JADWAL IBADAH

Kebaktian Doa Malam
Pembicara: Ev. Stephen V.I.
Jumat, 9 Mei 2008 - Pk. 19.00 WIB

Kebaktian Wanita
Pembicara: Gembala Sidang
Sabtu, 10 Mei 2008 - Pk. 10.00 WIB

Kebaktian Pemuda
Pembicara: Bp. Yudi
Sabtu, 10 Mei 2008 - Pk. 17.30 WIB

Siapakah orang yang paling cantik?
Orang yang paling cantik adalah orang yang mempunyai akhlak yang baik.
Maka peliharalah akhlakmu dari dosa dan noda......

KOTBAH

PENTINGNYA ALKITAB
(2 TIMOTIUS 3:15-17)
Iblis dapat menggunakan firman sebagai sarana untuk membuat manusia jatuh dalam dosa. Dalam Kejadian 3:1, Iblis menjatuhkan manusia pertama dengan memutarbalikkan firman (bdk. Kejadian 2:16). Karena itu bila kita tidak benar-benar menguasai Firman Tuhan, kita bisa dengan mudah tertipu. Terkadang kita juga suka menambah-nambahi firman, seperti yang dilakukan Hawa. Dalam Kejadian 3:3, Hawa menanggapi perkataan ular dengan firman namun ia menambahkan kata “raba” - yang sebenarnya tidak ada pada firman Allah dalam Kejadian 2:17.
Begitu banyak ajaran palsu dan hal-hal yang diputarbalikkan saat ini, karena itu kita perlu mempelajari Alkitab dengan benar. Alkitab sangat penting bagi orang percaya. Mengapa? 2 Timotius 3:15-17 merupakan jawabannya.
1. Alkitab itu suci (ayat 15), karena hanya Alkitab yang dikhususkan untuk menyatakan isi hati Tuhan. Bila kita hanya menyimpannya dengan rapi tanpa pernah dibaca maka kita mengabaikan isi hati Allah.
2. Alkitab itu menuntun kita pada keselamatan (ayat 15). Alkitab tidak menyelamatkan kita, namun dari Alkitab kita tahu bahwa keselamatan itu berasal dari Yesus. Jika kita tidak pernah membaca Alkitab, mungkin kita tidak pernah tahu tentang keselamatan.
3. Alkitab itu benar dan dapat dipercaya (ayat 16). Alkitab diilhamkan Allah dan Ia berada di balik semuanya. Alkitab ditulis dari berbagai penulis dalam zaman yang berlainan, namun ada benang merah yang menghubungkan antara satu kitab dengan kitab lainnya, yaitu semuanya bercerita tentang Tuhan.
4. Alkitab itu bermanfaat (ayat 16) untuk mengajar kita tentang kebenaran, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik agar kita tetap dalam kebenaran.
5. Alkitab memperlengkapi kita untuk berbuat baik (ayat 17). Kita diperlengkapi untuk melayani dan berbuat baik. Sebab hanya orang-orang yang memahami kehendak Bapalah yang akan masuk dalam kerajaan surga (Matius 7:21-23). Amin.

By. Bp. Andri Wisnu - Minggu, 27 April 2008

ARTIKEL

Tantangan Terbesar Abad Ini
"BERILAH MAKA KAMU DIBERI"
Tantangan terbesar abad ini bagi umat Kristiani bukan saja soal jangan berbuat dosa lagi, tetapi sesungguhnya juga adalah soal memberi. Sadar atau tidak ternyata masih banyak umat Kristiani yang masih mempertahankan prinsip imbal-balik; Kalau saya memberi maka saya harus mendapatkan sesuatu imbalan; Apakah itu berupa materi, pengakuan, kehormatan, ketenaran dll. Maka tidak jarang kita mendapati bahwa ada anggota keluarga yang lebih rela memberi kepada orang lain dari pada kepada saudaranya sendiri. Tidak heran pula bila ada seorang nyonya yang memiliki puluhan anak asuh tetapi dibalik kegiatannya itu ternyata ada saudara-saudaranya yang berkekurangan yang sama sekali tidak diperhatikannya, atau ketika menjelang hari Natal kita mendapati sejumlah rumah orang kaya tiba-tiba berubah menjadi show room parcel dan sama sekali tidak membagikannya dengan segera kepada orang-orang yang berkekurangan bahkan kepada saudaranya sendiri ketika datang berkunjung ke rumahnya. Beberapa diantaranya berdalih bahwa masih terlalu sibuk dan akan membagikannya setelah hari Natal, tetapi bukankah sukacita Natal bagi yang berkekurangan adalah ketika mereka dapat merayakannya di hari yang sama dengan mereka yang berkecukupan? Firman Tuhan menjelaskan ketidakadilan ini demikian "Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu. Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah?..." (1 Korintus 6:8-9).
Ada banyak pula orang yang urung memberi, karena khawatir akan kekurangan, itulah sebabnya tidak jarang kita mendapati pengikut Kristus yang lebih suka berkata "saya mendukung dalam doa" daripada "saya mendukung dalam dana". Umat Tuhan seringkali menjadi kalang-kabut kalau sudah diperhadapkan dengan masalah dukungan dalam dana. Dan lebih menyedihkan lagi ada yang sampai berpendapat, karena firman Tuhan gratis maka harus didapatkan dengan gratis pula; Jadi hamba Tuhan akhirnya harus berdagang untuk menghidupi pelayanan dan keluarganya. Padahal Firman Tuhan Yesus jelas mengajarkan kepada kita "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima" (Kisah 20:35). Maka sangat relevan bila kita membaca kembali kisah di dalam Alkitab yaitu ketika ada seorang kaya datang kepada Yesus untuk menanyakan apalagi yang harus diperbuatnya untuk SEMPURNA di hadapan Allah, Tuhan Yesus mengatakan "Jikalau engkau hendak SEMPURNA, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Matius 19:21). Lalu bagaimana sikap orang kaya tersebut? Dia memang pergi, tetapi bukan untuk menjual harta kekayaannya dan membagikannya kepada orang miskin, tetapi Alkitab mencatat bahwa dia pergi dengan sedih. Tuntutan Tuhan Yesus tersebut memang terkesan tidak masuk akal, tetapi bagi kita yang mengenal Yesus dengan seutuhnya, pasti mudah untuk mengerti apa dasar Yesus mengatakan hal tersebut, ya, karena Dia adalah Sumber Kehidupan (Mazmur 23:1), dan bukan saja di dunia ini tetapi juga Kehidupan Kekal sesudah kita mati (Yohanes 3:16). Jadi sebagai umat Tuhan kita selayaknya tidak boleh mencari-cari alasan untuk menutupi ketidak-relaan kita dalam memberi. Janganlah membuat tuduhan juga. Firman Tuhan katakan: "Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: "Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi," sedangkan yang diminta ada padamu" (Amsal 3:28).Memberi dengan dasar ketulusan, dengan rela, memang tidak mudah, hanya orang-orang yang memiliki Kasihlah yang akan mampu memberi dengan ketulusan. Sebagai umat Kristiani bila kita masih saja mengkalkulasi untung-rugi ketika hendak memberi, maka sudah pasti Kasih belum menjadi milik kita, padahal KASIH adalah kebanggaan dan milik paling murni umat Kristiani karena konsep kasih di dalam dunia ini, datangnya dari Tuhan Yesus Kristus, misalnya dalam salah satu ajaran-Nya "Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Matius 5:43-44). Dan melalui Rasul Paulus juga mengatakan "Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku." (1 Korintus 13:3). Jadi jikalau kita ingin memberi lakukan demi kebenaran Firman Tuhan : "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita" (II Korintus9:7).
Kini siapa yang harus memberi? Jawabnya adalah Kita semua, karena Allah sudah melayakkan kita semua. Allah telah melayakkan kita melalui janji-Nya kepada Abraham "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat." (Kejadian 12:2). engkau akan menjadi berkat, artinya akan memberi, memberi dari apa yang ada pada diri kita. Dan bila kita bertanya lagi berapa besar seharusnya pemberian itu? Jawabnya adalah tergantung Berapa Besar KASIH yang ada dalam hati kita masing-masing. Semakin besar kasih yang ada dalam hati kita maka akan semakin besar pula yang mampu kita berikan, bahkan seorang janda miskinpun kata Alkitab mampu memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya (Markus 12:43-44).
"Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38).

RH MINGGU, 11 Mei 2008

Bacaan setahun: 2 Sam. 19,20; Mzm 55; Mat. 28
PENANGKAL KEKUATIRAN (MAZMUR 91:1-93:5)
Dunia ini penuh dengan hal-hal yang menakutkan. Bahkan di negara yang aman dan stabil sekalipun, orang tetap merasakan kekuatiran. Menurut sebuah artikel yang dimuat di suratkabar _USA Today_, "Kita dibuat panik oleh pestisida, telpon genggam, lubang ozon dan bahaya merkuri." Ilmu pengetahuan, pemerintah dan ilmu jiwa dapat mengatasi kekuatiran-kekuatiran ini. Namun ada sumber-sumber kekuatiran yang tak dapat diatasi oleh pasukan militer yang paling kuat di dunia sekalipun, seperti gempa bumi, angin badai, banjir, dan bencana yang fatal.
Bagaimanapun juga, ada satu kekuatiran dapat mengalihkan perhatian kita dari hal lainnya, yakni kekuatiran akan kematian yang tak terelakkan dan penghakiman Allah (Ibrani 2:14-15; 9:27). Satu-satunya penangkal dari kecemasan ini dan kecemasan-kecemasan lainnya adalah dengan memastikan bahwa kita berada dalam perlindungan dan pemeliharaan Allah. Keyakinan itu akan mulai tumbuh saat kita meletakkan keyakinan pada Yesus sebagai Juruselamat pribadi kita. Dialah yang mampu mengalahkan sengat maut kematian (1Korintus 15:55-57). Sekali kita menerima Dia sebagai Juruselamat, iman kita akan tumbuh ketika kita mulai belajar lebih mendalam tentang hikmat, kasih dan kuasa Allah. Dan kekuatiran kita akan terhapus bila kita memusatkan diri pada Kristus.Saat ini juga, nyatakanlah bersama pemazmur: "Allah adalah "tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai" (Mazmur 91:2)

RH SABTU, 10 Mei 2008

Bacaan setahun: 2 Sam. 18; Mzm. 56; Mat. 27
TAK TERTANDINGI (MAZMUR 18:1-20)
Seorang sahabat saya yang telah berkeluarga ditinggalkan begitu saja oleh suaminya. Ia harus mencari nafkah sendiri untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil. Seorang nenek menulis surat ke Radio Bible Class meminta dukungan doa bagi cucu-cucunya yang menjalani hidup tanpa arah, menuruti keinginan mereka di dunia ini. Anak perempuan saya yang masih remaja membicarakan tentang kemiskinan yang ia lihat di antara orang-orang Kristen di negara kami, ketika ia mengunjungi mereka dalam sebuah perjalanan misi. Saya mencoba mencari jawabannya. Mengapa ada ketidakadilan seperti ini?
Daud menjumpai banyak kesulitan. Ia terancam dari musuh-musuhnya (Mazmur 18:4). Harapan seperti apa yang dapat muncul dalam situasi seperti itu? Akankah pertolongan datang dalam bentuk uang, pasukan tentara, senjata yang ampuh, atau orang-orang yang datang untuk memberi pertolongan? Tidak, pertolongan Daud datang dari sumber yang tiada habis-habisnya, yakni Tuhan, yang dipanggil oleh Daud sebagai "bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku" (Mazmur 18:3). Sama seperti yang sering kita alami, Daud juga menghadapi kesengsaraan. Namun, sebagaimana ditunjukkan dalam Mazmur 18:1-50, ketika permasalahan itu kita perhadapkan pada kekuatan Tuhan, hal itu tidak akan mampu menandingiNya. Apakah Anda berada dalam kesulitan? Berserulah kepada Tuhan. Dia senantiasa mendengarkan suara Anda.

RH JUM'AT, 9 Mei 2008

Bacaan setahun: 2 Sam 17; Mzm. 71; Mat. 26
PENGENDALIAN PIKIRAN (2KORINTUS 10:1-5)
Ketika seorang pendeta mengunjungi sebuah keluarga muda, sang istri berkata kepadanya, "Kami adalah orang Kristen baru, dan meskipun saya telah diselamatkan, saya masih menjalani kehidupan duniawi—mengutuk, berpesta pora, dan sebagainya. Masa lalu selalu menghantui saya. Menghancurkan damai sejahtera yang saya miliki." Pendeta itu menjawab, "Ketika hal-hal seperti itu masuk dalam pikiran, analisa dan kenali sumber kejahatannya. Kemudian dengan pertolongan Allah, usir dan buang dari hidupmu. Terakhir, ganti semua itu dengan cara memenuhi pikiranmu dengan kebenaran Allah." Sang isteri mendengar nasihat itu dan belajar mengontrol pikirannya. Beberapa bulan kemudian ia memberikan kesaksian, "Saya tidak lagi dikalahkan oleh masa lalu saya."
Apa yang kita pikirkan adalah hal yang penting, karena tutur kata dan tindakan kita menunjukkan apa yang kita renungkan dan pikirkan. Alkitab menyatakan, "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati" (Matius 12:34). Hal-hal jahat yang masuk dalam pikiran dapat muncul ke permukaan tanpa kita sadari. Bila kita mengizinkan pikiran-pikiran yang tidak baik mendominasi pikiran kita, watak kita akan menjadi kacau. Oleh karena itu ketika pikiran yang berdosa masuk ke dalam kepala Anda, tolaklah dengan sungguh-sungguh pikiran kotor itu. Kutip ayat Alkitab, lantunkan lagu rohani, atau berdoa. Dengan pertolongan Allah, secara berangsur-angsur Anda akan dapat "menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus."

RH KAMIS, 8 Mei 2008

Bacaan setahun: 2 Sam. 15,16; Mzm. 32; Mat. 25
AJARAN IBU (AMSAL 6:20-24)
Setelah membaca Amsal 6:20 yang berbicara tentang "ajaran ibumu," saya teringat pada beberapa "ajaran" ibu yang cukup unik yang telah berkali-kali menolong saya. Pertama, "ajaran tentang dapur yang hangat." Ketika kami pulang dari sekolah pada saat musim dingin atau ketika menikmati liburan, dapur selalu hangat karena dipakai untuk memanggang roti dan memasak makanan sehingga jendela-jendela tampak seolah-olah berasap. Hal itu masih ditambah dengan kehangatan kasih ibu. Kedua "ajaran tentang pandangan seorang ibu." Pada saat saya menghampiri ibu dengan segala macam tingkah laku seorang anak-anak, ibu selalu berkata, "Jangan mencari perhatian." Atau, "Sepuluh tahun lagi pasti kamu akan lupa dengan semua ini." Hal ini menolong saya untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandangan orang lain.
Namun lebih dari semua itu adalah "ajaran tentang iman". Ia tidak tergoyahkan dalam kepercayaannya kepada Allah yang telah membuatnya kuat dan berani dalam menghadapi segala kecemasan, tekanan, dan pengorbanan pada saat perang dan masa tahun lima puluhan. Ibu saya telah beberapa tahun lamanya bersama-sama dengan Tuhan di surga. Namun saya masih berterimakasih untuk "ajaran-ajarannya," karena ajaran-ajarannya itu telah menolong saya melewati masa-masa yang sulit. Bila Anda adalah seorang ibu Kristen, Anda saat ini juga sedang mewariskan "ajaran-ajaran" kepada anak-anak Anda. Apakah ajaran-ajaran itu cukup berharga untuk diingat?

RH RABU, 7 Mei 2008

Bacaan setahun: 2 Sam. 13,14; Mat. 24
UKURAN HARGA DIRI (MATIUS 19:13-30)
Sahabat saya bersumpah tidak akan menghadiri acara reuni kelas lagi. Ia mengungkapkan bahwa ia merasa sangat tidak berharga dan gagal. Beberapa teman sekelasnya telah menjadi dokter, pengacara atau dokter gigi. Sebagian lainnya memiliki bisnis yang sedang berkembang dan menjabat posisi penting di perusahaan besar. Hampir setiap orang membicarakan cucu-cucu mereka yang cerdas dan menonjol dalam olahraga. Sedangkan, sahabat saya itu memiliki pekerjaan yang biasa, cucunya tidak selalu memperoleh nilai A atau menonjol di bidang olahraga. Saya berkata kepadanya bahwa perasaan tidak berharga yang dialaminya berasal dari pengukuran nilai diri dengan standar yang salah.
Allah tidak mengukur kita berdasar pekerjaan, rekening bank, rumah atau prestasi akademis kita. Harga dan martabat kita berdasar pada kenyataan bahwa Allah telah menciptakan kita dan AnakNya telah mati bagi kita. Hal yang penting bagiNya adalah tingkat kepercayaan padaNya dan pelayanan yang kita lakukan bagi kemuliaan namaNya. Yesus berkata bahwa mereka yang mengikut Dia, tanpa memperhatikan status duniawi mereka, akan diberi hadiah karena iman dan ketaatan mereka (Matius 19:16-30).

RH SELASA, 6 Mei 2008

Bacaan setahun: 2 Sam. 11,12; Mzm. 51; Mat. 23
DENGAN TUJUAN (KEJADIAN 50:15-21)
Ketika seorang gembala sapi mengajukan permohonan untuk memperoleh polis asuransi, seorang pegawai perusahaan asuransi bertanya, "Pernahkah Anda mengalami suatu kecelakaan?" Setelah mengingat sesaat, gembala itu menjawab, "Tidak, tetapi seorang penjahat pernah menendang tulang rusuk saya hingga patah pada musim panas yang lalu, dan beberapa tahun yang silam seekor ular berbisa memagut pergelangan kaki saya." "Anda menganggap kejadian tersebut sebagai suatu kecelakaan?" tanya pegawai tersebut dengan heran. "Sekarang, saya pikir mereka melakukannya dengan sengaja," jawab gembala itu.
Cerita di atas mengingatkan kita bahwa tidak ada kecelakaan dalam hidup anak-anak Allah. Alkitab menjelaskan bagaimana Yusuf memahami pengalamannya yang sulit dan tampak seperti malapetaka yang besar. Ia dilemparkan ke dalam sumur dan kemudian dijual sebagai budak. Ini adalah ujian terbesar bagi imannya, namun Yusuf belajar bahwa "Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan". Apakah Anda sedang melewati air pencobaan dan kekecewaan yang dalam? Apakah segala sesuatu tampak seperti mengancam Anda? Sesuatu yang tampak tidak menguntungkan ini bukanlah kecelakaan. Tuhan mengizinkan banyak hal terjadi dengan tujuan untuk memberkati,karena itu tetaplah percaya kepadaNya.

RH SENIN, 5 Mei 2008

Bacaan setahun: 2 Sam. 10; 1 Taw 20; Mzm. 20; Mat. 22
TINJU ATAU GULAT? (KEJADIAN 32:22-32)
Pimpinan dari International Concerts of Prayer, David Bryant, menceritakan tentang kunjungannya ke sebuah kota untuk memimpin acara doa. Ketika memasuki tempat acara tersebut, ia mendapati bahwa gedung itu dipakai untuk pertemuan doa dan ruangan lainnya dijadikan tempat pertandingan tinju. Dua petunjuk berupa gambar anak panah menyambut kehadiran para tamu. Dengan huruf tebal, yang satu tertulis TINJU; yang lainnya tertulis DOA. Bryant mengatakan bahwa peristiwa ini merupakan pengalaman pertamanya berada dalam suatu keadaan dimana orang-orang harus memilih antara tinju dan "gulat" (doa). Ia berkata bahwa berdoa dapat menyerupai bergulat. Ketika Yakub menyadari bahwa Laki-laki yang bergulat dengannya adalah Allah dalam wujud manusia, ia meminta berkat dan tidak akan membiarkan Dia pergi sampai permohonannya dipenuhi. Allah menghargai ketekunannya. Renungkan: Kita tidak dapat memilin lengan Allah atau memakaiNya untuk mencapai tujuan kita sendiri. Namun kita dapat "bergulat" denganNya dengan cara bertekun dalam doa ketika apa yang kita mohonkan berada dalam kehendakNya.