KHOTBAH

J A L A N T U H A N
(Mazmur 107:7)

Allah membawa orang percaya kepada jalan-Nya, yaitu jalan yang benar dan memberikan kelegaan. “Dibawa-Nya mereka menempuh jalan yang lurus, sehingga sampai ke kota tempat kediaman orang” (Mazmur 107:7). Dikatakan juga dalam Yeremia 10:23 bahwa “manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.” Adakah kita saat ini berjalan di jalan Tuhan?
Empat langkah supaya kita dapat berjalan di jalan Tuhan adalah:

1. Berpikir yang lurus.
Pikiran kita mempengaruhi langkah yang kita ambil. Untuk dapat berjalan di jalan Tuhan yang lurus, kita harus memiliki pikiran yang lurus, yaitu pikiran yang positif. Paulus berkata dalam Filipi 4:8, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang..., pikirkanlah semuanya itu.” Hal ini juga disadari oleh Daud, sehingga ia berdoa: “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku”(Mazmur 139:23).

2. Melihat yang lurus.
Sebagian besar hidup kita dipengaruhi oleh mata. Apa yang kita lihat itu juga mempengaruhi iman kita kepada Tuhan, karena itu kita perlu melihat yang lurus – seperti yang dilakukan oleh Abraham. Dijelaskan dalam Roma 4:19-21 bahwa “Imannya tidak menjadi lemah, walaupun... Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, ...” Melihat yang lurus juga berarti bahwa kita melihat sisi yang positif dari sesama kita, seperti Tuhan Yesus melihat mereka. Paulus berkata dalam 2 Korintus 5:16-17, “Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia.... Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:...”

3. Mendengar yang lurus.
Jangan suka mendengarkan hal-hal yang tidak baik, tetapi dengarkanlah hal-hal yang dapat membangun iman kita kepada Tuhan. “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,... tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam” (Mazmur 1:1-2). Pemazmur mengatakan hal ini dengan tujuan supaya telinga kita hanya mendengar yang baik saja.

4. Berbicara yang lurus.
Firman Tuhan dengan tegas menyatakan supaya kita mengeluarkan kata-kata baik, yang menghibur dan menguatkan orang lain. “…buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono—karena hal-hal ini tidak pantas—tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur” (Efesus 4:25; 5:4). Daud adalah salah satu contoh orang yang belajar berbicara lurus. Ia berkata kepada Tuhan: “Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!” (Mazmur 141:3). Amin

By. Pdt. Gideon L.Sugiarto - Minggu, 10 Feb 2008

ARTIKEL 2

PERTUMBUHAN IMAN

Satu-satunya pertarungan yang patut bagi orang Kristen yang terpanggil untuk melaksanakannya adalah pertandingan iman yang benar. Apabila kita ikut dalam suatu pertandingan yang lain coraknya, maka ini berarti kita berada dalam pertandingan yang keliru. Kita tidak perlu menandingi Iblis, karena Yesus telah menaklukan Iblis. Kita tidak perlu lagi menandingi dosa, sebab Yesus telah menjadi Penebus bagi dosa-dosa kita. Walaupun demikian kita masih menghadapi satu pertarungan, yakni pertarungan untuk menegakkan iman. Dalam hal ini kita masih menghadapi musuh-musuh atau rintangan-rintangan.

Musuh yang terbesar, – pada hakekatnya semua rintangan terhadap iman yang terpusat pada diri kita, – ialah kurangnya pengertian mengenai Firman Tuhan.
Kita tidak mungkin memiliki iman atau kepercayaan yang melebihi dari pengetahuan kita mengenai Firman Tuhan. Akan tetapi iman kita akan bertumbuh dengan sendirinya apabila pengertian kita tentang Firman Tuhan pun ikut bertumbuh (Rm 10:17). Apabila iman kita tidak bertumbuh, maka hal itu disebabkan oleh karena pengetahuan kita tentang Firman Tuhan tidak bertumbuh. Dan kita pun tidak dapat bertumbuh atau berkembang secara rohani, apabila kita tidak bertumbuh dalam iman kita. Oleh karena itu hendaklah kita mencurahkan perhatian sepenuhnya terhadap hal ini. Mulailah dari sekarang untuk memperdalam pengetahuan tentang Firman Tuhan!!!

ARTIKEL 1

TANAH YANG BERBATU ?
Ada banyak Kristen “tanah berbatu” di jaman ini. Pada mulanya, mereka menerima Firman Tuhan dengan gembira. Mereka mendengar pesan tentang kemakmuran misalnya, kemudian mereka pulang ke rumah dan berkata “Haleluya! Saya akan menjadi makmur di dalam nama Yesus!”
Tetapi kemudian entah bagaimana, segala sesuatu tidak berjalan sebagaimana yang mereka harapkan. Saldo bank mereka tidak menjadi dua kali lipat dalam semalam. Mereka mengalami kekecewaan dan dikritik, sehingga iman mereka menjadi layu.

Jika kita tidak menginginkan hal itu terjadi atas diri kita, maka tetapkan hati kita saat ini bahwa kita tidak akan membiarkan saat-saat sukar itu mengalahkan kita. Putuskan saat ini bahwa kita akan bergantung pada Firman Tuhan, bahkan ketika penganiayaan dan kesusahan datang. Ketika kita memutuskan untuk berjalan dengan iman, kita tidak menghindari pencobaan, tetapi kita belajar untuk mengatasinya. Jika kita membiarkan Firman Allah tertanam di dalam hati kita, kita akan belajar tentang iblis lebih banyak daripada yang pernah kita ingin ketahui karena iblis akan berusaha melakukan usaha terbaiknya untuk melihat Firman itu tidak berbuah di dalam hidup kita. Ia akan berusaha untuk mengacaukan kita pada saat kita berpaling. Kita akan mendapat masalah, tetapi perbedaannya sekarang kita memiliki jawabannya – Firman Tuhan.

Puji Tuhan, karena melalui Yesus Kristus kita memiliki kuasa untuk mengalahkan iblis. Pada saat iblis mendatangkan masalah dan mengecewakan kita, kita tidak perlu berbaring dan membiarkannya melindas kita. Lawanlah iblis terus-menerus dengan iman sampai kita menang. Mungkin, kita akan roboh juga suatu saat. Tetapi pada saat itu, bangkitlah kembali dan katakan “Lihatlah ke sini iblis, aku tidak akan membiarkan engkau mencuri Firman Tuhan dari dalam hatiku. Firman itu ada di hatiku dan aku merenungkannya; aku mengucapkan Firman Tuhan itu dengan mulutku dan aku menerapkannya sampai berkat Allah turun ke atasku. Jika engkau tidak mempercayaiku, bersembunyilah dan lihatlah!” Jika kita bersikap seperti itu dan tidak peduli dengan apa yang iblis lakukan, maka ia tidak pernah akan menjadikan kita orang Kristen “tanah berbatu”.

Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad.” Markus 4:16-17

RH 24 PEB'08

Bacaan setahun: Bil. 14-16; Mrk. 3
PERINTAH YANG SALAH DIMENGERTI (MATIUS 5:38-48)
Geoffrey, seorang Kristen yang setia, menanggapi dengan serius perintah Tuhan untuk memberikan pipi kiri bila ada yang menampar pipi kanannya. Namun ia salah paham mengenai arti pengajaran tersebut. Misalnya, saat seseorang menyerangnya, ia menyodorkan pipinya yang lain kepada penyerang tersebut dan mengizinkannya untuk memukulnya lagi. Katanya, "Sekarang saya sudah memenuhi perintah Tuhan." Kemudian ia melanjutkan dengan memukul sang penyerang hingga pingsan. Pengarang Rusia yang bernama Leo Tolstoy juga melakukan kesalahan yang sama. Ia berkata bahwa kita seharusnya benar-benar tidak menolak bila ada seseorang yang mencuri milik kita atau menyakiti kita. Ia berteori bahwa orang yang bersalah tersebut akan segera merasa malu dan akan memperbaiki kesalahan mereka. Namun pikirannya ini salah. Masyarakat tidak berlaku seperti itu.

Lalu apa yang dimaksud oleh Yesus? Maksud yang sebenarnya adalah kita seharusnya tidak membiarkan nafsu untuk membalas mendominasi hidup kita. Sebaliknya, kita harus mengikuti prinsip memberi dan memaafkan. Melalui kuasa Roh Kudus, kita akan mampu melakukan dengan baik apa yang diperintahkan Yesus.

RH 23 PEB'08

Bacaan setahun: Bil. 12,13; Mzm. 90; Mrk. 2
BERBAGAI ALASAN (YAKOBUS 1:21-27)
Tidak percaya, tidak berminat, terlalu sibuk dan malas merupakan alasan yang sering dipakai orang untuk tidak membaca Alkitab. Gamaliel Bradford, seorang penulis biografi berkebangsaan Amerika mengakui bahwa, "Saya tidak membaca Perjanjian Baru karena takut akan membangkitkan badai kecemasan, menyalahkan diri sendiri, dan keraguan serta perasaan takut bahwa saya telah mengambil jalan yang salah, atau takut menjadi seorang pengkhianat terhadap Allah yang sederhana dan polos."

Takut menghadapi kegagalan, perasaan bersalah dan dosa, bukanlah suatu alasan yang logis untuk tidak membaca Alkitab! Alkitab seperti mesin sinar X yang menembus topeng kebaikan dan mampu menunjukkan setiap keganasan rohani. Alkitab memungkinkan kita melihat bagaimana Allah memandang segala penyakit rohani yang terburuk. Alkitab juga memperkenalkan kita kepada Tabib Agung yang dapat menyembuhkan dosa kita dan memberi kita kesembuhan rohani.

RH 22 PEB'08

Bacaan setahun: Bil. 10,11; Mzm. 27; Mrk. 1
SATU-SATUNYA CARA MENOLONG (KISAH 12:1-19)
Saya melirik jam. Celaka, sudah pukul 13.45! Saya telah berjanji pada putri saya Lisa, yang akan bermain piano dalam kompetisi untuk mendapatkan beasiswa pada pukul 13.30, untuk berdoa baginya. Namun saya sibuk sekali sehingga lupa akan janji itu. Sekarang telah pukul 13.45. Saat ini ia tentu telah menyelesaikan permainan pianonya. Saya duduk dengan perasaan hampa yang dalam. Saya tahu bahwa satu-satunya cara membantu Lisa di tengah kompetisinya adalah dengan memohon kepada Allah untuk membuatnya tenang dan membantunya mengingat kembali musik yang telah dilatihnya.

Melalui peristiwa ini saya diingatkan tentang betapa pentingnya doa sebagai suatu mata rantai penghubung antara kita dengan orang-orang yang tidak dapat kita capai. Dengan berbicara kepada Tuhan mengenai kebutuhan orang yang kita kasihi, kita memiliki kesempatan yang unik untuk membuat suatu perubahan bagi hidup mereka—sekalipun kita tidak dapat hadir bersama mereka. Apapun situasi yang dialami oleh mereka, doa akan selalu merupakan cara yang efektif untuk mendukung dan memberi pertolongan kepada mereka.

RH 21 PEB'08

Bacaan setahun: Bil. 8,9; Kis. 28
CAHAYA LUCIFER (MATIUS 6:19-24)
Dalam perikop ini Yesus membuat suatu pernyataan yang tampaknya kontradiktif. Dia menyebut terang yang gelap. Kita akan dapat memahami kata-kataNya dengan membandingkan dua macam cahaya. Pertama-tama, perhatikanlah kerdipan cahaya dari kunang-kunang. Ada dua zat kimia yang langka, yakni luciferas dan luciferin, yang menghasilkan cahaya pada kunang-kunang tersebut. Kedua nama tersebut berhubungan dengan kata lucifer, yang berarti "menghasilkan cahaya." Kini perhatikan cahaya matahari, kecemerlangannya membutakan. Jika dibandingkan, maka cahaya kunang-kunang dapat disebut "kegelapan."

Bila fokus kita adalah hal-hal rohani, maka hidup kita akan dipenuhi dengan cahaya. Namun bila kita hidup untuk harta duniawi, kita akan dipenuhi oleh cahaya yang gelap, yang digambarkan Yesus sebagai kegelapan yang sangat gelap. Uang dapat membuat hidup kita sedikit cerah, namun uang tidak dapat menyembuhkan hati yang hancur, menghilangkan rasa bersalah atau membawa kedamaian dalam hati. Hanya Kristus yang dapat menerangi jiwa dengan cahaya keselamatan. Mari kita hidup untuk menyenangkan Dia.

RH 20 PEB'08

Bacaan setahun: Bil. 7; Mzm. 23; Kis. 27
PRAKTEK YANG DITINGGALKAN (KOLOSE 1:9-14)
Bersyukur tampaknya merupakan praktek yang telah ditinggalkan saat ini. Warren Wiersbe mengilustrasikan masalah ini dalam komentarnya terhadap surat Kolose. Ia menceritakan tentang seorang mahasiswa teologia di Evanston, Illinois, yang menjadi anggota pasukan penyelamat. Pada tahun 1860, sebuah kapal karam di pantai Danau Michigan dekat Evanston dan Edward Spencer berulangkali berenang mengarungi danau yang beku untuk menyelamatkan tujuh belas orang korban. Beberapa tahun kemudian, pada saat penguburannya, diketahui bahwa tak seorang pun dari korban yang diselamatkannya pernah berterimakasih.

Dalam doanya, Paulus meminta agar jemaat di Kolose belajar mengucap syukur kepada Bapa karena Dia telah melepaskan mereka dari kuasa kegelapan dan memindahkan mereka ke dalam kerajaan AnakNya. Demikian pula kita harus bersyukur atas apa yang telah Kristus perbuat untuk kita.

RH 19PEB'08

Bacaan setahun: Bi. 5,6; Mzm. 22; Kis. 26
AWAL YANG BARU (II TAWARIKH 33:1-16)
Di sebuah jalan yang sepi, mesin mobil yang dikendarai oleh seorang pemuda tiba-tiba mati dan ia ditolong oleh pengendara mobil yang lain. Saat mesin mobil hidup kembali, pemuda itu berseru, "Terima kasih, saya pikir mobil ini mogok untuk yang terakhir kalinya." Penolong itu menjawab, "Setiap mesin mobil setidaknya memiliki satu kesempatan lagi untuk ‘hidup’ bila Anda bisa mendapatkan pemicunya. Prinsip yang sama juga berlaku untuk manusia. Suatu saat Anda akan memiliki kesempatan untuk menerapkan pengetahuan ini. Ingatlah, selama masih tersisa satu pemicu hidup, belum terlambat bagi orang tersebut untuk memulai suatu awal yang baru." Tiga puluh tahun kemudian, pemuda itu telah menjadi seorang pendeta di sebuah penjara yang besar. Seperti Allah memberi suatu awal yang baru bagi Manasye saat ia bertobat, pendeta ini juga telah melihat mujizat Allah yang terjadi pada orang-orang tersebut. Renungkan: Jika hidup kita berantakan, janganlah putus asa. Melalui pertobatan dan iman, kita dapat memulainya lagi. "Selama masih ada pemicu hidup, belum terlambat untuk memulai suatu awal yang baru."

RH 18 PEB'08

Bacaan setahun: Bil. 3,4; Kis. 25
BUAH PAHIT KEBENCIAN (IYOHANES 3:10-15)
Salah satu contoh kebencian tertera dalam surat wasiat yang ditulis oleh Bapak Donohoe pada tahun 1935. Bunyinya, "Kepada kedua putriku, Frances Marie dan Denise Victoria. Berdasarkan sikap yang tidak pantas terhadap ayah yang penuh cinta, .... saya mewariskan uang sejumlah 1 dolar per orang dan kutukan seorang ayah. Semoga hidup mereka penuh dengan kesedihan, ketidakbahagiaan, dan derita yang dalam. Semoga kematian segera menghampiri mereka dengan ganas dan membelit secara perlahan." Wasiat itu diakhiri dengan kalimat, "Semoga jiwa mereka masuk neraka dan menderita siksaan-siksaan abadi."

Kita tidak boleh mengizinkan jiwa kita menjadi lahan yang subur untuk menanam benih-benih kebencian. Paulus berkata dalam Efesus 4:26, "Janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu". Dalam Yakobus 1:19-20 dikatakan, "Hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah".