JADWAL IBADAH

Kebaktian Doa Malam
Pembicara: Pdt. Sia Kok Sin
Jumat, 25 Juli 2008 - Pk. 19.00 WIB

Kebaktian Wanita
Pembicara: Gembala Sidang
Sabtu, 26 Juli 2008 - Pk. 10.00 WIB

Kebaktian Pemuda
Pembicara: Sdr. Steven J.
Sabtu, 26 Juli 2008 - Pk. 17.30 WIB

Kebaktian Umum
Minggu, 27 Juli 2008
Pagi (Pk. 08.00) & Sore (Pk. 17.00)
Pembicara: Pdm. Handoko

Kebaktian Anak
Minggu, 27 Juli 2008
Pagi (Pk. 08.00) &
Sore (Pk. 17.00)
Jangan terlalu mengejar minta didengarkan,
tapi belajar mendengarkan;
Jangan terlalu menuntut dimengerti
tapi belajar mengerti;
Jangan selalu mengharap dicintai
tapi belajarlah untuk mencintai.

KOTBAH

BERBUAH
(Yohanes 15:1-8)

Lambang dari bangsa Israel adalah pohon anggur. Hal ini menyatakan bahwa Tuhan memelihara bangsa Israel seperti pohon anggur dan Ia mengharapkan adanya buah-buah yang baik yang dihasilkan dari pohon tersebut. Dalam Yesaya 5:7 yang dimaksudkan dengan pohon anggur ini adalah bangsa Israel dan kaum Yehuda. Tetapi bangsa Israel telah gagal dan tidak menghasilkan buah-buah yang baik melainkan buah-buah yang asam. Dalam Yohanes 15: 1-8, Tuhan Yesus mengajarkan tentang pokok anggur yang benar. Ada tiga tokoh yang terlibat dalam perikop ini, yaitu: (1) Pokok anggur yang benar atau asli, yaitu Yesus. (2) Bapa sebagai pengusahanya. Sebagai seorang pengusaha, Bapa mengharapkan adanya buah yang lebat. (3) Setiap orang percaya adalah ranting-rantingnya. Tugas dari ranting adalah melekat pada pokok anggur dan menghasilkan buah yang lebat.

Setiap kita dibersihkan melalui firman yang telah kita baca dan dengar. Ketika kita mendengarkan firman Tuhan, kita tidak hanya dituntut untuk mengerti saja tetapi juga untuk melakukannya. Kita dapat menghasilkan buah yang baik jika kita melekat dengan sungguh-sugguh. Tetapi apabila kita melekat saja tanpa menghasilkan buah maka kita akan dikerat dan dipisahkan dari pokok anggur. Orang-orang yang melekat tetapi tidak menghasilkan buah adalah mereka yang sering mendengarkan firman Tuhan tetapi tidak melakukannya. Kalau kita melekat kepada Yesus maka kita akan memiliki kualitas karakter Kristus yang murni. Kualitas karakter tersebut ialah kerendahan hati dan saling mengasihi satu dengan yang lainnya. Adapun buah yang Bapa tuntut dalam hidup kita, adalah:

1. Buah pertobatan (Mat 3:8). Kita harus bertobat dari segala macam bentuk kejahatan atau dosa-dosa, termasuk yang tidak diketahui oleh orang lain.
2. Buah-buah roh (Gal 5: 22-23). Kasih kita tidak boleh menjadi tawar. Kalau kita memiliki kasih maka kita akan berusaha memberikan yang terbaik kepada orang lain. Kita juga dapat menjadi garam dan terang melalui kasih tersebut.
3. Buah penginjilan (Mat 28: 19). Semua orang memiliki kewajiban untuk memberitakan Injil dan menghasilkan buah-buah dalam hal ini.
4. Buah pelayanan. Kita tidak boleh memilih-milih pelayanan. Segala bentuk pelayanan harus kita terima dengan ucapan syukur.

Kalau kita melekat di pokok anggur yang benar, kita akan dapat menghasilkan buah-buah yang baik sehingga dapat dinikmati oleh orang-orang yang ada di sekitar kita. Amin


By: Pdt. Samuel Gandawijaya - Minggu, 13 Juli 2008

ARTIKEL

6 PERTANYAAN

Suatu hari Seorang Guru berkumpul dengan murid-muridnya... Lalu beliau mengajukan enam pertanyaan... Pertama, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini...???" Murid-muridnya ada yang menjawab... "orang tua", "guru", "teman", dan "kerabatnya"... Sang Guru menjelaskan semua jawaban itu benar... Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "kematian"... Sebab kematian adalah PASTI adanya.....
Lalu Sang Guru meneruskan pertanyaan kedua, "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini...???" Murid-muridnya ada yang menjawab... "negara Cina", "bulan", "matahari", dan "bintang-bintang"... Lalu Sang Guru menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah benar... Tapi yang paling benar adalah "masa lalu"... Siapa pun kita... bagaimana pun kita...dan betapa kayanya kita... tetap kita TIDAK bisa kembali ke masa lalu... Sebab itu kita harus menjaga hari ini... dan hari-hari yang akan datang..
Sang Guru meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga, "Apa yang paling besar di dunia ini...???" Murid-muridnya ada yang menjawab "gunung", "bumi", dan "matahari"... Semua jawaban itu benar kata Sang Guru ... Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu"... Banyak manusia menjadi celaka karena menuruti hawa nafsunya... Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu... Karena itu, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu ini... jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka...
Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini...???" Di antara muridnya ada yang menjawab... "baja", "besi", dan "gajah "... "Semua jawaban hampir benar...", kata Sang Guru .. tapi yang paling berat adalah "memegang amanah"...

Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini...???" Ada yang menjawab "kapas", "angin", "debu", dan "daun-daunan"... "Semua itu benar...", kata Sang Guru... tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "meninggalkan ibadah"...
Lalu pertanyaan keenam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini...???" Murid-muridnya menjawab dengan serentak... "PEDANG...!!!" "(hampir) Benar...", kata Sang Guru tetapi yang paling tajam adalah "lidah manusia"... Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati... dan melukai perasaan saudaranya sendiri...
Sudahkah kita menjadi insan yang selalu ingat akan KEMATIAN... senantiasa belajar dari MASA LALU ... dan tidak menuruti NAFSU??? Sudahkah kita mampu MENGEMBAN AMANAH sekecil apapun... dengan tidak MENINGGALKAN IBADAH.... serta senantiasa MENJAGA LIDAH kita???



TUHAN BENCI KEMUNAFIKAN

Kemunafikan sudah ada sejak zaman Tuhan Yesus berada di dunia ini, bahkan seringkali orang-orang yang munafik adalah mereka yang mengetahui firman Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang suka mengecam kesalahan orang lain, padahal dirinya sendiri lebih berbuat salah. Oleh sebab itu, kita tidak terlalu terkejut jika tahu di zaman inipun banyak orang yang munafik. Bahkan lebih parah lagi, tidak sedikit juga di gereja terdapat orang-orang seperti ini. Orang yang seperti ini lebih pintar dan jeli mencari-cari kesalahan orang lain. Seperti kata pepatah: Gajah dipelupuk mata tidak tampak, semut di seberang lautan tampak.
Orang yang demikian ini dengan gampang menilai orang menurut pendapatnya sendiri. Contoh; ada orang yang mengatakan kejatuhan Petrus dalam dosa penyangkalan karena kecongkakannya. Tuduhan yang demikian ini tidak tepat. Memang Petrus mengatakan: Biarpun mereka semua terguncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak (Mat.26:33). Petrus sama sekali tidak congkak, ucapan Petrus ini dikarenakan suatu tekad yang terdorong oleh kasih yang besar kepada Yesus. Tuhan Yesus tahu benar motivasi Petrus; oleh karena itu Tuhan Yesus tidak pernah marah atas kegagalan Petrus menepati apa yang telah diucapkannya sendiri. Memang Petrus telah gagal menguasai dirinya sendiri, tetapi Petrus bukan seorang yang munafik.
Ucapan Petrus itu diiringi iman yang besar. Buktinya setelah Petrus menyesal dari dosanya itu dan setelah dipenuhi Roh Kudus, Petrus melakukan perbuatan-perbuatan besar untuk memuliakan Allah. Dia bahkan sama sekali tidak takut mati, dan dalam pelayanannya, Petrus mengalami banyak penderitaan. Banyak mujizat terjadi, sampai-sampai bayangan Petrus pun dapat menyembuhkan orang.
Bagi kita yang hidup di zaman ini, Alkitab sudah memberikan banyak nasihat supaya kita tidak sembarangan menuduh orang lain tidak benar, tanpa menyelidiki lebih dulu apakah tuduhan itu benar atau tidak. Sebab jika tuduhan itu tidak benar, maka tuduhan itu merupakan suatu tikaman atau pembunuhan terhadap orang yang kita tuduh itu. Sebaliknya bila tuduhan itu benar, juga tidak sepantasnya kita menghakiminya. Adalah sangat baik bila kita dengan kasih menasihati dia supaya dia sadar dan berbalik dari kesalahannya. Bukankah setiap kali kita bisa terpeleset dan jatuh ke dalam dosa? Tetapi jika orang insaf dan berusaha bangkit dari kejatuhannya, kita harus menghargai dan menopang dia.

Penghakiman adalah hak Allah bukan hak kita

RH MINGGU, 27 Juli 2008

Bacaan Setahun: Yes. 50-52; Mzm. 92; 2 Ptr. 1
TERANG UNTUK TIAP LANGKAH (Mazmur 119:97-105)

Seseorang pernah mengamati bahwa, "Orang yang membawa lentera di jalan yang gelap pada malam hari hanya dapat melihat sejauh satu langkah di depan. Ketika ia menjalani langkah tersebut, lentera itu berpindah ke depan dan langkah berikutnya dibuat menjadi jelas. Akhirnya ia mencapai tujuan dengan selamat tanpa sekali pun berjalan dalam gelap. Semua jalan yang dilalui terang, tetapi hanya satu langkah pada setiap saat. Demikianlah cara Allah membimbing kita." Ketika seseorang menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, ia tahu tujuan akhirnya dan memperoleh jaminan atas keselamatan pada masa yang akan datang.

Sebagai anak-anak Allah yang percaya kepada-Nya, kita tidak perlu merasa kuatir tentang hari esok. Kita memiliki terang dari firman Allah, yakni kasih dan penyertaan-Nya dalam hidup kita. Sama seperti sebuah lentera menerangi setiap langkah baru pada sebuah jalan gelap pada malam hari, lentera Injil pun menyediakan terang pada jalan kita. Bagaimana pun gelapnya kehidupan yang kita alami tidak akan menjadi masalah bila kita berjalan dalam pimpinan-Nya. Selalu ada terang menyertai setiap langkah kita.

RH SABTU, 26 Juli 2008

Bacaan Setahun: Yes. 46-49; 1 Ptr. 5
CARA PANDANG YANG BENAR (Ibrani 12:25-13:6)

Seorang penjaga gawang dari satu kesebelasan sepakbola memiliki filosofi yang mengagumkan. "Jika saya berdiri di depan gawang dengan kedudukan 0:3, sedangkan waktu pertandingan sisa beberapa menit lagi," jelasnya, "dan bintang kesebelasan lawan telah siap menendang bola di titik pinalti karena pelanggaran berat seorang pemain kami, tak ada alasan lagi bagi saya untuk bersusah payah menjaga agar gawang saya tidak kebobolan untuk keempat kalinya. Agar tetap bermain dengan sungguh-sungguh, saya mengingatkan diri saya bahwa suatu saat nanti bumi ini akan berlalu, dan tak seorang pun yang akan peduli dengan kekalahan ini!"

Alkitab memberitahu kita bahwa suatu saat nanti bumi akan "hangus dalam nyala api" (2 Ptr 3:10). Banyak hal yang kita cemaskan sebenarnya tidak memiliki nilai yang kekal. Akan tiba saatnya bumi akan berguncang, dan segala sesuatu yang nampaknya kekal akan hilang lenyap (Ibri 12:27). Hal-hal yang sangat mencemaskan kita saat ini akan terlupakan bagai berita di koran kemarin. Oleh karena itu yang paling penting untuk ditanyakan adalah: Apakah semua yang kita perbuat saat ini memiliki nilai kekal?

RH JUM'AT, 25 Juli 2008

Bacaan Setahun: Yes. 43-45; 1 Ptr. 4
URAIAN TUGAS KITA (Matius 6:25-34)

Dalam suratnya kepada saya, Mike memberitahu saya bahwa ia telah mengalami cacat karena pemakaian obat bius yang berlebihan, menjalani dua tahun penjara karena miliki kokain, dan menjalani perawatan selama tigabelas tahun. Ia juga menulis tentang kekagumannya akan penyertaan Tuhan. Namun ada yang benar-benar menggugah saya, yakni enam halaman kuning dari buku telepon yang dikirim bersama dengan surat itu. Empat halaman memuat tawaran konsultasi gratis bagi penderita ketergantungan obat dan alkohol, dan dua halaman memuat iklan pelayanan kebersihan komersial. Lebih dari sekali ia telah menulis, "Dengan cara inilah kita dapat menguatkan diri kita." Bagi Mike, pekerjaannya sebagai pembersih merupakan cara sederhana untuk membiayai hidup sehingga ia dapat melakukan pekerjaan utamanya, yakni menolong orang lain dalam nama Kristus.

Tugas utama orang percaya adalah hidup sebagai anak-anak Allah di dunia pekerjaan—mencari kerajaan-Nya terlebih dahulu. Penghasilan yang kita peroleh hanyalah cara Allah menyediakan "semua" yang kita butuhkan. Apa pun yang kita kerjakan untuk hidup, ingatlah selalu tugas utama kita.

RH KAMIS. 24 Juli 2008

Bacaan Setahun: Yes. 40-42; 1 Ptr. 3
DIAM SEBAGAI PETUNJUK (Yesaya 53:1-12)

Cerita detektif karya Sir Arthur Conan Doyle berjudul Silver Blaze, berpusat di sekitar sikap diam yang memberi petunjuk. Dalam cerita ini detektif Sherlock Holmes menyelidiki pencurian kuda pacu yang sering merebut gelar juara, yang dijaga oleh seekor anjing gembala yang cerdik. Ketika mengumpulkan fakta, Holmes menemukan bahwa anjing itu tidak menyalak selama berlangsungnya pencurian. Detektif hebat ini menarik kesimpulan bahwa anjing itu mengenal sang pencuri, dan berdasarkan hal ini ia dapat membongkar kejahatan tersebut.

Bagi siapa pun yang penyelidikan tentang identitas Yesus Kristus, Alkitab memberikan banyak petunjuk. Salah satu fakta yang dicatat adalah tentang sikap diam-Nya. Nabi Yesaya menjelaskan: "Seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian... ia tidak membuka mulutnya" (Yes 53:7). Arti dari ayat ini tetap kabur hingga Yesus diseret ke hadapan penuduh-penuduh-Nya dan "Yesus sama sekali tidak menjawab" (Mrk 15:5). Sederhana tapi sebuah fakta yang penting, khususnya ketika dikaitkan dengan petunjuk lain. Dia adalah Mesias, Anak Allah, Juruselamat manusia yang menaruh percaya pada Dia.

RH RABU, 23 Juli 2008

Bacaan Setahun: 2 Raj. 20; Yes. 38, 39; Mzm. 75; 1 Ptr.2
MENGAPA MENJAGA IMAN? (2 Timotius 3:1-17)
Kadang-kadang orang Kristen menang dalam perjuangan hidup di dunia, tetapi seringkali mereka mengalami kegagalan. Hal ini tentu saja dapat mematahkan semangat. Jika kita kalah dalam perjuangan saat ini, sejauh mana hal itu mempengaruhi kita? Kita mungkin merasa frustrasi, tetapi jangan sampai kita kehilangan pengharapan. Kita tahu bahwa Kristus akan menang pada akhirnya, dan kita semakin dikuatkan karena ada beberapa hal yang tidak dapat diambil dari kita: Yesus Kristus senantiasa bersama kita (Ibr 13:5), janji Tuhan akan hidup kekal (Tit 1:2), Roh Kudus senantiasa tinggal (1 Kor 6:19), hubungan dengan Bapa Surgawi melalui doa (Ef 2:18), karunia-karunia rohani dalam melayani tubuh Kristus (1 Kor 12:1-31). Memang menyakitkan bila kalah dalam perjuangan sehari-hari untuk menyatakan kebenaran. Namun Paulus menerangkan hal ini dengan jelas dalam 2 Timotius 3:1-17, kita dipanggil untuk setia. Dan ketika kita merenungkan apa yang telah Kristus berikan, kita tidak akan pernah bertanya-tanya lagi mengapa kita harus menjaga iman

RH SELASA, 22 Juli 2008

Bacaan Setahun: Yes 36, 37; Mzm. 76; 1 Ptr. 1
ANAK DOMBA ADALAH GEMBALAKU (Mazmur 23:1-6)

Ketika mengunjungi seorang sahabatnya, Albert Simpson Reitz melihat motto yang tergantung di dinding rumah yang berbunyi: "Anak Domba Adalah Gembalaku". Betapa bodohnya motto itu, pikirnya. Kemudian ia menyadari bahwa suatu corengan di kacamatanya telah mengubah kata-kata dari motto tersebut. Sebenarnya yang tertulis adalah: "Tuhan Adalah Gembalaku." Kesalahan membaca membuatnya mulai berpikir. Ia ingat bahwa Alkitab menyatakan Yesus dengan dua ungkapan tersebut, sebagai Gembala yang Baik dan sebagai Anak Domba Allah. Reitz berkata kepada temannya, "Saya baru saja melihat ajaran yang mulia dari Tuhan kita dalam sebuah terang yang baru. Saya diingatkan bahwa Rasul Yohanes di Pulau Patmos menjumpai suatu penglihatan yang meyakinkannya bahwa ‘Anak Domba yang berada di tengah-tengah takhta’ akan menuntun umat-Nya, sekalipun mereka telah berada di surga. Kesalahan membaca motto di dinding itu telah memberi saya banyak berkat. Memang motto itu dapat juga dibaca, ‘Anak Domba Adalah Gembalaku.’"

RH SENIN, 21 Juli 2008

Bacaan Setahun: 2 Raj. 18, 19; 2 Taw. 32; Yak. 5
DEKAT DENGAN ALLAH (Mazmur 15:1-5)

Memaparkan ciri-ciri orang yang dapat "menumpang" di kemah Tuhan dan diam di "gunung-Nya yang kudus", yaitu orang yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dan yang tidak berbuat jahat; orang yang memandang rendah kebusukan, menghormati yang baik, berpegang pada sumpah meski apa pun yang terjadi, meminjamkan uang tanpa mementingkan diri sendiri dan menolak suap.

Sebagai orang Kristen, kita cenderung melupakan bahwa Yesus mati untuk membuat kita lebih baik. Kita harus memiliki kemauan untuk berubah dari sesuatu yang tidak menunjukkan diri kita sebagai Kristen. Paulus berkata, "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan" (2 Tim 2:19). Tentu saja, kita tidak dapat melakukan hal ini dengan kemampuan kita sendiri. Kita harus terus menerus berdoa memohon pertolongan Allah, mengisi pikiran kita dengan firman-Nya, dan tunduk kepada Roh Kudus.