JADWAL IBADAH

Kebaktian Doa Malam
Pembicara: Pdt. James Baware
Jumat, 27 Februari 2009 - Pk. 19.00 WIB

Kebaktian Wanita
Pembicara: Pdt. Lindawati K.
Sabtu, 28 Februari 2009 - Pk. 10.00 WIB


Kebaktian Pemuda
Pembicara: Sdri. Susan
Sabtu, 28 Februari 2009 - Pk. 17.30 WIB

Ibadah Raya
Minggu, 01 Maret 2009
Jam 08.00 & 17.00 WIB

Pembicara: Gembala Sidang
Disertai
Kebaktian Anak

KOTBAH

1=0 ?
(Yohanes 6:1-15)

Dalam kehidupan ini, kita sering bersikap 1=0. Contoh nyata seperti yang dialami oleh para murid Tuhan Yesus, yaitu Filipus dan Andreas. Filipus menganggap apa yang ada padanya tidak ada artinya, sekalipun yang dimiliki sangat banyak – dua ratus dinar (ay. 7). Sedangkan Andreas menganggap yang ada sangat sedikit sehingga tidak ada artinya. Dalam kehidupan kita, hal ini juga kita alami. Kita sering menganggap bahwa apa yang ada pada kita tidak memiliki arti atau berpikir 1=0. Kita selalu menganggap kurang. Tiga hal yang menyebabkan kita bersikap seperti ini, adalah:
a. Selalu berfokus kepada besarnya masalah, persoalan dan kebutuhan hidup.
b. Meremehkan atau memandang rendah apa yang Tuhan telah berikan kepada kita.
c. Tidak melibatkan Yesus dalam menghadapi masalah.


Bila kita selalu memandang 1=0, maka akan berakibat:
a. Kekuatiran.
b. Ketakutan.
c. Kehilangan sukacita.
d. Sakit penyakit berdatangan: maag, migrain, stress, jantung, gula, tensi naik, dll.

Ada dua solusi agar kita tidak selalu menganggap 1=0, yaitu:
a. Pandanglah Tuhan Yesus Juruselamat kita. Sebab Ia tahu apa yang akan dikerjakan-Nya dalam hidup kita (ay. 6).
b. Serahkanlah keadaanmu kepada Yesus. Kita harus menyediakan waktu untuk berdoa dan pasti ada jalan keluar (ay. 11).

Jessica Cox adalah seorang wanita yang tidak memiliki tangan. Tetapi di dalam kekurangannya secara fisik, ia tidak menganggap 1=0. Ia masih bisa mengerjakan segala sesuatu dengan apa yang dimilikinya, yakni kaki. Jessica dapat menyisir rambutnya, menulis, mengetik, berenang, karate, mengemudikan mobil bahkan pesawat kecil dengan kakinya. Demikian juga dengan Nick Vujisic yang tidak mempunyai kaki dan tangan. Ia tidak menganggap apa yang ada padanya sama dengan nol. Apakah hidup saudara lebih berat dari kedua orang tersebut? Sesungguhnya apabila kita mau selalu bersyukur maka apa yang ada pada kita tidak sama dengan 0.Amin

Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan
percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;
Mazmur 37:5

. By: Pdt. Henoch Wilianto- Minggu, 15 Februari 2009

ARTIKEL

Dimanakah Tuhan?

Kala hidup kita menjadi kelabu, sepertinya kita sedang berjalan di dalam lembah kekelaman. Berbagai macam bahaya dan tekanan datang menerpa secara bersamaan, membuat kita menjadi takut. Kecemasan dan keputusasaan menjadi sarapan setiap pagi, ditutup malam harinya dengan insomnia dan kekalutan.

Dalam keadaan berat ini, kita hanya bisa berseru kepada Tuhan, tetapi sepertinya jawaban tidak kunjung datang. Malahan keadaan menjadi semakin berat, sampai pada satu titik, kita akan bertanya, "Dimanakan Tuhan?".

Sepertinya doa-doa kita menjadi kosong dan hanya sebatas langit-langit kamar. Bantal menjadi penampung air mata, bukannya kirbat Tuhan. Gereja hanya menjadi rutinitas dan Alkitab hanya menjadi penghias meja.

Biasanya, akan ada teman-teman kita yang datang silih berganti. Beruntung jika memiliki teman yang datang dengan kata-kata penghiburan. Berbagai harapan dan ayat Firman Tuhan akan menghiasi sedikit menit-menit bersama mereka. Namun ketika jawaban tidak kunjung datang, kata-kata pengharapan mereka menjadi tidak lebih dari sekedar puisi yang biasa terdapat di pembatas Alkitab. Setiap nasehat dan maksud baik mereka pun malah bisa menyakiti hati kita.

Ketika saat itu datang kepada Ayub, perkataan teman-temannya bukanlah menjadi jawaban. Ketika Ayub mencari Tuhan, namun sepertinya Tuhan menghilang. Tetapi ia terus mencari Tuhan dan mengetuk surga. Pengharapannya kepada yang tidak kelihatan lebih besar daripada masalahnya yang kelihatan. Ketika saat itu datang dalam kehidupan kita, bersikaplah seolah-olah hanya Tuhan yang mengerti bahasa dan doa hanya bisa di temui melalui jalan yang bertuliskan kesetiaan.

Ketika seorang cowboy mendaftar untuk asuransi, agen tersebut bertanya, "Apakah kamu pernah mendapat kecelakaan?"
"Tidak", jawab cowboy itu. "Tapi seekor kuda pernah menendang dua tulang rusuk saya musim panas lalu dan beberapa tahun yang lalu seekor ular menggigit tumit saya." "Bukankah itu yang disebut kecelakaan?", tanya agen itu dengan heran. "Ah, bukan dong," kata cowboy itu, "Mereka melakukannya tanpa sengaja!"

Hari ini, berhenti mengasihi diri sendiri. Kamu bukan sebuah kecelakaan dan hidupmu bukan ajang tabrak lari. Tuhan memperhatikanmu seperti biji matanya sendiri dan tak pernah membiarkanmu sendiri.

"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."
Yeremia 29:11

JANGAN TAKUT GAGAL

Setiap orang tentu tidak pernah menginginkan hidupnya mengalami kegagalan. Didalam perjalanan hidup kita orang percaya, kegagalan bukanlah merupakan batu sandungan namun batu loncatan untuk menuju kedewasaan rohani. Yusuf contohnya salah satu teladan dalam alkitab bagaimana ia bisa mengambil banyak keuntungan justru dari perjalanan hidupnya yang berliku-liku dan kegagalan. Pertama ia gagal menyelamatkan dirinya dari kejahatan kakak-kakaknya yang iri kepadanya, kemudian dari kejahatan istri potifar sampai ia di jebloskan kedalam penjara. Sepertinya mimpinya yang besar jauh dari kenyataan hidupnya.

Namun Yusuf orang yang mengasihi Tuhan dan dikasihi Tuhan, penuh Roh sehingga setiap kesulitan dan kegagalannya dia tetap menjadi orang yang berhasil bahkan sewaktu jadi budak maupun didalam penjara Yusuf tetap berbeda. Dia tetap punya nilai plus. Sampai Yusuf menjadi orang top di Mesir, semua pengalamannya hanya batu loncatan untuk Yusuf dibawa ketempat yang lebih tinggi bersama Tuhan dan menjadi berkat bagi banyak orang. Dari semua pengalaman yang paling kita benci atau sesali atau ingin kita lupakan, merupakan pengalaman-pengalaman yang Allah ingin gunakan untuk menolong orang lain. Pengalaman-penagalaman itulah pelayananan kita!!!

KEGAGALAN BERSIFAT SEMENTARA.
KEGAGALAN BUKANLAH AKHIR DARI SEGALANYA,
KECUALI JIKA ANDA MEMANG MENGINGINKANNYA DEMIKIAN. ANGGAPLAH BAHWA KEGAGALAN ADALAH
SARANA UNTUK BELAJAR.

“ Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau,
janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu;
aku akan meneguhkan bahkan akan menolong engkau;
Aku akan memegang engkau dengan tangan kananKu
yang membawa kemenangan “
(Yesaya 41: 10).

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,
yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Roma 8:28

RH MINGGU, 01 Maret 2009

Bacaan Setahun: Bil. 28, 29; Mrk. 8
KOSONG ATAU PENUH? (Yohanes 12:1-11)

Jika seseorang menghabiskan waktu seharian bersama saya, apa yang ia rasakan, capek atau segar? Pertanyaan seperti itulah yang mulai saya pikirkan setelah mendengar perkataan Clark Hutchinson tentang hubungan pribadi dengan orang lain. Ia mencatat tiga jenis pengalaman berkenaan dengan hal itu: kekosongan, biasa-biasa saja, dan kepenuhan. Hutchinson menunjukkan bahwa Yesus, sebagai manusia, mengalami ketiga hal ini. Keletihkan merupakan hal yang paling sering dialami dalam kehidupan Yesus ketika berada di bumi ini, dimana sebagian besar waktu-Nya dipakai untuk melayani.

Kadang-kadang hubungan Tuhan Yesus dengan orang lain merupakan suatu hubungan yang sederhana. Namun hubungan sederhana yang saling mengisi itulah yang membesarkan hati Yesus. Bagaimana hubungan kita dengan teman-teman, para sahabat lama, dan anggota-anggota keluarga kita? Kita dapat menambahkan kebahagiaan dalam hidup mereka dengan memberi kesempatan berbicara, membesarkan hati mereka dan memperlihatkan adanya suatu sisi kehidupan yang terang. Apakah kita membuat orang-orang yang berada di sekeliling kita mengalami kekosongan atau kepenuhan?

RH SABTU, 28 Feb 2009

Bacaan Setahun: Bil. 24-27; 1 Kor. 13
KEMERDEKAAN YANG SEJATI (Yohanes 8:30-36)


Saya tidak tahan menonton sebuah acara hiburan di televisi, di mana para pesertanya menggunakan kata-kata yang kasar dan melukiskan aktivitas amoral mereka dengan menjijikkan. Mereka, yang tanpa malu mendiskusikan dosa-dosa mereka di depan pemirsa, jelas-jelas mengakui bahwa diri mereka adalah orang liberal karena mereka berani memamerkan perbuatan amoral mereka dengan berani. Kebebasan yang aneh! Hanya sedikit dari mereka yang mengetahui perbudakan seperti apa sebenarnya yang mereka alami.

Pemikiran bahwa kita dapat memiliki kemerdekaan yang sejati tanpa pengendalian dan disiplin diri adalah suatu ilusi belaka. Melakukan sesuatu hal yang kita sukai tanpa mencari apa yang Allah kehendaki, akan membawa kita pada perbudakan dosa dan memimpin kita menuju kematian. Namun percaya dan taat kepada Yesus Kristus akan memberi kemerdekaan dari rasa bersalah, perbudakan dosa, perasaan takut akan kematian, dan perasaan sia-sia. Itulah kemerdekaan yang sesungguhnya!

RH JUMAT, 27 Feb 2009

Bacaan Setahun: Bil. 21-23; Mrk. 6,7
BAGIANNYA DAN BAGIAN KITA (Yosua 1:1-9)

Pada saat Tuhan memberi kita tugas yang berat untuk dilakukan, Dia selalu memberi apa yang kita butuhkan untuk menunaikannya. John Wesley menulis, "Di tengah-tengah berbagai kesulitan yang menghadang pada awal pelayanan kami, kakak saya, Charles, sering berkata, ‘Jika Tuhan memberi saya sayap, saya akan terbang.’ Dan saya biasanya menjawab, ‘Jika Tuhan meminta saya terbang, saya percaya bahwa Dia akan memberi saya sayap.’"

Bacaan Alkitab hari ini mengatakan bahwa Yosua ditempatkan pada posisi dengan tanggung jawab yang besar. Tantangan-tantangan besar yang telah dialaminya sebelumnya, membuatnya gentar. Bagaimana mungkin ia dapat menggantikan Musa, sang pemimpin yang besar? Dengan kekuatannya sendiri, tidak mungkin baginya untuk memimpin bangsa Israel menuju Tanah Perjanjian. Namun selama memimpin perjalanan itu, Tuhan memberi jaminan kepada Yosua. Jika Allah telah memberi kita beberapa pelayanan istimewa yang harus dikerjakan dan itu membuat kita takut, adalah menjadi tanggung jawab kita untuk melaluinya. Bersandarlah pada Tuhan untuk menyelesaikannya. Lakukanlah bagian kita dengan setia dan Dia akan melakukan bagian-Nya.

RH KAMIS, 26 Feb 2009

Bacaan Setahun: Bil. 19,20; Mzm. 28; Mrk. 5
BERKAT YANG TIDAK SEPATUTNYA (Habakuk 3:17-19)

Bintang tenis bernama Arthur Ashe meninggal karena penyakit AIDS yang dijangkitinya dari transfusi darah pada saat ia menjalani operasi jantung. Selain sebagai seorang atlit besar, Ashe adalah seorang yang memberi inspirasi dan semangat bagi banyak orang dengan keteladanan perilakunya di dalam dan di luar lapangan. Ashe dapat saja merasa sakit hati dan mengasihani diri sendiri dalam menghadapi penyakitnya, tetapi ia terus-menerus memelihara sikap yang penuh dengan ucapan syukur. Bahkan sekalipun kita sedang mengalami penderitaan yang amat sangat, kita tidak boleh lupa pada anugerah Allah yang dicurahkan dalam hidup kita seperti makanan, rumah, dan para sahabat, berkat-berkat yang sering terlupakan.

Dan bagaimana dengan berkat rohani? Kita dapat memegang teguh firman Allah dalam tangan kita dan membacanya. Kita memperoleh pengetahuan tentang kasih karunia-Nya yang menyelamatkan, penghiburan dari Roh-Nya, dan jaminan sukacita dalam kehidupan kekal bersama Yesus. Pikirkanlah tentang berkat Allah dan bertanyalah, "Mengapa saya?" maka gerutuan kita akan berubah menjadi pujian.


RH RABU, 25 Feb 2009

Bacaan Setahun: Bil. 17, 18; Mzm. 29; Mrk. 4
LEBIH BAIK DARI YANG TERBAIK (Kolose 1:19-29)

Ketika John menjadi salesman pada sebuah perusahaan asuransi terkenal beberapa tahun yang lalu, keinginannya adalah bekerja dengan efektif dalam perusahaan itu tanpa mengkompromikan nilai-nilai kekristenannya. Namun ada orang yang menyatakan bahwa ia naif. Dalam pandangan mereka, seseorang harus memilih antara memiliki jaminan atas pekerjaannya atau integritas kekristenannya, tidak keduanya. Namun John tidak ragu-ragu dengan komitmennya untuk menjadi saksi Tuhan dalam dunia bisnis. Meskipun ia berkecimpung dalam pekerjaan yang membutuhkan perhitungan yang akurat, ia memiliki kelemahan dalam perhitungan aritmetika yang sederhana.

Hal ini mendorongnya untuk lebih bergantung pada Kristus dalam segala hal, sehingga memperkaya kesaksiannya. Pada akhirnya John menjadi seorang salesman terbesar dari perusahaannya, dan Allah memakainya untuk memenangkan banyak rekan sekerjanya kepada Kristus. Kemudian, sebagai seorang pemimpin cabang, John dan timnya menjadi cabang perusahaan terbesar di dunia, semuanya tanpa mengkompromikan nilai-nilai kekristenan. John, menyatakan: "Allah menolong saya melakukan lebih baik daripada yang saya sanggup." Dia akan melakukan hal yang sama bagi kita.

RH SELASA, 24 Feb 2009

Bacaan Setahun: Bil. 14-15; Mrk. 3
MENCAPAI GARIS AKHIR (2 Timotius 4:6-8)

Umur panjang adalah hal yang mudah dicapai, setidaknya di Amerika. Kita harus lebih memberi perhatian pada masalah memberi arti dan nilai pada tahun-tahun yang kita jalani dan tidak membiarkannya berlalu dalam rasa malu dan aib. Bagaimana kita menyelesaikan perlombaan tergantung pada langkah-langkah panjang yang kita tempuh selama hidup. Joseph Wittig mencatat bahwa tatkala kita menulis biografi seseorang, seharusnya kita memulainya dengan kematian mereka, bukan pada saat mereka lahir.

Pada akhirnya, kita tidak memiliki kepentingan dengan cara kita lahir, tetapi kita memiliki banyak hal yang harus dilakukan dalam persoalan bagaimana cara kita mengakhirinya. Kita juga dapat mencapai garis akhir dalam kehidupan kekristenan dengan baik, bahkan sekalipun kita memulainya dengan terlambat, berjalan perlahan, atau tertinggal jauh di belakang. Rahasianya adalah tetap tinggal di dalam Kristus sampai pada akhirnya.

RH SENIN, 23 Feb 2009

Bacaan Setahun: Bil. 12, 13; Mzm. 90; Mrk. 2
KETIKA KITA BERSELISIH (Efesus 4:1-6)

Ketika mengunjungi teman-teman saya, yakni para kolektor batu karang, saya bertanya, "Apakah Anda percaya bahwa susunan batu-batuan menyatakan usia bumi yang sangat tua?" Pertama-tama sang istri menjawab, menyatakan pemikirannya bahwa bumi ini relatif masih muda. Sang suami sebaliknya berkata bahwa ia percaya adanya bukti yang menyatakan bahwa bumi ini jauh lebih tua dari yang dinyatakan oleh banyak orang.

Permintaan Paulus untuk berjalan dalam kesatuan tidak menjadikan orang-orang percaya harus sependapat dalam setiap persoalan. Akan tetapi, hal yang dimintanya adalah usaha yang tulus untuk "memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera." Tatkala kesatuan ini dipadukan dengan kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, dan kasih yang saling membantu maka persoalan-persoalan yang menjadi perdebatan tidak akan mengakibatkan perpecahan.