Ringkasan Khotbah Minggu, 31 Oktober ‘10

Digendong Allah
(Yesaya 46: 4)

Tuhan mau menyakinkan kita bahwa seseorang yang percaya kepada Yesus dan melakukan perintah-perintah-Nya, maka ia akan selalu digendong sampai masa tuanya. Ada dua penyataan Allah kepada manusia, yaitu penyataan secara umum dan penyataan secara khusus. Penyataan umum adalah orang dapat melihat, mengenal, memahami Allah, ketika manusia melihat matahari, gunung meletus, adanya hehidupan dan kematian. Penyataan khusus adalah Alkitab Firman Allah. Orang diajarkan untuk memahami kebesaran Allah dalam Yesus Kristus. Dua macam arti digendong Allah, yaitu:

1. Seperti Ibu sedang menggendong bayinya. Dalam perjalanan hidup ini sesungguhnya kita berada dalam gendongan Allah, seperti seorang Ibu menggendong bayinya. Untuk pertama kali Allah menyatakan diri-Nya Allah yang Maha Kuasa atau El-Shadai (Kej. 17:1). Ketika Abraham sudah lanjut usia dan Sara mati haid, Allah menyatakan ke maha kuasa-Nya dan menepati janji-Nya untuk memberikan Abraham keturunan. Allah menggendong orang yang sungguh-sungguh percaya dan melakukan perintah-Nya. Ia tidak pernah lupa apa yang sudah Ia katakan kepada kita saat kita digendong-Nya. Pada saat kita berada digendongan Allah, maka kita tidak akan merasa kekurangan dalam berbagai hal.

2. Menggendong dipunggung belakang. Ketika kita digendong dipunggung Tuhan sesungguhnya kita berada dalam keadaan aman, tidak kena duri. Sering kali kita tidak mengerti bahwa Yesus selalu menggendong kita, ketika kita mengalami kesulitan, kesusahan. Banyak orang tidak yakin kepada bahwa Tuhan sanggup menggangkat beban hidup. Sesungguhnya Yesus mengangkat beban berat kita (Mat. 11: 28). Sebagai orang percaya jangan kita ragu dan terus mengangkat beban kita sendirian. Serahkan semua kepada Tuhan, karena Ia menggendong kita.

Jadi Allah yang kita sembah di dalam Yesus Kristus sangat perhatian kepada umatnya sehingga Ia memberikan jaminan hidup di bumi maupun di surga. Tetaplah sungguh-sungguh bersekutu dengan-Nya selagi Ia berkenan untuk ditemui. Amin

By: Pdt. Yunias Riyadi - Minggu, 31 Oktober ‘10