JADWAL IBADAH

Kebaktian Doa Pengurapan
Pembicara: Gembala Sidang
Jumat, 4 Juli 2008 - Pk. 19.00 WIB

Kebaktian Wanita
Pembicara: Pdt. David Harahap
Sabtu, 5 Juli 2008 - Pk. 10.00 WIB

Kebaktian Pemuda
Pembicara: Bp. Yudi
Sabtu, 5 Juli 2008 - Pk. 17.30 WIB

Kebaktian Umum
Minggu, 6 Juli 2008
Pagi (Pk. 08.00) & Sore (Pk. 17.00)

Pembicara: Gembala Sidang

Kebaktian Anak
Minggu, 6 Juli 2008
Pagi (Pk. 08.00) & Sore (Pk. 17.00)


Untuk berhasil, kita harus coba... dan coba lagi.
Kita harus percaya pada apa yang kita kerjakan.
Kita tidak boleh menyerah.
Kita harus sabar.
Kita harus tetap bersemangat
.

KOTBAH

HIDUP ADALAH PILIHAN
(Filipi 1:9-11)

Hidup adalah proses dari sebuah keputusan yang kita pilih. Sejarah hidup kita ditentukan dari pilihan-pilihan yang kita ambil. Ketika kita benar dalam memilih, Allah memberikan berkatnya. Apa yang kita alami saat ini merupakan hasil dari pilihan kita di masa lampau dan apa yang akan terjadi di masa mendatang adalah hasil dari pilihan kita sekarang. Karena itu kita perlu berhati-hati dalam menentukan pilihan. Untuk dapat memilih yang benar, kita perlu memiliki pengetahuan dan pengertian yang benar. Rasul Paulus berkata di dalam Filipi 1:9, “Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian”. Dengan kata lain kita memerlukan hikmat, yaitu hati yang paham (1Raj. 3:9), karena kita semua adalah orang-orang yang bodoh (1Ptr. 1:14-16).

Pilihan yang kita ambil tidak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga berdampak terhadap orang lain dan lingkungan. Contoh: pilihan yang diambil oleh manusia pertama. Ketika manusia pertama salah dalam memilih, maka kita sebagai keturunannya ikut merasakan dampaknya. Pilihan-pilihan yang baik membawa kepada kesucian. 2Timotius 3:1-5 menjelaskan tentang keadaan manusia di akhir jaman. Di akhir jaman ini kita perlu menentukan pilihan yang membawa kita kepada kesucian. Dengan bersandar kepada Tuhan maka kita dapat memilih yang benar, meskipun kadang-kadang pilihan itu tidak enak.

Dalam hidup ini apa yang kita pilih? Dikatakan dalam Ulangan 30:19-20, “Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka.” Ada tiga cara yang harus kita lakukan jika kita memilih kehidupan, yaitu dengan mengasihi Tuhan, mendengarkan suara-Nya dan berpaut kepada-Nya. Dengan melakukan ketiga hal tersebut maka kita akan memperoleh janji Tuhan (Gal. 3:29). Amin

By: Ev. Engkesman - Minggu, 22 Juni 2008

ARTIKEL

CINTAILAH MUSUHMU

Ketika kita sedang jatuh cinta, kita menjadi lebih pemurah, baik hati, pemaaf dan kita merasa orang-orang di sekitar kitapun melakukan hal yang sama terhadap kita. Kita kemudian merasakan bahwa dunia ini sangat indah. Tapi ketika kita sedang 'bad mood', kita menjadi seorang yang sulit, penuh curiga, bahkan paranoid, dan kemudian kita merasa orang-orang di sekitar kita pun bertindak negatif terhadap kita. Kita merasa bahwa dunia kita tidak indah lagi, ....dunia yang kita ciptakan sendiri karena pikiran dan emosi kita. Kita dapat menciptakan dunia yang damai, bahagia dan penuh cinta dengan "the art of looking", yaitu suatu cara yang sederhana, indah, tapi menyakitkan. Caranya:

1. Ketika kita merasa sebal atau marah dengan seseorang, jangan memperhatikan orang yang membuat kita sebal, tapi perhatikanlah diri kita sendiri. Jangan bertanya apa yang salah dengan orang itu, tapi tanyalah apa yang salah dengan diri kita. Mungkin kejelekan orang yang membuat kita sebal sebenarnya adalah kejelekan kita sendiri. Secara tidak sadar kita menyalahkan orang lain. Kita seharusnya berterima kasih kepada orang tersebut yang telah menyadarkan kita akan kejelekan kita sendiri.

2. Mungkin kita sebal terhadap orang tersebut karena apa yang dikatakan atau dilakukan orang itu, mengingatkan kita kepada sesuatu hal di dalam hidup kita yang selama ini kita tidak mau melihatnya.

3. Mungkin tindakan orang tersebut tidak sesuai dengan keinginan kita, keinginan yang sesuai dengan latar belakang keluarga kita. Tapi bagaimanapun, kita tidak mempunyai hak untuk merubah seseorang melakukan hal sesuai dengan keinginan kita. Banyak orang lain yang tidak merasa terganggu akan tindakan orang tersebut.

4. Terakhir, berdasarkan latar belakang orang tersebut, pengalaman hidupnya, dan ketidaksadaran orang tersebut akan tindakannya, orang tersebut tidak dapat merubah dirinya sendiri. Oleh karena itu banyak orang berkata: "to understand all is to forgive all". Jika kita sungguh mengerti orang ini, kita akan melihat orang ini sebagai seorang yang cacat / kekurangan dan tidak patut untuk disalahkan. Kemarahan kita akan reda, dan kita akan dapat menerima mereka apa adanya dan dengan cinta. ...dan kita pun akan merasakan hidup di dunia yang penuh cinta, dunia yang indah yang kita ciptakan sendiri....


"Tetapi kepada kamu yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu,
berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu"
(Lukas 6:27)

Disadur dari: The way to love-love your enemies, by Anthony de Mello.



MEMO FROM GOD

AKUlah penciptamu. Aku akan turut campur tangan dalam segala permasalahan hidupmu. Ingat, Aku tidak membutuhkan bantuanmu.
Jika engkau menghadapi situasi sulit yang tidak bisa engkau pecahkan, masukkan ke kotak SFGTD (something for God to do)-mu. Semua masalah akan terselesaikan, namun bukan menurut ukuran waktumu tapi waktuKU.
Sekali engkau masukkan masalah ke dalam kotak SFGTD-mu, engkau tidak perlu lagi melanjutkan kekuatiranmu. Lebih baik engkau terjunkan dirimu melanjutkan peran hidupmu saat ini.
Jika engkau terjebak kemacetan, jangan bringas. Karena ada orang-orang yang memang ditetapkan mendahuluimu untuk kepentingan yang mengungkapkannya saja dia sudah tidak mampu.
Saat engkau merasa hari-hari di kantormu tidak begitu baik, pikirkanlah orang-orang lain yang keluar dari kantor beberapa tahun lalu.

Ketika hubunganmu memburuk, pikirkanlah orang-orang yang sudah lupa rasa mencintai dan dicintai.
Saat engkau masih bisa menggunakan waktu akhir pekan untuk liburanmu; engkau masih lebih beruntung dari wanita penjahit yang bekerja 12 jam sehari, 7 hari seminggu demi anak-anaknya.
Saat mobilmu rusak, pikirkanlah orang yang bahkan untuk berjalan saja dia sudah tidak mampu lagi.
Ketika engkau berkaca di cermin merapikan rambutmu, pikirkanlah orang yang sedang sakit kanker yang selalu berharap rambutnya segera tumbuh.
Ketika engkau merasa menjadi korban dari kesalahan, kegetiran, pengabaian, ketidak-nyamanan orang lain, ingatlah sesuatu atau seseorang dapat saja salah, dan mungkin engkau salah satunya.
Banyak hal yang dapat kita jadikan sebagai bahan perenungan, agar kita senantiasa berjuang menuju hidup yang lebih baik, dan selalu mensyukuri hidup ini.

RH MINGGU. 6 Juli 2008

Bacaan setahun: Hos. 6-9; Ibr. 3
“HAI, PAP!” (Roma 8:12-17)

Saya tiba di lapangan terbang dari perjalanan ke luar kota, dan sebagaimana biasanya, saya menelepon keluarga saya untuk menjemput. Saya memutar nomor telepon rumah dan berharap untuk mendengar orang berkata “Hallo.” Namun ternyata anak saya Stevie yang berusia enam tahun yang mengangkat telepon dan berkata, “Hai, Ayah!” Setelah diberitahu kapan pesawat saya akan tiba, Stevie sangat yakin bahwa saya akan menelepon.

Sikap percayanya terhadap sang ayah merupakan sebuah contoh sederhana tentang iman kita kepada Allah bahwa Dia ada pada setiap doa kita. Kepastian bahwa Allah akan mendengar dan menjawab doa kita dinyatakan dengan jelas dalam firmanNya, seperti dalam Roma 8:1-39. Pada bagian ini Paulus berbicara kepada kita bahwa orang yang telah percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat, telah menjadi anak-anak Allah. Dan karena hubungan ini kita dapat datang kepadaNya dengan jaminan bahwa Dia akan mendengarkan kita. Paulus berkata bahwa kita dapat berseru, “Ya Abba, ya Bapa!” Abba adalah sebuah kata dari bahasa Aram yang menggambarkan keintiman. Padanan kata tersebut saat ini adalah “Papa.”

RH SABTU, 5 Juli 2008

Bacaan setahun: Hos. 2-5; Ibr. 2
KADAL YANG MENDUA HATI (Roma 7:14-25)

Seekor anak jenis kadal yang ditemukan oleh seorang pemilik rumah di Jacksonville, Florida, benar-benar menggemparkan karena memiliki kepala pada setiap ujung badannya. Ketika binatang ini mencoba untuk berlari, kaki-kakinya bergerak dengan arah yang berlawanan. Setelah saya perhatikan gambarnya di sebuah suratkabar, Sungguh luar biasa! Pikir saya. Sama uniknya dengan orang Kristen! Kita semua memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa; tetapi ketika kita dilahirkan kembali oleh iman dalam Tuhan Yesus, kita menerima sifat-sifat dasar yang baru. Kita terus menerus mengalami konflik antara pikiran Kristus dan jalan pikiran kita yang lama.

Jika kita tidak menyerahkan diri sepenuhnya kepada sang Juruselamat, melainkan mencoba untuk bertindak sendiri, kita tidaklah berbeda dengan jenis kadal berkepala dua itu, yang mencoba berlari dengan arah yang berlawanan pada saat yang sama. Yesus berkata, “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan; karena jika demikian ia membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon!” (Mat. 6:2)

RH JUM'AT, 4 Juli 2008

Bacaan setahun: 2Raj. 15, 16; Hos. 1; Ibr. 1
ALLAH DAN KEMERDEKAAN (Mazmur 100:1-5)

Ketika para anggota Second Continental Congress menyetujui dokumen istimewa yang terkenal sebagai The Declaration of Independence (Deklarasi Kemerdekaan), mereka dengan terus terang menyatakan kepercayaan mereka kepada Allah. Para penulis konsep dari pernyataan berharga ini mengetahui bahwa kemerdekaan sesungguhnya yang mereka maksud hanya dapat berlangsung dengan baik bila masyarakat mengakui sang Pencipta. Mereka menguatkan dengan kalimat bahwa Allah “memberkati” semua orang dengan hak untuk “hidup, merdeka, dan mencari kebahagiaan” karena dalam pandangan Allah, setiap manusia berharga. Thomas Jefferson sangat tertekan melihat ketidakadilan dan dosa merajalela pada masa ia hidup. Ia menulis, “Aku gemetar, karena negeriku, ketika aku mengakui bahwa Allah ada.” Jika pada masa itu saja ia telah gemetar, melihat ketidakadilan dan dosa, saat ini tentu ia akan mengalami serangan yang lebih hebat lagi!

Bagaimana dengan masyarakat kita saat ini? Secara perlahan kita mulai kehilangan kemerdekaan yang diberikan Allah, karena semakin banyak orang yang mengingkari bahwa Tuhan adalah Allah. Mari kita berdoa untuk bangsa kita dan bertekad untuk kembali hidup seperti seharusnya dilakukan oleh umat Allah.

RH KAMIS, 3 Juli 2008

Bacaan setahun: Yes. 6-7; 2Taw. 26, 27; Flm.
PINTU KE SURGA (2Korintus 5:1-8)

Dalam bukunya yang berjudul God Cares for You, Walter B. Knight menceritakan sebuah kisah yang terjadi pada saat berlangsungnya upacara untuk memperingati guru Alkitab dan pengarang terkenal bernama F.B. Meyer, pada tahun 1929: “London jarang menjadi saksi suatu pemakaman seperti yang dilakukan untuk beliau duhulu. Tidak ada satu pun lagu dukacita atau tragedi terdengar. Firman Tuhan yang disampaikan berbicara tentang pengharapan orang Kristen akan kehidupan yang kekal; dan yang dinyanyikan adalah lagu Paskah. Kemudian organ mulai dimainkan di akhir upacara, para hadirin yang berlimpah bangkit dan berdiri dengan wajah tertunduk, menunggu barisan untuk memberi penghormatan akhir dimulai. Namun mereka dikejutkan dengan lagu “Hallelujah” yang dikumandangkan. Ya, musik apa lagi yang lebih sesuai. Seorang prajurit salib yang setia sedang diantar ke hadirat Rajanya.”

Banyak orang merasa takut ketika berpikir tentang kematian. Peristiwa ini dipandang sebagai pengalaman manusia yang paling tragis. Pada saat tertentu iman kita mungkin akan mengalami guncangan karena kita kehilangan penglihatan kemuliaan yang telah menanti kita. Itulah sebabnya kita tidak boleh lupa bahwa kematian bagi orang Kristen adalah pintu menuju ke sorga.

RH RABU, 2 Juli 2008

Bacaan setahun: Yes. 4-5; Mzm. 115, 116; Yud.
HANYA PERCAYA! (Markus 5:21-43)
Suatu hari datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus tersungkur di depan kaki Yesus. Anak perempuannya hampir mati dan ia tahu bahwa Tuhan dapat menyembuhkannya. Yesus segera pergi dengan orang itu. Namun di tengah perjalanan, seorang wanita dengan penyakit yang parah mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubahNya. Karena wanita itu menjamah dengan iman, Yesus berhenti untuk menyembuhkannya. Pada saat itu juga, Yairus menerima kabar bahwa anaknya telah meninggal. Yesus, yang ikut merasakan kekecewaan yang begitu dalam, berkata kepadanya, “Jangan takut, percaya saja!”
Apakah Anda sedang berkecil hati saat ini dan bersiap untuk menyerah? Yesus berkata kepada Anda, “Jangan putus asa. Aku tidak akan meninggalkan engkau. Percaya saja!” Iman Anda akan dikuatkan

RH SELASA, 1 Juli 2008

Bacaan setahun: Yes. 1-3; Tit. 3
JIKA TAK SEORANG PUN TAHU (Matius 6:1-4)
Doa yang ditulis oleh Ruth Harms Calkin ini sungguh menyentuh hati saya: Aku Ingin Tahu. “Engkau tahu, Tuhan, bagaimana aku melayaniMu dengan semangat yang membara menjadi pusat perhatian. Engkau tahu betapa ingin aku berbicara kepadaMu pada persekutuan wanita. Engkau tahu betapa gembiranya aku ketika aku mengembangkan sebuah kelompok persekutuan. Engkau tahu keinginanku yang sesungguhnya dalam pendalaman Alkitab. Namun bagaimana aku menanggapi, aku ingin tahu jika Engkau menunjukkan sebaskom air dan menyuruhku untuk membasuh kaki yang kotor dari wanita tua yang peot dan keriput hari demi hari, bulan demi bulan, dalam sebuah ruangan yang tak dilihat oleh seorang pun dan tak diketahui seorang pun.” Sebagian besar kita memperlihatkan semangat yang berkobar ketika melayaniNya di depan umum. Namun, berat hati ketika dipanggil untuk melayaniNya sepanjang hari di tempat yang tidak dilihat orang dan kita tidak menerima penghargaan. Renungkan: Untuk memancarkan terang Allah jangan mencari perhatian!

RH SENIN, 30 Juni 2008

Bacaan setahun: Am. 7-9; Mzm. 104; Tit. 2
BELAJAR MENGASIHI (1Korintus 13:1-13)

Tracy Morrow, yang biasa dijuluki si Ice-T, sangat lincah dalam penampilannya sebagai penyanyi urakan yang membawakan lagu-lagu porno dan penghinaan Allah. Menjadi yatim piatu sejak kecil, Ice-T hampir tak mengalami kasih sayang. “Saya mengerti arti kata cinta pertama kali di sebuah geng,” katanya kepada pewawancara. “Saya belajar bagaimana mengasihi justru di dalam kelompok geng, bukan di dalam keluarga.” Betapa pun kecil atau kelirunya cinta kasih yang kita kenal pada masa kecil, tak ada istilah terlambat bagi kita untuk belajar bagaimana cara mengasihi. Dengan kuasa Allah kita dapat merasakan cinta kasih itu melalui orang lain maupun kelompok yang mendukung (sekalipun itu kelompok geng!). Namun untuk mempelajari arti cinta kasih yang sesungguhnya, kita perlu memandang ke salib Kalvari. “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita” (1Yohanes 3:16). Kematian Yesus dengan segala pengorbananNya telah menunjukkan tinggi dan dalamnya sebuah cinta kasih.