JADWAL IBADAH

RABU, 20 JULI 2011
KEBAKTIAN DOA PUASA
PK. 12.00 WIB
PEMBICARA: BP. STEVEN J.

JUMAT, 22 JULI 2011
KEBAKTIAN DOA MALAM
PK. 19.00 WIB
PEMBICARA: PDT. HANDONO


SABTU, 23 JULI 2011
KEBAKTIAN WBI
PK. 10.00 WIB
PEMBICARA: BP. ANDRI WISNU

KEBAKTIAN PEMUDA
PK. 18.00 WIB
-SHARING-

MINGGU, 24 JULI 2011
KEBAKTIAN UMUM
PK. 07.30; 10.00; 17.00 WIB
PEMBICARA: PDT. FIFIE LAYANTARA
(DISERTAI KEBAKTIAN ANAK)

KEBAKTIAN REMAJA - PK. 10.00 WIB

RH Minggu, 24 Juli 2011

MEREBUT ANAK-ANAK (Markus 10: 13-14)

Dalam bukunya Arsitek Jiwa 2, pendeta senior Stephen Tong menulis demikian: "Masa kanak-kanak, khususnya di bawah usia 12 tahun, adalah masa keemasan pembentukan kehidupan yang mungkin menjadi wadah di mana Roh Kudus mengalirkan berkat melalui orang ini kepada banyak jiwa. Atau, mungkin juga menjadi wadah di mana setan memperalat orang ini untuk merusak satu masyarakat atau bangsa".

Kutipan ini menggugah kita untuk menyadari gentingnya perhatian dan pelayanan bagi orang-orang "di bawah usia 12 tahun". Yakni anak-anak di bawah pengaruh kita. Tak banyak catatan Alkitab tentang Yesus marah. Namun, salah satu yang tercatat dengan jelas adalah saat para murid melarang anak-anak mendekati Yesus. Apa artinya? Yesus juga perlu melayani anak-anak, bukan orang dewasa saja. Inilah karya Yesus yang perlu diteruskan: melayani anak-anak sedini mungkin. Dengan banyak mengajarkan firman Tuhan; dengan banyak memberi masukan dan nasihat rohani; dengan banyak mengajak mereka mempraktikkan iman dan melayani Tuhan. Agar mereka dimeterai oleh Roh Kudus menjadi alat-Nya, dan menjadi pembentuk masa depan yang menyukakan Allah!

RH Sabtu, 23 Juli 2011

AMANAT AGUNG (Matius 28: 16-20)

Amanat Agung Tuhan Yesus berisi perintah untuk menjadikan semua bangsa murid Kristus. Namun, sampai dengan abad ini, kita masih mendapati data yang memprihatinkan mengenai penginjilan dunia. Kita semestinya selalu mengingat bahwa fokus pelayanan yang Tuhan Yesus tetapkan selama berada di dunia ini adalah melayani jiwa-jiwa. Lalu jika gereja Tuhan tidak memiliki fokus untuk memenangkan jiwa-jiwa, bukankah ini sesungguhnya merupakan sesuatu yang sangat ironis? Kenyataan yang terjadi adalah gereja Tuhan terlalu berpusat ke dalam dirinya sendiri dan berorientasi pada penggemukan diri sendiri saja. Gereja Tuhan sudah cukup puas jika sudah beranggotakan ratusan atau ribuan jemaat. Ketika jumlah jemaat sudah mencapai angka tersebut, mereka menganggap bahwa tugas mereka untuk menjalankan Amanat Agung Tuhan Yesus sudah selesai.

Saudara, lihatlah di sekeliling. Ada begitu banyak jiwa yang selama ini terabaikan dan belum tersentuh oleh Injil. Apakah kita akan terus berdiam diri dan membiarkan mereka begitu saja? Ataukah hari ini kita mau mengambil keputusan untuk kembali mengerjakan dan melakukan Amanat Agung Tuhan Yesus yang sempat kita tinggalkan?

RH Jumat, 22 Juli 2011

WASPADAI KEDUA SISI (Kejadian 39: 1-7)

Keberhasilan Yusuf di rumah Potifar berkat penyertaan Tuhan sungguh mengagumkan. Kepercayaan yang diterimanya kian besar. Di kalangan pekerja di rumah itu, ia beranjak dari tingkat paling rendah sampai ke puncak. Wewenangnya untuk mengurus segala sesuatu begitu besar, hingga secara dramatis dilukiskan bahwa tuannya itu "tidak usah lagi mengatur apa-apa pun selain dari makanannya sendiri" (ay. 6). Dipandang dari segi karier, Yusuf sedang berada di puncak. Kondisi itu disempurnakan oleh penampilannya yang memikat. Di saat seperti itulah pencobaan datang. Istri majikannya melancarkan rayuan jitu (ayat 7).

Dalam arti tertentu, pencobaan di puncak keberhasilan malah lebih berbahaya. Banyak anak Tuhan terjatuh saat menapaki puncak kesuksesan. Tak tahan menanggung buaian kenikmatan. Waktu sengsara ditanggung bersama istri tercinta, tetapi waktu jaya lupa diri dan mengkhianati istri setianya. Ketika krisis rajin ke gereja, tetapi menghilang tatkala krisis berlalu. Menyalahgunakan jabatan justru ketika kepercayaan yang diberikan makin besar. Pencobaan bisa datang dari dua sisi. Kita pantas berhati-hati. Libatkan Tuhan dalam melawan pencobaan, sebab Dia sumber kemenangan.

RH Kamis, 21 Juli 2011

KEPAHITAN HIDUP (Rut 1: 1-22)

Kejatuhan Orde Baru yang diikuti kerusuhan massal mengakibatkan banyak orang lari ke luar negeri. Ada yang seluruh hartanya terjarah habis. Ada pula yang menjual segala miliknya dengan murah dan bertekad memulai hidup baru di negeri yang dianggapnya lebih aman, stabil, dan adil. Namun, tak jarang setelah mengalami hidup di negara maju, ternyata kenyataan hidup tak seindah yang diimpikan. Bahkan, banyak yang merasa hidupnya lebih berat dan susah sehingga memutuskan pulang tanah kelahirannya. Seperti itulah situasi Naomi. Ketika terjadi kelaparan di Israel, Naomi bersama keluarganya memutuskan pindah ke Moab. Apakah tinggal di tanah yang bukan pemberian Tuhan itu lebih baik? Tidak, Naomi mengalami kepahitan hingga ia mengubah namanya menjadi Mara (pahit). Ia merasa Tuhan telah melakukan banyak hal yang pahit kepadanya. Aneh bukan? Ia sendiri membuat keputusan tanpa bertanya kepada Tuhan, tetapi saat mengalami kepahitan, ia menuduh Tuhan penyebabnya. Ketika kita mengalami kesulitan dan masalah besar, apakah pertimbangan yang kerap menguasai kita? Emosi dan keinginan diri sendiri, bukan? Tak jarang Tuhan mengizinkan kita mengalaminya, agar kita belajar melihat rencana Tuhan dengan bertahan dan tabah sampai akhirnya kemenangan menjadi bagian kita.

RH Rabu, 20 Juli 2011

PECINTA BUKU (2 Timotius 4: 9-13)

Rasul Paulus juga pecinta buku yang istimewa. Ketika menulis surat kedua kepada Timotius ini, ia tengah dipenjara. Ia memohon agar Timotius segera mengunjunginya (ay. 9), dan membawakan dua barang miliknya (ay. 13). Barang pertama jubah menyiratkan bahwa ia berada di liang penjara yang lembap dan dingin. Barang kedua sungguh menarik: kitab. Dan, bukan sembarang kitab, melainkan "kitab-kitabku". Paulus memiliki perpustakaan pribadi. Koleksinya kemungkinan berupa kitab Perjanjian Lama, Injil, salinan suratnya sendiri, dan sejumlah dokumen penting lain. Di dalam penjara sekalipun, ia tidak ingin melewatkan kesempatan menekuni buku-buku.

Selain membaca Alkitab, kita perlu secara teratur membaca buku berkualitas yang membangun iman dan memperluas wawasan. Kita dapat mengembangkan koleksi perpustakaan pribadi. Seorang biarawan di Normandia pada tahun 1170 menulis, "Biara tanpa perpustakaan seperti istana tanpa gudang senjata. Buku ialah persenjataan kita." Itu juga berlaku bagi keluarga dan perseorangan, bukan?

RH Selasa, 19 Juli 2011

KEDEWASAAN (1 Korintus 13)

Banyak hal positif yang dapat kita pelajari dari sifat-sifat seorang anak kecil. Misalnya ketulusan dan kepolosan hatinya. Sifat mudah melupakan kesalahan orang lain, tidak mendendam, dan mudah memaafkan. Namun, ada juga beberapa sifat kanak-kanak yang tidak boleh terus kita bawa-bawa tatkala kita sudah menjadi dewasa. Misalnya saja keegoisan, dan sifat mudah menangis apabila keinginannya tidak tercapai. Rasul Paulus memberi sebuah peringatan bahwa tatkala kita sudah menjadi dewasa, maka kita harus menanggalkan sifat kanak-kanak kita. Proses menanggalkan sifat kanak-kanak adalah proses yang akan terus berlangsung seumur hidup. Kedewasaan rohani tidak selalu sejalan dengan bertambahnya usia. Oleh sebab itu, kita harus selalu memeriksa diri dan juga mau mendengar masukan orang lain di bagian mana kita belum mengalami kedewasaan. Dengan demikian, kita terus mengusahakan pertumbuhan rohani kita agar makin hari menjadi makin dewasa oleh pembentukan Tuhan. Satu demi satu menanggalkan sifat kanak-kanak rohani yang masih melekat, dan meminta Tuhan menolong kita untuk diubahkan serta diproses menjadi makin dewasa.

RH Senin, 18 Juli 2011

HIDUP TERKEKANG? (Keluaran 20: 1-17)

Setelah menikah dengan saya, hidup suami saya berubah. Ada banyak aturan baru yang harus ditaati: tak boleh tidur di atas jam dua pagi, tak boleh minum minuman bersoda tiap hari, dan sebagainya. Suatu pagi saat sedang sarapan, saya mengatakan bahwa ia boleh dan harus minum yoghurt yang baik bagi kesehatan. Tiba-tiba ia nyeletuk, "Begini ya rasanya hidup dipelihara Tuhan. Dijagain. Yang tidak baik dilarang, yang baik dibolehkan." Saya merenungkan dan melihat kebenaran kata-katanya. Saya memberi banyak aturan bukan untuk membatasi dan membuatnya menderita. Namun, supaya ia hidup sehat, panjang umur, dan bahagia.

Ketika Tuhan memberikan Sepuluh Perintah Allah, Dia rindu Israel menjadi bangsa yang berbeda. Menjadi bangsa yang berstandar moral tinggi; menjadi bangsa kepunyaan Allah sendiri. Sepuluh Perintah Allah tetap relevan dalam konteks budaya kita. Jika kita tidak menyadari bahwa hukum-hukum itu untuk kebaikan kita, mungkin kita akan menggerutu dan merasa Tuhan membatasi hidup kita. Hari ini, mari lakukan perintah-perintah-Nya bukan dengan terpaksa, melainkan dengan hati sukacita.

Artikel

Belajar Dari Kesalahan

Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan, tetapi orang bebal melampiaskan nafsunya dan merasa aman. (Amsal 14: 16)

Tahun 60-an, sebelum era komputer dan elektronik, seorang juru tik yang ceroboh di Houston, Texas, mencari cara untuk memperbaiki kesalahan ketiknya. Ia menemukan cat putih di garasi yang diencerkan dengan cairan pengencer, lalu mulai menghapus kesalahannya dengan 'cat' itu. Ia menunggu cat itu kering lalu mengetikkan ejaan yang benar. Rekan-rekannya menyukai gagasannya dan ingin membeli larutan buatannya. Gagasan itu menjadi populer, sampai perusahaan 3-M membeli produk dan gagasannya dengan harga tiga juta dolar. Kini, kita mengenalnya sebagai Type-Ex. Ternyata, kesalahan pun dapat menjadi ide brilian.

Tidak perlu malu karena pernah berbuat kesalahan, selama hal itu dapat menjadikan kita lebih bijaksana dari sebelumnya. Keterbatasan pengetahuan, ketidaktahuan, lupa, dan masih banyak hal lain dapat membuat kita salah dalam bertindak dan mengambil keputusan. Dalam hidup, kita pasti akan mengalami rasanya melakukan kesalahan. Namun, yang penting adalah kenali kesalahan-kesalahan itu dan belajarlah darinya, supaya kita jangan terus berkubang di kesalahan yang sama.

Di dalam Alkitab, kita juga melihat beberapa tokoh besar yang semasa hidupnya pernah berbuat salah. Sebut saja Petrus. Ia pernah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali, tetapi ia bertobat. Setelah dipulihkan, hidupnya pun menjadi berkat bagi orang banyak. Berbeda sekali dengan Yudas. Sama-sama murid Yesus, mereka juga sama-sama bersalah. Namun, bedanya Yudas lebih memilih untuk berkubang dalam lumpur dosa, sehingga ia mati sia-sia.

Presiden Roosevelt berkata, “Satu-satunya orang yang tidak membuat kesalahan adalah orang yang tidak pernah melakukan apa-apa.” Sedangkan Paul Galvin mengatakan, “Jangan takut dengan kesalahan. Kebijaksanaan biasanya lahir dari kesalahan.”

Jadi, tetaplah berkarya. Don't worry about fail!

Artikel

Kisah Carlos
Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya... (Pengkhotbah 7: 8)

Kisah sukses Carlos Arboleya akan sangat menginspirasi kita. Tahun 1960 Carlos menjabat posisi yang cukup tinggi di salah satu bank terbesar di Kuba. Perubahan besar terjadi ketika rezim komunis Fidel Castro menasionalisasi semua bank swasta. Carlos bersama isteri dan ketiga orang anaknya yang masih kecil meninggalkan Kuba menuju Amerika hanya dengan membawa 42 dolar. Dia tidak memiliki pekerjaan dan tidak kenal dengan siapapun juga.

Pekerjaan pertama yang ia dapatkan adalah sebagai juru tulis di bagian inventaris sebuah pabrik sepatu. Meski mendapat bagian yang remeh, Carlos bekerja tanpa lelah dan menunjukkan kualitas kerja yang luar biasa. 16 bulan kemudian ia menjadi manajer. Dalam waktu singkat ia direkrut oleh sebuah bank yang menjadi mitra bisnis pabrik sepatu tersebut. Selanjutnya kita kini mengenal Carlos Arboleya menjadi salah seorang bankir paling sukses di Amerika.

Dari juru tulis rendahan sampai menjadi bankir sukses. Itulah kisah seorang pengungsi yang positif. Tempat kita memulai tidak penting. Tempat yang kita tuju, itulah yang penting. Banyak tokoh Alkitab yang sukses juga memulai dari tempat yang tidak penting. Yusuf memulainya dari penjara dan perbudakan. Daud memulainya dari seorang gembala. Murid-murid Yesus memulainya dari nelayan sederhana. Namun tempat yang berhasil mereka tuju adalah luar biasa! Apa kuncinya? Penyertaan Tuhan dan hiduplah di dalam kebenaran!

Jika kita melibatkan Tuhan senantiasa di dalam hidup kita. Jika kita hidup di dalam ketaatan penuh akan Firman-Nya. Jika kita bekerja dan berusaha dengan cara-cara yang benar. Jika kita menunjukkan kualitas kerja yang luar biasa: rajin, tekun, ulet, penuh semangat, setia, berdedikasi, jujur, bisa dipercaya, memiliki kompetensi, mau berkembang, dan sebagainya, maka kita pasti akan sampai ke tempat yang kita akan tuju. Sekali lagi, yang penting bukanlah bagaimana kita mengawali, tapi bagaimana kita mengakhirinya.

Tempat kita memulai tidak penting. Tempat yang kita tuju, itulah yang penting.


Artikel

Sukses Larry-Otto

Jangan biarkan kondisi fisik yang tidak sempurna membatasi kita! Itulah pesan moral dari perjalanan sukses Larry Woody, warga Cottage Grove. Meski Larry buta, tapi dia dapat menjalankan bengkel otomotifnya secara mandiri, mulai dari mengganti saluran bahan bakar, mengganti filter bahkan menderek kendaraan! Uniknya ia memperkerjakan Otto Shima yang mengidap tuli sejak lahir, untuk menjadi asistennya! Pasangan kerja yang luar biasa, bukan? Meski demikian, ia berhasil mencapai sukses dalam pekerjaan yang digelutinya, seperti yang dilaporkan oleh Eugene Register-Guard.

Membaca kisah sukses yang dialami oleh orang-orang yang mengalami keterbatasan fisik membuat kita yang diperlengkapi dengan fisik secara normal kadangkala malu terhadap diri kita sendiri. Bagaimana tidak? Kita belum menemui tantangan yang berarti dan kita sudah menyerah lebih dulu. Masalah yang kita hadapi sebenarnya biasa-biasa saja, tapi kita sudah angkat tangan tanda tak mampu. Bukankah sangat ironis jika dibandingkan pasangan sukses Larry-Otto tersebut?

Kesuksesan Larry-Otto menunjukkan bahwa semangat hidup yang luar biasa akan membawa kita menembus batas kemustahilan. Selama kita memiliki antusiasme yang kuat, percayalah bahwa segala hal adalah mungkin! Tidak ada yang tidak mungkin! Terlebih lagi bagi kita orang percaya. Bukankah Alkitab sendiri berkata bahwa bagi Tuhan tidak ada hal yang mustahil? Demikian juga bagi kita orang percaya segala hal adalah mungkin.

Segala hal menjadi mustahil atau tidak, tergantung dari diri kita sendiri. Tergantung bagaimana cara kita memandang, bagaimana kita memaksimalkan potensi yang ada, dan bagaimana kita memiliki jiwa yang besar. Apakah hari ini Anda mengalami kesulitan, masalah dan tantangan dalam pekerjaan Anda? Yakinlah bahwa Anda selalu memiliki kemampuan yang lebih dari cukup untuk mengatasi semuanya itu bersama dengan Tuhan. Jika mereka yang cacat saja bisa, bagaimana mungkin kita yang normal tidak bisa?

Tak memiliki sayap bukan berarti membuat kita tidak mampu terbang.

Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9: 23)

Ringkasan Khotbah Minggu, 10 Juli 2011

Tiba Di Tujuan Yang Disediakan Tuhan
Keluaran 23: 20-33

Setiap orang yang berhasil adalah orang yang telah menggali potensi dirinya sehingga ia dapat mencapai suatu pencapaian-pencapaian atau level tertinggi dalam hidupnya. Bila kita belum mengalami perubahan yang mengarah pada kehidupan yang lebih tinggi dan tiba di tempat tujuan yang telah disediakan Tuhan, faktor kendalanya dimungkinkan kita belum mengembangkan potensi yang ada dalam diri kita. Ada beberapa hal yang harus kita ketahui bagaimana caranya agar kita bisa tiba di tempat tujuan yang telah Allah sediakan.
1. Mengikuti Pimpinan Tuhan (ay. 20-22). Hal ini adalah penting sekali bahwa kita berjalan bukan hanya mengikuti insting, pengalaman, kepintaran, dan kekuatan kita semata. Namun, lebih dari pada itu kita harus mengikuti pimpinan Tuhan. Mungkin muncul pertanyaan dalam benak kita, bagaimana kita mengetahui dan mengerti pimpinan Tuhan? Yaitu dengan cara berdoa dan membaca Firman Tuhan. Kita tidak akan mengerti pimpinan Tuhan bila kita tidak pernah membangun komunikasi yang intim dan akrab dengan Tuhan bahkan kita harus merenungkan Firman-Nya. Hidup yang mengikuti pimpinan Tuhan akan berjalan secara efektif dan efesien. Niscaya kita akan tiba di tempat yang telah disediakan bagi kita.

2. Membuka diri untuk ditraning oleh Tuhan (ay. 23). Dalam ayat ini Allah berfirman bahwa malaikat Tuhan akan bejalan di depan dan membawa orang Israel kepada orang Amori, Het, Feris, dan lain-lain. Kelihatannya ayat ini sangat ganjil sekali. Mengapa? Karena Allah malah membawa orang Israel untuk berhadapan langsung dengan musuh-musuh mereka. Namun perlu kita ketahui bahwa Tuhan melakukannya adalah untuk mendidik mereka sehingga mempunyai pengalaman yang berharga. Demikian dalam kehidupan kita, mungkin kita pernah mengalami suatu keadaan seolah-olah kita diarahkan dalam suatu persoalan. Tetapi satu hal yang pasti bahwa atas semuanya itu Allah memiliki tujuan untuk mendidik kita. Masalah itu dijadikan Tuhan sebagai alat atau jembatan untuk membawa kita kepada tujuan yang Tuhan persiapkan.

3. Menggunakan konsepnya Tuhan (ay. 29-30). Tidak kalah pentingnya bahwa kita juga harus menggunakan konsepnya Allah untuk membawa kita pada tujuan Tuhan. Dalam ayat ini jelas bahwa Allah tidak memusnahkan musuh Israel secara sekaligus tetapi secara berlahan. Caranya Allah tidak instan, meskipun Dia dapat melakukannya. Ada proses yang harus mendahuluinya supaya kita memiliki pengalaman-pengalaman bersama Tuhan. Bila kita ingin sukses dan bahagia dalam hidup ini maka kita harus kerja keras dan mengusahakannya. Melalui itu Tuhan akan bekerja dan menuntun kita.

By: Pdt. Irvino Pangky - Minggu, 10 Juli 2011