RH Minggu 3 Januari 2010

Minggu, 03 Januari 2010

Ingatlah Karya Tuhan (Yosua 4: 1-12) Pembina pemuda kami, sambil bergurau pernah berkomentar demikian, “Para pengurus pemuda suka pada narsis ya?” Alasannya, hampir di setiap kesempatan, kami para pengurus tidak pernah melewatkan acara berfoto-foto. Bagi kami, setiap momen harus diabadikan; sebagai tanda kenang-kenangan di masa depan. Mengenang masa lalu itu penting, terutama untuk mengingat karya Tuhan di dalam hidup kita. Sama seperti Tuhan, ketika Dia menyuruh bangsa Israel menyusun 12 batu peringatan di tepi sungai Yordan. Tujuannya adalah untuk mengingat karya Tuhan yang memutuskan aliran Sungai Yordan, sehingga bangsa Israel dapat berjalan melaluinya. Jika kita melupakan karya dan pimpinan Tuhan pada masa lampau, kita akan mudah mengeluh saat menghadapi masalah. Sebaliknya, jika kita terus mengingat karya dan kasih setia Tuhan, inilah yang menjadi modal kita untuk melangkah dalam iman walau tetap ada tan¬tangan di depan kita. Jika Tuhan telah memimpin kita pada masa lalu, bukankah Tuhan yang sama akan memimpin kita pada masa depan? Hal ini juga berlaku ketika kita mencapai kesuksesan, bahwa bukan karena kehebatan atau kepintaran kita mampu mencapainya, tetapi hanya karena kasih karunia Tuhan. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk bermegah diri.

RH Sabtu 2 Januari 2010

Sabtu, 02 Januari 2010

Dibuang Sayang (1 Korintus 9: 19-27) Di meja kerja saya ada sebuah “kotak dibuang sayang”. Di dalamnya saya taruh banyak pena yang sudah tidak berfungsi lagi. Mau dibuang sayang, sebab banyak di antaranya merupakan hadiah dari para sahabat. Pena-pena itu masih indah dipajang. Lagipula punya nilai sejarah. Jadi, saya biarkan saja mereka di sana bertahun-tahun. Tidak bisa lagi dipakai. Sudah didiskualifikasi.

Rasul Paulus tidak mau dirinya kelak menjadi seperti pena pajangan. Ia tidak mau dirinya nanti “ditolak” Tuhan. Dipandang tidak layak lagi dipakai sebagai alat-Nya. Itu bisa terjadi jika ia terjebak dalam kenikmatan hidup. Sebagai pemimpin jemaat, ia memiliki banyak hak, kuasa, dan fasilitas (1 Korintus 9:1-6,15,19). Jika semua itu yang dipentingkan, ia akan kehilangan orientasi kepada Tuhan. Jika seorang kristiani tak lagi dapat berfungsi sebagai garam dan terang, ia laksana pena pajangan yang telah kehilangan fungsinya. Maka, jangan biarkan diri terjebak dalam kenikmatan hak, kuasa, dan fasilitas, sampai-sampai kita hanya sibuk untuk diri sendiri. Mari belajar mengosongkan diri, supaya Tuhan dapat efektif memakai kita sebagai hamba-Nya. Jangan sampai kita didiskualifikasi.

RH 1 Januari 2010

Jumat, 01 Januari 2010

Pengabdian Terbaik (2 Korintus 2: 9,10) Ada cerita tentang seorang tukang yang telah bekerja puluhan tahun dan ingin pensiun. Ketika ia pamit, kontraktor yang mempekerjakannya memintanya membuatkan sebuah rumah lagi. Si tukang yang sudah sangat ingin pensiun, tak begitu senang mendapat tugas terakhir ini. Maka, ia bekerja setengah hati. Ia tak sungguh-sungguh memilih material maupun mengerjakan bagian-bagiannya. Pokoknya ia ingin segera selesai dan bebas tugas. Maka, rumah itu tak memiliki kualitas terbaik yang sebenarnya bisa ia berikan. Begitu rumah itu jadi, segera ia serahkan kuncinya kepada si kontraktor. Namun, si kontraktor mengembalikannya lagi kepada si tukang, dengan ucapan, “Terimalah, rumah ini adalah hadiah untukmu dan keluargamu.” Betapa menyesal si tukang, sebab jika ia tahu rumah itu akan ia tempati, pasti ia membangunnya dengan cara yang sangat berbeda!

Kehidupan yang kita bangun tiap-tiap hari, ibarat rumah yang kelak akan kita tinggali. Maka bahan dan cara yang kita pakai saat membangun, merupakan tanggung jawab dan pilihan pribadi kita. Mari capai tujuan akhir kita dengan pengabdian terbaik setiap hari!

RH Kamis 31 Desember 2009

Kamis, 31 Desember 2009

KEPUTUSAN DI AKHIR TAHUN (Mazmur 51: 1-19) Apa yang kita rencanakan untuk tahun baru tidaklah lebih penting dari apa yang telah kita lakukan di tahun yang lalu. Itulah sebabnya saya lebih suka menyarankan: daripada memikirkan keputusan-keputusan yang akan diambil di tahun yang baru, lebih baik kita merenungkan dulu keputusan yang pernah kita ambil tahun ini. Sebelum kita membuat rencana hidup dan pelayanan bagi Tuhan untuk tahun yang baru, kita perlu memperhatikan masalah-masalah yang belum terselesaikan pada tahun yang lalu. Kita harus bereskan terlebih dahulu dosa-dosa yang belum kita akui sebelum mulai membuat rencana-rencana baru. Karena itu, di akhir tahun yang menjelang ini, usahakanlah agar anda dapat menyendiri beberapa waktu lamanya untuk bersekutu secara pribadi dengan Allah. Bawalah Alkitab, alat tulis dan sehelai kertas. Baca dan renungkanlah Mazmur 51:1-19. Lalu tuliskanlah semua kejadian di tahun lalu yang anda pikir masih perlu diakui di hadapan Allah. Selanjutnya, ikutilah teladan Daud, memohon belas kasihan Allah untuk mengampuni anda. Setelah yakin bahwa Allah menghapuskan segala pelanggaran anda, sobeklah kertas itu sampai lumat dan buanglah. Kini anda dapat memasuki tahun yang baru dengan hati yang bersih. Inilah tindakan yang melebihi keputusan apa pun yang dapat anda buat.

RH Rabu 30 Desember 2009

Rabu, 30 Desember 2009

TERTULIS DALAM KITAB-KITAB ITU (Wahyu 20: 11-15) Judy White Edelson, dalam tulisannya yang berjudul "Not All Bridges Can Be Burned" (Tidak Semua Jembatan Dapat Terbakar), mengenang kembali kata-kata yang sering diucapkan ibunya bila ia melakukan atau mengatakan hal-hal yang tak senonoh, "Semua itu akan terekam di benakmu." Namun, ia sering meremehkan peringatan ibunya. Sebagai orang muda, ia ingin menikmati kehidupan ini sesuka hati dan berpetualang dengan segala kemungkinan yang tak pernah akan berakhir. Baru ketika ia berusia 40 tahun, ia menyadari bahwa rekaman-rekaman itu sudah tertanam dalam ingatan, karakter dan dalam kehidupan orang-orang yang dekat dengannya.

Allah juga memegang rekaman kehidupan tiap orang di segala tempat dan waktu. Akan tiba waktunya semua orang akan menghadap takhta pengadilan Allah. Kitab-kitab-Nya akan dibuka dan mereka yang berdiri di hadapan takhtaNya itu akan "dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang tertulis di dalam kitab-kitab itu". Namun sebuah kitab lain juga akan dibuka pada saat itu, yaitu Kitab Kehidupan. Hanya nama-nama orang yang mempercayai Yesus sebagai Juruselamatnya yang tertulis dalam Kitab itu.

RH Selasa 29 Desember 2009

Selasa, 29 Desember 2009

PEMULUNG DI MUSEUM SMITHSONIAN (Pengkhotbah 12: 1-14) Konferensi Partai Demokrat telah usai. Semua utusan pun sudah kembali ke tempat masing-masing. Namun, di salah satu ruang penyimpanan di Museum Nasional Sejarah Amerika yang dikelola Institut Smithsonian yang menyimpan sejarah kehidupan Amerika, kegiatan tetap berlangsung. Dua orang sejarahwan Smithsonian, bersama kerumunan orang di Madison Squere Garden berhasil mengumpulkan benda-benda yang tetap dapat mengobarkan semangat konferensi tersebut di masa mendatang, seperti spanduk, poster, dan benda kenang-kenangan lainnya. Tindakan mereka mempertahankan semangat masa lalu termasuk tindakan yang baik. Mereka mengingatkan kita bahwa segala sesuatu itu penting.

Namun, kita sering melupakan hal tersebut. Tubuh yang termakan usia, perubahan situasi dan kehilangan banyak hal sering membuat kita bertanya-tanya, apakah semua yang pernah terjadi itu memang sungguh terjadi? Apa artinya jika pada akhirnya kita kehilangan segalanya? Satu-satunya jalan untuk menemukan arti hidup adalah dengan mentaati Allah.

RH Senin 28 Desember 2009

Senin, 28 Desember 2009

IA HANYA BUTUH TEMPAT (2 Korintus 5: 12-21) Seorang pengusaha sedang berusaha menjual gedung bekas pabrik. Gedung itu sudah kosong selama berbulan-bulan dan mengalami kerusakan berat. Banyak jendela yang telah pecah kacanya dan pintu yang tak berfungsi akibat ulah tangan-tangan jahil. Corat-coret juga terdapat di sana-sini. Ketika ada pembeli yang berminat, pengusaha itu berjanji, "Sebelum anda gunakan, saya akan memperbaiki semua pintu dan jendela yang rusak, juga perapian dan atap. Semua tulisan pun akan saya bersihkan." "Tak usah repot-repot," jawab si pembeli, "Saya akan membangun pertokoan baru di sini. Saya tak memerlukan bangunan lama ini, saya hanya butuh tempatnya."

Usaha kita memperoleh keselamatan akan sama sia-sianya seperti hal tersebut. Sebaik apa pun segala yang dapat kita lakukan tak akan cukup memenuhi tuntutan Allah yang Mahakudus, untuk mencapai keselamatan kita. Agar kita selamat, Allah tak butuh segala usaha kita untuk menutupi dosa kita. Yang Dia kehendaki adalah kita percaya pada Anak-Nya yang tunggal. Yang diinginkan-Nya adalah tempat, di mana Dia dibiarkan membangun kehidupan yang baru di dalam kita sesuai dengan kehendak-Nya.

ARTIKEL

Kasih Bapa

Beberapa tahun yang lalu, ada seorang duda yang sangat kaya. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang sangat ia kasihi dan memiliki kegemaran yang sama dengannya yaitu mengkoleksi lukisan-lukisan terkenal. Mereka berkeliling dunia untuk mencari dan mengumpulkan lukisan-lukisan itu. Karya-karya tak ternilai dari Picasso, Van Gogh, Monet dan banyak lainnya menghiasi dinding rumah mereka. Duda itu sangat bangga dengan keahlian anaknya memilih karya-karya bermutu.

Ketika musim dingin tiba, perang melanda negeri mereka. Anak muda itu pergi untuk membela negerinya. Setelah beberapa minggu, ayahnya menerima telegram bahwa anaknya telah hilang. Kolektor seni itu dengan cemas menunggu berita berikutnya, dan ternyata yang dicemaskan terjadi, anaknya telah tewas ketika sedang merawat seorang temannya yang terluka. Keinginan untuk merayakan Natal bersama anaknya sirna sudah. Ia merasa sedih dan kesepian.

Pada hari Natal, pagi hari, terdengar ketokan di pintu yang membangunkan orang tua itu. Ketika ia membuka pintu, seorang serdadu berdiri di depannya dengan membawa bungkusan besar. Serdadu itu memperkenalkan diri, "Saya adalah teman anak bapak. Saya adalah orang yang sedang diselamatkannya ketika ia tewas. Bolehkah saya masuk sebentar? Ada sesuatu yang ingin saya perlihatkan." Serdadu itu menuturkan bahwa anak orang tua itu telah menceritakan padanya kecintaannya, juga ayahnya, pada barang-barang seni.
"Saya adalah seorang seniman," kata serdadu itu, "dan saya ingin memberikan pada Anda barang ini." Dibukanya bungkusan yang dibawanya itu dan ternyata di dalamnya ada lukisan foto anak orang tua itu. Memang bukan karya yang sangat bagus dibandingkan dengan lukisan-lukisan yang telah dimilikinya. Tetapi lukisan itu cukup rinci menggambarkan wajah anaknya. Dengan terharu orang tua itu memajang lukisan itu di atas perapian, menyingkirkan lukisan-lukisan lain yang bernilai ribuan dolar. Pada hari-hari berikutnya, orang tua itu menyadari bahwa walaupun anaknya tak berada lagi di sisinya ia tetap hidup dihatinya. Ia bangga mendengar anaknya telah menyelamatkan puluhan serdadu yang terluka sampai sebuah peluru merobek jantungnya. Lukisan foto anaknya itu menjadi miliknya yang paling berharga.

Pada musim semi berikutnya, orang tua itu sakit dan meninggal. Koleksi lukisannya akan dilelang. Dalam surat wasiatnya orang tua itu mengatakan bahwa lukisan-lukisan itu akan dilelang pada hari Natal, hari orang tua itu menerima lukisan yang paling disayanginya itu. Penggemar seni di seluruh dunia menunggu saat pelelangan itu. Saat yang dinantikan itu pun tiba. Penggemar seni berdatangan dari berbagai penjuru dunia. Lelang dimulai dengan lukisan yang tak ada dalam daftar di museum di seluruh dunia, yaitu lukisan anak orang tua itu. Juru lelang bertanya, "Siapa yang akan mulai dengan penawaran?" Ruangan itu sunyi. Juru lelang melanjutkan, "Siapa yang akan mulai penawaran dengan $100?" Menit-menit berlalu dan tak ada seorang pun yang berbicara. Terdengar suara protes, "Siapa yang berminat pada lukisan tak bermutu itu? Itu hanya lukisan foto anak orang tua itu. Lupakan saja lukisan itu dan lanjutkan dengan lukisan-lukisan lain yang bermutu." Terdengar suara-suara yang menyetujui usul itu. "Tidak, kita harus menjual ini terlebih dahulu," kata juru lelang.
Akhirnya, seorang tetangga orang tua itu berkata, "Bagaimana kalau saya menawarnya sepuluh dolar. Saya hanya punya uang sebanyak itu. Karena saya kenal baik anak itu, saya ingin memilikinya." Juru lelang itu bertanya, "Ada yang menawar lebih tinggi?" Kembali ruangan sunyi. "Kalau begitu saya hitung, satu, dua, . tiga, jadilah." Tepuk tangan terdengar riuh di ruangan itu, dan terdengar suara, "Nah, akhirnya kita sampai pada pelelangan harta yang sebenarnya." Tetapi juru lelang itu mengumumkan pelelangan telah selesai. Seseorang memprotes dan bertanya, "Apa maksud Anda? Di sini ada koleksi lukisan yang bernilai jutaan dolar dan Anda mengatakan telah selesai. Kita datang kesini bukan untuk lukisan anak orang tua itu. Saya ingin ada penjelasan." Juru lelang itu menjawab, "Ini sangat sederhana. Menurut surat wasiat orang tua itu, siapa yang memilih anaknya . akan mendapat semuanya."

Memang, pesan pada hari Natal itu sama seperti yang disampaikan pada kita selama berabad-abad: Kasih seorang Bapa pada Anak-Nya yang telah mengorbankan diri untuk menyelamatkan orang lain. Dan karena kasih Bapa itu, siapa yang menerima Anak-Nya akan menjadi ahli waris-Nya dan menerima seluruhnya.
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; (Yohanes 1: 12)

Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah. (Galatia 4: 7)

KOTBAH

Kekuatan Pikiran
(Lukas 18: 10-14)

Segala sesuatu tidak kelihatan sebagaimana adanya. Pada dasarnya otak kita sering dikuasai pikiran negatif. Begitu kita melihat suatu fenomena, hal-hal yang negatiflah yang muncul. Ada 3 hal penting tentang kekuatan pikiran:

1. You do what you think (Anda melakukan apa yang Anda pikirkan). Kalau kita berpikir negatif terhadap seseorang atau sesuatu, tindakan kita pun cenderung negatif. Sebaliknya, jika kita berpikir positif terhadap seseorang atau suatu keadaan, kita akan berperilaku dan bersikap positif. Karena kita memang akan melakukan apa yang kita pikirkan.
2. You get what you think (Anda mendapatkan apa yang Anda pikirkan). Ada suatu istilah dalam dunia komputer, yaitu GIGO = Garbage In Garbage Out artinya Jika sampah yang masuk, maka sampah pula yang keluar. Nasehat Firman Tuhan dalam Filipi 4: 8 yaitu pikirkanlah perkara-perkara yang baik. Berpikirlah besar supaya menjadi orang besar. Tetapi jangan menjadi sombong dengan apa yang kita pikirkan, karena orang sombong adalah musuh Tuhan. D. L. Moody pernah berkata: “Allah tidak pernah menyuruh pergi seseorang tanpa membawa sesuatu, kecuali orang itu menyombongkan diri.

3. You are what you think (Anda adalah apa yang Anda pikirkan). Seorang pakar pernah berkata, ”Jika kitamenabur dalam pikiran, kita akan menuai perbuatan. Jika kita menabur perbuatan, kita akan menuai kebiasaan. Jika kita menabur kebiasaan, kita akan menuai karakter.” Nah, apa jadinya jika yang kita tabur adalah pikiran yang buruk, maka karakter kita pun akan memburuk. Jadi, hati-hati dengan apa yang anda pikirkan.

Ketiga hal penting tersebut dapat menentukan apa yang akan kita peroleh di dalam kehidupan ini. Amin

Pdt. Henoch Wilianto - 20 Desember 2009