JADWAL IBADAH

KEBAKTIAN DOA MALAM
Jumat, 30 Juli 2010
Pembicara: Pdt. Kaleb Kiantoro

KEBAKTIAN WANITA
Sabtu, 31 Juli 2010
Pembicara: Pdp. Debora Y.

KEBAKTIAN PEMUDA
Sabtu, 31 Juli 2010
Pembicara: Sdr. Joshua

KEBAKTIAN UMUM
Minggu, 1 Agustus 2010
Pembicara: Gembala Sidang


RH Minggu, 01 Agustus 2010

KETENANGAN SEJATI (Mazmur 62)

Film Love on Diet mengisahkan tentang seorang gadis yang mengalami patah hati. Karena tak tahan menanggung sakit hati, ia pun mencari pelarian. Caranya: dengan terus menerus makan. Akibatnya, tubuh yang tadinya ideal berubah drastis karena obesitas. Maka, sisa film itu kemudian membeberkan perjuangannya yang berat untuk mengembalikan berat tubuh idealnya.

Ketika orang tertekan, umumnya mereka mencari pelarian untuk mengatasinya. Mulai dari makan banyak, belanja gila-gilaan, menenggak minuman keras, merokok, mengisap narkoba, atau melakukan hal-hal negatif lain. Sayangnya, semua itu takkan pernah benar-benar mengatasi stres atau sakit hati. Sebaliknya, justru akan membawa pada masalah lain yang jauh lebih besar. Hidup tidak akan pernah luput dari masalah. Ketika hati menjadi sesak, jangan lari pada yang lain. Curahkan isi hati kita kepada Allah saja, melalui doa dan pujian. Serahkan kekhawatiran dan beban kita kepada Allah. Jika ada sakit hati, mintalah Allah memampukan kita untuk mengampuni, sebagaimana Dia telah mengampuni kita. Mintalah kekuatan dan kedamaian dari Allah agar kita dapat terus melangkah menghadapi tantangan setiap hari.

RH Sabtu, 31 Juli 2010

BUKAN HANYA MENGHIBUR (2 Tawarikh 6: 12-17)

Setelah menyimak oratorium Messiah, seseorang mendatangi George Frideric Handel. Ia memuji dan menyatakan betapa para penonton sangat terhibur oleh karya itu. Oratorium memang mirip dengan musik opera, hanya saja tanpa drama dan pembabakan, dan mengandung unsur hiburan yang kuat. Namun, dalam karya yang memotret sosok Kristus ini, Handel memiliki tujuan yang berbeda. Hiburan hanyalah tujuan samping. Maka, ia menanggapi orang itu dengan berkata, "Saya sungguh prihatin kalau ternyata hanya berhasil menghibur mereka, saya berharap membuat mereka menjadi lebih baik." Lebih dari sekadar menggubah mahakarya, ia ingin memperkenalkan dan memasyhurkan Mesiasnya.

Begitu juga tujuan kita berkarya. Bukan sekadar untuk mengundang decak kagum dunia, membusungkan dada, mengejar hobi, atau memuaskan kesenangan pribadi, melainkan untuk memuliakan Allah. Sebuah karya yang tampaknya sepele sekalipun akan menjadi besar jika dapat menggugah orang untuk memuliakan Dia. Karya dan tindakan kita menjadi berarti ketika dipersembahkan bagi kemuliaan Tuhan.

RH Jumat, 30 Juli 2010

AIR SUSU DIBALAS AIR TUBA (Yehezkiel 16: 1-22)

Peribahasa "air susu dibalas air tuba" tentu sudah kerap kita dengar, dan kita merasa tak mungkin membalas kebaikan seseorang dengan kejahatan. Yerusalem membalas kebaikan Tuhan dengan perbuatan-perbuatan yang menyakiti hati-Nya. Yerusalem adalah ibarat bayi yang dibuang orangtuanya. Dengan belas kasih, Tuhan memelihara dan membesarkannya. Bahkan, sebagai wujud kasih yang dalam, Tuhan "memperistri" Yerusalem. Namun, apa balasan Yerusalem? Segala kebaikan dan tanda kasih Tuhan "dihambur-hamburkan untuk para kekasihnya", yaitu dengan menyembah segala berhala sesembahan bangsa kafir.

Gereja saat ini juga kerap bertingkah seperti istri yang tidak setia. Yakni ketika ia membiarkan pola hidup duniawi merasuk dan merusak jemaatnya. Ketika jemaat Tuhan hidup demi kesenangannya sendiri, bukan menyenangkan Tuhan. Sebagai manusia baru yang telah ditebus oleh darah Tuhan Yesus, selayaknya kita menjauhi dosa, serta melayani Tuhan dan sesama dengan penuh kasih. Dengan demikian kita tak membalas kasih-Nya dengan "air tuba", tetapi juga dengan sesuatu yang menyukakan-Nya.

RH Kamis, 29 Juli 2010

MEMERCAYAKAN DIRI (Ibrani 11: 5,6)

Seorang bapak cemas. Pesta pernikahan anaknya akan digelar di alam terbuka. Padahal tiap hari turun hujan. Jika hujan turun saat pesta berlangsung, semua acara bisa berantakan! Seorang teman menawarkan solusi. "Pakailah pawang hujan," ujarnya, "Serahkan saja kepadanya, semua pasti beres!" Sebagai orang beriman, sang bapak menolak. Ia merenung: "Daripada memercayakan diri pada pawang, lebih baik aku memercayakan diri kepada Yesus, Raja alam raya." Ia pun bertelut. Berserah. Hatinya menjadi tenang. Saat pesta berlangsung, cuaca ternyata cerah!

Beriman berarti memercayakan diri kepada Tuhan dan kuasa-Nya. Orang yang beriman harus yakin bahwa Allah ada dan sanggup memberi upah kepada mereka yang sungguh-sungguh mencari-Nya. Hanya dengan memercayakan diri, kita memperoleh ketenangan. Mengapa Anda tidak khawatir menyimpan uang di bank? Karena Anda memercayakan diri pada nama baik bank itu. Mengapa Anda tidak khawatir melepas anak-anak di sekolah? Karena Anda memercayakan mereka kepada para guru. Dengan cara yang sama, percayakanlah diri Anda pada Tuhan! Berjalanlah dengan-Nya, maka hati Anda pun tenang.

RH Rabu, 28 Juli 2010

HANYA HARI MINGGU (1 Tesalonika 4: 1-12)

Seorang pendeta mengibaratkan banyak orang kristiani seperti majalah Time, yang membagi hidup mereka menjadi banyak "rubrik", dengan "rubrik" religius hanya setengah halaman, itu pun di bagian belakang. Yakni orang kristiani yang menjalankan kehidupan kristianinya hanya pada hari Minggu, sementara pada hari-hari lain mereka jauh dari cara hidup kristiani. Ironis memang, tetapi ini kenyataan. Pada hari Minggu, orang kristiani berbondong-bondong memadati gereja. Namun, pada hari Senin sampai Sabtu, orang begitu terfokus pada pekerjaan yang menumpuk dan jadwal yang padat, hingga tak terpikir untuk menyertakan Tuhan.

Paulus mengingatkan kita supaya lebih sungguh-sungguh berusaha memiliki hidup yang berkenan kepada Allah. Hidup kudus seharusnya merupakan gaya hidup kita. Jadi, setiap hari kita harus mengizinkan Tuhan memimpin hidup kita. Dengan menempatkan kehendak Tuhan sebagai yang utama, sebenarnya kita sedang mendatangkan keuntungan bagi hidup kita sendiri, sebab di situlah kita akan mendapati hidup yang paling indah. Tuhan menyertai kita setiap hari maka lakukan kehendak-Nya setiap hari pula.

RH Selasa, 27 Juli 2010

MENDIDIK ANAK (1 Samuel 2: 12-26)

Film Horsemen yang beredar di Indonesia pada September 2009, berkisah tentang seorang detektif yang bernama Aidan Breslin. Istrinya telah meninggal dan ia harus mengurus 2 anaknya sendirian. Kesibukannya dalam pekerjaan membuat ia jarang sekali punya waktu buat kedua anaknya. Apalagi ketika ia ditugaskan untuk menyelidik kasus pembunuhan sadis di kotanya. Akhir kisah, ia berhasil mengungkap kasus tersebut yang ternyata bersumber pada anak-anak yang kehilangan perhatian dan kasih sayang orangtuanya. Tragisnya, Alex, anak sulungnya, ternyata juga terlibat.

Tampaknya kesibukan Eli sebagai imam bagi bangsa sebesar Israel dengan berbagai tuntutan dan persoalannya, telah begitu banyak menyita waktu dan tenaga Eli. Sehingga, ia tidak lagi dapat memantau anak-anaknya. Kerap kali sebagai orangtua, kita hanya fokus pada kebutuhan materi anak-anak. Padahal kebutuhan rohani, berupa waktu bersama dan perhatian, tidak kalah penting. Tidak sedikit orangtua karena berbagai alasan, enggan untuk mendisiplin anak-anaknya. Akibatnya, tindakan mereka menjadi tidak terkendali. Salah satu pemberian terbaik orangtua buat anak-anaknya adalah waktu bersama mereka.

RH Senin, 26 Juli 2010

SENSOR ANAK (Mazmur 119: 33-40)

Sebagai bos perusahaan software terbesar di dunia, ternyata Bill Gates tidak membebaskan anak-anaknya menghabiskan waktu di depan komputer tanpa kenal batas. Gates dan istrinya, Melinda, sepakat membatasi putri mereka yang baru berusia sepuluh tahun, untuk bermain game komputer maksimal 45 menit setiap hari, dan enam puluh menit saja pada akhir pekan. Waktu lainnya di depan komputer semata adalah untuk mengerjakan tugas sekolah. Selain itu, dengan bantuan perangkat lunak khusus, Gates tetap mengawasi situs apa saja yang dijelajahi si anak via internet setiap hari.

Teknologi sangat cepat berubah. Dan anak-anak sekarang sangat mudah menerima dan menjadi akrab dengannya. Sebagai orangtua, kita perlu mengajak anak menyukai firman Tuhan sejak dini. Salah satunya dengan meneladankan kesetiaan membaca Alkitab. Kita tak tahu seperti apa kemajuan teknologi yang kelak dihadapi anak-anak kita. Namun hikmat Allah melalui firman-Nya dapat selalu menjawab setiap pergumulan anak-anak kita, walaupun kita tak di sisi mereka.

HUMOR


ORANG GILA

Ada 26 orang gila yang akan diuji kesehatan mentalnya di Amerika Serikat. Mereka diangkut menggunakan pesawat yang besar. Saat di udara, orang-orang gila itu berisik karena bermain bola di dalam pesawat.
Sang kapten marah dan menyuruh ko-pilot untuk menenangkan mereka.
"Hei! Kalian ini di pesawat! Jangan main bola dalam pesawat dong!" bentak ko-pilot kepada orang-orang gila tersebut.
Akhirnya situasi menjadi tenang. Tapi lama-lama si kapten curiga karena situasinya terlalu tenang. Dia menyuruh lagi ko-pilotnya untuk mengecek ke belakang. Ko-pilot kaget karena orang gilanya tinggal 4 orang.

"Hei, kalian! Kok, tinggal berempat? Yang lain ke mana?"
"Karena kita tidak boleh main bola di dalam pesawat, mereka bermain bola di luar pesawat!" kata seorang gila yang masih tinggal.
"Apa !?!", ko-pilot tersebut kaget, "Lalu kenapa kalian masih ada di dalam pesawat?" tanya ko-pilot.
"Kami cuma pemain cadangan, kok!"

Supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan dan bibirmu memelihara pengetahuan. (Amsal 5: 2)

Artikel


BETAPA LUCUNYA, TAPI NYATA ...
Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan); namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan basketball diperpanjang waktunya. namun kita mengeluh ketika khotbah di gereja lebih lama sedikit daripada biasa.

Betapa sulitnya untuk membaca satu perikop dari Kitab Suci; namun betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser namun lebih senang duduk di bangku paling belakang di gereja.

Betapa sulitnya untuk menyesuaikan jadwal waktu kita, 2 atau 3 minggu sebelumnya untuk suatu acara gereja; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari suatu bab sederhana dari Injil untuk disharingkan dengan orang lain; namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain itu.
Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran; namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci.

Betapa setiap orang ingin masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berpikir, atau mengatakan apa-apa, atau berbuat apa-apa.

Betapa kita dapat menyebarkan seribu lelucon melalui e-mail, dan menyebarluaskannya dengan FORWARD seperti api; namun kalau ada mail yang isinya tentang Kerajaan Allah; betapa seringnya kita ragu-ragu, enggan membukanya dan mensharingkannya, serta langsung klik pada icon DELETE.

ANDA TERTAWA ...?

ANDA BERPIKIR-PIKIR?

Artikel


Bersepeda Bersama Yesus

Pada awalnya, aku memandang Tuhan sebagai seorang pengamat; seorang hakim yang mencatat segala kesalahanku, sebagai bahan pertimbangan apakah aku akan dimasukkan ke surga atau dicampakkan ke dalam neraka pada saat aku mati. Dia terasa jauh sekali, seperti seorang raja. Aku tahu Dia melalui gambar-gambar-Nya, tetapi aku tidak mengenal-Nya.

Ketika aku bertemu Yesus, pandanganku berubah. Hidupku menjadi bagaikan sebuah arena balap sepeda, tetapi sepedanya adalah sepeda tandem, dan aku tahu bahwa Yesus duduk di belakang, membantu aku mengayuh pedal sepeda.
Aku tidak tahu sejak kapan Yesus mengajakku bertukar tempat, tetapi sejak itu hidupku jadi berubah. Saat aku pegang kendali, aku tahu jalannya. Terasa membosankan, tetapi lebih dapat diprediksi. Biasanya, hal itu tak berlangsung lama. Tetapi, saat Yesus kembali pegang kendali, Ia tahu jalan yang panjang dan menyenangkan. Ia membawaku mendaki gunung, juga melewati batu-batu karang yang terjal dengan kecepatan yang menegangkan. Saat-saat seperti itu, aku hanya bisa menggantungkan diriku sepenuhnya pada-Nya!

Terkadang rasanya seperti sesuatu yang 'gila', tetapi Ia berkata, "Ayo, kayuh terus pedalnya!"
Aku takut, khawatir dan bertanya, "Aku mau dibawa ke mana?" Yesus tertawa dan tak menjawab, dan aku mulai belajar percaya. Aku melupakan kehidupan yang membosankan dan memasuki suatu petualangan baru yang mencengangkan. Dan ketika aku berkata, "Aku takut!" Yesus menurunkan kecepatan, mengayuh santai sambil menggenggam tanganku.
Ia membawaku kepada orang-orang yang menyediakan hadiah-hadiah yang aku perlukan. Orang-orang itu membantu menyembuhkan aku, mereka menerimaku dan memberiku sukacita. Mereka membekaliku dengan hal-hal yang aku perlukan untuk melanjutkan perjalanan. Perjalananku bersama Tuhanku. Lalu, kami pun kembali mengayuh sepeda kami.
Kemudian, Yesus berkata, "Berikan hadiah-hadiah itu kepada orang-orang yang membutuhkannya; jika tidak, hadiah-hadiah itu akan menjadi beban bagi kita." Maka, aku pun melakukannya. Aku membagi-bagikan hadiah-hadiah itu kepada orang-orang yang kami jumpai, sesuai kebutuhan mereka. Aku belajar bahwa ternyata memberi adalah sesuatu yang membahagiakan.

Pada mulanya, aku tidak ingin mempercayakan hidupku sepenuhnya kepada-Nya. Aku takut Ia menjadikan hidupku berantakan; tetapi Yesus tahu rahasia mengayuh sepeda. Ia tahu bagaimana menikung di tikungan tajam, Ia tahu bagaimana melompati batu karang yang tinggi, Ia tahu bagaimana terbang untuk mempercepat melewati tempat-tempat yang menakutkan. Aku belajar untuk diam sementara terus mengayuh? Menikmati pemandangan dan semilir angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahku selama perjalanan bersama Sahabatku yang setia: Yesus Kristus.
Dan ketika aku tidak tahu apa lagi yang harus aku lakukan, Yesus akan tersenyum dan berkata, "Mengayuhlah terus, Aku bersamamu."

Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. (Yesaya 43: 2)

Aku sendiri hendak berjalan di depanmu dan hendak meratakan gunung-gunung, hendak memecahkan pintu-pintu tembaga dan hendak mematahkan palang-palang besi. (Yesaya 45: 2)

Ringkasan Khotbah 18 Juli 2010


HIDUP YANG MAKSIMAL
(Daniel 6: 1-4)

Babel adalah Negara super power di jamannya, wilayah pemerintahannya sangat luas, oleh karena itu diangkat 120 gubernur untuk mengatur wilayah Babel. Di samping 120 orang gubernur diangkat juga 3 (tiga) orang wakil raja dan salah satunya Daniel. Kalau mau dilihat Daniel bukanlah orang Media, bukan juga menantu raja tetapi dia bisa menjadi orang nomor dua di istana raja Darius. Daniel adalah contoh teladan orang yang hidup Maksimal .

APA RAHASIA DANIEL MENJADI MAKSIMAL?

Daniel mempunyai roh yang luar biasa (ay. 4). Apakah roh yang luar biasa itu?
1. Roh yang tidak mau menyerah pada nasib. Kalau ada orang yang mau meratapi nasibnya orang itu adalah Daniel. Daniel adalah orang yang dapat meratapi nasibnya karena dia lahir pada saat bangsa Israel sedang porakporanda. Tetapi sebaliknya dia tidak mau meratapi nasibnya. Kalau roh yang luar biasa itu memenuhi hati dan pikiran kita maka kita tidak akan menjadi orang yang gagal. Kalau saudara percaya bahwa Tuhan menyertai kita, jangan kita menyerah pada nasib.

2. Roh yang tidak mau biasa-biasa. Maksudnya bukan suka yang mewah-mewah. Ketika orang cepat merasa puas dengan apa yang ada, maka saat itu ia akan berhenti pada titik kemajuan dan mengalami kemunduran. Daud mengalami kemunduran bukan ketika dia berperang melawan Goliat, bukan saat dia dikejar-kejar raja Saul, tetapi saat dia merasakan kemapanan.

Kalau kita ingin maju pandanglah ke depan dan jangan hanya mau yang biasa-biasa saja atau puas dengan apa yang ada. Daniel adalah orang yang hidup pada 3 (tiga) jaman tetapi dia tidak berhenti untuk hidup maksimal. AMIN

By: Pdt. Henoch Wilianto - 18 Juli 2010