RH Minggu, 08 Mei 2011

JOSEF FRITZL (Yehezkiel 34: 1-16)

Josef Fritzl, seorang pria Austria berumur 73 tahun, tiba-tiba membuat heboh warga sedunia pada April 2008 yang lalu. Mengapa? Sebab pada saat itu baru diketahui bahwa selama hampir 24 tahun, ia telah menyekap dan menganiaya anaknya sendiri, Elisabeth Fritzl, di ruang bawah tanah rumahnya. Sebuah kekejaman yang tak terbayangkan dan membuat semua orang bergidik. Seorang ayah yang semestinya menjadi pelindung anak-anaknya, justru menjadi pemangsa yang buas. Mengerikan!

Dalam kapasitas kita masing-masing, selalu ada orang yang Tuhan tempatkan untuk kita pimpin. Mungkin di masyarakat, di tempat kerja, di gereja, di organisasi, di rumah, dan sebagainya. Kewajiban kita adalah menjaga mereka dengan penuh tanggung jawab dan kepedulian. Juga, menjaga diri supaya tidak terjebak memanfaatkan mereka untuk kepentingan pribadi. Sebaliknya, kalau perlu mengorbankan diri untuk mereka. Di sisi lain, kalau kita menjadi yang dipimpin, adalah tugas kita untuk menjaga agar pemimpin kita tidak menjadi salah arah. Dengan tidak memberi mereka kuasa tak terbatas dan memakai jalur-jalur pengawasan untuk ikut aktif menjagai mereka.

RH Sabtu,07 Mei 2011

BAU KOTORAN TERNAK (Amos 4: 7-13)

Ada pengamatan menarik ketika saya dan istri berkunjung ke Pulau Lombok. Di salah satu desa, pada waktu-waktu tertentu, ada kebiasaan penduduk untuk melaburi lantai rumahnya yang dari tanah dengan kotoran ternak. Wah, pasti bau! Iya, tetapi itu bau yang sengaja diciptakan. Maksudnya agar mereka selalu ingat bahwa kehidupan mereka dibangun atas dasar kerja keras; yaitu beternak sebagai pekerjaan sehari-hari. Bau itu dimaksudkan sebagai penggugah kesadaran.

Amos adalah petani dan peternak dari dusun Tekoa (Am. 1:1). Nabi yang akrab dengan hewan dan tanah. Pesan kenabiannya kerap dikemas dalam bentuk seruan dan ajakan untuk mencermati gejala-gejala alam. Kerinduan Tuhan untuk menyapa kita sungguh luar biasa. Selain melalui firman-Nya, segala jalan ditempuh-Nya untuk menggugah kesadaran kita akan kehadiran-Nya. Segala sarana dipakai-Nya untuk berbicara kepada kita. Bukan hanya melalui kejadian sehari-hari, melainkan juga melalui pancaindra kita. Apa yang kita lihat, dengar, rasa, raba, dan cium, dapat selalu menggugah kesadaran kita, betapa nikmat hadirat-Nya dan betapa benar hikmat-Nya. Sudahkah indra kita peka akan sapaan-Nya?

RH Jumat, 06 Mei 2011

MEMULAI DAN MENERUSKAN (Filipi 1: 3-11)

Dalam pertemuan dengan anak remaja, saya meminta setiap anak menuliskan hal yang membuat mereka bersyukur. Inilah jawaban mereka: sehat, punya orangtua, mendapat rezeki, punya pacar, menang lomba, bisa sekolah, bisa bermusik, dan sebagainya. Lalu saya bertanya apakah mereka masih dapat bersyukur bila satu per satu hal tadi tidak dimiliki. Kami pun sama-sama menyadari bahwa lebih mudah bersyukur untuk sesuatu yang didapat, dibanding sesuatu yang tidak didapat. Bahkan, seorang anak secara jujur berkata bahwa kadang untuk hal-hal yang didapat pun, kerap lupa bersyukur.

Para remaja yang bersama saya juga menyadari bahwa situasi keluarga, situasi lingkungan, situasi sekolah, situasi persekutuan mereka, tidak selalu seperti yang mereka harapkan. Namun, jika di tempat-tempat itu Tuhan mau memakai mereka untuk memulai suatu pekerjaan baik, mereka akan selalu punya alasan bersyukur dalam segala situasi. Sebab, Tuhan akan meneruskan pekerjaan baik itu bersama mereka sampai akhir, hingga menghasilkan buah kebenaran yang memuliakan Allah. Bagaimana dengan kita? Bersyukurlah karena Dia yang memulai karya akan meneruskannya hingga akhir melalui hidup kita.

RH Kamis, 05 Mei 2011

BIBLIOBURRO (Keluaran 33: 7-11)

Bertahun-tahun ini Luis Soriano (38 tahun), seorang guru dari kota Magdalena, Kolombia, dengan setia menjalankan biblioburro-perpustakaan di atas keledai, ke daerah-daerah terpencil. Ia membawa ratusan buku di punggung dua keledainya, agar anak-anak di daerah pinggiran dapat belajar membaca, terbantu mengerjakan PR, dan mengenal dunia. Padahal untuk mencapai anak-anak itu, ia harus berjalan empat jam sekali jalan, dengan berbagai risiko. Hingga kini, sekitar 4.000 anak telah mendapat manfaat dari program biblioburro yang Soriano jalankan sejak 1990. Juga ratusan orangtua dan orang dewasa yang ikut belajar di situ.

Inilah peran mulia guru. Mewariskan sebaik mungkin segala pengetahuan dan pengalamannya, demi keberlangsungan hidup masa depan yang lebih baik. Untuk itu, guru bahkan mesti berbagi hidup dengan murid-muridnya. Mereka berkorban, seperti Soriano. Mereka setia membimbing, seperti Musa. Mari hargai setiap orang yang berperan sebagai guru bagi kita. Kiranya Tuhan memperbarui semangat dan kemampuan setiap guru - untuk memberi lebih!

RH Rabu, 04 Mei 2011

BABAH GEMUK (Kejadian 42: 1-28)

Sewaktu kecil, saya pernah membaca sebuah komik yang ceritanya didasarkan pada perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Judul komik itu adalah Babah Gemuk. Babah Gemuk adalah seorang penjual kelontong yang baik hati, sehingga ia disukai banyak orang. Namun, ada satu keluarga yang sangat membencinya. Sampai suatu ketika, orang yang membenci Babah Gemuk itu dirampok di perjalanan dan dilukai sampai tak berdaya. Tak seorang pun mau menolong, kecuali Babah Gemuk. Tak ada yang bisa melepaskan kita dari belenggu kebencian, dan kepahitan di dalam hati kita, selain kasih. Kasih adalah obat mujarab untuk menghancurkan segala belenggu emosi dan sikap negatif di dalam diri kita. Kasih yang seperti itu bisa kita dapatkan hanya di dalam Kristus. Mintalah kasih Kristus memenuhi hati Anda, niscaya Anda akan bebas dari segala belenggu yang ada.

RH Selasa, 03 Mei 2011

BAYANG-BAYANG GELAP (Hosea 1: 2-9)

Alkitab menyingkapkan dengan jujur kehidupan Hosea. Gomer, perempuan yang dinikahinya, tidak setia. Dari tiga anak yang dilahirkannya, hanya si sulung yang membawa benih Hosea. Dari nama-nama mereka, tercermin bahwa kedua anak berikutnya bukan keturunan nabi itu (ay. 6 dan 9). Hosea harus menelan kenyataan pahit memiliki anak-anak dari buah perzinahan istrinya. Namun, dengan cara-Nya, Tuhan memakai situasi kelam itu sebagai gambaran ketidaksetiaan Israel kepada-Nya. Sekaligus, kesetiaan Hosea melukiskan kasih dan kesetiaan Tuhan sendiri. Artinya, dalam segala keburukan kondisi keluarganya, Tuhan tetap memakai Hosea. Tuhan tidak terhalang memakai hamba-Nya walau ada latar belakang keluarga yang hitam. Kalau Tuhan saja tidak, mestinya kita juga tidak. Tidak ada kegelapan yang dapat menghalangi terang Tuhan bersinar.

RH Senin, 02 Mei 2011

SESUMBAR VOLTAIRE (Matius 24: 3-14)

“Dua belas nelayan Yahudi yang bodoh memulai kekristenan; satu orang Prancis yang bijaksana akan menghentikannya." Ini pernyataan filsuf Prancis, Voltaire, saat menghadap Raja Prusia. Ia memperkirakan bahwa dalam waktu 100 tahun Alkitab akan musnah, dan 92 buku karyanya akan menggantikannya. Namun, 20 tahun setelah kematiannya, Lembaga Alkitab Jenewa membeli rumah peninggalannya untuk dijadikan tempat mencetak Alkitab. Rumah itu kemudian menjadi markas Lembaga Alkitab Bahasa Inggris dan Bahasa Asing. Selain itu, Alkitab terus menjadi buku laris; adapun 6 jilid karya Voltaire pernah terjual hanya seharga delapan ribu rupiah. Tuhan Yesus memercayakan misi pemberitaan Injil kepada para murid-Nya, dan orang percaya sepanjang sejarah gereja telah melanjutkannya. Kita dapat turut memberitakan Injil ketika Tuhan membukakan kesempatan dan juga dengan mendukung proyek penterjemahan Alkitab.

Artikel

Jangan Menyerah

Setelah dua tahun mengalami suatu penyakit autoimun langka yang tiba-tiba menyebabkan kebutaan, Lisa Fittipaldi setiap hari bangun pagi, membuka matanya dan berjalan menuju jendela ruang tidurnya. "Dan kemudian,” katanya, “menjadi jelas bagiku, seperti seember es dituangkan ke atas kepalaku, bahwa aku tidak dapat melihat. Aku segera merasa ketakutan.”

Demi memberi semangat kepada Lisa, suaminya, Al, mendorong Lisa untuk menemukan asalan untuk hidup, namun semuanya seperti sia-sia. Hingga di tahun 1995, setelah mempelajari bahwa para ahli psikologi menyarankan seni sebagai terapi depresi, ia membeli seperangkat cat air. “Saya berikan kepadanya dan berkata ‘Aku tak peduli dengan apa yang akan kaulakukan – pokoknya lakukan sesuatu!’” cerita Al. Marah dengan apa yang Lisa sebut ketidakpekaan suaminya, Lisa yang belum pernah melukis sebelumnya membuat sketsa sebuah lukisan dari ingatannya tentang empat botol kaca dengan empat warna. Ia berhasil menangkap indahnya gambar itu dengan ketajaman yang luar biasa.

Al takjub dengan kebangkitan dalam diri Lisa, sehingga ia mendorongnya untuk mendaftar ke kelas pengajaran seni selama dua minggu di Louisiana Tech University di Ruston, Louisiana. Disanalah Lisa belajar tehnik-tehnik dasar melukis begitu juga dengan strategi menghafalkan peralatan lukisnya dan menciptakan garis besar lukisannya. Dengan mengabaikan nasihat orang-orang tentang kebutaannya yang menyarankannya untuk mengambil jalur abstrak, Lisa memilih gaya melukis realistis. Gurunya kagum dengan kemampuannya menangkap “semangat batin sejati” dari subjek lukisannya.

Tiga tahun kemudian, suaminya mengirimkan sejumlah karyanya ke beberapa galeri seni, yang akhirnya menarik perhatian Florence Art Galleries di Dallas, Texas. Pada pameran pertamanya, Lisa berhasil menjual ke empat belas lukisannya sehingga merintis jalan keberhasilannya. Lukisannya, terutama cat air dan minyak, sekarang ini tergantung di lebih dari tiga puluh galeri di seluruh dunia.

Kisah Lisa Fittipaldi mengingatkan kita bahwa jika Tuhan mengijinkan sesuatu yang buruk menimpa hidup kita, Ia pasti memiliki rencana yang indah dibaliknya. Untuk itu jangan kita kecewa, marah atau putus asa. Jangan pernah putus asa kepada diri kita sendiri ataupun kepada mereka yang mengalami hal-hal buruk dalam hidupnya.

Artikel

Wawancara Dengan Tuhan

Aku bermimpi melakukan wawancara dengan Tuhan.

“Masuklah,” kata Tuhan. “Jadi, Anda ingin melakukan wawancara dengan saya?”

“Jika Anda punya waktu,” jawabku.

Tuhan tersenyum dan berkata, “Waktu saya adalah kekal. Ini cukup untuk melakukan apapun. Pertanyaan apa yang ada di pikiran Anda yang ingin ditanyakan pada saya?”

Aku bertanya, “Hal apa yang paling mengejutkan Anda yang Anda temukan pada manusia?”

Tuhan berpikir sebentar dan kemudian menjawab, “Mereka bosan menjadi anak-anak dan buru-buru ingin bertumbuh dewasa, dan kemudian ingin kembali menjadi anak-anak. Bahwa mereka mengorbankan kesehatan mereka demi menghasilkan uang dan kemudian menggunakan uang itu untuk memulihkan kesehatan mereka kembali. Mereka begitu cemas tentang masa depan, tapi mereka lupa untuk hidup di saat ini, akhirnya mereka tidak hidup di masa kini maupun di masa depan. Mereka hidup seolah-olah mereka tidak akan pernah mati, dan akhirnya mereka mati seperti mereka tidak pernah hidup.”

Tuhan menaruh tangan saya di atas tangannya dan kami terdiam sebentar. Kemudian aku bertanya, “Sebagai orangtua, pelajaran hidup seperti apa yang Anda ingin agar anak-anak Anda pelajari?”

Tuhan menjawabnya sambil tersenyum, “Belajar bahwa mereka tidak bisa membuat orang lain mencintai mereka. Yang mereka bisa lakukan hanyalah membiarkan diri mereka dicintai. Untuk belajar bahwa tidak baik membandingkan diri mereka dengan orang lain. Setiap orang akan dihakimi atas tindakannya masing-masing, bukan berdasarkan perbandingan antara satu sama lain.

Belajar bahwa orang kaya bukanlah mereka yang memiliki banyak hal, namun mereka yang memiliki kebutuhan paling sedikit. Mereka juga harus belajar bahwa hanya membutuhkan beberapa detik untuk melukai orang yang kita cintai, dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyembuhkan mereka. Belajar untuk memaafkan dengan menerapkan pengampunan. Belajar bahwa ada orang yang sangat mencintai dirinya, namun orang itu tidak tahu bagaimana caranya untuk mengungkapkan atau menunjukkan perasaannya itu.

Belajar bahwa uang bisa membeli segalanya kecuali kebahagiaan. Belajar bahwa dua orang dapat melihat satu hal yang sama namun memiliki dua pendapat yang jauh berbeda. Belajar bahwa teman sejati adalah seseorang yang tahu segala sesuatu tentang hidupnya… namun tetap mengasihinya.”

Saya duduk di sana sambil menikmati kunjungan saya di rumah Tuhan itu. Lalu saya mengakhirnya dengan berterima kasih atas waktu-Nya dan atas semua yang telah Ia lakukan untuk saya dan keluarga saya.

Dia menjawab, “Tentu. Kapan saja, 24 jam Saya ada disini. Yang Anda harus lakukan hanyalah bertanya pada Saya dan Saya akan menjawabnya.”

Ringkasan Khotbah

Kolusi dan Nepotisme
(Lukas 13: 23-24)

Orang Kristen yang bertanggungjawab berjuang untuk kebutuhan jasmaninya dan mengatasi hasrat dosa. Mengembangkan potensi diri secara maksimal dan sadar tidak mudah menjadi dewasa dan menjadi sempurna. Sebaliknya orang Kristen yang ngawur, suka kolusi dan nepotisme, kurang bertanggungjawab maka tidak mengembangkan potensi dan mau hidup gampang. Menyuap Tuhan dengan cara: Menyanjung Tuhan dan memberi persembahan. Setiap anak Tuhan pasti harus melalui perjuangan. Ada dua jenis perjuangan hidup yang harus kita lalui.

Pertama, perjuangan untuk bisa bertanggung jawab memenuhi kebutuhan jasmani kita. Kita tidak akan dapat menyelesaikan masalah dosa dalam diri kita, kalau tidak bisa menyelesaikan masalah kebutuhan jasmani secara benar. Untuk menyelesaikan masalah kebutuhan jasmani sebetulnya yang penting adalah mental yang baik. Banyak bangsa di dunia ini yang tidak ber-Tuhan seperti bangsa Indonesia, tetapi memiliki masyarakat yang baik dan makmur. Ini karena secara mental bangsa itu bertanggung jawab, sehingga bisa menyelesaikan kebutuhan jasmaninya dengan baik. Pola pikir yang salah mengakibatkan banyak orang Kristen tidak serius dan malas-malasan mengembangkan potensi dalam dirinya secara maksimal. Mereka mengharapkan selalu ada pertolongan dari Tuhan, sehingga tidak perlu susah-susah berusaha. Tuhan pasti menolong anak-anak-Nya, maka semua akan menjadi baik. Sampai-sampai mereka menyalahkan orang yang berusaha mengembangkan diri sedemikian rupa demi kehidupannya, sebab dianggap tidak mengandalkan Tuhan.

Kedua, perjuangan hidup untuk bisa mengalahkan keinginan dosa. Mungkin juga pola pikir ini diperkuat oleh terpengaruhnya orang-orang Kristen dengan budaya kolusi dan nepotisme. Mereka berpikir bahwa Tuhan bisa diajak kolusi dan nepotisme oleh orang-orang yang mengaku sebagai anak-anak-Nya. Kolusi maksudnya Tuhan dianggap bisa diajak bersekongkol untuk bertindak membela orang Kristen; caranya dengan membuat-Nya senang: menyanjung-Nya dan memberikan persembahan kepada-Nya. Nepotisme maksudnya Tuhan dianggap akan menuruti keinginan orang Kristen, sebab mereka beranggapan sebagai anak-anak-Nya.

Tuhan kita adalah Allah yang berintegritas dan tidak bisa disuap. Tetap harus ada perjuangan yang membuat kita belajar bertanggung jawab, sebab tidak ada jalan yang mudah untuk menjadi dewasa dan sempurna. Tuhan Yesus sendiri berkata, “Berjuanglah!” Tidak ada jalan yang mudah untuk menjadi dewasa selain berjuang dengan penuh tanggung jawab.

HUMOR

Tidak Selalu Seperti Yang Terlihat

“Karena ada sedikit kerusakan, pesawat Medan-Surabaya terpaksa mendarat di Jakarta. Penumpang dipersilakan turun dulu dan nanti kembali naik pesawat 1 jam lagi.”

Semua penumpang turun kecuali seorang pemuda. Pilot menghampiri pemuda itu yang ternyata adalah seorang tunanetra. "Pak, kita akan berhenti selama 1 jam, apakah Bapak tidak mau meluruskan kaki dan menghirup udara segar?"

Si pemuda tunanetra ini menjawab, "Terima kasih, Pak. Kalau boleh saya tetap di sini saja. Dan kalau Bapak tidak keberatan, tolong anjing saya yang ada di bagasi dibawa keluar supaya dia bisa jalan-jalan dan buang air."

"Tidak masalah," jawab sang pilot.

Sang pilot mengenakan kacamata hitamnya, dan pergi mengambil anjing si pemuda itu. Ketika ia melangkah keluar pesawat, semua penumpang yang sedang menunggu dan melihat bahwa pilot mereka memakai kacamata hitam dan dituntun oleh seekor anjing, langsung menukar pesawat mereka, bahkan ada juga yang menukar penerbangannya dengan maskapai penerbangan yang lain.

"Apa yang baik, yang kamu miliki, janganlah kamu biarkan difitnah. Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus."(Roma 14: 16-17)

JADWAL IBADAH

KEBAKTIAN DOA PUASA
RABU, 4 MEI 2011 - PK. 12.00 WIB
PEMBICARA: IBU YUNITA

KEBAKTIAN DOA PENGURAPAN
JUMAT, 6 MEI 2011 - PK. 19.00 WIB
PEMBICARA: GEMBALA SIDANG

KEBAKTIAN WANITA
SABTU, 7 MEI 2011 - PK. 10.00 WIB
PEMBICARA: PDT. FRANS NEMAN

KEBAKTIAN UMUM
MINGGU, 8 MEI 2011
PK. 07.30; 10.00; 17.00 WIB
PEMBICARA: PDT. ANTHONY TAN
DISERTAI KEBAKTIAN ANAK

KEBAKTIAN REMAJA - PK. 10.00 WIB