JADWAL IBADAH

Jumat, 11 Maret 2011
KEBAKTIAN DOA MALAM
Pk. 19.00 Wib
Pembicara: Pdt. Paulus Kusuma

Sabtu, 12 Maret 2011
KEBAKTIAN WANITA
Pk. 10.00 Wib
Pembicara: Ev. Sherly Kiantoro

KEBAKTIAN PEMUDA
Pk. 18.00
Pembicara: Bp. Willy

Minggu, 13 Maret 2011
KEBAKTIAN UMUM
Pk. 07.30; 10.00; 17.00 Wib
Pembicara: Pdt. Gideon L.S
(disertai KEBAKTIAN ANAK)

KEBAKTIAN REMAJA - Pk. 10.00 Wib

RH Minggu, 13 Maret 2011

KAPEL SANTO PAULUS (Matius 21: 12-16)

Kapel Santo Paulus adalah sebuah gedung gereja yang berlokasi dekat dengan gedung World Trade Center (WTC) dulu berada. Pada 2001, ketika gedung WTC roboh karena serangan teroris, kapel ini tidak turut roboh. Dalam keadaan demikian, kapel ini membuka pintunya untuk menjadi salah satu pusat bala bantuan dan sukarelawan bagi para korban peristiwa mengenaskan itu.

Itu yang Allah harapkan dari gereja-Nya. Menjadi penguatan bagi mereka yang lelah. Menjadi tempat orang-orang memperoleh berkat Tuhan. Menjadi magnet bagi orang yang mencari pengharapan. Akan tetapi, betapa sering gereja menjadi "menara gading" yang malah membuat orang merasa terpinggirkan atau tak berani masuk. Khususnya apabila yang menghalangi adalah sikap pemimpin dan anggota gerejanya. Gereja tak berfungsi semestinya. Bagaimana dengan gereja kita? Apakah orang segan atau takut untuk datang? Mari periksa diri dan gereja kita. Jadilah pribadi dan gereja yang mempraktikkan sikap Yesus: menyambut setiap orang yang datang ke rumah Allah, bahkan melayani mereka.

RH Sabtu, 12 Maret 2011

SUNGAI YANG KERING (Wahyu 2: 1-5)

Hidup rohani kita juga bisa "mengering". Tadinya, jemaat Efesus begitu taat dan bekerja sungguh-sungguh untuk Tuhan. Bahkan, mereka rela menderita dan tak kenal lelah melakukan pelayanan. Namun Tuhan mencela mereka, karena mereka menjadi "kering" (ay. 5). Mereka menganggap diri hebat, paling benar, paling suci. Mereka terjatuh dalam kesombongan rohani dan kehilangan kasih mula-mula. Itu sebabnya, Tuhan mendesak mereka bertobat dan kembali pada kasih yang semula. Kekeringan rohani bisa melanda siapa saja. Jemaat Efesus adalah buktinya. Proses itu biasanya berlangsung perlahan, seperti sungai yang perlahan mendangkal dan akhirnya mengering. Kekeringan rohani itu bahkan bisa terjadi tanpa disadari. Dan, kita bisa mengalami kejatuhan yang amat dalam. Mari periksa kondisi rohani kita saat ini. Perhatikanlah, apakah kita masih bersukacita penuh atas hidup kita, pelayanan kita, dan doa-doa kita? Apakah kita masih bisa menikmati pujian dan penyembahan kita? Apakah hati kita nyaman beribadah dalam hadirat-Nya? Jika ada "sesuatu" yang terasa berbeda, segera temukan lagi semangat rohani kita agar tidak "telanjur mengering".

RH Jumat, 11 Maret 2011

JANGAN TERGODA (1 Yohanes 2: 15-17)

Dalam film ketiga Narnia, The Voyage of the Dawn Trader, para tokoh utama ditugasi menyelamatkan warga Narnia yang hilang secara misterius. Raja Caspian, Edmund, dan Lucy Pevensie, adalah para pemberani harapan Narnia. Namun, mereka diberi pesan agar tak tergoda oleh apa pun yang mungkin ditawarkan kepada mereka. Nyatanya, godaan itu terus hadir. Lucy yang terobsesi oleh kecantikan kakak wanitanya, digoda oleh tawaran untuk diubah menjadi secantik sang kakak. Edmund, yang tak tahan tinggal bersama paman-bibi yang tak ramah, tergoda tumpukan emas yang bisa membuatnya kaya dan hidup mandiri. Hanya kemenangan atas godaan yang membuat mereka mampu menunaikan tugas.

Di dunia ini, kita pun ditugasi untuk menyelesaikan misi yang Tuhan berikan. Dan, ada pesan serupa bagi kita: jangan teralihkan oleh godaan. Lalu, bagaimana kita dapat menang atas godaan? Pertama, jangan terikat dan terobsesi pada hal-hal yang fana di dunia ini. Kenali dan waspadai kelemahan kita sendiri. Kedua, kasihi Tuhan lebih dalam dan lakukan kehendak Allah. Banyak membaca firman Allah serta berdoa, dan terus melatih iman, agar kita mengalami kemenangan bersama Tuhan.

RH Kamis, 10 Maret 2011

INDAHNYA PERSEKUTUAN (Roma 12: 9-17)

Seorang pemuda kehilangan sepeda motornya yang diparkir di halaman gereja. Ia sangat terpukul. Setelah 12 bulan mengangsur dengan gaji pas-pasan, sepeda motornya raib! Para pemuda berdoa baginya. Lalu, sebuah pertanyaan muncul: "Mengapa hanya berdoa? Tidak bisakah kita berbuat sesuatu?" Tanpa sepengetahuan si pemuda, puluhan rekannya berusaha mengumpulkan uang. Setahun kemudian, mereka berhasil membeli sepeda motor baru dan diserahkan kepada si pemuda pada persekutuan malam Natal. Momen itu sangat indah.

Tuhan sering membentuk kerohanian kita melalui persekutuan. Tak seorang pun bisa memiliki kerohanian yang dewasa semata dengan berdoa, berpuasa, atau mendalami Alkitab secara pribadi. Dalam setiap persekutuan, ada bermacam-macam orang. Tidak mudah mengasihi dan memahami mereka. Konflik dan salah paham biasa terjadi. Namun, justru lewat semua itu kita belajar mengasihi dengan tulus. Belajar menangis dan tertawa bersama. Belajar sehati sepikir. Tuhan membentuk kita lewat orang lain. Maka benamkanlah diri Anda dalam persekutuan. Di situlah Anda memiliki kesempatan untuk berlatih: Mewujudkan kasih dalam tindakan nyata!

RH Rabu, 09 Maret 2011

BURJ KHALIFA (1 Raja-raja 6: 1-13)

Burj Khalifa di kota Dubai, Uni Emirat Arab, adalah gedung tertinggi di dunia yang diresmikan pada 4 Januari 2010. Dibangun dengan dana mencapai kira-kira 13,5 triliun rupiah, gedung ini memiliki tinggi 828 meter dan terdiri dari 160 lantai. Konon karena tingginya yang luar biasa, gedung ini terlihat dari jarak 100 kilometer. Dan, dari puncak gedungnya kita dapat melihat negara Iran. Sungguh suatu pencapaian yang mengagumkan! Namun, jauh sebelum Burj Khalifa berdiri, manusia sudah pernah berusaha membangun gedung yang terbesar dan termegah. Dua di antaranya adalah menara Babel dan Bait Allah. Dalam upaya kita mengejar keberhasilan dalam hidup, jangan sampai kita membangun Menara Babel, bukannya Bait Allah. Jangan sampai diri kita yang paling dipuji dan dimuliakan karena kejayaan pribadi. Namun, arahkan orang agar memuji Tuhan yang telah memberikannya.

Selasa, 08 Maret 2011

PERUBAHAN (Roma 8: 12-17)

Semakin hari kita harus terus berubah untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus. Dan, perubahan tersebut bukan hasil usaha kita, melainkan anugerah Yesus Kristus yang mengubah kita. Rasul Paulus, sesungguhnya sudah mengingatkan kita akan hal ini. Sebagai anak Allah, kita harus memiliki sifat-sifat Allah. Caranya, kita harus terlebih dahulu menerima Roh Kudus. Lalu, hidup di dalam kuasa-Nya dan rela dipimpin Roh Kudus, dengan cara mematikan perbuatan dosa dalam hidup kita dan mengikuti bimbingan-Nya. Dan, yang terakhir sebagai ganjarannya kita akan diangkat menjadi ahli waris-Nya dan berhak menerima janji-janji-Nya. Ketika Tuhan mengubahkan hidup kita, maka kita tidak akan sama seperti dulu. Status kita sudah berubah. Perubahan itu bukan proses sekali jadi, tetapi kita harus yakin bahwa kita sedang menuju kesempurnaan sebagai anak Allah.

RH Senin, 07 Maret 2011

RAJAWALI MEMBUBUNG TINGGI (Yesaya 40: 28-31)

Rajawali memang suka terbang tinggi. Ia terbang dan membuat sarang di ketinggian. Ia bisa naik ke gunung Libanon; mengambil puncak pohon aras yang tinggi sekali. Padahal di ketinggian, angin berembus kuat. Bagaimana rajawali dapat terbang dengan begitu ringan dan tenang? Daripada melawan angin, ia memanfaatkannya untuk bergerak bersama tiupan angin. Ia "memercayakan" diri pada dorongan angin untuk maju. Jadi, sebenarnya ia bukan terbang, melainkan melayang di ketinggian. Melayang bukan dengan kekuatannya sendiri, melainkan dorongan angin. Tatkala angin kesulitan hidup menghantam, apakah tanggapan kita? Kesulitan yang kian besar justru harus menjadi "kendaraan" kita untuk kian berserah, memercayakan diri pada bimbingan Tuhan. Izinkan Roh-Nya membawa kita "melayang" di tengah hembusan angin persoalan.

Artikel

Pelajaran Dari Seorang Petani

James Bender, dalam bukunya “How to Talk Well” (New York; McGray-Hill Book Company,Inc., 1994) menghubungkan salah satu tulisannya dengan sebuah cerita tentang seorang petani yang menanam jagung unggulan dan selalu memenangkan penghargaan. Suatu hari, seorang wartawan dari koran lokal mewawancarainya dan belajar sesuatu yang penting rahasia sukses petani tersebut.

Wartawan itu menemukan bahwa sang petani membagikan benih jagungnya kepada tetangganya. “Bagaimana Anda bisa berbagi benih jagung dengan tetangga Anda lalu bersaing dengannya dalam kompetisi yang sama tiap tahunnya?” tanya wartawan itu.

“Kenapa?” ucap sang petani, “Apakah Anda tidak tahu? Angin menerbangkan serbuk sari dari jagung yang akan berbuah dan membawanya dari satu ladang ke ladang yang lain. Jika tetangga saya menanam jagung yang jelek, maka ketika terjadi serbuk silang akan menurunkan kualitas jagung saya. Jika saya ingin menghasilkan jagung kualitas unggul, saya harus membantu tetangga saya untuk menanam jagung yang bagus pula.”

Petani ini sangat menyadari hukum keterhubungan dalam kehidupan. Dia tidak dapat meningkatkan kualitas jagungnya jika dia tidak membantu tetangganya untuk melakukan hal yang sama.

Demikian juga dalam berbagai aspek kehidupan yang lain. Mereka yang ingin menikmati kebaikan, harus memulai dengan menabur kebaikan kepada orang-orang di sekitarnya. Jika Anda ingin hidup makmur, Anda harus memulai dengan menolong orang-orang di sekitar Anda untuk meningkatkan taraf hidupnya. Demikian juga jika Anda ingin bahagia, Anda harus menabur kebahagiaan dalam hidup orang lain. Jika Anda tidak mau menolong orang, Anda juga akan merasakan akibatnya.

HUMOR

BMW VS VW

Seorang pemuda mengendarai BMW roadster seri terbaru melaju dengan kecepatan tinggi di jalan tol. Sedang asyik-asyiknya ngebut tiba-tiba sebuah VW butut yang isinya seorang kakek-kakek nyelonong mendahului mobilnya.

Merasa tertantang, si pemuda membalap VW yang dikemudikan kakek itu. Sesudah merasa agak jauh, tiba-tiba VW itu membalap mobil si pemuda lagi. Si pemuda pun tak mau kalah dibalap lagi mobil sang kakek tapi VW itu nongol lagi di samping mobil si pemuda.

Karena merasa penasaran dan marah, pemuda itu membuka jendela mobilnya "Maunya apa sih kek, ngikutin melulu?"

"Ah … nggak dik, cuma mau tanya, gimana caranya mindahin ke gigi dua??!"

Artikel

Berkorban Itu Indah

Musim hujan sudah berlangsung selama dua bulan sehingga dimana-mana pepohonan tampak menjadi hijau. Seekor ulat menyeruak di antara daun-daun hijau yang bergoyang-goyang diterpa angin. “Apa kabar daun hijau!!!” katanya. Tersentak daun hijau menoleh ke arah suara yang datang.

“Oo, kamu ulat. Badanmu kelihatan kecil dan kurus, mengapa?” tanya daun hijau. “Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk makananku. Bisakah engkau membantuku sobat?” kata ulat kecil. “Tentu … tentu … mendekatlah kemari.” Daun hijau berpikir, jika aku memberikan sedikit dari tubuhku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau, hanya saja aku akan kelihatan berlobang-lobang, tapi tak apalah.

Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju daun hijau. Setelah makan dengan kenyang, ulat berterima kasih kepada daun hijau yang telah merelakan bagian tubuhnya menjadi makanan si ulat. Ketika ulat mengucapkan terima kasih kepada sahabat yang penuh kasih dan pengorbanan itu, ada rasa puas di dalam diri daun hijau. Sekalipun tubuhnya kini berlobang di sana sini, namun ia bahagia bisa melakukan bagi ulat kecil yang lapar. Tidak lama berselang ketika musim panas datang, daun hijau menjadi kering dan berubah warna. Akhirnya ia jatuh ke tanah, disapu orang dan dibakar.

Apa yang terlalu berarti di dalam hidup kita sehingga kita enggan berkorban sedikit saja bagi sesama? Toh akhirnya semua yang ada akan binasa. Daun hijau yang baik mewakili orang-orang yang masih mempunyai “hati” bagi sesamanya. Yang tidak menutup mata ketika melihat sesamanya dalam kesulitan. Yang tidak membelakangi dan seolah-olah tidak mendengar ketika sesamanya berteriak minta tolong. Ia rela melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain dan sejenak mengabaikan kepentingan diri sendiri. Merelakan kesenangan dan kepentingan diri sendiri bagi sesama memang tidak mudah, tetapi indah.

Ketika berkorban, diri kita sendiri menjadi seperti daun yang berlobang, namun itu sebenarnya tidak mempengaruhi hidup kita. Kita akan tetap hijau,Tuhan akan tetap memberkati dan memelihara kita.

Bagi “daun hijau”, berkorban merupakan satu hal yang mengesankan dan terasa indah serta memuaskan. Dia bahagia melihat sesamanya bisa tersenyum karena pengorbanan yang ia lakukan. Ia juga melakukannya karena menyadari bahwa ia tidak akan selamanya tinggal sebagai daun hijau. Suatu hari ia akan kering dan jatuh. Demikianlah hidup kita, hidup ini hanya sementara kemudian kita akan mati. Itu sebabnya isilah hidup ini dengan perbuatan-perbuatan baik: kasih, pengorbanan, pengertian, kesetiaan, kesabaran dan kerendahan hati.

Ringkasan Khotbah Minggu, 27 Februari 2011

Bagaimana Kita Mengendalikan Pikiran
(Kolose 3: 2)

Dalam kehidupan ini kita harus menyadari bahwa dari apa yang kita pikirkan tentu akan terlihat hasilnya dalam kehidupan kita. Semua dimulai dari pikiran, firman Tuhan mau mengingatkan bahwa kita harus memikirkan perkara-perkara yang di atas (Fil. 4: 8), dan bukan memikirkan perkara-perkara yang negatif seperti memikirkan kesusahan, pikiran kotor, cara mendapat uang dengan cepat. Pikiran adalah medan pertempuran, artinya setiap pikiran-pikiran negatif harus dilawan dengan memerangi pikiran-pikiran jahat dari si Iblis. Ada dua cara menaklukkan pikiran-pikiran negatif tersebut, yaitu:

1. Tidak duduk dalam kumpulan pencemooh atau orang fasik (Mzm. 1: 1). Orang fasik adalah orang yang tidak percaya Tuhan atau orang kristen yang kehidupannya tidak mencerminkan kehidupan Tuhan Yesus, pikirannya sudah pasti jelek dan kotor atau negatif terhadap dirinya ataupun terhadap orang lain sehingga menulari kita. Mari kita lihat diri kita apakah kumpulan-kumpulan kita kumpulan pencemooh atau orang fasik. Janganlah ijinkan pikiran jelek dan negatif masuk dalam hidup kita supaya kita memikirkan perkara-perkara yang di atas dan yang sedap di dengar saja.

2. Kita harus memikirkan yang benar. Pikiran yang benar itu adalah firman Tuhan, jadi kita harus memikirkan firman Tuhan dengan merenungkannya (Mzm. 1: 2). Untuk itu kita minta sama Tuhan supaya menyukai Taurat Tuhan dan merenungkannya siang dan malam. Berapa banyak orang Kristen membaca dan merenungkan hanya pada hari minggu saja dan itu sesungguhnya belum menyukai Taurat Tuhan. Mari kita belajar menyukai Firman Tuhan dan merenungkannya setiap saat, sehingga kita memikirkan perkara-perkara yang di atas.

By: Pdt. James Ong -- Minggu, 27 Februari 2011