuksesan Larry-Otto menunjukkan bahwa semangat hidup yang luar biasa akan membawa kita menembus batas kemustahilan. Selama kita memiliki antusiasme yang kuat, percayalah bahwa segala hal adalah mungkin! Tidak ada yang tidak mungkin! Terlebih lagi bagi kita orang percaya. Bukankah Alkitab sendiri berkata bahwa bagi Tuhan tidak ada hal yang mustahil? Demikian juga bagi kita orang percaya segala hal adalah mungkin.

Segala hal menjadi mustahil atau tidak, tergantung dari diri kita sendiri. Tergantung bagaimana cara kita memandang, bagaimana kita memaksimalkan potensi yang ada, dan bagaimana kita memiliki jiwa yang besar. Apakah hari ini Anda mengalami kesulitan, masalah dan tantangan dalam pekerjaan Anda? Yakinlah bahwa Anda selalu memiliki kemampuan yang lebih dari cukup untuk mengatasi semuanya itu bersama dengan Tuhan. Jika mereka yang cacat saja bisa, bagaimana mungkin kita yang normal tidak bisa?

Tak memiliki sayap bukan berarti membuat kita tidak mampu terbang.

Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9: 23)

Ringkasan Khotbah Minggu, 10 Juli 2011

Tiba Di Tujuan Yang Disediakan Tuhan
Keluaran 23: 20-33

Setiap orang yang berhasil adalah orang yang telah menggali potensi dirinya sehingga ia dapat mencapai suatu pencapaian-pencapaian atau level tertinggi dalam hidupnya. Bila kita belum mengalami perubahan yang mengarah pada kehidupan yang lebih tinggi dan tiba di tempat tujuan yang telah disediakan Tuhan, faktor kendalanya dimungkinkan kita belum mengembangkan potensi yang ada dalam diri kita. Ada beberapa hal yang harus kita ketahui bagaimana caranya agar kita bisa tiba di tempat tujuan yang telah Allah sediakan.
1. Mengikuti Pimpinan Tuhan (ay. 20-22). Hal ini adalah penting sekali bahwa kita berjalan bukan hanya mengikuti insting, pengalaman, kepintaran, dan kekuatan kita semata. Namun, lebih dari pada itu kita harus mengikuti pimpinan Tuhan. Mungkin muncul pertanyaan dalam benak kita, bagaimana kita mengetahui dan mengerti pimpinan Tuhan? Yaitu dengan cara berdoa dan membaca Firman Tuhan. Kita tidak akan mengerti pimpinan Tuhan bila kita tidak pernah membangun komunikasi yang intim dan akrab dengan Tuhan bahkan kita harus merenungkan Firman-Nya. Hidup yang mengikuti pimpinan Tuhan akan berjalan secara efektif dan efesien. Niscaya kita akan tiba di tempat yang telah disediakan bagi kita.

2. Membuka diri untuk ditraning oleh Tuhan (ay. 23). Dalam ayat ini Allah berfirman bahwa malaikat Tuhan akan bejalan di depan dan membawa orang Israel kepada orang Amori, Het, Feris, dan lain-lain. Kelihatannya ayat ini sangat ganjil sekali. Mengapa? Karena Allah malah membawa orang Israel untuk berhadapan langsung dengan musuh-musuh mereka. Namun perlu kita ketahui bahwa Tuhan melakukannya adalah untuk mendidik mereka sehingga mempunyai pengalaman yang berharga. Demikian dalam kehidupan kita, mungkin kita pernah mengalami suatu keadaan seolah-olah kita diarahkan dalam suatu persoalan. Tetapi satu hal yang pasti bahwa atas semuanya itu Allah memiliki tujuan untuk mendidik kita. Masalah itu dijadikan Tuhan sebagai alat atau jembatan untuk membawa kita kepada tujuan yang Tuhan persiapkan.

3. Menggunakan konsepnya Tuhan (ay. 29-30). Tidak kalah pentingnya bahwa kita juga harus menggunakan konsepnya Allah untuk membawa kita pada tujuan Tuhan. Dalam ayat ini jelas bahwa Allah tidak memusnahkan musuh Israel secara sekaligus tetapi secara berlahan. Caranya Allah tidak instan, meskipun Dia dapat melakukannya. Ada proses yang harus mendahuluinya supaya kita memiliki pengalaman-pengalaman bersama Tuhan. Bila kita ingin sukses dan bahagia dalam hidup ini maka kita harus kerja keras dan mengusahakannya. Melalui itu Tuhan akan bekerja dan menuntun kita.

By: Pdt. Irvino Pangky - Minggu, 10 Juli 2011

RH Minggu, 17 Juli 2011

TAK AKAN BERKEKURANGAN (1 Raja-raja 17: 8-16)

Pada 1964, perekonomian Indonesia benar-benar sedang terpuruk. Namun, sepasang suami istri yang tidak berpunya tetap mengulurkan tangan untuk menolong orang yang lebih tidak mampu. Mereka menampung sebuah keluarga untuk tinggal bersama di rumah kontrakan yang sangat sederhana. Akibatnya, mereka sendiri harus tidur berdesak-desakan dengan 10 anak mereka dalam sebuah kamar. Namun, Tuhan tetap memelihara kehidupan mereka. Bahkan kini, berpuluh tahun kemudian, anak-anak mereka telah memiliki kehidupan ekonomi yang jauh lebih baik.

Beberapa di antara kita mungkin berpikir bahwa ia harus menunggu kaya dulu, baru ia akan dapat menolong orang lain. Akan tetapi, kenyataannya orang demikian tidak akan pernah merasa mampu untuk menolong orang lain sebab siapa pun cenderung selalu merasa tidak puas dan berkekurangan. Sebaliknya, hati yang mau memberi dan menolong orang lain, tidak pernah bergantung dari berapa banyak yang dimiliki. Namun, bersumber dari hati yang mengasihi Tuhan. Dan, setiap orang yang suka menolong tak perlu khawatir, sebab Tuhan pasti memelihara hidupnya hingga tidak berkekurangan.

RH Sabtu, 16 Juli 2011

YANG KECIL SAJA (Filipi 4: 10-20)

Dua orang ibu tinggal di dekat pelabuhan. Setiap pagi mereka menyiapkan minuman hangat untuk para nelayan yang pulang melaut. Sebagai gantinya, mereka akan diberi beberapa ikan hasil tangkapan. Ibu yang pertama selalu berterima kasih setiap kali diberi ikan kecil maupun besar. Lain halnya dengan ibu kedua. Ia selalu panik jika diberi ikan besar. Katanya, "Maaf, bolehkah saya minta yang kecil saja?" Suatu saat, karena bingung melihat kebiasaan temannya itu, ibu pertama bertanya kepada ibu kedua, "Mengapa engkau selalu menolak diberi ikan besar?" Dengan tenang ibu itu menjawab, "Karena saya tak punya wajan yang cukup besar untuk memasaknya." Ibu pertama tak dapat menahan tawanya, "Bukankah engkau bisa memakai pisau dan memotong-motongnya?"

Seperti dua ibu itu, setiap saat kita diperhadapkan pada hal-hal kecil dan besar. Kita tetap harus menghargai hal-hal kecil. Namun, kita juga jangan menolak impian, pekerjaan, dan pelayanan yang Tuhan percayakan hanya karena kita melihat semuanya itu terlalu besar dan hati kita tidak cukup luas/iman kita terlalu kecil untuk menerima berkat-Nya. Bukan saatnya lagi "minta yang kecil saja", karena yang kita perlukan adalah kerja ekstra dan keyakinan bahwa segala perkara, seberapa pun ukurannya, dapat kita tanggung dalam Dia yang memberi kekuatan kepada kita.

RH Jumat, 15 Juli 2011

TERUS BELAJAR (Yohanes 3: 1-13)

Nikodemus adalah seorang yang mau terus belajar. Ia adalah seorang Farisi, pemimpin agama Yahudi pada zamannya. Seseorang yang dihormati masyarakat dan dipandang sebagai orang yang paling mengerti ajaran-ajaran agama. Yesus hampir pasti lebih muda dan lebih rendah secara status sosial. Namun, suatu malam ia datang kepada Yesus untuk belajar. Di tengah pengajaran-Nya, Yesus sempat mengeluarkan teguran keras (ay. 10). Sebagai seorang yang terpandang, sangat normal kalau Nikodemus tersinggung dan meninggalkan Yesus. Namun, ia merendahkan hatinya dan terus mendengarkan pengajaran Yesus, bahkan menjadi pengikut-Nya (Yoh. 19: 39).

Kerendahan hati Nikodemus ini perlu diteladani. Kerap kita merasa sudah cukup pintar, cukup senior dan terhormat sehingga tidak lagi perlu diajar. Namun, sebetulnya selama hidup, kita harus terus belajar. Tentang apa pun; pengetahuan, hikmat, iman. Juga dari siapa pun, termasuk mereka yang lebih muda dari kita. Dan kapan pun, dalam forum formal maupun informal. Membuat diri kita makin baik, bijak, dan sempurna seperti Yesus. Pertanyaannya, apakah kita cukup rendah hati untuk terus diajar?

RH Kamis, 14 Juli 2011

KASIH KARUNIA (Efesus 2: 1-10)

Kita kerap mendengar kata anugerah, tetapi seberapa banyak yang menghayati dan mengalaminya? Sebagian merasa tak layak menerimanya karena dosa yang begitu banyak. Sebagian yang lain merasa layak menerimanya karena selama ini menjalani kehidupan dengan baik. Namun, anugerah tidak ditentukan oleh baik atau buruknya diri kita. Anugerah semata-mata inisiatif Tuhan. Anugerah ialah pemberian Allah. Bukan karena perbuatan kita, talenta dan potensi kita, atau gagah dan kuat kita. Kita menyadari bahwa kita adalah manusia berdosa, yang tengah berjalan menuju kebinasaan kekal yang sangat mengerikanHidup kita makin tenggelam menuju maut dan kita memerlukan anugerah Allah untuk mengangkat dan menyelamatkan kita.

Hari ini Tuhan mungkin menjungkirbalikkan pemahaman kita tentang anugerah. Bersyukurlah bahwa Allah memilih kita bukan karena kita baik. Bersyukurlah bahwa Allah memilih kita bukan karena kita punya potensi dahsyat melayani Tuhan. Bersyukurlah bahwa Allah memilih kita bukan karena apa yang kita lakukan. Namun, karena inisiatif Allah yang penuh kasih, kudus, dan mulia.

RH Rabu, 13 Juli 2011

LUKISAN HIDUP (Yeremia 29: 1-14)

Dalam sebuah lukisan, biasanya seorang pelukis menggunakan kombinasi warna-warna terang dan gelap. Warna gelap dan terang memberi bentuk dan dimensi atas lukisan tersebut. Juga menunjukkan emosi di dalamnya. Jika warna lukisan seluruhnya terang, maka lukisan itu akan tampak datar dan tidak enak dilihat. Jika keseluruhan warna yang digunakan adalah warna gelap, kita tidak akan melihat apa-apa di situ selain kesuraman. Maka, setiap lukisan adalah gabungan warna-warna gelap dan terang. Itulah hidup. Hidup dirancang Tuhan seperti lukisan. Ada warna gelap untuk mewakili masa-masa suram dan sulit. Ada juga warna terang untuk mewakili masa-masa gemilang dan kemenangan kita. Kita adalah lukisan Tuhan. Kita harus menyadari bahwa Tuhan tidak akan membuat kita menjadi lukisan yang pucat, kusam, atau gelap. Kalaupun dalam hidup ini kita mengalami masa gelap dan terang silih berganti, mari kita memandang hal itu sebagai cara Allah membentuk kita. Agar kita makin memuliakan Dia melalui berbagai peristiwa dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh sebab itu, syukurilah setiap momen dalam hidup ini sebagai cara Allah "melukis" kita’

RH Selasa, 12 Juli 2011

POTRET YANG LEBIH BAIK (1 Yohanes 3: 1-6)

Suatu saat C.H. Spurgeon menerima buku Andrew Bonar, Commentary on Leviticus. Merasa sangat diberkati, ia mengembalikan buku itu dengan pesan, "Dr. Bonar, tolong cantumkan tanda tangan dan potret Anda di buku ini." Tak lama kemudian ia menerima lagi buku itu, dilampiri sepucuk surat pendek: "Spurgeon yang baik, ini buku dengan tanda tangan dan potret saya. Andaikan Anda mau menunggu beberapa waktu lagi, Anda akan mendapatkan gambar yang lebih baik - saya akan menjadi sama seperti Dia, sebab saya akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya (1 Yoh. 3:2)." Dr. Bonar mengutip ayat yang menunjukkan tujuan akhir setiap orang percaya, yaitu menjadi serupa dengan Kristus (Rm. 8:29). Tujuan itu akan tercapai melalui proses pengudusan yang dimulai sejak kita mengenal Kristus dan menerima kehidupan ilahi-Nya. Kekudusan hidup terpancar bukan hanya ketika kita menolak dosa dan hawa nafsu daging, tetapi terutama ketika kita berkata "ya" terhadap kehendak Tuhan. Dengan itu kita mengikuti jejak kekudusan-Nya, menjadi makin serupa dengan Dia. Apakah hari ini kita makin serupa dengan Kristus? Apakah karakter-Nya buah Roh (Gal. 5: 22-23) makin kuat terpancar dari kehidupan kita? Apakah "potret" kita makin baik?

RH Senin, 11 Juli 2011

HARI INI (Matius 25: 1-13)

Di tepi Danau Como, Italia, ada sebuah vila tua yang sangat bagus. Bertahun-tahun, vila itu dirawat begitu baik oleh seorang tukang kebun tua yang terpercaya. Seorang wisatawan yang berkunjung bertanya kepada sang tukang kebun, "Tentu pemilik vila ini kerap kemari untuk mengawasi pekerjaan Anda." Si tukang kebun menjawab, "Tidak, Tuan. Pemilik vila ini baru sekali datang kemari, 15 tahun yang lalu. Sejak itu saya belum berjumpa lagi dengannya." Wisatawan itu memuji tukang kebun itu. "Ini benar-benar mengagumkan. Tak seorang pun mengawasi Anda bekerja, tetapi Anda melakukannya dengan baik seolah-olah Anda berharap pemiliknya akan datang esok pagi." Si tukang kebun menyahut cepat, "Bukan esok pagi, tetapi hari ini!"

Sebagai orang kristiani, semestinya kita belajar dari tukang kebun yang setia itu. Semestinya kita menjalani hidup seolah-olah Tuhan Yesus segera datang kembali. Andaikata kita menjalani kehidupan seolah-olah Tuhan Yesus datang hari ini, kita pasti akan bertanggung jawab atas hidup kita. Tak ada lagi kompromi dengan dosa. Tak ada lagi hidup yang suam. Tak ada lagi waktu terbuang sia-sia. Kita akan menata waktu untuk menghasilkan lebih banyak lagi buah bagi kemuliaan-Nya.

Artikel

Ditolong Oleh Buaya

Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu. (Mazmur 119: 71)

Pada masa perang dunia II, ada sebuah metode menarik yang diterapkan dalam sebuah kamp pelatihan tentara di Amerika Serikat. Metode yang pertama kali diterapkan di Florida ini disebut dengan “gator aid” atau pertolongan buaya. Materi pelatihan yang diberikan kepada prajurit itu sebenarnya sama saja dengan kebanyakan materi-materi di tempat pelatihan lainnya, di dalamnya termasuk berlari melewati daerah yang penuh rintangan.

Namun yang membedakan adalah pada akhir tes yang tujuannya menguji daya tahan, para prajurit itu harus bergelayut pada seutas tali dan kemudian melintasinya. Tali itu sendiri dipasang di atas sebuah kolam yang lebar namun tidak terlalu dalam.

Di bawah sinar matahari, permukaan kolam sungguh berkilauan, sangat menarik hati sehingga banyak prajurit hanya menyeberang separuh kolam lalu menceburkan diri ke dalamnya dan kemudian berenang sampai ke seberang kolam. Tiba-tiba seorang Letnan yang berani memasukkan seekor buaya besar ke dalamnya. Sejak itu, setiap prajurit yang hendak melompat sudah mengambil ancang-ancang hampir lima meter dari tepi kolam dan melintasi kolam yang lebar itu tanpa mau menceburkan diri ke dalamnya dan akhirnya mereka mendarat di seberang dengan bergulingan.

Demikian pula sifat kita sebagai orang Kristen, terkadang harus dipacu oleh “dorongan” situasi yang tidak kita harapkan. Tanpa koreksi penuh kasih dari Allah dan disiplin yang sungguh-sungguh, daya tahan rohani dan kemampuan kita untuk menanggung segala sesuatu tak akan pernah bertumbuh. Jika Tuhan tidak mengizinkan kita mengalami keadaan sulit, kita akan segera terjebak dalam perasaan puas diri dan terlalu percaya diri.

Saat ini, jika Anda sedang mengalami kepedihan karena keadaan yang menekan, ingatlah perkataan Daud, “Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu” (Mzm. 119: 71).

Tantangan dalam hidup bukanlah untuk menghancurkan kita melainkan mengarahkan kita kepada Allah.

Artikel

Selamat Karena Menolong Orang Lain

Ada cerita mengenai seorang pejalan kaki yang mengadakan perjalanan di malam bersalju yang tebal dan dingin di bawah nol derajat di New England. Ia sudah begitu lelah dan tahu kakinya sudah beku. Dan ia merasa tidak dapat bergerak lebih jauh lagi. Hatinya mulai tergoda untuk menyerah dan ingin berbaring di atas salju. Tapi ia sadar itu berarti kematian. Sementara ia terus berjuang dan berjalan di atas salju, kakinya terantuk pada sebuah gundukan. Dan ternyata gundukan itu adalah tubuh seseorang. Ia membalikkan tubuh orang itu dan melihat bahwa orang itu masih hidup. Hatinya bergumul antara ditinggal atau ditolong. Ia merasa tenaganya sendiri saja seperti tinggal menunggu ajal. Ia merasa tidak mungkin menolongnya. Karena ia sendiri sedang berjuang untuk hidup.

Tapi tiba-tiba rasa belas kasihan mulai berkobar dalam dirinya. Dan ia merasakan ada sesuatu yang bergejolak yang memberi semangat baru untuk hidup bagi dirinya dan bagi orang yang ditolongnya. Ia mulai berbicara padanya dan mencoba untuk menggosok kaki tangan orang itu. Ia angkat orang itu dengan sisa tenaganya. Mulai berjalan berjuang menempuh jalan bersalju sambil membopong orang itu. Tidak lama kemudian ia menjadi berkeringat dan ia merasakan aliran darahnya mulai mengalir kembali pada anggota tubuhnya. Di kejauhan ia melihat cahaya dan ia maju terus mendekati cahaya itu. Dan akhirnya jatuh rebah tepat di depan pintu rumah orang itu.

Rumah itu adalah milik seorang petani bersama istrinya dan mereka menyeret dua tubuh laki-laki setengah kaku itu. Membawanya ke tempat perapian dan menghangatkannya. Memberikan makanan dan minuman hangat dan tempat tidur. Orang yang ditolong mengucapkan terima kasih kepada penolongnya karena telah menyelamatkan jiwanya. Pejalan kaki dari New England ini berkata,”Saya pun senang bertemu dengan anda. Oleh karena telah menolong hidup anda sebenarnya saya juga menyelamatkan hidup saya sendiri. Karena tadinya saya juga sebenarnya mau menyerah.”

Setiap usaha dan tugas yang dibuat untuk orang lain sebenarnya justru juga untuk mendatangkan keuntungan bagi diri kita sendiri. Kalau kita melukai orang lain maka sebenarnya kita juga melukai diri kita sendiri. Setiap kita memberkati orang lain, maka kita juga memberkati diri kita sendiri. Setiap kata simpati yang diucapkan pada orang yang berduka, sering juga melepaskan simpati pada diri kita sendiri.

Sebuah artikel mengatakan bahwa kesukaan berbuat baik pada orang lain memberi cahaya pada perasaan-perasaan yang memancar melalui syaraf, mempercepat sirkulasi darah dan mendukung mental bahkan kesehatan tubuh. Maka dari itu marilah kita belajar berhikmat dan bijaksana dengan melihat kebutuhan-kebutuhan orang lain. Karena kita akan dibuat antusias dan bergairah dalam hidup.

Artikel

Kesetiaan Membawa Anda Pada Promosinya Tuhan

Sebelum Joel Osteen menjadi gembala di Lakewood Church, dia bekerja kepada ayahnya selama 17 tahun dan bertanggung jawab pada bagian pelayanan televisi. Dan inilah ceritanya tentang apa artinya kesetiaan. Dulu kami membuat acara khusus televisi yang besar, konser, dan semua hal menyenangkan lainnya. Tetapi menjelang akhir hidup ayah saya, dia tidak ingin melakukannya lagi. Suatu hari, saya mendapatkan jam tayang di banyak stasiun radio untuk memancarkan acara ayah saya. Saya telah begitu bekerja keras, dan merupakan suatu kesepakatan yang besar. Saya meminta ayah saya untuk turun ke studio hanya selama satu jam saja setiap minggunya, tetapi katanya, “Joel, saya tidak ingin melakukan itu. Saya telah berumur 75 tahun. Saya hanya ingin rileks dan menggembalakan gereja.”
Saya merasa sangat kecewa. Saya pikir, “Tuhan, saya masih muda. Saya tidak ingin melakukan hal kecil. Saya memiliki mimpi yang besar. Saya ingin melakukan lebih lagi.”
“Mungkin ini saatnya untuk saya pergi. Mungkin ini saatnya bagi saya untuk mencari beberapa peluang lainnya,” demikian pikir saya.

Namun ketika saya bertanya pada hati kecil saya, saya tahu harus berada bersama ayah saya. Saya tidak tahu pasti kapan keputusan itu saya buat, tapi selanjutnya saya hanya melakukan yang terbaik hari demi hari.
Dua tahun kemudian, Ayah saya kembali ke rumah Bapa. Saya menyadari sekarang mengapa Tuhan menaruh dalam hati saya sebuah mimpi yang besar, yaitu untuk membangun pelayanan saya sendiri. Tapi saya harus menunggu waktu yang tepat dari Tuhan. Jika saja saya tidak setia dimana saya ditempatkan, dan saya tidak menghormati dan tunduk pada otoritas di atas saya dan memilih yang benar, saya percaya saya tidak akan berdiri dimana saya sekarang berada.
Teman, mungkin Anda melihat sepertinya pintu tertutup bagi mimpi Anda. Mungkin otoritas di atas Anda memiliki pemikiran yang berbeda dari Anda. Tetapi begitu Anda memutuskan untuk berbunga, ditempat Anda ditanam, dan menjaga sikap Anda; Ketika Anda memutuskan untuk tidak kecewa ketika otoritas di atas Anda tidak setuju dengan Anda, maka Anda akan menuai benih yang Anda tabur, dan Tuhan akan membawa Anda ke tempat dimana Dia mau Anda berada. Jadi tetaplah berdiri, tetaplah percaya, dan tetap lakukan yang terbaik karena Tuhan akan membawa Anda ke tempat dimana Anda belum pernah memimpikannya.

Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. (Matius 25: 23)

Ringkasan Khotbah Minggu, 03 Juli 2011

Tuhan adalah Gembalaku
(Mazmur 23: 1-6)

Seandainya kita hanya diberi satu kata untuk menggambarkan semua yang telah Tuhan lakukan dalam hidup kita, kira-kira kata apa yang paling tepat? Figur Tuhan sebagai apa yang kira-kira bisa menjadi rangkuman perjalanan hidup kita? Hari ini kita akan mempelajari ungkapan pengalaman pribadi seseorang dengan Tuhan. Perjalanan hidupnya telah membawa dia untuk mengakui bahwa Tuhan adalah gembala. Daud bisa mengalami Tuhan sebagai gembala karena hidupnya dimulai dengan Tuhan (ay. 1 - Tuhan adalah gembalaku) dan berujung pada Tuhan (ay. 6 - aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa). Menilik kedalaman nilai rohani yang terkandung dalam mazmur ini, mazmur ini tampaknya tidak ditulis oleh Daud ketika ia masih muda (masih menjadi gembala domba). Penulis mazmur ini tampaknya adalah seseorang yang telah melalui berbagai macam fase kehidupan. Kemungkinan besar mazmur ini ditulis ketika Daud melarikan diri ke padang karena dikejar-kejar Saul atau Absalom.

Apakah artinya kalau Tuhan sebagai gembala kita?
1. Sebagai gembala, Tuhan memberikan apa yang kita perlukan (ay. 1-3). Ketika ia mengibaratkan dirinya sebagai domba, Daud berkata takkan kekurangan aku di tangan Tuhan. Apa yang menjadi keperluannya disediakan Tuhan. Rumput yang hijau (pemeliharaan Tuhan tidak musiman; bukan kadang dipelihara – kadang tidak), air yang tenang (waters of rest), menyegarkan jiwaku (memulihkan jiwaku), memimpin ke jalan yang benar (walaupun itu harus melalui lembah kekelaman).
2. Sebagai gembala, Tuhan melindungi kita dalam masa yang sulit (ay. 4). Lembah kekelaman (“bayang-bayang kematian/salmawet “ atau “kegelapan yang paling dalam”/salmut); kita hanya melewati, bukan tinggal; Allah menjaga kita dengan gada dan tongkat.
3. Sebagai gembala, Tuhan memberikan sukacita (ay. 5). Dari metafora gembala, sekarang Daud sekarang beralih ke metafora lain, yaitu seorang raja yang menjamu undangannya. Ketika seorang raja yang mengadakan perjamuan, maka kata “minyak” dan “piala” melambangkan sukacita (Mzm. 104: 15; 2 Sam. 14:2). Pengalaman pribadi tersebut memberikan kepastian yang kuat bagi masa depan setiap orang yang menjadikan Tuhan sebagai yang awal dan yang utama: kita akan dikejar oleh berkat TUHAN seumur hidup kita (ay. 6a) dan kita akan tinggal dalam hadirat TUHAN seumur hidup kita (ay. 6b).


By: Gembala Sidang - Minggu, 03 Juli 2011

RH Senin, 04 Juli 2011

BERDOA BAGI INDONESIA (Yeremia 29: 1-14)

Di jejaring sosial Twitter, seseorang pernah menulis demikian: "Walau sering didiskriminasi, tetapi gereja mana pun selalu mendoakan Indonesia sebagai bagian dari doa syafaatnya." Kalimat ini kemudian disebarluaskan. Dari situ, banyak kesan yang muncul berisi pernyataan kekaguman. Ini membuat saya memikirkan dua hal. Pertama, doa kita bagi Indonesia ternyata menjadi kesaksian baik bagi orang yang belum percaya. Kedua, kesadaran bahwa dengan mendoakan Indonesia, kita sesungguhnya mencintai dan berusaha memajukan Indonesia. Inilah yang kita temukan dalam bacaan Alkitab hari ini. Konteks perikop ini adalah ketika orang Israel sedang dalam masa pembuangan di Babel. Mereka frustrasi dan membenci kehidupan di tanah asing. Namun, Tuhan justru menyuruh mereka untuk berusaha memajukan dan mendoakan kota tempat tinggal mereka itu. Adalah menarik bahwa Tuhan menggandengkan kedua kata kerja ini mendoakan dan mengusahakan. Nyatanya, kedua hal ini berhubungan erat. Bahwa ketika kita mendoakan sesuatu dengan sungguh-sungguh, maka kita pun akan tergerak untuk secara aktif mewujudkan doa-doa tersebut. Doakan Indonesia dan jadilah alat Tuhan untuk mewujudkan rencana Tuhan bagi bangsa kita.

Artikel

Lompatan Seekor Impala

Impala Afrika adalah sejenis kijang khas benua tersebut. Mahluk ini memiliki kemampuan luar biasa, yaitu melompat hingga ketinggian 10 kaki dan mencakup jarak 30 meter. Namun anehnya, Impala ini bisa dikurung di kebun binatang dalam sebuah kandang tanpa atap yang sederhana. Mengapa? Ternyata Impala tidak akan melompat kecuali mereka dapat melihat dimana kaki mereka akan mendarat.

Apakah Anda melihat kesamaan Impala ini dengan banyak orang Kristen? Orang percaya memiliki kemampuan untuk membuat lompatan iman yang akan mengubahkan kehidupannya. Tapi seringkali kita terkurung dalam sebuah tempat sempit. Orang percaya sering kali menolak untuk melakukan lompatan iman, kecuali mereka melihat dimana mereka akan mendarat.

George Mueller pernah berkata seperti ini tentang iman, “Iman tidak beroperasi dalam alam kemungkinan. Tidak ada kemuliaan bagi Allah, ketika sesuatu mungkin bagi manusia. Iman dimulai saat kemampuan manusia berakhir.”

Hal ini selaras dengan apa yang Alkitab katakan dalam Ibrani 11:1 “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Iman tidak membuat Anda melihat dimana Anda akan mendarat. Anda hanya diminta melompat dengan keyakinan bahwa Tuhan yang akan membuatnya terjadi. Ingatlah hal ini, iman dimulai saat kita sudah tidak mampu lagi!

Artikel

Masalah, Sebuah Panggilan Untuk Bangun

Jika Anda berpikir bahwa inovasi dan perubahan yang dibuat oleh orang-orang besar terjadi karena sebuah tekad untuk mengejar visi mereka, ternyata hal itu tidak seratus persen benar. Beberapa individu-individu yang membuat perubahan dan penemuan yang inovatif karena mereka dikejar oleh penderitaan.

Hal ini dialami oleh Raja Gillette yang begitu lelah menajamkan pisau cukur yang lurus sehingga ia membuat pisau cukur yang aman dan hanya sekali pakai lalu dibuang. Demikian juga dengan Chester Greenwood, ia menderita radang dingin di telinganya. Itu sebabnya ia mengembangkan pelindung telinga dan penemuannya ini berguna bagi banyak orang. Hal yang serupa dialami oleh Humphrey O’Sulliva, seorang tukang cetak yang bosan oleh rekan-rekan kerjanya yang selalu mencuri alas karet tempatnya berdiri saat bekerja dan akhirnya menciptakan sol karet untuk sepatu-sepatunya.

Kesulitan yang memaksanya untuk berinovasi juga dialami oleh seorang pemilik toko kecil yang mengalami kesulitan keuangan. Ia mengingat masa itu seperti ini:

“Saya membayar seorang sheriff $5 per hari untuk menunda keputusan atas pabrik kecil saya. Lalu datanglah seorang petugas gas, bank arena saya tidak dapat membayar tagihan tepat waktu, ia menghentikan gas saya. Saya berada ditengah-tengah eksperimen tertentu yang sangat penting, dan membiarkan petugas gas menenggelamkan saya ke dalam kegelapan yang membuat saya begitu marah sehingga saya segera mulai membaca semua tehnik gas danekonomi, dan memutuskan untuk mencoba kalau-kalau listrik dapat dibuat menggantikan gas dan memberikan para petugas gas tersebut saingan yang sangat kuat.” Orang yang berkata di atas adalah Thomas Edison, pendiri dari Edison General Electric Company, yang kemudian menjadi General Electric.

Hal penting perlu kita sadari adalah: Penderitaan merupakan panggilan bangun tidur bagi kreativitas kita. Jika kita memilih untuk membuka mata dan bangun, maka kita akan menggunakan segala kemampuan kita, dan sumber-sumber dalam diri kita untuk mendorong kita maju dan mengatasi masalah tersebut. Jadi, kesulitan apa yang sedang Anda hadapi saat ini? Bangunlah, berdoalah dan gunakan segala sumber daya yang telah Allah taruh dalam hidup Anda untuk mengatasinya.

Artikel

Kisah Sebuah Benih

Suatu kali, ada sebuah benih yang tercecer dan tidak dipedulikan orang. Karena merasa rendah diri, benih itu menganggap dirinya tidak penting. Hingga suatu hari, angin kencang datang dan membuat benih itu terbang – dia tidak tahu akan dibawa kemana – lalu tiba-tiba ia dilemparkan tanpa ampun ke sebuah tanah terbuka dan terpanggang di bawah sinar matahari. Dia merasa bingung, mengapa ia harus mengalami semuanya itu? Tetapi yang ia dapat bukanlah sebuah jawaban, tetapi air hujan sebagai gantinya terik matahari; kadang gerimis dan kadang hujan deras.

Sementara waktu berlalu dan tahun berganti, ia melihat seorang pengelana duduk di dekatnya, “Terima kasih Tuhan untuk ini. Saya sangat membutuhkan istirahat.”

“Apa yang kamu bicarakan?” benih itu bertanya. Pikirnya sang pengelana sedang mengolok-olok dirinya. Benih itu memang melihat beberapa orang duduk di dekatnya dalam beberapa tahun terakhir, namun tidak ada yang berbicara seperti itu.

“Siapa itu?” orang tersebut terkejut.

“Ini aku, Benih..”

“Benih?” Pria itu melihat pohon raksasa itu. “Apa kamu bercanda? Kamu bukan benih. Kamu pohon. Sebuah pohon raksasa!”

“Benarkah?”

“Ya! Kamu pikir kenapa semua orang itu datang ke sini?”

”Untuk apa mereka datang ke sini?”

”Untuk merasakan keteduhanmu! Jangan beritahu saya bahwa kamu tidak tahu telah mengalami pertumbuhan bersama berjalannya waktu.”

Sesaat hening ketika pengelana itu selesai mengucapkan kalimat tersebut, dan membuat benih itu sadar siapa dirinya sekarang. Benih itu sekarang telah menjadi sebuah pohon raksasa. Sambil berpikir, ia tersenyum untuk pertama kalinya. Tahun-tahun melelahkan berada dalam penyiksaan matahari dan hujan akhirnya masuk akal baginya.

“Oh! Itu artinya aku bukan benih kecil lagi! Aku tidak ditakdirkan untuk mati tanpa dikenali siapapun tetapi sebenarnya aku lahir untuk memberi keteduhan bagi orang-orang yang lelah. Wow! Sekarang hidupku seharga ribuan permata!” ucap benih yang telah menjadi sebuah pohon raksasa itu.

Tahukah Anda, kehidupan manusia serupa dengan jalan hidup benih ini. Banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya berharga, dan setiap kesukaran yang dialaminya di masa lalu adalah sebuah proses untuk membuat mereka kuat dan bertumbuh menjadi pribadi yang besar yang dapat memberkati kehidupan banyak orang.

Ingatlah bahwa hidup Anda lebih berharga dari ribuan permata, karena Anda telah ditebus dengan darah Kristus yang mahal. Hari ini sadarilah, bahwa Anda bukanlah sebuah benih lagi. Anda adalah sebuah pohon dimana ada banyak orang yang bernaung.

Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya. (Mazmur 92:13-16)

Ringkasan Khotbah Minggu, 26 Juni 2011

Tetap Mengalami berkat-Nya

Ayat atau perikop ini memberi beberapa pengertian. Pertama, Yesus meninggalkan bekal bagi murid-murid sebelum naik ke surga. Kedua, bagian ini menyatakan tanggung jawab-Nya sebagai Tuhan. Ada satu bagian Alkitab yang menyatakan, ”Aku (Yesus) tidak akan pernah membiarkan engkau menjadi yatim piatu”. Jadi dalam ayat ini menyatakan bahwa kita adalah anak Allah yang hidup dalam berkat-Nya. Efesus 2:10 menyatakan bahwa kita diciptakan dalam Yesus untuk melakukan perbuatan baik, dan Allah mau kita hidup di dalamnya, yaitu di dalam berkat Tuhan. Bandingkan dengan Efesus 1:3, ”... Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam surga.” Tetapi meskipun demikian, banyak orang Kristen yang tidak mengalami hal ini. Apa penyebab orang Kristen tidak bisa menikmati berkat Tuhan?

Penyebabnya adalah:
1. Dosa dan kejahatan kita (Yes. 59: 1-2). Tuhan tidak mendengar doa kita, padahal kita sudah berseru-seru. Tuhan tidak menolong kita pada waktu kita membutuhkannya. Jangan menyalahkan Tuhan. Lihat pada diri sendiri, jika kita sadar akan dosa kita, segera berubah dan bertobat.

2. Mengeraskan hati pada Wahyu Tuhan (Why. 3: 20). Seringkali orang kristen mengabaikan firman, bahkan seringkali kita tidak taat jika diingatkan oleh Roh kudus dalam hati kita. Dan kita lebih memilih dengan kenyataan yang ada di depan kita yang kelihatan lebih baik dari pada apa yang Roh kudus katakan dalam hati kita. Ingat ketika engkau taat pada Firman dan Roh kudus maka kita akan menikmati berkat yang jauh lebih besar.

Bagaimana supaya kita tetap hidup dalam berkat Tuhan? Caranya:
1. Menghadapi kenyataan dengan kaca mata Tuhan. Yerusalem adalah tempat terjadinya dua perkara yang berkaitan dengan Yesus, yaitu Yerusalem adalah tempat dimana Tuhan Yesus disambut oleh orang-orang yang berseru, ”Hosana, hosana, anak Daud”. Tetapi di Yerusalem pula terdapat seruan yang kasar di akhir hidup-Nya, ”salibkan Dia, salibkan Dia, bebaskan barnabas”. Suatu kenyataan yang bertolak belakang. Murid-murid setelah Yesus naik ke surga dihantui rasa takut. Mereka terpenjara oleh perasaan mereka sendiri dan mereka juga meragukan kuasa Tuhan Yesus. Jadi, jika kita ingin menikmati berkat Tuhan, keluarlah dari penjara ketakutan kita. Dan terpenting adalah jangan pernah meragukan kuasa Tuhan (Ef. 1:19. Pakai cara Tuhan, bukan cara kita sendiri.

2. Terus tinggal dalam hadirat Tuhan (Luk. 24: 53). Sekalipun banyak tantangan, doa tidak dijawab, jangan putus asa, teruslah tinggal dalam hadirat Tuhan. Kata ”terus” juga menyatakan suatu ”terobosan” untuk melawan kenyataan pahit / sakit hati, pikiran kalut, dan perasaan salah sangka terhadap Tuhan.

By: Daniel Setiawan - Minggu, 26 Juni 2011

RH Minggu, 03 Juli 2011

KESEMPATAN ITU ANUGERAH (1 Yohanes 1: 5 – 2: 6)

Ted Williams adalah seorang gelandangan yang tinggal di kemah pinggir jalan Columbus, Ohio. Pada tahun 80-an, ia adalah seorang penyiar radio, sebelum hidupnya dihancurkan oleh narkoba dan minuman keras sehingga ia kehilangan kariernya di radio. Ia hidup sebagai perampok, penipu, pemalsu, dan pengemis yang keluar masuk penjara. Suatu hari, sebuah studio rekaman menayangkan suara emasnya melalui YouTube. Dan, itu mengubah hidupnya menjadi sangat terkenal. Dalam siaran televisi NBC, William menyatakan "siap menjalani kesempatan kedua yang diberikan kepadanya".

1 Yohanes 1:8-9 berbicara tentang kesempatan baru yang Tuhan tawarkan kepada setiap orang berdosa yang mau bertobat serta dengan sungguh-sungguh datang kepada Kristus; mengakui segala dosanya. Karena Allah itu setia, Dia akan mengampuni (tidak menghukum) dan menyucikan (menjadikan bersih) segala kesalahan kita. Mari memakai kesempatan hidup yang Tuhan anugerahkan lewat pengurbanan Kristus. Yakni dengan tidak bermain-main dengan dosa, tetapi dengan menuruti perintah-perintah-Nya.

RH Sabtu, 02 Juli 2011

RAGAM EKSPRESI IMAN (Ibrani 11)

Ibrani 11 kerap disebut sebagai "Aula Para Tokoh Iman". Namun, tak salah juga kita menyebutnya sebagai "Aula Keanekaragaman Iman". Tokoh-tokoh yang tercantum di dalamnya memang memiliki satu kesamaan: mereka sama-sama orang yang "percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia" (ayat 6). Namun, lihat saja keanekaragaman bentuk iman mereka. Ekspresi iman Habel berbeda dari ekspresi iman Henokh; lain dari ekspresi iman Nuh; berlainan pula dengan ekspresi iman Yakub. Abraham mengorbankan anaknya; Musa menolak harta dan kesenangan Mesir; Rahab melindungi mata-mata Israel. Setiap orang mengungkapkan kesaksian imannya secara unik dan khas menurut panggilan hidup masing-masing. Tidak ada yang persis sama; namun masing-masing menyenangkan hati Allah.

Kita perlu memiliki iman yang serupa dengan iman orang-orang kudus di dalam Kitab Suci. Namun, kita tidak perlu meniru bulat-bulat ekspresi iman mereka. Keberadaan kita justru dimaksudkan untuk memperkaya ragam ungkapan iman kepada Allah.

RH Jumat, 01 Juli 2011

AKAR PAHIT (Ibrani 12: 1-17)

Akar pahit yang menyerang hati manusia juga bagai duri; sedikit saja menggores hati kita, racunnya akan menyebar ke seluruh hidup kita. Itu sebabnya dalam Alkitab banyak sekali ayat yang mengingatkan orang beriman agar menjaga hati. Sebab, seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati mencerminkan manusia itu. Lalu, bagaimana menjaga hati agar tidak "ditumbuhi" akar pahit? Ibrani 12:15 mengingatkan jemaat agar jangan menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, sebab itu akan menimbulkan akar pahit. Sebaliknya, jemaat Tuhan dipanggil untuk hidup kudus. Yakni, mengkhususkan hidup untuk menaati Allah, hidup dalam kasih dan kemurahan Allah, dan berdamai dengan semua orang (ay. 10, 14). Jagalah hati kita agar tidak ditumbuhi akar pahit. Orang yang hatinya dipenuhi akar pahit hanya akan menularkannya pada orang lain; dan membuat hidup serba pahit, murung, penuh ketidakpuasan, pertengkaran, selalu mencari kesalahan orang sebagai bahan kritik yang menyakitkan. Akan tetapi, orang yang hatinya dipenuhi kasih karunia Allah akan selalu menularkan perdamaian, persahabatan, dan nasihat yang membangun serta membesarkan hati. Hati pahit hanya membuat hidup suram. Hati yang dekat Tuhan membangkitkan hidup yang muram.

RH Kamis, 30 Juni 2011

DOA BUNTU (Yakobus 4: 1-3)

Tahukah Anda dead letter office (kantor surat buntu)? Sejak 1825 Kantor Pos Amerika Serikat menyediakan kantor surat buntu untuk menampung surat yang tidak dapat dikirimkan. Surat buntu biasanya karena alamat tujuan dan alamat pengirim tidak jelas, seperti surat kepada Sinterklas. Pada 2006 saja jumlah surat buntu mencapai 90 juta. Untuk melindungi privasi konsumen, surat tanpa identitas jelas itu dihancurkan, kecuali lampiran berharganya yang diambil untuk dilelang. Kalau ada surat buntu, apakah ada doa buntu? Apabila yang dimaksudkan adalah doa-doa yang tidak terjawab, firman Tuhan menjawabnya secara tegas: Ada. Rasul Yakobus menyebutkan salah satu penyebabnya. Kita berdoa, bisa jadi dengan tekun dan bersungguh-sungguh, namun kita salah arah. Bisa salah permintaan, bisa juga salah motivasi. Doa kita egois, hanya berfokus pada kepentingan diri. Kita meminta sesuatu untuk memuaskan kesenangan pribadi. Atau, tanpa meminta petunjuk Allah, kita sudah menyusun rencana tertentu, dan dengan berdoa kita berharap Dia akan menerakan cap persetujuan-Nya tanpa campur tangan lebih jauh. Doa bukanlah sarana untuk memelintir tangan Allah agar mengikuti apa saja keinginan kita. Sebaliknya, doa adalah kesempatan untuk menyelaraskan langkah kita agar seiring dengan langkah Tuhan.

RH Rabu, 29 Juni 2011

PERTOBATAN SEJATI (Ulangan 1: 41-46)

Apa bedanya bertobat dan menyesal? Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penyesalan adalah pengakuan yang menyatakan bahwa kita telah salah langkah. Sementara itu, pertobatan adalah pengakuan ditambah sikap rela memperbaiki kesalahan, dengan cara kembali tunduk pada perintah-perintah Allah. Pertobatan tanpa kesediaan untuk memperbaiki diri bukanlah pertobatan, melainkan baru penyesalan. Allah memerintahkan bangsa Israel untuk pergi dan menduduki pegunungan Amori (1:7), tetapi mereka menolaknya. Walaupun bangsa Israel memiliki alasan (1:28), jelas bahwa hal ini merupakan pemberontakan terhadap Allah. Dan, pemberontakan tersebut akhirnya mendatangkan penghukuman bagi mereka. Akan tetapi, ternyata berita penghukuman dari Allah tersebut tidak membawa mereka pada pertobatan, tetapi hanya sampai pada titik penyesalan.

Pertobatan tanpa disertai kesediaan untuk taat kepada Allah adalah pertobatan yang semu. Jadi, pertobatan bukanlah sekadar mengaku perbuatan-perbuatan salah lalu dengan emosional berupaya memperbaiki kesalahan tersebut. Pertobatan yang sejati hanya terjadi apabila kita bersedia merendahkan dan menundukkan diri kita kembali di hadapan Allah.

RH Selasa, 28 Juni 2011

PEMBUNUH RAKSASA (2 Samuel 21: 15-22)

Permainan tradisional anak-anak "main sut" masih punya pesan yang bagus sampai kini. Caranya, 2 anak saling beradu gerakan jari tangan. Telunjuk mewakili orang. Kelingking mewakili semut. Ibu jari mewakili gajah. Telunjuk menang melawan kelingking, tetapi kelingking mengalahkan ibu jari. Sedang ibu jari menang atas telunjuk. Prinsipnya, tak ada jari yang akan menang terus. Tak ada pemenang mutlak. Hidup manusia juga begitu. Siapa yang unggul atas siapa, akan silih berganti. Kita tahu Goliat si raksasa Filistin tewas di tangan Daud (1 Sam. 17: 48-50). Kita mengenal Daud sebagai pembunuh raksasa. Namun, Alkitab juga punya kisah lain. Di kemudian hari, Daud pernah nyaris dibunuh raksasa Filistin bernama Yisbi Benob, karena sangat letih berperang. Syukurlah Tuhan menolongnya melalui Abisai yang membunuh raksasa itu (ay. 16). Di dalam hidup ini, tidak ada peran tunggal. Orang satu sama lain saling membutuhkan. Sekarang saya kuat, bisa jadi esok malah melemah. Kini saya mampu memberi, lusa saya perlu menerima dari orang lain. Kita dipanggil untuk saling menopang. Saling bergantian memikul tanggung jawab. Keunggulan perlu diraih, diperjuangkan, dan dinikmati bersama. Sedangkan yang tetap jadi pemeran utama hanya ada satu: Tuhan!

RH Senin, 27 Juni 2011

MELIHAT TUHAN (Kisah Para Rasul 5: 1-10)

Menurut Yesus, hanya orang yang suci hatinya bisa melihat Allah. Kata "suci" berarti murni. Bersih. Tidak bercampur dengan apa pun. Hati yang suci mempunyai motivasi murni. Tidak mendua. Semata-mata ingin memuliakan Tuhan. Apabila orang beribadah dengan hati suci dan murni, ia pasti akan mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi. Entah lewat firman, nyanyian, bahkan ketika berdiam diri sekalipun. Sebaliknya, tanpa kesucian hati, ibadah menjadi sia-sia. Lihatlah Ananias dan Safira. Keduanya memberi persembahan istimewa. Menjual tanah untuk Tuhan, tetapi tidak dengan hati suci. Mereka memberi sambil pamer diri. Para rasul bahkan dibohongi soal jumlah yang dipersembahkan. Akibatnya, mereka tidak melihat Tuhan, malah dihukum Tuhan!

Apakah Anda sering merasa tidak puas ketika beribadah di gereja? Daripada menyalahkan apa dan siapa, periksalah diri sendiri. Sudahkah Anda beribadah dengan kesucian hati? Jika "ya", Anda tidak memerlukan khotbah hebat atau tata ibadah yang luar biasa untuk bisa bertemu Tuhan. Baru saja masuk ke rumah Allah, Anda sudah akan disapa dan berjumpa dengan-Nya!

Humor

Harimau Modern

Ada dua ekor sapi yang sedang makan rumput. Kemudian datanglah seekor harimau yang juga ikut makan rumput. Kedua sapi itu pun heran.
Sapi 1 : "Kok harimau makan rumput, ya?"
Sapi 2 : "Iya, kok tidak makan kita saja, ya?"
Harimau : "Sabar sedikit kenapa sih, saya kan mau menghabiskan selada dulu baru menu utamanya."

Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. (Matius 23: 25)

Artikel

Misteri Sebuah Cinta dan Kesetiaan

Thomas Carlyle, seorang penulis asal Inggris yang hidup di tahun 1826 menikahi Jane Welsh yang juga berprofesi penulis. Jane mendedikasikan hidup dan keberhasilannya untuk melayani suaminya. Karena memiliki penyakit pada perutnya dan juga gangguan syaraf, Thomas kadang bertemparemen kasar. Karena Jean tahu masalah yang dialami Thomas ini, dia menyediakan makanan khusus untuk Thomas dan mengusahakan keadaan di rumahnya setenang mungkin sehingga Thomas bisa terus menulis.

Thomas sendiri sering tidak menyadari sikap melayani Jane ini atau menghabiskan banyak waktu bersama dengan wanita yang mencintainya dengan sepenuh hati tersebut. Namun dia menulis tentang Jane kepada ibunya seperti ini: “Saya dapat mengatakan di dalam hati saya bahwa dia… mencintai saya dengan penuh kesetiaan yang merupakan sebuah misteri bagi saya bagaimana saya layak untuk menerimanya. Dia… terlihat begitu riang dan lembut yang masuk dalam kemuraman saya, sebuah harapan baru muncul setiap kali saya menatap matanya.”

Tahukah Anda bahwa seseorang telah mencintai kita dengan penuh kesetiaan yang masih merupakan misteri bagaimana seorang berdosa seperti kita layak menerimanya! Dia adalah Bapa, “yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua.” Cintanya begitu luas, panjang, dalam dan tinggi serta melebihi pengetahuan kita. (Efesus 3: 18-19)

Artikel

Memerintah Dengan Ketaatan

Pada abad ke sebelas, Raja Henry III dari Bavaria mulai jenuh dengan kehidupan di istana dan tekanan-tekanan sebagai seorang raja. Ia akhirnya melamar kepada Pryor Richard di sebuah biara lokal dan meminta agar dirinya diterima sebagai anggota biara tersebut. Raja Henry ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan menjadi seorang biarawan.

“Ya, Raja,” kata Pryor Richard, “Apakah Anda memahami bahwa Anda harus berjanji untuk taat di sini? Itu akan sulit bagi Anda karena Anda adalah seorang raja.”

“Saya paham,” jawab Raja Henry. “Sisa hidup saya, saya akan taat kepada Anda, sebagaimana Kristus memimpin Anda.”

“Kalau demikian saya akan memberitahukan kepada Anda apa yang harus Anda lakukan,” kata Pryor Richard. “Kembalilah ke tahta Anda dan layanilah dengan setia dimana Allah telah menempatkan Anda.”

Ketika akhirnya Raja Henry III menutup usia, suatu pernyataan ditulis: “Raja telah belajar untuk berkuasa melalui ketaatan.”

Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik. (Titus 3: 1)

Artikel

Tidak Menyerah, Bahkan Dalam Ancaman Maut

Kadang kehidupan berusaha merobohkan kita, saat kita sudah berada begitu dekat dengan mimpi kita. Hal ini pernah dialami oleh seorang pria bernama Lance Armstrong. Pada tahun 1996, Armstrong sedang di ambang pintu menuju mimpi besarnya untuk meraih gelar juara Tour de France. Dalam dunia persaingan balap sepeda, pertandingan ini menjadi ujian tertinggi kekuatan dan keuletan. Selama 22 hari, 20 tahap yang berbeda dan 2.286 mil, sejumlah atlet terbaik dunia berlomba mengarungi bukit dan lembah, melalui kota kecil dan besar untuk memenangkan gelar bergengsi itu.
Kemudian tragedi itu terjadi. Tanpa peringatan dan tanda-tanda apapun, Lance mulai batuk darah dan mengalami sakit kepala, penglihatannya menjadi kabur dan kesakitan di pangkal pahanya. Ketika hasil tes selesai dikerjakan, sebuah vonis mengejutkan disampaikan oleh dokter. Ia menderita kanker testis yang ganas. Bahkan ditemukan kanker itu telah menyebar ke perut, paru-paru, bahkan otaknya. Dilaporkan di paru-parunya saja ada 11 benjolan, bahkan beberapa sebesar bola golf. Pada otaknya ada 2 tumor yang membahayakan dan dokter menyatakan kemungkinan ia dapat bertahan hanya 50 persen saja. Dengan menganggap kanker seolah-olah tidak lebih dari tantangan bersepeda lainnya, Lance Armstrong menyingkirkan kekecewaannya dan mengembangkan suatu rencana tindakan. Mulai dari pembedahan otak sampai kemoterapi dijalaninya, ia melakukan apa saja yang ia bisa untuk tidak menyerah pada depresi, pengunduran diri atau kegagalan.
Lima bulan setelah diagnosis, Armstrong mulai berlatih kembali untuk meraih mimpinya dalam balap sepeda. Setelah menjalani pemulihan kesehatan yang ia jalani dengan cara yang luar biasa, ia meraih kemenangan yang mengagumkan di Tour de Luxumbourg, Rheinland-Pfalz Fundfarht di Jerman dan Cacade Classic di Oregon. Tidak lama setelah itu ia menduduki peringkat ke 4 di Tour of Holland dan Tour of Spain, salah satu perlombaan paling bergengsi! Pada tahun 1999, mimpinya akhirnya terwujud, ia memenangkan Tour de France dengan 7 menit, tiga puluh detik lebih cepat dari lawan-lawannya. Tidak hanya itu, ia mempertahankan gelarnya di Tour de France pada tahun 2000 dan 2001 dan menjadi pembalap satu-satunya dalam sejarah olahraga yang memenangkan gelar bergengsi itu tiga tahun berturut-turut.
Dalam hidup ini, Anda bisa menemukan hambatan dimana saja yang dapat menghalangi Anda meraih mimpi-mimpi Anda. Namun pilihannya ada di tangan Anda. Anda bisa memilih untuk berjuang dan dengan bantuan Tuhan menaklukannya dan meraih mimpi Anda, atau Anda menyerah, kalah dan mati tanpa pernah meraih apa yang telah Tuhan tetapkan dalam hidup Anda.

Ringkasan Khotbah Minggu, 19 Juni 2011

Tiga Tingkat Iman

1. TIDAK PUNYA IMAN (Mrk. 4: 37-40). Ada 3 tingkat iman yang disebutkan Tuhan Yesus. Tingkat pertama yang paling rendah adalah tidak punya iman. Orang yang tidak punya iman mempercayai bahwa Tuhan tidak peduli. Mungkin Anda berada dalam badai hari ini dan menurut Anda tampaknya Tuhan seperti sedang tertidur, tidak peduli, dan Tuhan sangat jauh. Percayalah Dia sangat mengasihi kita, bahkan hal-hal terkecil dalam hidupmu. Firman Tuhan mengatakan, "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Ptr. 5: 7)

2. IMAN YANG KURANG (Mat. 6: 30-34). Tingkat kedua adalah iman yang kurang. Iman yang kurang adalah iman yang khawatir. Iman yang sibuk dengan kekurangannya dan bukan iman yang sibuk dengan Tuhan. Orang dengan iman yang kurang mempercayai bahwa Tuhan peduli. Tetapi konsentrasinya hanya kepada kebutuhannya sendiri. Itu adalah hal yang wajar, tetapi Allah Bapa tahu kita membutuhkan semuanya itu. Jadi, daripada berfokus pada kekurangan saja lalu khawatir tentang hari esok, mulailah fokus kepada Tuhan. Arahkanlah fokus kita pada kasih dan pemeliharaan Tuhan.

3. IMAN YANG BESAR (Mat. 8: 5-8, 10). Tingkat iman yang ketiga adalah iman yang besar. Iman yang besar mengatakan bahwa Firman Tuhan adalah semua bukti yang dibutuhkan, tidak peduli apa yang dikatakan oleh situasi dan kondisi.

Apa yang dapat membuat iman bertumbuh?
1. FIRMAN TUHAN (Rm. 10: 17). Iman bisa bertumbuh dengan mendengarkan Firman Tuhan. Alkitab (Firman Tuhan) adalah makanan bagi iman. Saat kita mengkonsumsi Firman Tuhan, iman kita menjadi kuat. Iman akan terbangun secara otomatis ketika kita mengkonsumsi Firman Allah. Mulailah banyak mengkonsumsi Firman Tuhan! Setiap hari, secara teratur!
2. TUHAN YESUS (Ibr. 12: 1-2). Tuhan Yesus juga membantu kita mengembangkan iman. Kita harus membangun hubungan dengan Tuhan Yesus. Luangkan waktu mulai sekarang. Setiap saat, secara teratur!
3. PERGUMULAN KEHIDUPAN (1 Tim. 6: 12). Tidak cukup hanya dengan mendengarkan kaset/CD pengajaran Alkitab sepanjang hari. Mendengar saja tidak cukup untuk mengembangkan iman. Kita harus menggunakan iman kita untuk menghadapi pertandingan iman. Tidak peduli apa yang mungkin akan kita alami hari ini, latihan akan mengembangkan iman kita. Percayalah bahwa Tuhan akan melakukan apa yang telah Dia janjikan.

By: Gembala Sidang - Minggu, 19 Juni 2011