JADWAL IBADAH

Kebaktian Doa Malam
Pembicara: Pdt. Johny T.
Jumat, 20 Juni 2008 - Pk. 19.00 WIB

Kebaktian Wanita
Pembicara: Ibu Dwi Chresnadi
Sabtu, 21 Juni 2008 - Pk. 10.00 WIB

Kebaktian Pemuda
Pembicara: Sdr. Steven J.
Sabtu, 21 Juni 2008 - Pk. 17.30 WIB

Kebaktian Umum
Minggu, 22 Juni 2008
Pagi (Pk. 08.00) & Sore (Pk. 17.00)
Pembicara: Ev. Engkesman (Jakarta)

Kebaktian Anak

Minggu, 22 Juni 2008
Pagi (Pk. 08.00) & Sore (Pk. 17.00)



Jika Anda merasa berat mengikut Tuhan,
Ingatlah! Emas murni hanya bisa dihasilkan dari dapur api.

Jika Anda ingin menjadi saksi yang efektif,
ubahlah hidup Anda sesuai kehendak Allah. Dan biarkan hidup Anda menggemakannya.

KOTBAH

SIKAP YANG TUHAN INGINKAN
(Matius18:1-6)


Tiap orang ingin menjadi yang terbaik sehingga mereka dipuji dan dihormati oleh orang lain. Hal ini juga yang menjadi pertanyaan murid-murid Yesus. Pertanyaan ini muncul karena mereka merasa dirinya khusus: (1). Status mereka sebagai umat Israel – umat pilihan Allah; (2). Status mereka sebagai murid Yesus. Menanggapi pertanyaan tersebut Yesus memberikan tiga jawaban, yaitu:

1. Ayat 3: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”
Tidak ada sesuatu yang bisa dibanggakan oleh anak kecil, karena ia bergantung total kepada orang tuanya. Maksudnya disini adalah orang tidak dapat masuk sorga karena mengandalkan status/kebanggaan dari apa yang dimilikinya. Yang membuat orang bisa masuk sorga adalah imannya. Efesus 2:8-9 menyatakan bahwa “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” Kita harus bergantung sepenuhnya kepada Yesus dan memiliki iman yang nyata dalam hidup (Matius 7:21-23; 25:31-40).

2. Ayat 4: “Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.”
Yesus ingin supaya kita merendahkan diri, maksudnya ialah kita melakukan segala macam bentuk pelayanan dan ketaatan kepada Tuhan bukan untuk mendapatkan sesuatu tetapi karena kita harus melakukannya. Matius 20:26-28 berkata: “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

3. Ayat 5-6: “Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut..”
Kesombongan rohani dan sikap merendahkan orang lain itu sangat berbahaya. Kita tidak boleh meremehkan/merendahkan orang-orang yang lemah dan tidak berdaya, apalagi menghakimi mereka (Yohanes 3:17). Amin.

By: Ev. Paulus Kusuma - Minggu, 08 Juni 2008

ARTIKEL

PENGARUH BURUK TRAUMA

Trauma adalah Keadaan jiwa atau tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari tekanan jiwa atau cedera jasmani. Tidak banyak dari kita yang menyadari dampak buruk trauma. Bahkan hal itu bisa mengubah kepribadian seseorang. Akibat gempa bumi yang menimpa Jogja setahun lalu, jumlah orang stress dan gila meningkat drastis. Hal ini karena trauma yang sudah melumpuhkan akal sehat dan memenjarakan pikiran mereka. Ada beberapa dampak buruk akibat trauma, antara lain:

1. Secara Fisik
Tidak banyak dampak buruk akibat trauma secara fisik. Yang paling parah adalah kematian. Misalkan jika mengalami peristiwa perampokan, pembunuhan ataupun penganiayaan. Atau kalau tidak mengalami kematian, biasanya ada beberapa yang mengalami cacat tubuh. Pengaruh fisik lain yang ditimbulkan trauma adalah orang bisa mogok bicara atau bisa jadi gila.

2. Secara Psikis
- Berubahnya kepribadian seseorang
- Menjadi liar, pemberontak dan biang masalah.
- Menjadi sangat tertutup dan antisocial.
- Suka melakukan hal-hal yang nekad dan di luar nalar.



Karena menyimpan trauma terus-menerus, tidak jarang mereka kerap melakukan tindakan nekad yang membahayakan diri sendiri. Atau memberi respon berlebihan. Trauma kadang membuat logika seseorang tidak lagi mampu menalar dengan sehat.

Kita memang tidak bisa mengubah masa lalu. Tapi kita bisa meminimalkan pengaruh buruknya. Trauma hanya bisa disembuhkan dengan metanoia. Pembaharuan pikiran setiap hari dengan firman Tuhan akan membuat kita mampu menerima masa-masa kelam kehidupan di masa lalu, dan melangkah dengan penuh keberanian di masa depan. Trauma hanya akan memenjarakan masa depan kita dan menghacurkan hidup kita. Jadi, bebas dari trauma adalah langkah untuk kehidupan indah di masa depan.

LANGKAH PEMULIHAN TRAUMA

Bagi Penyintas (Orang yang mengalami trauma)
(1). Mengakui bahwa kejadian luar biasa telah terjadi pada Anda, sehingga Anda perlu bantuan dan dukungan orang lain. Mencari yang layak dipercayai.
(2). Menyampaikan kisah pengalaman Anda.
(3). Menggunakan sumber-sumber dukungan yang Anda miliki di masa silam, yang memampukan Anda tabah menghadapi kesulitan. Ingatlah orang-orang yang siap membantu dan mendukung Anda. Jalin kembali hubungan dengan sanak-kerabat, sahabat, organisasi, keagamaan dan kebudayaan Anda. yang terpenting adalah memperbaiki hubungan keimanan Anda kepada Tuhan agar mendapat kekuatan menghadapi peristiwa ini.
(4). Mengingat kembali peristiwa yang sudah lewat. Sebutkan nama pelaku dan urut-urutan kejadian. Jelaskan dengan tepat kapan, di mana, siapa, dan bagaimana terjadinya, seperti apa yang Anda lihat; Apa yang Anda lakukan, rasakan, dan pikirkan. Sampaikan semua itu sebagai bagian dari cerita Anda. (5). Menggunakan metode pemecahan masalah (Problem solving method).
(6). Meneguhkan martabat Anda sebagai manusia dan umat Tuhan. Tegaskan nilai-nilai terdalam dan temukan makna dari setiap kejadian.
(7). Menjalin hubungan kembali dengan keluarga dan masyarakat.

Bagi Pendamping (Konselor)
(1). Menyediakan ruang dan tempat yang nyaman bagi penyintas agar dia dapat menyampaikan kisahnya. Ciptakan rasa aman dan tumbuhkan kepercayaan penyintas kepada Anda.
(2). Mendengarkan pengalaman penyintas. Terimalah mereka dengan tulus dan hormatilah pengalaman penyintas.
(3). Membantu penyintas mengingat sumber-sumber dukungan. Periksalah mereka tentang pengalaman diri sendiri, keluarga, masyarkat dan kebudayaan dalam mengatasi kesukaran. Doronglah mereka untuk mengucap syukur atas keberhasilan yang diraih.
(4). Memampukan penyintas untuk memisahkan antara diri sendiri dengan peristiwa yang traumatik. Biarkan penyintas meratapi orang-orang yang telah hilang atau tiada.
(5). Memampukan penyintas untuk menanggung beban hidup. Bantulah mereka membuang identitas diri sebagai “korban”. Mereka tidak lagi mengizinkan pelaku kejahatan terus membelenggu mereka secara emosional.
(6). Meneguhkan martabat penyintas. Bantu mereka untuk mengakui dan memantapkan martabat dirinya dan keluarga. Semangati mereka untuk menemukan nilai-nilai terdalam selepas peristiwa traumatik.
(7). Mengokohkan dan memantapkan jalur hubungan yang sehat. Bantulah penyintas menciptakan hubungan baru jika hubungan lama terganggu. Sedapat mungkin doronglah supaya terjadi rekonsiliasi, pengampunan dan pertobatan. Semua itu dilakukan dalam landasan harga diri yang kokoh dan penghargaan terhadap martabat orang lain.
Sumber: “Yang terluka, yang menyembuhkan” - Karl dan Evelyn bartsch)

RH MINGGU, 22 Juni 2008

Bacaan Alkitab: 2Raj. 8,9; 2Taw. 21; 1Tim. 4
MUNDUR DENGAN RELA (2 Raja 2:9-14)

Pada musim panas tahun 1993, tim baseball Atlanta Braves melakukan pergantian pemain dan memasukkan nama Fred McGriff, seorang bintang baseball dari San Diego Padres sebagai anggota tim. Ia kemudian membawa tim Braves mengibarkan bendera kemenangan dengan gemilang. Namun, bagaimana dengan pemain yang digantikan McGriff? Ia adalah Sid Bream, seorang pengikut Kristus. Ia pernah membantu Atlanta dalam pertandingan World Series tahun 1992, tetapi posisinya kini tergeser. "Tak ada peristiwa lain yang lebih menyakitkan dan menjatuhkan harga diri daripada ini," katanya. "Namun, satu hal yang saya yakini adalah bahwa semuanya ini pasti ada hikmahnya."

Bukan suatu hal yang mudah bagi kita untuk membiarkan diri digantikan oleh orang lain yang lebih berkualitas, apalagi kalau sesuatu yang harus kita lepaskan itu sudah menyatu dengan kehidupan kita selama bertahun-tahun. Elia pun berada dalam kondisi demikian. Tugasnya hampir berakhir. Namun, kita dapat meneladani sikapnya yang menunjukkan iman kepercayaannya kepada Allah. Ia berkata kepada Elisa, penggantinya, "Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu sebelum aku terangkat dari padamu".

RH SABTU, 21 Juni 2008

Bacaan Alkitab: 2Raj. 6,7; 2Taw. 20; 1Tim. 3
KAWAN ATAU LAWAN? (1Raja 21:17-29)

Saya senang orang lain dan saya pun ingin orang lain senang dengan saya. Oleh karena itu, untuk mengatakan terus terang bahwa perbuatan mereka tidak benar, bukan merupakan hal yang mudah bagi saya. Dalam beberapa peristiwa, beberapa orang mengatakan kepada saya bagaimana mereka berhasil mendapatkan apa yang diinginkan dengan cara kotor. Saya biasanya bereaksi, "Yah, Anda memang cerdik, tetapi apakah cara Anda dapat dibenarkan?" Ketika orang-orang yang menceritakan bahwa mereka telah hidup di luar batas-batas kesusilaan, saya akan bertanya, "Apakah Anda percaya kepada Allah dan menyadari bahwa Anda harus bertanggung jawab kepadaNya?" Jika mereka menunjukkan kepercayaan kepada Allah, secara halus saya akan menegur perbuatan buruk mereka. Seringkali hal ini menjadi jalan masuk bagi pemberitaan tentang kabar keselamatan.

Ahab menyebut nabi Elia sebagai musuh, padahal ia keliru. Nabi Elia sesungguhnya adalah sahabatnya yang terbaik di dunia ini. Jika saja ia mau mendengar segala yang dikatakan hambaNya itu, tentu ia akan menjadi raja yang baik dan anak Allah.

RH JUM'AT, 20 Juni 2008

Bacaan Alkitab: 2Raj. 4,5; Mzm. 83; 1Tim. 2
"APA LAGI?" (Roma 16:1-16)

Pemimpin Kristen itu terkenal sebagai orang yang selalu bersedia menolong orang lain. yang sedang dalam kesulitan sosial-ekonomi. Ketika ditanya apa yang menyebabkan ia rela melakukan hal ini, ia menjawab, "Ketika saya masih kecil, saya membantu orangtua saya berjualan di toko. Untuk hal ini saya telah diajarkan untuk tidak mengatakan ‘Sudah cukup?’ kepada pembeli. Sebaliknya, saya diajarkan untuk bertanya, ‘Apa lagi?’ Nah, prinsip inilah yang terus saya bawa dalam kehidupan saya sebagai orang Kristen."

Orang tersebut penuh dengan kasih terhadap sesama sehingga ia menginginkan orang lain juga berkembang. Dalam Roma 16:1-27 Rasul Paulus menyebutkan bahwa banyak saudara dalam jemaat yang seperti orang tersebut. Di antaranya adalah Priskila, Akwila, Maria, Febe dan masih beberapa lagi yang lain yang telah bekerja bagi Tuhan dengan tangan dan hati terbuka. Jika kita mau merenungkan berkat Allah yang tak terhitung banyaknya, hati kita tentu akan dipenuhi dengan belas kasihan terhadap saudara-saudara kita di dalam Kristus. Ulurkanlah tangan dan lakukan apa yang dapat kita perbuat sambil berkata, "Allah telah mengaruniakan banyak hal kepada saya. Apa lagi yang dapat saya kerjakan bagi orang lain?"

RH KAMIS, 19 Juni 2008

Bacaan Alkitab: 2Raj. 1-3; Mzm. 82; 1Tim. 1
TOPI AYAH (Efesus 6:1-4)

Waktu itu adalah saat berlangsungnya acara pembukaan Olimpiade 1992 di Barcelona. Satu demi satu kontingen yang akan bertanding memasuki stadion dalam suatu parade meriah yang disaksikan oleh 65.000 penonton. Namun di salah satu bagian gelanggang olahraga Olimpiade itu, kesedihan menyelimuti tim renang Amerika Serikat karena Peter Karnaugh, ayah Ron Karnaugh, salah seorang perenang tim itu, dikabarkan meninggal dunia akibat serangan jantung. Lima hari kemudian, Ron memasuki gelanggang renang dengan mengenakan topi ayahnya yang selama ini disimpannya dengan baik. Ada apa dengan topi itu? Topi itu melambangkan penghormatannya kepada ayahnya yang selalu disebutnya sebagai "sahabat terbaikku." Mengenakan topi itu adalah cara Ron menghormati ayahnya yang telah mendampingi, membimbing dan mengasihinya.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghormati ayah kita sebagaimana yang diperintahkan Allah. Salah satunya adalah dengan menghargai segala sesuatu yang telah diajarkannya kepada kita, meskipun mungkin saat ini beliau sudah tidak lagi bersama kita.

RH RABU, 18 Juni 2008

Bacaan Alkitab: 1Raj. 22; 2Taw. 18, 19; Kol. 4
BERDAMAI DENGAN TULUS (Kolose 3:5-17)

Joe sedang mendekati ajalnya. Selama bertahun-tahun ia telah bermusuhan dengan Bill, bekas sahabatnya. Merasa perlu untuk menyelesaikan persoalannya dengan Bill, ia pun mengirim utusan kepada Bill agar menemuinya. Ketika Bill datang, Joe mengungkapkan padanya bahwa ia takut menghadapi kematian dengan persoalan yang belum terselesaikan di antara mereka. Lalu, dengan sangat berat dan tersendat-sendat, Joe memohon agar ia dimaafkan atas segala kata-kata dan tindakannya yang tidak berkenan. Ia pun meyakinkan Bill bahwa ia juga telah mengampuni segala kesalahan Bill. Segalanya kelihatan berjalan baik sampai saat Bill akan meninggalkannya. Pada saat Bill hendak menuju pintu keluar, Joe berteriak, "Tetapi ingat, jika saya sembuh semua ini batal!" Demikianlah gambaran tindakan yang sering kita lakukan. Pengampunan yang kita berikan begitu dangkal dan didasari motif untuk kepentingan diri sendiri. Renungkan: Jika Allah saja mau mengampuni kita dengan segala pelanggaran, masakan kita menahan pengampunan terhadap orang lain yang bersalah kepada kita?

RH SELASA, 17 Juni 2008

Bacaan Alkitab: 1Raj. 20,21; 2Taw. 17; Kol. 3
YANG TERBAIK MASIH AKAN DATANG (Wahyu 21:1-8)
Sebelum Yesus meninggalkan dunia ini, Dia berjanji akan menyediakan tempat bagi orang-orang yang mengasihiNya (Yoh 14:2-3). Merenungkan sukacita yang besar ini, Thomas Browne, dokter Inggris yang terkenal (1605-1682) terdorong untuk menulis demikian: "Pada saat mulai membicarakan tentang kehidupan setelah kematian, kita seperti dua orang bayi dalam kandungan yang sedang mendiskusikan apa yang akan terjadi dalam kehidupan yang akan datang. Pengetahuan dan pengertian kita saat ini tentang apa yang akan terjadi kelak, yang membuat kita bersukacita, tidak lebih besar daripada keadaan seseorang yang hidup saat ini di rahim.... Sebagai orang Kristen, kita menyadari bahwa hal itu sungguh luar biasa sehingga kita dapat bersukacita, tetapi kenyataan yang benar-benar akan terjadi kelak jauh lebih luar biasa daripada segala yang dapat kita bayangkan pada saat ini." Pada saat kegelapan hidup melanda atau sukacita melimpah, jangan lupakan bahwa yang terbaik untuk kita masih akan datang

RH SENIN, 16 Juni 2008

Bacaan Alkitab: 1Raj. 17-19; Kol. 2
SUDAHKAH KAU BACA BUKUKU? (Mazmur 119:137-152)

Buku! Buku! Buku! Begitu banyak buku yang ditawarkan dan kita terus membelinya. Buku-buku pun terus ditulis dan diterbitkan. Tak pelak lagi apa yang dikatakan raja Salomo, "Membuat banyak buku tak akan ada akhirnya" (Pkh 12:12). Namun, ada sebuah Buku yang berada di atas segala buku, yakni Alkitab. Buku ini merupakan firman Allah, yang ditulis oleh orang-orang yang diilhami oleh Roh Kudus (2Tim 3:16). Buku ini berisi kebenaran dari Allah yang mengajarkan kepada kita apa yang kita yakini dan bagaimana kita harus hidup di dalamnya. Buku ini perlu dibaca oleh setiap orang!

Ny. Briscoe mengungkapkan suatu pernyataan yang perlu untuk direnungkan: "Ketika kita di Surga," katanya, "kita tidak dapat berkata kepada Allah, ‘Sudahkah Tuhan membaca buku saya?’ Melainkan, Allahlah yang akan bertanya kepada kita, ‘Sudahkah Anda membaca buku Saya?’"