RH Minggu, 05 September 2010

KISAH SUP BATU (Mazmur 133)

Alkisah ada tiga pengembara, yang dalam perjalanannya singgah di sebuah kota. Warga kota itu tak pernah bergembira, sebab mereka hidup dengan sangat mementingkan diri sendiri. Mereka mengerjakan segala sesuatu sendiri dan untuk dirinya sendiri. Selain itu, mereka suka mencurigai semua orang. Termasuk kepada tiga pengembara kelaparan yang duduk di tengah alun-alun kota mereka. Tiga pengembara itu membuat api lalu merebus sebuah batu. "Apa yang kaubuat?" tanya seorang anak yang lewat. "Kami membuat sup batu yang sangat enak, " kata si pengembara, "tetapi akan jauh lebih enak jika ditambah sesiung kecil bawang, " lanjutnya. Anak itu pun berlari dan mengambilkan bawang. Orang-orang kota itu mulai penasaran. Mereka mengintip dan menengok satu per satu. "Sup ini akan jauh lebih enak jika ditambah wortel dan tomat. Seiris kecil daging juga membuat rasanya jauh lebih baik." Didorong oleh rasa ingin tahu yang kuat, mereka membawakan satu per satu bahan yang disebut para pengembara. Alhasil, jadilah sup yang enak (tentu setelah batunya dibuang) dan penduduk kota ikut menikmatinya. Untuk pertama kalinya penduduk kota itu meniadakan rasa curiga dan mengalami indahnya hidup berbagi dalam kebersamaan. Orang yang selalu menaruh curiga membatasi dirinya untuk bahagia.

RH Sabtu, 04 September 2010

MABUK LAGI (Amsal 23: 29-35)

Orang bisa punya bermacam alasan untuk mabuk anggur. Merayakan sesuatu, menghilangkan stres, menambah keberanian, iseng, supaya kelihatan jantan adalah beberapa alasan yang biasa dikemukakan. Namun, apa pun alasannya, Alkitab sangat menentang hal tersebut. Mengapa firman Tuhan menentang kemabukan? Ada beberapa alasan yang diungkap oleh penulis Amsal. Pertama, anggur akan merusak tubuh kita, seperti bisa ular yang memagut kita (ay. 32). Kedua, kemabukan membuat pikiran kita rusak, sehingga mata kita melihat hal-hal yang aneh dan tidak dapat mengendalikan kata-kata yang diucapkan (ay. 33). Ketiga, keseimbangan tubuh kita akan hilang. Keempat, kita akan kehilangan sensitivitas terhadap rasa sakit, walaupun ada luka di tubuh kita. Kelima, kita akan selalu ketagihan (ay. 35). Atas dasar 5 alasan yang semuanya tidak baik ini, firman Tuhan melarang kita mabuk oleh anggur atau minuman keras. Dan, itu ditulis untuk kebaikan dan kesehatan kita. Saya pun pernah mendengar ada orang-orang yang sudah biasa merayakan sesuatu, termasuk Natal, dengan mabuk-mabukan. Memang kebiasaan seperti ini sulit diubah, tetapi ingat bahwa firman Tuhan secara tegas mengatakan "jangan". Dan, seharusnya sebagai orang kristiani, ketaatan kita kepada firman Tuhan harus lebih besar dibandingkan kebiasaan atau budaya yang kita miliki.

RH Jumat, 03 September 2010

SALAH BERTANYA (Keluaran 3: 10-17)

"Pertanyaan yang benar sudah merupakan setengah dari jawaban yang benar". Artinya jika salah bertanya, kita akan sukar memperoleh jawaban yang benar. Salah satu kendala pelayanan adalah ketika kita salah bertanya. Seperti Musa yang risau dengan bertanya, "Siapakah aku?" Ia mempertanyakan kesanggupannya sendiri. Saat itu, Musa pada usia 80 tahun sudah tidak yakin akan panggilan yang pernah bergelora di hatinya 40 tahun sebelumnya. Kalau dulu ia gagal, apalagi sekarang. Ia merasa tak berdaya. Pertanyaannya terpusat pada dirinya. Padahal pemeran utamanya bukan Musa, melainkan Tuhan.

Bagaimana dengan kita? Bukankah tekanan dan tantangan berat di pelayanan kerap membuat panggilan hati dan semangat kita goyah? Sasaran pertanyaan kita adalah "saya". Saatnya kita mengganti pertanyaan "siapa saya" dengan "siapa Tuhan". Dialah Tuhan Sang Pengutus. Apakah yang tidak sanggup Dia lakukan? Jika Dia mengutus, Dia pasti memperlengkapi. Ingat, pelayanan pertama-tama bukan soal kesanggupan, melainkan kesediaan kita. Jangan melakukan pelayanan karena merasa sanggup tetapi mintalah kesanggupan dari Dia saat kita melayani.

RH Kamis, 02 September 2010

MEMBERI ATAU MEMANCING? (2 Korintus 9: 6-10)

Tulus hati merupakan nilai batin yang penting, tetapi sulit dijumpai. Masalahnya, kita biasa memiliki harapan di balik segala pemberian dan tindakan baik. Ketika kita melakukan kebaikan, kita diam-diam bermaksud membuat orang lain yang kita tolong merasa berutang pada kita. Hal ini tak ubahnya seperti memancing, ada sesuatu yang kita harapkan sebagai imbalan dari orang yang kita tolong; bahkan dari Tuhan. Namun, ini tentu saja tidak benar. Meski begitu, orang kristiani kerap punya motif tersembunyi. Kita menjadi orang yang penuh perhitungan dengan perbuatan baik kita. Lebih lagi firman Tuhan mengatakan: "Orang yang menabur sedikit akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak akan menuai banyak juga". Benarkah pemahaman kita ini?

Paulus mengingatkan bahwa walau orang akan diberkati sesuai apa yang ditaburnya, itu tidak berarti kita boleh "berhitung-hitung" dengan Tuhan. Memberi adalah tindakan kasih yang semestinya muncul dengan segenap ketulusan, tanpa embel-embel apa pun. Mari memeriksa rekam jejak kita sendiri. Sudahkah hati kita jauh dari pamrih ketika kita mengasihi dan memberi? Periksalah diri Anda dengan jujur dan berani.

RH Rabu, 01 September 2010

KASIH YANG BERBEDA (2 Timotius 2: 23-26)

Kasih Tuhan bagi manusia juga "berbeda". Tak biasa, bahkan tak masuk akal. Bagaimana tidak? Manusia yang gagal menjalankan hukum-Nya, malah dijangkau dan dipeluk-Nya. Manusia yang sudah tidak diterima manusia lain, yang sudah dijauhi dan dikucilkan masyarakatnya, seperti Zakheus (Luk. 19:1-10) dan wanita Samaria (Yoh. 4:4-19), malah dihampiri Tuhan. Dan, kasih-Nya yang besar itu, menyelamatkan jiwa mereka. Kasih Tuhan yang berbeda inilah yang mesti diteruskan anak-anak Tuhan kepada orang-orang yang menjalani hidup dengan tidak benar agar mereka selamat. Anak Tuhan perlu menunjukkan kasih yang berbeda, lebih dari yang biasa dilakukan kebanyakan orang. Yakni dengan bersikap lemah lembut, dengan berbelas kasihan pada jiwa mereka, yang perlu diselamatkan (2 Tim. 2:25). Bahkan orang yang sudah tidak diterima di mana pun, harus dapat diterima oleh anak-anak Tuhan, dengan kekuatan kasih Allah. Kasih itu dapat memenangkan jiwa mereka.

RH Selasa, 31 Agustus 2010

DI TENGAH BADAI (Mazmur 121)

Mungkin sekarang kita tengah berada di pusaran "badai kehidupan". Persoalan bertubi-tubi datang, kepahitan dan kesusahan menghantam. Kita pun seolah-olah berjalan di lorong gelap. Kita gentar menatap esok dan bimbang memulai langkah. Dalam situasi demikian, marilah sejenak kita berdiam diri dalam keheningan. Tuhan tidak pernah lalai menjaga kita. Bahkan dalam saat-saat terberat dalam hidup ini, Dia "mendekap" kita. "Ia tidak akan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap" (ayat 3). Kesadaran iman ini akan sangat melegakan. Bisa saja persoalan kita tidak lantas selesai dan badai hidup kita tidak lantas segera mereda. Namun satu hal yang pasti, hati kita akan dimantapkan menjadi kuat dan teguh; pikiran kita akan disegarkan menjadi tenang dan teduh. Kita tidak pernah berjalan sendirian, kasih dan kuasa-Nya akan selalu menjaga kita.

RH Senin, 30 Agustus 2010

BUKAN SALAHKU! (1 Samuel 13: 5-14)

Banyak orang Amerika mengalami kegemukan (obesitas). Lucunya, ada yang menyalahkan restoran cepat saji sebagai sumber masalah. Mereka menuntut pihak restoran bertanggung jawab, bahkan mengajukan masalah ini ke pengadilan. "Karena merekalah saya menjadi gemuk, kena serangan jantung, dan diabetes!" seru Caesar Barber, salah satu pemrotes. Begitu seringnya pihak restoran disalahkan, sampai-sampai pada 2004 keluarlah Cheeseburger Bill (undang-undang yang melindungi industri makanan cepat saji dari tuntutan hukum akibat ulah konsumen yang kegemukan). Kita cenderung menyalahkan orang lain atas kelalaian diri sendiri. Jika Anda berbuat salah, jangan berkata: "Aku jadi begini gara-gara kamu!" Stop menuding orang lain. Akui kesalahan Anda dan segeralah memperbaiki diri. Itulah pertobatan sejati. Lebih baik mencari apa yang salah daripada mencari siapa yang salah.

HUMOR

Naskah Proklamasi

Di sebuah desa yang letaknya terpencil, seorang kepala sekolah yang berasal dari Jakarta baru datang untuk bertugas. Pada hari pertama ia bertemu dengan murid-murid kelas 6, "Anak-anak, siapa yang menulis dan menandatangani naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia?" Tapi kelas itu cuma diam. Tidak ada yang menjawab. Pak Kepala Sekolah kecewa berat karena di antara murid kelas 6 di sekolah itu tidak ada yang tahu nama Bung Karno dan Bung Hatta. Tapi ia tidak berkata apa-apa, dan baru mengemukakan kekecewaannya ini di depan rapat guru.

Di sore harinya, Pak Midun, guru kelas 6, yang cemas jangan-jangan dia akan dipecat, memanggil muridnya satu demi satu. Kepada setiap murid dia berkata dengan sungguh-sungguh, "Ini soal naskah proklamasi yang ditanyakan oleh Bapak Kepala Sekolah tadi pagi. Sebaiknya kamu mengaku kalau kamu yang menulis dan menandatanganinya," ujarnya.

Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. (Yohanes 8: 43)

Artikel



I LOVE YOU FOREVER

Kalimat “I love you” adalah kalimat yang sangat universal, singkat tapi memiliki power yang sangat kuat. Hanya dengan mengucapkan kalimat ini, kita bisa membuat hati dari pasangan kita bergetar dan tiba-tiba ada perasaan yang sulit dilukiskan oleh ribuan kata-kata sekalipun memenuhi seluruh hatinya. Ketika orang tua berkata, “I love you” atau “Aku sayang kamu, nak” maka hal yang sama juga terjadi kepada mereka. Hati mereka mendapatkan ketentraman dan perlindungan yang sulit dilukiskan oleh pujangga hebat sekalipun.

Jadi, kalimat “I love you” adalah seperti tetesan air segar di musim kering, seperti harum bunga mawar di tengah kesesakan, seperti terang bulan purnama di tengah kegelapan. Semua orang rindu untuk mendapatkan hal ini.

Suami istri, apalagi yang baru menikah pasti mendengar dan mendapatkan kalimat ini hampir setiap saat. Orang tua yang baru mendapatkan bayi juga pasti membisikkan kalimat ini di telinga sang bayi berkali-kali sambil mencium gemas sang buah hati. Kalimat “I love you” sanggup membawa suasana kebahagiaan bagi segala usia.

Namun, pada saat rumah tangga mulai dihadang badai, perahu rumah tangga terombang-ambing di tengah samudera masalah, adakah kalimat “I love you” sesekali terdengar? Ketika sang buah hati mulai pandai membantah, sang bayi yang dulu menggemaskan telah tumbuh menjadi anak yang lihai dalam melawan orang tua, pandai berbohong, juara dalam menjadi anak yang malas serta menghindar dari pekerjaan yang ditugaskan, adakah kalimat “I love you” ini tetap memiliki power? Rasanya kalimat ini tiba-tiba hilang begitu saja seperti melarikan diri dari rumah tangga. Hilang tanpa meninggalkan jejaknya.

Untuk itu, alangkah baiknya jika setiap orang menambahkan satu kata lagi di belakang kalimat yang powerful ini menjadi “I LOVE YOU FOREVER”.

Karena kata FOREVER berarti selamanya kita akan mencintai orang tersebut. Selamanya sang suami akan mencintai istrinya sekalipun ada gunung masalah yang harus dilaluinya. Selamanya sang istri akan mencintai suaminya, sekalipun harus melewati lembah kekelaman yang sangat dalam. Selamanya orang tua akan mengasihi anak-anaknya sekalipun sang anak rasanya tidak tahu lagi cara berterima kasih kepada orang tuanya.

Kiranya kalimat “I LOVE YOU FOREVER” ini mampu membantu bahtera-bahtera keluarga yang sedang berjuang keras di tengah-tengah hantaman gelombang masalah dan tiupan angin badai yang sangat kencang. Sekalipun di tengah gelora masalah ucapan ini hilang terbawa badai, tetapi kalimat ini telah diukir dalam hati setiap kita oleh tangan Tuhan yang penuh kasih ... I LOVE YOU FOREVER.

Ringkasan Khotbah Minggu, 22 Agustus ‘10

THE POWER OF CHANGE
(KUASA PERUBAHAN)


(Keluaran 2:1-12, 23; 4:17)

Setiap orang pernah mendapati pengalaman buruk dalam hidup, pengalaman itu dapat membawa dan merubah seseorang ke arah negatif atau merusak. Bagaimana dapat membawa dan merubah seseorang ke arah positif dan membangun serta mengalami kuasa perubahan tersebut? Ada dua kekuatan perubahan, yaitu:

1. Kekuatan perubahan ke arah negatif. Kegagalan Musa ialah melarikan diri ke Midian karena bangsa Israel yang tidak tahu berterima kasih karena pembelaannya, sehingga Musa hidup sebagai gembala dan hidup seadanya membuat ia kehilangan tujuan hidupnya. Musa sudah merasa nyaman hidup sebagai gembala tetapi hal demikian menuju perubahan ke arah negatif, sebab dahulu Musa memiliki nasionalisme terhadap bangsa Israel. Seringkali lingkungan mempengaruhi hidup seseorang, sehingga ia melarikan diri jauh dari kenyataan dan merasa nyaman dari keadaan sebelumnya. Keadaan ini sesungguhnya membuat ia menuju perubahan ke arah negatif dan terus negatif atau merusak.

2. Kekuatan perubahan ke arah positif. Ketidakpercayaan Musa atas panggilan dan penyertaan Tuhan memimpin Israel keluar dari Mesir menjadi halangan untuk berubah ke arah positif. Tetapi Tuhan terus menyakinkan Musa berkali-kali, yaitu karya Tuhan atas pemeliharaan hidupnya, tahu kehendak dan rencana Tuhan (VISI HIDUP) serta fokus kepada visi hidup, persiapan (studi, pengalaman dll) gaya hidup searah dengan VISI HIDUP, maka mengalami THE POWER OF CHANGE (kuasa perubahan). Tuhan tidak pernah melupakan apa yang sudah pernah dilakukan-Nya dan terus merancangkan hidup atas seseorang yang percaya kepada-Nya dengan rencana-Nya yang baik dan orang harus fokus kepada visi hidupnya dengan persiapan yang matang serta belajar dari pengalaman, maka mengalami THE POWER OF CHANGE (kuasa perubahan).

Orang Kristen haruslah mengalami THE POWER OF CHANGE (kuasa perubahan). Untuk itu fokuskan kepada visi hidup, berubah ke arah positif sehingga hidup yang dijalani memiliki arah tujuan hidup yang baik. Amin

By: Pdt. Sia Kok Sin - Minggu, 22 Agustus ‘10

Artikel

Tergesa Membawa Celaka

Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan. (Amsal 16: 32)

Alkisah pada masa dinasti Song ada seorang petani yang tidak pernah sabar. Ia merasa padi di sawahnya tumbuh sangat lambat. Akhirnya ia berpikir, “Jika saya menarik-narik padi itu ke atas, bukankah saya membantunya bertumbuh lebih cepat?” Lalu ia menarik-narik semua padinya. Sampai di rumah, dengan bangga ia bercerita kepada istrinya bahwa ia baru saja membantu padinya bertumbuh lebih cepat.

Keesokkan harinya ia pergi ke sawah dengan bersemangat, tetapi betapa kecewanya ia ketika melihat bahwa semua padi yang kemarin ditariknya ke atas sudah mati. Karena tidak sabar, “usahanya untuk membantu” malah membuatnya rugi besar.

Demikian pula dengan Saul, raja Israel. Sebelum Saul berperang ke Gilead melawan bangsa Filistin, Samuel sudah berpesan bahwa ia akan datang kepada Saul untuk mempersembahkan korban. Samuel meminta Saul menunggu ia datang untuk memberi instruksi (I Sam. 13: 8). Namun, Saul tidak mengindahkan perintah Samuel maupun hukum Tuhan. Ia tidak sabar menunggu Samuel. Ia lebih takut ditinggalkan rakyatnya dari pada takut pada Tuhan. Ketidaksabarannya membawa dampak yang fatal, Tuhan menolaknya sebagai raja (1 Sam. 13: 14).

Dalam hidup ini, kita juga kerap tidak sabar menunggu waktu Tuhan. Ketika pertolongan Tuhan rasanya tak kunjung tiba, jangan tergesa mengambil jalan. Bukannya menyelesaikan masalah, malah sering kali mendatangkan masalah baru yang justru lebih besar! Akar ketidaksabaran adalah tidak percaya. Jika kita sungguh-sungguh percaya Allah mampu menolong, kita akan menanti Dia dengan sabar. Dalam hidup orang yang sabar selalu ada banyak kesempatan untuk Allah bekerja.

JADWAL IBADAH

KEBAKTIAN DOA MALAM
Jumat, 27 Agustus 2010 - Pk. 19.00 Wib
Pembicara: Pdt. Yakub Trihandoko

KEBAKTIAN WANITA
Sabtu, 28 Agustus 2010 - Pk. 10.00 Wib
Pembicara: Pdt. Wiyono Pontjoharyo

KEBAKTIAN PEMUDA
Sabtu, 28 Agustus 2010 - Pk. 18.00 Wib
Pembicara: Bp. Willy

KEBAKTIAN UMUM
Minggu, 29 Agustus 2010
Pk. 07.30 Wib; 10.00 Wib; 17.00 Wib
Pembicara: Pdt. Fifie Layantara

RH Minggu, 29 Agustus 2010

FORMALITAS (Matius 12: 1-14)

Di sebuah daerah, di mana kebanyakan penduduknya tidak memiliki mobil, gereja setempat memperbolehkan anggota jemaatnya meminjam mobil gereja. Namun, tentu saja untuk mengaturnya, jemaat harus menulis surat kepada majelis, yang kemudian akan mendiskusikannya dalam rapat dan memutuskan untuk meminjamkan atau tidak. Suatu malam, seorang anggota jemaat menelepon majelis untuk meminjam mobil guna keperluan mendadak: mengantar anaknya ke rumah sakit. Karena menurut pada aturan, sang majelis terpaksa menolak permintaan itu dan meminta jemaat tersebut untuk menulis surat terlebih dulu sesuai prosedur.

Aturan dan formalitas itu perlu, supaya organisasi bisa teratur, tetapi itu juga bisa menjebak dan membuat kita menjadi kaku dan dingin. Formalitas yang terlalu kental juga cenderung membuat kita menjadi sombong rohani. Kita dengan mudah merasa bangga kalau kita memenuhi aturan A sampai Z, dan menggunakannya untuk menyalahkan orang lain. Kerap kali saat kesombongan rohani itu menguasai kita, belas kasihan kita malah makin mengering. Formalitas itu perlu untuk menjaga keteraturan, tetapi biarlah kita ingat bahwa hanya kasih karunia dan belas kasihan yang mesti jadi pendorong dari segala tindakan kita.

RH Sabtu, 28 Agustus 2010

DOA BAGI BANGSA (Mazmur 20)

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, kita terkadang gamang menyaksikan fenomena yang terjadi di negara ini. Banyak pemimpin bangsa yang seharusnya menjadi teladan dan panutan rakyat, tetapi satu demi satu digiring ke penjara. Kita pun menjadi galau dengan masa depan bangsa ini. Akan mewarisi apa kelak anak cucu kita? Utangkah? Kemiskinankah? Atau apa? Akan tetapi, kalau ditanya balik, apa sumbangan positif kita untuk bangsa ini? Kita akan gagap menjawabnya. Malahan kita balik bertanya, siapakah saya ini, sehingga dapat memberikan sesuatu yang positif? Apakah memang benar, kita tidak berdaya dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk bangsa kita? Saya kira tidak. Sekecil apa pun, kita bisa berperan dan memberikan sumbangan positif pada bangsa ini, asal mau. Mulailah dengan berdoa, baik secara pribadi, maupun menggalang rekan-rekan di persekutuan. Namun, jangan asal berdoa. Tujuannya bukanlah untuk meminta pengampunan dosa, melainkan untuk mencari perkenan Allah. Ketika Allah merespons, Dia akan menyatakan kehadiran dan perkenan-Nya dengan memberikan kemenangan. Di samping berdoa, kita juga harus menyumbangkan sesuatu untuk bangsa kita. Hal itu dapat kita lakukan dengan memulai kontribusi dari kota tempat kita tinggal saat ini.

RH Jumat, 27 Agustus 2010

SURAT TAHUNAN (Ulangan 8)

Seorang ayah punya kebiasaan unik. Sejak putrinya lahir, ia mengkhususkan sebuah laci untuk menyimpan catatan-catatan berisi kisah-kisah lucu, sedih, peristiwa-peristiwa penting, pengalaman bersama keluarga, teman gereja, teman sekolah. Juga kerinduan dan harapan sang ayah terhadap masa depan putrinya. Bersama surat itu, juga ada foto-foto, buku rapor, dan berbagai benda kenangan lain. Ketika ulang tahun putrinya menjelang, ia tinggal membuka laci itu. Maka, hamburan barang dan catatan itu menolongnya merangkumkan kebaikan Tuhan yang dialami putrinya sepanjang tahun, dalam sebuah "surat tahunan". Itulah kado utamanya bagi putrinya di setiap ulang tahunnya, yang juga selalu sangat dinanti oleh anaknya.


Sungguh indah apabila kita punya kesempatan khusus untuk mengingat segala berkat yang sudah diterima. Lebih lagi, mengingat Sang Sumber Berkat sebagai yang berdaulat atas kehidupan yang berlangsung. Mengumpulkan segala perkara baik, prestasi, peningkatan kehidupan, dan segala kemajuan yang telah dicapai. Dari situ kita akan mampu menaikkan syukur, yang menandakan penghormatan kita kepada Allah yang berdaulat atas kehidupan bangsa ini.

RH Kamis, 26 Agustus 2010

CINTA KEPADA BANGSA (Matius 27: 3-5)

“Benar atau salah, ini negaraku", adalah sepenggal ungkapan patriotik yang dikutip dari kalimat Stephen Decatur (1779-1820). Lalu bertahun-tahun setelahnya, Carl Schurz (1829-1906) memperjelas lagi ungkapan ini dengan berkata, "Benar atau salah, ini negaraku; jika ia benar maka ia harus dijaga tetap benar, jika salah, maka ia harus dibantu untuk menjadi benar." Maka, kalimat ini sesungguhnya tak boleh diambil sepenggal, agar orang tak kemudian mencintai negaranya secara buta dan bisa bertindak tanpa pertimbangan matang.

Hal yang hampir sama terjadi pada Yudas. Kenapa Yudas mengkhianati Tuhan Yesus? Salah satu tafsiran menyatakan bahwa Yudas ingin "memaksa" Gurunya bertindak menurut keinginannya, yakni mengobarkan gerakan revolusi membebaskan bangsanya dari penjajah Romawi. Jadi, kesalahan Yudas yang terbesar adalah, demi mewujudkan cintanya terhadap bangsa dan negaranya, ia mengabaikan kebenaran dan menghalalkan segala cara. Cinta kepada bangsa dan negara tentu saja baik dan perlu. Namun, rasa cinta itu tetap harus diletakkan dalam koridor kebenaran. Jangan karena rasa cinta, lalu yang hitam menjadi putih dan yang putih menjadi hitam.

RH Rabu, 25 Agustus 2010

DIAM DI GUNUNG TUHAN (Mazmur 15)

Pernahkah Anda merasa tak layak masuk dan beribadah di gereja? Pernahkah Anda merasa terlalu kotor untuk beribadah di rumah Tuhan? Atau, Anda merasa hidup Anda penuh keburukan, sehingga tak layak menghadap Tuhan? Pemazmur memang menunjukkan kepada kita bahwa ada syarat untuk dapat "berdiam di gunung Tuhan". Tidak sembarang orang boleh datang ke sana. Dalam ayat 2-5, ia mendaftar syarat-syarat itu dengan jelas. Intinya, yang layak menghampiri Tuhan adalah orang yang memiliki hidup yang bersih, serta lurus dalam segala dimensi hidupnya. Lalu kita bertanya: Bukankah setiap orang, bahkan yang berdosa, boleh datang ke rumah Tuhan dan menghampiri Tuhan? Tentu! Namun, pengalaman merasakan kekudusan Tuhan tentu tidak diperuntukkan bagi orang yang hidup sembarangan atau orang yang beribadah hanya untuk "memenuhi kewajiban" sebagai orang kristiani. Perasaan tak layak menghadap Tuhan sesungguhnya menyimpan sesuatu yang baik. Itu menjadikan kita sadar siapa kita; menjadikan keberadaan kita apa adanya sebagai persembahan bagi Tuhan; tidak angkuh di hadapan Tuhan. Ketika kita beribadah dengan hidup yang sembarangan dijalani, ibadah hanya membuang waktu. Kita sendiri tak mengalami apa-apa. Sebaliknya, ibadah yang dilakukan dengan hati yang siap, akan membuat kita menikmati ibadah yang mengubahkan hidup.

RH Selasa, 24 Agustus 2010

SUKACITA PELAYANAN (Filipi 1: 1-8)

Saya teringat saat pertama kali saya belajar memasak. Saat itu mama saya spontan mengeluh, "Aduh, jadi repot!" Namun, Mama tetap mengajari saya memasak nasi goreng dengan sukacita. Saat itu, saya hanya diminta mengaduk nasinya dan Mama memberitahukan semua prosesnya sambil memasukkan semua bumbunya. Dan, jadilah nasi goreng pertama buatan saya. Waktu Papa mengatakan "Hm, lumayan enak!" rasanya hati senang sekali. Walaupun saya tahu, itu bukan nasi goreng saya, tetapi nasi goreng Mama yang saya aduk.

Seperti itulah pelayanan kita. Sesungguhnya Tuhan bisa saja mengerjakan semuanya sendiri. Jika melayani Tuhan, terkadang kita malah membuat Tuhan "repot" karena perilaku kita. Namun, itulah kasih Tuhan yang mau menjadikan kita sebagai rekan sekerja-Nya. Dan, sukacita kita adalah ketika kita dapat melihat karya Tuhan melalui tangan kita. Melayani Tuhan memang tidak mudah. Terkadang kita mengalami hal yang tidak mengenakkan seperti halnya Paulus yang dipenjarakan karena memberitakan Injil. Namun, inilah hak istimewa kita, yaitu turut merasakan sukacita Tuhan saat melihat orang-orang yang kita layani bertobat dan bertumbuh di dalam Tuhan. Oleh karena itu, tetaplah giat melayani Tuhan.

RH Senin, 23 Agustus 2010

GRUSA-GRUSU (Kejadian 25: 29-34; 28: 6-9)

Grusa-grusu adalah sebuah istilah yang dipakai untuk menjelaskan sikap seseorang yang serba terburu-buru dan tidak berpikir panjang dalam menyikapi sesuatu. Akibatnya, orang yang demikian kerap kali mengambil keputusan yang tidak bijaksana. Dan akhirnya, ia harus menuai masalah di kemudian hari karena keputusan tersebut. Esau adalah seorang tokoh di Alkitab yang tercatat kerap bertindak grusa-grusu. Akibatnya, Esau menghadapi banyak masalah dengan orangtuanya; ia meremehkan dan mencampakkan arti pentingnya berkat Allah atas hak kesulungan. Ada banyak sebab seseorang bertindak grusa-grusu. Bisa karena dikuasai nafsu seperti Esau, panik, percaya diri secara berlebihan, dan sebagainya. Adalah penting untuk tetap menjaga diri tidak bertindak ceroboh dalam situasi-situasi tersebut. Caranya bisa dengan menahan diri untuk tidak segera mengambil keputusan. Sebaliknya, berusaha mencari pendapat dari orang lain terlebih dahulu, terutama orang yang bersikap kritis terhadap kehidupan kita. Orang-orang yang tidak segan menegur atau menasihati kita. Sebab masukan mereka sangat menolong kita melihat aspek-aspek yang sebelumnya tidak bisa kita lihat. Dengan perspektif baru ini kita dapat mengambil keputusan untuk bertindak lebih bijaksana.

Artikel


L O V E
A : Aku tidak menyukai istriku lagi!
B : Pulang dan cintailah dia
A : Anda tidak mengerti aku, aku sudah tidak punya perasaan itu lagi.
B : Pulang dan cintailah dia
A : Tetapi secara emosi berarti aku tidak jujur kalau aku memperlakukan istriku seperti itu, padahal aku tidak merasakannya.
B : Apakah menurutmu Ibumu mencintaimu?
A : Tentu saja (dengan mantap).

B : Kira-kira 1 minggu setelah ibumu pulang dari RS dan membawamu pulang, dan kamu menangis menjerit-jerit di tengah malam karena popokmu basah an dia terpaksa bangun walau tubuhnya masih sangat letih, berjalan di lantai yang dingin tanpa alas kaki untuk mengganti popokmu dan menyusuimu. Apakah menurutmu dia sungguh-sungguh menikmati itu semua?

A : Tidak (menunduk).
B : Kalau begitu. Apakah Ibumu secara emosi juga tidak jujur?
Ukuran besarnya cinta bukan karena dia menikmati mengganti popok di tengah malam, melainkan karena ibumu RELA melakukan itu semua meski dia tidak begitu menyukainya.

Pernikahan tidak hanya didasari perasaan cinta saja, lebih dari itu yaitu KOMITMEN.
Saat pertama seseorang menikahi istrinya pasti karena cinta, tetapi cinta yang menggebu-gebu akan padam seiring dengan berjalannya waktu. Hanya komitmen yang membuat cinta manggebu-gebu menjadi cinta yang matang dan dewasa. Lalu… Apa yang disebut dengan Cinta Sejati? Cinta yang sifatnya turun ke bawah, yaitu cinta yang tidak memikirkan untung rugi, cinta yang rela berkorban demi seseorang yang dikasihinya. Inilah cinta yang harus diusahakan dalam setiap pernikahan.

Ada orang berkata "aku cinta kamu" … berarti: "aku ingin memilikimu dan biarlah kamu kumiliki" adalah cinta yang egois karena hanya bergantung pada perasaan seseorang. Sebab perasaan akan dimakan oleh waktu dan bisa saja perasaan ini muncul pada diri orang lain atau pasangan orang lain. Suasana hati mudah berubah, kondisi fisik semakin tua dan tidak menarik, komitmenlah yang menyelamatkan pernikahan. Berani melakukan sebuah "tindakan" baik dalam keadaan suka maupun tidak untuk mengasihi pasangan dan mempertahankan pernikahan yang telah Tuhan anugrahkan.

Artikel


Sampai Maut Memisahkan Kita

Pemeran tokoh film Superman yang sangat terkenal, yaitu Christopher Reeve memang telah tiada. Namun ia meninggalkan sebuah kisah keharmonisan keluarga yang menjadi inspirasi bagi banyak keluarga di dunia ini, termasuk tokoh-tokoh dunia seperti Hillary Clinton dan suaminya - Bill Clinton.

Sang Superman menikah dengan Dana, wanita yang ia cintai pada tahun 1992 dan melahirkan putera mereka yang bernama William. Namun, di usia ke-3 pernikahan mereka, Christ jatuh dari kuda dan menjadi cacat total. Tentunya hal itu membuat Christ menjadi putus asa dan sering ingin mengakhiri hidupnya. Di sinilah ujian kesetiaan mereka diuji oleh Tuhan. Dana tidak pernah putus asa akan keberadaan suaminya. Ia dengan setia menjalani hari-harinya dengan merawat suami tercinta yang cacat, yang harus terus-menerus dibantu bahkan yang kecewa dan pesimis akan hidupnya.

Dana tidak pernah menyerah. Ia tidak mundur ataupun menyesali nasibnya. Tetapi justru ia senantiasa berada di sisi Christ untuk memberikan semangat hidup dan menunjukkan cintanya. Tentunya itu bukanlah sebuah ujian yang ringan bagi Dana. Ada banyak kesempatan dan alasan baginya untuk meninggalkan Christ, tetapi ia tetap menjaga keharmonisan keluarganya. Perjuangan Dana tidak pernah sia-sia karena akhirnya Christ kembali menemukan jati dirinya, ia bisa menerima keadaannya dan bahkan semangatnya bangkit lagi untuk mendirikan yayasan sosial untuk menolong orang-orang cacat. Luar biasa!!

Pada tahun ke-9 kelumpuhannya, Christ meninggal dunia akibat komplikasi jantung. Istrinya berkata di acara pemakaman tersebut, ”Ketika kami menikah, aku berjanji kepada Christ bahwa aku akan mencintainya, mendampinginya dalam keadaan sehat atau sakit dan aku telah memenuhi janji pernikahan itu. Tetapi sekarang aku mau mengubah janji pernikahan itu, yaitu aku bukan sekedar akan mencintai dan menghormati sampai maut memisahkan kami, tetapi aku akan mencintainya selamanya”. Ternyata janji tersebut Dana genapi. Hanya 1 tahun 6 bulan dari kematian Christ, Dana terserang kanker paru-paru dan akhirnya meninggal dunia. Kisah cinta mereka adalah kisah cinta abad ini.

Sungguh indah bagi setiap pasangan untuk terus mengingat janji nikah yang telah diucapkan di hari pernikahan. Sebuah janji untuk mencintai, menghormati dan menghargai di dalam segala kondisi. Tentunya ketika kondisi berada dalam zona nyaman, bahagia dan baik-baik saja maka janji nikah ini akan sangat mudah untuk digenapi. Tetapi ketika janji nikah ini diuji lewat tantangan, sakit penyakit, keuangan, jabatan bahkan godaan orang ke-3 dalam rumah tangga, barulah kemurnian dan kualitas cinta setiap pasangan akan terlihat.

Setiap tahun semua pasangan suami istri akan menginjak kembali 1 hari ulang tahun pernikahan mereka. Tentunya angka tahun pernikahan akan terus bertambah dan tidak pernah berkurang. Di saat itulah menjadi saat yang tepat untuk memperkatakan kembali janji nikah yang telah diucapkan. Ini sangat berguna untuk memperbaharui komitmen sebuah pernikahan sehingga keluarga yang harmonis bisa tercapai dan tentunya dimulai dari hubungan suami istri yang harmonis. Semakin bertambah usia pula, semakin bertambah keharmonisan. Seperti halnya janji nikah yang berkata, ”Aku akan mencintaimu di saat senang dan susah, miskin atau kaya, sakit maupun sehat ... sampai maut memisahkan kita”.

Ringkasan Khotbah 15 Agustus 2010

In His Time
(Ezra 1: 1-4)

Orang Israel pernah mengalami 2 kali perbudakan, yaitu di Mesir dan di Babel (dalam masa pembuangan). Kitab Ezra mencatat kepulangan orang Israel dari pembuangan di Babel ke Yerusalem. Kitab ini dimulai dengan peristiwa yang sangat menarik, tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba raja Koresh, raja negeri Persia, berkata: ”Saya digerakkan Tuhan untuk membangun bait suci, orang Israel diijinkan pulang ke Yerusalem”.

Ternyata peristiwa ini sudah dinubuatkan oleh seorang nabi Yeremia, jauh sebelumnya (Yer. 29: 10-11). Sekalipun orang Israel dibuang ke Babel, Tuhan sedang merencanakan masa depan yang baik, yang indah. Bukan masa depan yang sial, bukan masa depan yang buruk. Menurut catatan atau fakta sejarah: pada tahun 606 Sebelum Masehi orang Israel dibuang ke Babel. Waktu raja Koresh digerakkan Tuhan membangun bait suci dan mengembalikan orang Israel kembali ke Yerusalem, Yehuda: pada tahun 536 Sebelum Masehi. Ternyata janji Tuhan tepat digenapi oleh Tuhan. Empat (4) pelajaran penting, yaitu:
1. Tuhan tidak pernah lupa akan janji-Nya. Puluhan tahun janji Tuhan diberikan, tetapi Tuhan tidak pernah lupa janji-Nya. Tepat 70 tahun, Tuhan menggenapi janji-Nya. Mengapakita harus percaya Alkitab yang umurnya sudah ribuan tahun? Mengapa? Karena Allah tidak pernah lupa akan janji-Nya. Allah, bukanlah manusia yang penuh dengan kelemahan. Tuhan tidak pernah lupa akan janji-Nya (Bil. 23: 19).
2. Tuhan bekerja menurut agenda-Nya. Tuhan itu punya agenda. Ia tidak bisa dipaksa atau didorong-dorong. Ia punya pertimbangan sendiri kapan waktunya menolong saudara. Tuhan kita tidak pernah terlalu cepat dan tidak pernah terlalu lambat. Tuhan adalah Allah yang ON TIME (Pengkh. 3: 11). Ia tahu kapan waktunya yang terbaik buat kita. Karena itu diperlukan karakter sabar. Rumus untuk mendapatkan janji Tuhan Iman + Sabar = Dapat. Terimanya dalam iman waktunya SEKARANG, terimanya dalam kenyataan adalah dalam waktunya Tuhan, In His Time.
3. Tuhan bisa pakai siapa saja untuk menggenapi rencana-Nya. Dalam Ezra, kita dapat melihat bahwa Tuhan memakai raja kafir untuk menggenapi rencana-Nya. Kalau kita tidak mau dipakai oleh Tuhan, maka Tuhan dapat memakai siapa saja untuk menggenapi rencana-Nya.
4. Pertolongan Tuhan melampaui segala situasi. Kalau masuk akal, rasanya tidak perlu pertolongan Tuhan. Bagaimana orang Israel bisa membangun bait suci yang sangat mahal dan istimewa? Ini adalah pekerjaan impossible. Jangan katakan keadaanmu terlalu sulit, sebab bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Pertolongan Tuhan melampaui segala situasi.

Apa pun keadaan kita, Tuhan mampu menolong kita. Segala sesuatu akan Tuhan jadikan indah dalam waktunya (In His Time). Amin

By: Pdt. Henoch Wilianto - 15 Agustus 2010

RH Minggu, 22 Agustus 2010

KUCING MENOLAK IKAN ASIN (1 Korintus 10: 1-13)

Mungkin kita pernah mendengar ungkapan: "Mana ada kucing yang menolak ikan asin?" Itu benar. Taruh sepotong ikan asin di depan kucing, maka tak perlu tunggu lama, ia pasti segera menyambarnya. Demikian juga dengan dosa. Iblis sangat tahu apa yang "menggiurkan" bagi masing-masing pribadi. Itu sebabnya godaan dosa tak pernah menawarkan sesuatu yang tak enak. Dan kala dosa itu menggoda, ia mampu membuat manusia sangat ingin menikmatinya. Maka tak heran, tatkala jatuh dalam dosa, orang kerap mengatakan "khilaf" atau "abis enggak tahan, sih."

Di dalam suratnya, Rasul Paulus memperingatkan tentang godaan dosa ini kepada jemaat Korintus. Paulus mengingatkan supaya kita tidak lupa bahwa di balik dosa yang menggiurkan, ada akibat yang mengerikan, yakni murka Allah. Selanjutnya Paulus menasihati bahwa setiap godaan atau pencobaan dosa yang menghampiri, sesungguhnya tidak pernah melampaui kekuatan kita. Yakin saja bahwa setiap godaan itu adalah godaan biasa. Ia tidak luar biasa. Artinya, kita pasti sanggup mengatasinya asal kita mau menolaknya. Apalagi Tuhan berjanji akan memberikan jalan keluar. Maka, kita pasti menang!

RH Sabtu, 21 Agustus 2010

PESONA YESUS (Lukas 5: 1-11)

Seorang aktris Hollywood menceritakan pengalamannya bertemu berbagai tokoh dunia. Bahkan ia pernah bertemu dengan beberapa dari kaum bangsawan, seperti Ratu Elisabet dan Putri Diana. Namun, menurutnya pribadi yang paling memesona adalah Nelson Mandela. Ketenangan batin dan kekuatan kepribadiannya memberikan kesan yang sangat mendalam bagi aktris tersebut. Pesona Nelson Mandela membekas lama setelah pertemuan mereka.

Firman Tuhan hari ini menggambarkan Yesus sebagai pribadi yang sangat memesona dan berwibawa. Yesus adalah pribadi yang menakjubkan. Mengikut Yesus dimulai dengan sebuah "pertemuan" rohani dengan-Nya. Pertemuan yang sedemikian memesona, yang membuat seseorang dapat meninggalkan segala sesuatu demi Dia. Pertemuan yang memanggil seseorang untuk berkomitmen mengikuti-Nya. Panggilan ini adalah panggilan Yesus sendiri. Panggilan untuk menjadikan Allah segala-galanya, lebih dari apa pun, sebagaimana Yesus menjadikan Allah segala-galanya. Pesona Nelson Mandela mungkin mengesankan, tetapi pesona Yesus mengubah hidup manusia.

RH Jumat, 20 Agustus 2010

MENGEJAR EKOR SENDIRI (Markus 10: 35-45)

Seekor anak anjing bergerak lucu "mengejar" ekor pendeknya sendiri untuk menggigitnya. Jelas ia berputar-putar terus, tanpa pernah mencapai tujuannya. Anjing tua berkata kepadanya, "Lupakanlah itu! Tak usah kaukejar ekormu itu. Berjalanlah saja, maka dengan sendirinya ia akan mengikutimu."

Dalam hidup ini ada hal-hal yang tidak dapat diraih dengan terus sibuk mengejarnya. Salah satunya adalah kehormatan atau kemuliaan. Kian dikejar, kian menjauh. Sejenak teraih, sekejab raib lagi. Membuat kita jadi gila. Haus kuasa. Di samping hasilnya sia-sia, harga yang harus dibayar pun amat mahal. Tugas kita adalah untuk "berjalan saja" memenuhi panggilan hidup, yaitu memuliakan Tuhan dengan cara melayani sesama; memberikan yang terbaik. Lupakan pamrih. Jauhkan keinginan untuk dimuliakan. Kemuliaan adalah hak Tuhan. Dia lebih tahu bagaimana melengkapi kita dengan anugerah-Nya. Berkat pasti "mengikuti" kita selaras dengan kemurahan-Nya atas karya pengabdian kita yang tulus. Lakukan saja karya terbaik anda, Tuhan tahu mengaruniakan apa yang terbaik untuk anda.

RH Kamis, 19 Agustus 2010

MEMPERLUAS LINGKARAN KASIH (Kisah Para Rasul 11: 1-18)

Apa yang Anda lakukan saat berada dalam lift yang penuh sesak? Anda akan menunduk, menatap pintu, atau mengutak-ngatik HP. Anda menghindari kontak mata, karena merasa tidak nyaman berdekatan dengan orang asing. Ini bukti bahwa tiap orang memiliki tembok pembatas tak terlihat di sekeliling tubuhnya. Jika seorang asing mencoba mendekat, secara refleks tubuh akan resah dan bergerak menjauh sampai ke "jarak aman". Tidak heran kita hanya merasa nyaman berada dalam lingkungan keluarga dan teman. Lingkaran kasih kita sempit.

Jemaat mula-mula juga hidup dalam lingkaran kasih yang sempit. Lingkaran kasih kita perlu diperluas dengan meruntuhkan tembok pembatas yang membuat kita malas menjangkau orang asing. Ini tidak bisa terjadi dengan sendirinya. Kita perlu berjuang mengatasi rasa tidak nyaman. Lalu, membangun jembatan persahabatan dengan orang di sekitar yang berbeda suku, agama, budaya, maupun status sosialnya. Jika kita tidak mau keluar dari zona nyaman, bagaimana orang bisa mendengar berita keselamatan? Kita bisa menjadi berkat hanya seluas lingkaran kasih yang kita buat.

RH Rabu, 18 Agustus 2010

SISA 12 BAKUL (Yohanes 6: 1-14)

Di sebuah gereja kecil ada seorang ibu yang rajin melakukan tugas-tugas gereja walau yang sederhana; menyapu ruangan, membereskan kursi-kursi sehabis dipakai acara gereja, menata buku nyanyian dan warta jemaat sebelum kebaktian, dan lain-lain. Gereja itu tidak punya karyawan tetap untuk mengurus pekerjaan tersebut. Ia melakukannya dengan sukarela dan senang hati. Ibu itu sungguh menjadi berkat bagi gerejanya. Kita mungkin bukan orang yang pintar, bukan orang kaya, tidak punya jabatan penting dan tidak pandai bicara. Pendek kata, kita orang yang biasa-biasa saja. Tidak usah berkecil hati. Yang penting kita punya niat untuk menyerahkan apa yang kita mampu dan kita punya untuk Tuhan. Sesuatu yang kecil dan sederhana, kalau kita serahkan untuk Tuhan, akan menjadi sesuatu yang sangat berarti. Banyak hal besar berasal dari perkara kecil yang diserahkan kepada Tuhan.

RH Selasa, 17 Agustus 2010

BEDA BUAHNYA (Yohanes 14: 15-31)

Dua orang mahasiswa lulus dari Chicago-Kent College of Law. Peringkat tertinggi diraih mahasiswa buta bernama Overton. Saat ia menerima penghargaan, ia bersikeras, separuhnya harus diberikan kepada kawannya, Kaspryzak, yang ternyata tidak berlengan. Suatu hari mereka bertemu, dan Kaspryzak menolong Overton menuruni tangga. Sejak itu persahabatan mereka kian karib, dan mereka saling melengkapi kekurangan masing-masing. Misalnya, Overton membawa buku dan Kaspryzak membacanya. Begitu lulus, mereka berencana membuka lembaga hukum bersama-sama. Setiap orang dikaruniai bakat dan talenta tertentu, tetapi hanya orang-orang percaya yang diperlengkapi dengan karunia rohani. Karunia rohani mengangkat kita ke dalam dimensi yang lebih tinggi, memampukan kita menghasilkan buah-buah rohani yang kekal. Anda mendambakan buah-buah rohani yang kekal dalam hidup Anda? Andalkan pertolongan Roh Kudus dalam pelayanan, pekerjaan, dan keluarga Anda!

RH Senin, 16 Agustus 2010

HIDUP OLEH IMAN (Roma 1: 15-17)

“Hidup oleh iman". Kita kerap mendengar slogan ini, bahkan mungkin terlalu sering. Apa sebenarnya artinya? Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma meminta supaya kita hidup oleh iman. Kata asli yang digunakan untuk "hidup" di sini sebetulnya berbicara tentang suatu kekuatan, daya yang terus berkelanjutan. Dengan kata lain, Paulus hendak menekankan bahwa iman ada dalam kehidupan kita sehari-hari di mana pun dan kapan pun; saat kita makan, saat kita minum, saat kita bekerja, saat kita mengambil keputusan, saat kita hendak berbelanja, saat kita hendak marah, iman memberikan "hidup" dalam hidup kita. Contoh sederhana; soal tidur. Tanpa iman, banyak orang tidur dalam kekhawatiran, kegelisahan. Banyak orang tidur dengan hati tidak tenang, entah memikirkan pekerjaan, keuangan, dan lain-lain. Iman membuat hidup kita jadi lebih hidup sehingga kita dapat merasakan kasih Tuhan itu cukup bagi kita.

Artikel

Pujian Bagi Tuhan untuk Rancangan-Nya

Sebuah puisi tua menggambarkan seorang wanita yang pada suatu hari berjalan melewati padang rumput. Pada saat dia berjalan sambil menikmati keadaan alam sekitarnya, dia tiba pada sebuah ladang labu emas. Di ujung ladang tersebut berdiri sebatang pohon ek besar.

Wanita itu duduk di bawah pohon ek tadi dan mulai merenungkan keanehan-keanehan yang ada di alam. Mengapa biji ek yang kecil berada pada dahan yang besar dan labu raksasa pada ranting kecil. Dia berpikir bahwa Tuhan telah melakukan kesalahan dalam penciptaan! Seharusnya Dia meletakkan biji kecil pada ranting yang kecil sedangkan labu besar pada dahan yang besar.

Tak lama kemudian, wanita itu tertidur di bawah hangatnya sinar matahari musim gugur. Dia terbangun pada saat sebuah biji kecil jatuh menimpa hidungnya. Dengan tertawa geli, dia mengubah pola pemikiran sebelumnya, Tuhan benar juga!

Bagaimana kalau tadi biji atau buah sebesar labu emas yang jatuh menimpa dirinya? Apa yang akan terjadi kalau begitu? Mungkin dia akan kembali ‘tertidur’ buat kedua kalinya. Itulah pemikiran Tuhan yang jauh melebihi pemikiran manusia, bagaimana kita terkadang tidak dapat menyelami pikiran-Nya namun kita hanya perlu percaya semua rancangan-Nya sempurna buat kita.

Dalam setiap situasi, Tuhan jauh lebih tahu tentang manusia dan situasi yang terkait dibandingkan apa yang kita ketahui. Dia sendiri melihat segala sesuatu dari awal sampai akhir. Dia sendiri tahu bagaimana menciptakan sebuah Rencana Agung yang membawa kebaikan bagi semua yang melayani-Nya.

Betapa ajaibnya Tuhan yang kita sembah. Dia bisa mengerti hati kita yang paling dalam tapi juga paling mengetahui setiap apa yang terjadi di dunia ini dan sudah mengatur segala sesuatu di tempat yang baik. Wow, kami memuji Engkau ya Pencipta yang Agung dan luar biasa.

Artikel

Mantapnya Percaya

Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku. (Mazmur 50: 15)

Suatu hari seorang pria dari suku Indian yang telah bertobat ditanya oleh sahabatnya, “Mengapa kamu selalu membicarakan dan menyebut nama Yesus?” Mendapat pertanyaan tersebut, pria Indian ini terdiam sebentar. Bukan langsung menjawab, ia malah mengambil sejumlah ranting dan rumput yang kering dan dibuatnya menjadi lingkaran. Setelah jadi, ia pun membakarnya. Namun sebelum itu, ia sudah meletakkan seekor ulat di tengah-tengah api.

Api semakin besar, tetapi belum ada satu patah kata pun keluar dari pria Indian tersebut. Justru ia dan sahabatnya menyaksikan bagaimana ulat yang ditaruh di tengah-tengah api itu menggeliat dan ingin segera keluar dari sana. Tidak lama kemudian, ia pun lalu mengeluarkan jari tangannya dan dengan segera si ulat merambat naik dengan selamat.

“Seperti itulah yang dilakukan Tuhan Yesus ketika saya tidak berdaya, berada di tengah-tengah bahaya, saya berseru mohon pertolongan pada-Nya. Dia mendengarkan saya dan memberi pertolongan,” kata pria Indian setelah menolong ulat keluar dari lingkaran api.

Dalam hidup ini, yakinlah bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita, tangan-Nya senantiasa terulur untuk menolong dan menyelamatkan kita. Dia adalah menara perlindungan, kota benteng, gunung batu dan perisai keselamatan umat-Nya. Sudah selayaknya untuk kita memercayakan seluruh hidup kita kepada-Nya. Namun sayangnya, kadang kala kita mendapati orang-orang percaya mengharapkan pertolongan di luar Tuhan, meski sebenarnya mengerti siapa yang dapat menolongnya. Hanya Allah yang menjadi sandaran dan kepercayaan kita.

Di saat segala sesuatu tampaknya sulit, bahkan seakan tembok tebal menghalangi kita, jawabannya hanya satu, berserah penuh kepada kuasa Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Ingatlah bahwa tangan kasih-Nya senantiasa terulur untuk menolong, memberi jalan keluar dan memimpin seluruh hidup kita. Mari berserah pada-Nya. Di saat Anda merasa tidak berdaya dan memiliki kekuatan apa-apa, Allah justru menunjukkan kuasa-Nya.

Ringkasan Khotbah Minggu, 08 Agustus ‘10

TUHAN YESUS ADALAH PENYEMBUH
(Matius 16 : 13-17)


Ada beberapa orang Kristen ketika tubuhnya mendapat sakit lalu mengambil tindakan minum obat supaya bisa sembuh dari sakitnya. Akan tetapi seringkali orang Kristen menjadi lupa bahwa obat yang diminum hanya merupakan sarana untuk kesembuhan, dan yang dapat menyembuhkan sesungguhnya adalah Tuhan. Perlu diketahui bahwa ada banyak penyakit sampai saat ini tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan, dan hanya Tuhan Yesus saja yang dapat menyembuhkan segala penyakit. Jadi kesembuhan bisa terjadi oleh karena Tuhan Yesus. Dia adalah Allah, hanya Dialah yang dapat memberikan kesembuhan bagi kita. Hari-hari ini Tuhan mau mengingatkan kita sebagai orang Kristen, sesungguhnya Tuhan Yesus adalah penyembuh. Dalam kehidupan bidang ekonomi, Dia Tuhan yang menyediakan kebutuhan sehari-hari. dalam kehidupan bidang kesehatan, Dia Tuhan yang menyembuhkan segala sakit penyakit. Jadi kita bisa menjawab “Siapakah Yesus?” Yesus adalah Tuhan yang …

1. Menyediakan kebutuhan sehari-hari, yaitu: makan-minum, pakaian, tempat tinggal, dan banyak lagi yang Tuhan sediakan bagi kita. Maka sebab itu Dia bukan saja manusia, tetapi Dia juga adalah Allah yang mengerti segala kebutuhan yang kita perlukan. Tuhan Yesus adalah Allah yang senantiasa menyediakan.
2. Menyembuhkan segala sakit penyakit. Yesus adalah Allah yang tak terbatas. Dia adalah Allah yang menyembuhkan (Jehova Rappa) dan kita harus percaya dengan iman bilur-bilur Yesus sudah menyembuhkan penyakit kita (1 Pet. 2: 24).

Selama kita hidup di atas muka bumi ini, kita harus mengakui dan jangan sampai melupakan bahwa Tuhan Yesus adalah penyembuh, Karena penyakit kita sudah ditanggung diatas kayu salib. Untuk itu kita harus sungguh-sungguh percaya dan tetap beribadah, supaya kita mengenal Allah dengan benar. Amin

By: Pdt. Andrew BE - Minggu, 08 Agustus ‘10

HUMOR

Membela Diri

Saat sarapan pagi...
Suami: Mengapa sewot? Bukankah semalam aku pulang pukul 12 seperempat?
Istri: Dasar pembohong. Ketika kamu diam-diam masuk kamar, aku melihat jam di ranjang pukul tiga pagi!
Suami: Matematikamu buruk, bukankah seperempat dari 12 sama dengan 3?

Sebagai suami janganlah ia menajiskan diri di antara orang-orang sebangsanya dan dengan demikian melanggar kekudusannya. (Imamat 21: 4)