JADWAL IBADAH

Kebaktian Doa Malam
Pembicara: Pdt. Paulus Kusuma
Jumat, 13 Maret 2009 - Pk. 19.00 WIB

Kebaktian Wanita
Pembicara: Pdt. Dwi Chresnadi
Sabtu, 14 Maret 2009 - Pk. 10.00 WIB

Kebaktian Pemuda

Pembicara: Ev. Setiawan Santoso
Sabtu, 14 Maret 2009 - Pk. 17.30 WIB


Ibadah Raya
Minggu, 15 Maret 2009
Jam 08.00 & 17.00 WIB

Pembicara: Gembala Sidang
Disertai
Kebaktian Anak

KOTBAH

MENGAPA ORANG BISA GAGAL
DALAM KEHIDUPAN?
(Yohanes 15:1-8)



Alkitab adalah buku manual bagi setiap orang percaya untuk dapat berhasil dalam kehidupannya di bumi ini maupun kelak di sorga. Bumi dapat berubah oleh waktu, tetapi Alkitab tidak pernah berubah. Dalam kehidupan ini seringkali kita menjumpai banyak orang tidak memperoleh kehidupan yang berhasil melainkan suatu kegagalan. Ada tiga hal yang menyebabkan orang bisa gagal dalam kehidupan ini, yaitu:

1. Sebab tidak melekat kepada Kristus (ay. 5).
Di luar Tuhan kita tidak akan berhasil. Kehidupan orang percaya yang tidak melekat kepada Yesus maka apa pun yang dilakukan tidak akan pernah berhasil. Salah satu contohnya adalah raja Asa (2 Taw. 16: 12-13) yang telah memerintah selama 39 tahun. Raja Asa memulai segalanya dengan baik tetapi mengakhiri dengan tidak baik. Masa pemerintahannya yang lama menandakan adanya penyertaan Tuhan atas hidupnya. Tetapi pada saat ia sakit, ia tidak mencari Tuhan. Kalau kita tidak melekat kepada Yesus maka kita akan gagal dan mati. Orang yang melekat ialah orang yang suka mendengarkan Firman Tuhan, menyimpan dalam hati, menaruh dalam pikiran dan melakukannya. Kita harus berusaha tekun bersekutu dengan Tuhan. Kalau kita dekat sama Kristus maka hubungan intim kita dengan Tuhan akan menjadikan kita sama seperti Kristus.

2. Tidak mau dibersihkan oleh Tuhan (ay. 2).
Orang yang tidak mau dibersihkan oleh Firman Tuhan akan mengalami kegagalan. Orang dapat gagal disebabkan beberapa faktor, yaitu:
• Malas (Yos. 18: 3).
Tuhan memberi banyak kepada setiap orang tetapi seringkali banyak orang hanya mendapat sedikit. Hal ini disebabkan karena malas. Kita tidak boleh malas, harus beusaha untuk dapat berhasil. Setiap orang percaya harus bersedia dibersihkan dengan Firman Tuhan. Semua firman harus kita terima sekalipun firman tersebut keras.

• Bodoh
Orang yang bodoh tidak bisa sukses. Orang yang bodoh harus belajar dan minta hikmat dari Tuhan.

3. Tidak memiliki kesabaran (ay. 2).
Segala sesuatu membutuhkan waktu. Orang yang tidak sabar tidak akan berhasil dalam hidupnya. Seseorang harus sabar agar memperoleh janji Tuhan. Iman dan kesabaran harus ada dalam hidup kita secara bersamaan (Ibr. 6: 12, 15). Kalau kita sabar maka kita akan berhasil dalam hidup kita.

Setiap kita bisa gagal apabila kita tidak melekat kepada Yesus, memiliki hati yang keras dan tidak mau dibersihkan serta tidak memiliki kesabaran. Amin

. By: Pdt. Henoch Wilianto - Minggu, 22 Februari 2009

ARTIKEL

KESIALAN SEBAGAI BERKAT

Beberapa tahun lalu di Skotlandia, keluarga Clark memiliki impian, Clark dan istrinya telah bekerja dan menabung, memiliki beberapa rencana untuk mereka dan kesembilan anak mereka untuk berkunjung ke Amerika. Sudah bertahun-tahun, akhirnya tabungan mereka cukup dan sudah membuat paspor dan tiket kapal untuk semua keluarga berangkat ke Amerika. Semua keluarga sudah bersiap-siap dan semangat. Namun, tujuh hari sebelum keberangkatan mereka, anak bungsunya di gigit anjing. Dokter menjahit lukanya, tetapi ia menaruh pita kuning di pintu depan Clark. Karena ada kemungkinan rabies, mereka di karantina selama 14 hari.

Impian keluarga itu hancur. Mereka tidak bisa pergi ke Amerika seperti yang sudah direncanakan. Clark sangat kecewa dan juga marah. Ia berdiri di pinggir pelabuhan dan menyaksikan kapal itu berangkat, tanpa keluarganya. Ia mencucurkan air mata kekecewaan dan memaki anaknya, juga Tuhan karena kesialan mereka.

Lima hari kemudian, berita tragis menyebar ke seluruh Skotlandia. Kapal Titanic yang besar itu tenggelam. Kapal besar itu tenggelam dan menyebabkan ratusan korban meninggal. Keluarga Clark seharusnya ada di dalam kapal itu, tetapi karena seorang anaknya di gigit anjing, mereka terpaksa batal berangkat.

Ketika Clark mendengar berita itu, ia memeluk anaknya dan berterima kasih karena menyelamatkan seluruh keluarga. Ia juga bersyukur kepada Tuhan karena menyelamatkan nyawa mereka dan mengubah pandangannya tentang kesialan itu sebagai sebuah berkat. Apa yang kita lihat sebagai kesialan, bisa jadi adalah cara Tuhan untuk menyelamatkan kita.

Ia tidak pernah merancangkan kesialan dalam hidup kita. Seringkali kita yang menganggapnya sebagai kesialan melalui kacamata kita dan menyalahkan Tuhan dan orang lain karena telah membuat rencana kita hancur. Padahal Tuhan sedang bekerja untuk memperbaiki atau mengubah rencana kita, sekaligus merancangkan berkat dan kebaikan buat kita.

"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."
Yeremia 29:11

KUNCI PERTAMA BERKAT

Manusia berusaha mendapatkan. Allah berusaha memberi. Memberi adalah cara-Nya Tuhan. Hidup dalam jalan-Nya Tuhan berarti menjadi seorang pemberi. Cara dunia untuk mengumpulkan dan meningkatkan uang, pakaian, harta miliki, rumah, tanah dan bisnis adalah dengan MENDAPATKAN. Matius 6:31-33

Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga
tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. TETAPI CARILAH dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka SEMUANYA ITU AKAN DITAMBAHKAN KEPADAMU.

Dalam kerajaan Allah, Yesus Kristus kelihatannya tidak punya masalah kalau kita mempunyai segala hal yang di sebut di atas. Akan tetapi Dia memberikan pernyataan bagaimana caranya untuk memperoleh semua itu, bukan dengan MENDAPATKAN tetapi dengan MEMBERI.

Memberi adalah memberi. Memberi itu bukan membayar seseorang untuk apa yang sudah dikerjakannya. Memberi itu bukan menaruh sesuatu di tangan seseorang dengan ketentuan dia harus melakuan sesuatu. Memberi itu bukan meminjamkan.

Memberi itu adalah melepaskan sama sekali kendali tentang sesuatu hal kepada orang lain, sehingga mereka bisa melakukan apa pun yang mereka suka kepada barang yang diberikan.

Kekayaan sejati tidak diukur dari apa yang yang dipunyai seseorang, tetapi bagaimana mereka memberi dibanding apa yang mereka miliki. Semua orang bisa memberi sesuatu. Kita termasuk orang kaya kalau kita bisa memberi sesuatu. Bahkan benda yang paling sederhana pun bisa menjadi suatu pemberian bagi orang lain. Kalau kita bertemu dengan orang yang tidak bisa tersenyum, kita bisa memberikan senyum kita kepadanya. Hidup kita akan menjadi petualangan dalam memberi, bukannya pergumulan untuk mendapat.

RH MINGGU, 15 MARET 2009

Bacaan Setahun: Ul. 28-29; Gal. 6
KACA SPION (Bilangan 14:1-4,11-23)

Sebagian orang menjalani kehidupan ini dengan memandang pada "kaca spion." Mereka rindu pada "hari-hari baik" ketika kehidupan terasa enak. Keluarga-keluarga yang bertumbuh, orang-orang yang diberkati, dan hidup yang membahagiakan demikianlah yang mereka rasakan!

Sebagian orang Kristen sangat ingin kembali pada masa lampau yang menyenangkan di gereja. Namun gereja yang mana? Orang-orang percaya telah menghadapi berbagai kesukaran yang besar sejak zaman Paulus. Tidak ada masa lampau yang menyenangkan bagi gereja mula-mula setidaknya bukan pada abad pertama, tidak pada abad ke-16, dan tidak pula pada abad ke-20. Hindarilah godaan untuk menoleh ke belakang kecuali untuk belajar dari pengalaman lalu itu atau untuk memuliakan Allah atas apa yang Dia telah kerjakan. Ingatlah selalu, bagi mereka yang seluruh hidupnya berpusat pada Kristus, bahwa yang terbaik pasti akan datang.

RH SABTU, 14 MARET 2009

Bacaan Setahun: Ul. 25-27; Gal. 5
KELUARGA YANG KUAT (1 Samuel 2:12-17,22-26)

David Williams, pemain sepakbola dari Houston Oilers, rela tidak mendapat gaji selama satu minggu agar ia dapat hadir pada acara ulang tahun anaknya. Pelatihnya berkeberatan, tetapi Williams lebih mengutamakan istri dan keluarganya lebih dari karirnya. Jika ia terus menunjukkan kepada keluarganya komitmen seperti ini, maka anaknya juga akan melihat betapa pentingnya menentukan prioritas yang benar dalam hidup. Dalam masa pelayan selama lebih dari 40 tahun ini, saya telah menyaksikan kondisi di mana seorang ayah mendahulukan pekerjaannya daripada keluarganya, dan pada akhirnya saya melihat anak-anaknya menjadi seorang pemberontak.

Orangtua yang terbaik pun tidak dapat meyakini bahwa anak-anaknya tidak akan berpaling dari Tuhan tetapi resiko ini dapat diperkecil. Jika anak-anak mengetahui orangtua mereka mengharapkan kepatuhan dan akan menghukum ketidaktaatan, terutama bila pendisiplinan itu dilakukan dengan adil dan kasih, mereka akan menjadi orang yang baik. Keluarga yang kuat
adalah salah satu pemberian yang paling berharga. Marilah kita melakukannya semampu kita untuk membuat keluarga kita menjadi tempat di mana setiap anggotanya merasa dicintai dan dihormati.

RH JUMAT, 13 MARET 2009

Bacaan Setahun: Ul. 22-24; Gal. 4
APAKAH DIBERKATI JIKA KITA MENERIMA? (Kisah 20:28-38)

Kita menghormati orang-orang yang bertanggung jawab atas kehidupan mereka dan berusaha untuk tidak membebani orang lain. Usaha untuk mandiri seperti ini patut dipuji. Namun bila setiap orang yang tidak mampu di dunia ini - dan mungkin suatu saat kita menjadi salah seorang dari mereka - menolak pertolongan, maka tidak akan ada kesempatan bagi orang lain untuk memberi. Ketika kita membaca pernyataan Tuhan Yesus dalam Kisah 20:35, "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima," kita cenderung berpusat pada kebaikan dengan cara memberi.

Tuhan tidak berkata bahwa kita tidak boleh memiliki keinginan untuk menerima pemberian, tetapi bila dibandingkan, tujuan kita haruslah memberi, bukan mendapatkan. Mengapa kita berlaku demikian? Menurut pendapat saya pribadi, saya menyimpulkan bahwa seringkali saya tidak ingin merasa berhutang budi kepada orang lain, saya merasa terlalu tinggi hati, atau saya ingin dapat menentukan keadaan. Mungkin kita perlu mengizinkan orang lain mendapatkan berkat dari pemberian mereka dengan jalan belajar untuk menjadi penerima yang murah hati.

RH KAMIS, 12 MARET 2009

Bacaan Setahun: Ul. 19-21; Gal. 3
PENYEMBAH PEMULA (Mazmur 99:1-9)

Pada masa saya masih menjadi murid Sekolah Minggu, saya biasa menyanyikan sebuah lagu yang ditulis oleh Horatio Palmer yang saya pikir akan ketinggalan zaman pada saat ini: Jauhilah teman yang jahat - Perkataan yang buruk acuhkanlah - Nama Allah peganglah dengan rasa hormat - Janganlah disia-siakan. Kata-kata tersebut saat ini menjadi kurang relevan, terutama karena takut akan Allah dan hal-hal yang kudus terlihat ketinggalan zaman bahkan di antara orang Kristen.

Sebagai contoh, sebuah artikel dalam sebuah majalah untuk pelayanan anak-anak mengusulkan agar gereja-gereja mengadakan perayaan Paskah dengan stan-stan permainan yang dihiasi dengan bendera-bendera dan ayat-ayat Alkitab. Pada saat sendiri atau di dalam gereja, apakah kita merasa diri kita, seperti penulis hymne Charles Wesley nyatakan, "tenggelam dalam kekaguman, kasih dan pujian: ketika kita merenungkan kebesaran Allah dan kemurahan hatiNya" (Mzm. 99:1-3,9). Jika penyembahan adalah pekerjaan utama para malaikat dan orang-orang kudus di surga, sebaiknya kita mempertimbangkan kehidupan kita sekarang ini sebagai latihan untuk pujian.

RH RABU, 11 MARET 2009

Bacaan Setahun: Ul. 16-18; Mzm. 38; Gal. 2
MASIH MENDAKI (Yosua 24:19-28)

Beberapa kejadian yang kita alami dalam kehidupan ini mungkin sama menyenangkannya dengan mendaki gunung. Mereka yang aktif ambil bagian dalam kegiatan yang menuntut ketahanan fisik dan ketrampilan tubuh ini senang membanding-bandingkan berbagai puncak gunung yang pernah didaki dan berbagi pengalaman. Ketika para pendaki Eropa berkumpul untuk berbagi pengalaman, mereka sering bercerita tentang semua hal yang mereka temui pada saat mendaki.

Bagi saya, mendaki gunung adalah suatu gambaran dari kehidupan iman. Dalam kehidupan ini, kita harus terus bergerak maju belajar lebih banyak mengenai Allah, bertumbuh dalam hubungan pribadi dengan Kristus, menjadi lebih kuat dalam peperangan melawan berbagai pencobaan, dan bergerak maju dalam memberitakan kabar baik tentang Kristus kepada mereka yang terhilang. Penulis kitab Ibrani berkata, "Marilah kita...berlomba dengan tekun" (Ibr. 12:1). Kata dengan tekun dapat diartikan "hingga kesudahan." Tetaplah terus mendaki hingga kesudahannya.

RH SELASA, 10 MARET 2009

Bacaan Setahun: Ul. 13-15; Gal. 1
ALASAN UNTUK OPTIMIS (Yohanes 16:16-33)

Alkitab bukanlah buku psikologi, tetapi ia memberi banyak nasihat bijak untuk memperoleh kebahagiaan. Amsal 17:22, sebagai contoh, menegaskan kepada kita bahwa "hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." Pernyataan sederhana ini belum lama ini diperkuat oleh sebuah penelitian mendalam yang dilakukan oleh Dr. Daniel Mark, seorang ahli jantung dari Duke University. Artikel tentang penelitian tersebut yang dimuat di suratkabar New York Times diberi judul: "Sikap Optimis Memberi Hidup pada Pasien Jantung, dan Sikap Pesimis Membawa Kematian."

Artikel tersebut dimulai dengan kata-kata seperti ini: "Pandangan yang sehat membantu kesembuhan jantung." Ahli jantung lainnya, Dr. Nancy Frasure-Smith, yang telah mempelajari akibat dari depresi, kecemasan, dan kemarahan, mengakui, "Kami tidak tahu bagaimana caranya mengubah emosi yang negatif." Namun, iman kepada Allah dapat menghasilkan perubahan tersebut. Orang-orang yang melihat jauh melampaui kesulitan yang sedang mereka dihadapi, dan menaruh pengharapan mereka pada kebaikan Allah, tidak akan dapat menahan sukacita mereka.

RH SENIN, 09 MARET 2009

Bacaan Setahun: Ul. 10-12, Mrk. 16
BERAPA BATAS ANDA? (1 Korintus 10:1-13)

Sebagian kita tentu pernah membaca tulisan peringatan tentang "batas maksimum beban" di jembatan, jalan-jalan tertentu, atau lift. Menyadari bahwa tegangan yang terlalu besar dapat menyebabkan kerusakan fatal atau kehancuran total. Peringatan-peringatan yang di pasang memberitahu dan mengingatkan kita untuk tidak melebihi beban maksimum yang tertera. Manusia juga memiliki batas maksimum beban yang sanggup dipikulnya dan batas ini berbeda pada setiap orang.

Seringkali keadaan dan orang lain terasa memojokkan kita lebih dari yang dapat kita tanggung. Namun Tuhan memahami batas kita, Dia tidak pernah mengizinkan kesulitan apa pun yang masuk ke dalam kehidupan kita melebihi kekuatan dan kemampuan kita untuk menanggungnya. Hal ini merupakan suatu kebenaran, khususnya ketika kita terpikat oleh dosa. Ingatlah bahwa Bapa surgawi kita mengetahui batas maksimum kemampuan kita untuk berdiri tegak di bawah tekanan-tekanan hidup. Mintalah kekuatan dari-Nya. Tidak satu pun pencobaan yang lebih besar dari kekuatanNya!