Artikel

10 Faktor Yang Menentukan Sukses

1. Temukan maksud Tuhan bagi hidupmu (Dia punya rencana terbaik untukmu).
2. Berbicara dengan Tuhan dalam doa (Jujurlah dengan Dia, Dia tahu isi hatimu).
3. Percayalah Tuhan mengasihimu tanpa syarat.
4. Hidup penuh damai dengan semua orang (konflik hanya menguras tenaga dan motivasi).
5. Mengasihi mereka meskipun mereka salah (mungkin mereka juga akan mengabaikan kesalahanmu).
6. Memilih teman-teman yang baik (suatu tanda sukses sejati).
7. Kalau melakukan kesalahan mulailah dengan dari awal lagi (setiap hari adalah baru dan menyegarkan).
8. Bekerja keras untuk sesuatu yang kamu sukai atau yang harus kamu lakukan (kamu akan merasa senang dengan apa yang kamu capai).
9. Bermurah hati (berikan hadiah dan waktu dan kecakapan kepada orang lain).
10. Membuat pilihan-pilihan yang benar, meskipun sulit (ini membangun rasa hormat terhadap diri sendiri dan orang lain).

HUMOR

Kue Cokelat

Suatu hari seorang pendeta memimpin sekolah Minggu dan menjelaskan bagaimana anggota tubuh Gereja saling melengkapi dan saling mendukung dalam pelayanan bagi Tuhan. Karena berhadapan dengan anak-anak, maka ia pun membagikan contoh yang memadai. Ia membagikan kue biskuit dengan butiran cokelat yang terdapat di atas kue tersebut kepada anak-anak. Sambil menunjuk cokelatnya ia menjelaskan.

"Gereja itu seperti kue ini, untuk membuatnya diperlukan bahan seperti tepung, gula, telur, dan butiran cokelat ini. Gereja juga begitu, perlu banyak orang untuk saling melengkapi dalam pelayanan jemaat".

Lanjutnya: "Bagaimana jadinya jika butiran cokelat ini diambil dari kue ini? Apa yang saya dapatkan?" (sambil menunjukkan butiran cokelat di kue tersebut)

Seorang anak mengacungkan tangan dan menjawab: "Lemak yang diserap akan berkurang empat gram".

Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar. (Roma 12: 7)

JADWAL IBADAH

RABU, 16 Maret 2011
KEBAKTIAN DOA PUASA
Pk 12.00 Wib - Pembicara: Bp. Steven J.

JUMAT, 18 Maret 2011
KEBAKTIAN DOA MALAM
Pk. 19.00 Wib -
Pembicara: Bp. Steven J.

SABTU, 19 Maret 2011
KEBAKTIAN WANITA
Pk. 10.00 Wib - Pembicara: Gembala Sidang

KEBAKTIAN PEMUDA
Pk. 18.00 Wib - Pembicara: Pdp. Debora Y.

MINGGU, 20 Maret 2011
KEBAKTIAN UMUM
Pk. 07.30; 10.00; 17.00 Wib
Pembicara: Gembala Sidang
(Disertai Kebaktian Anak)

KEBAKTIAN REMAJA - Pk. 10.00 Wib

RH Minggu, 20 Maret 2011

MARAH (Kejadian 4: 1-16)

Seorang ibu bercerita bahwa suaminya tanpa sepengetahuannya telah meminjamkan sejumlah besar uang kepada temannya. Teman suaminya itu rupanya tidak bertanggung jawab. Ia kabur begitu saja. Ibu ini jengkel sekali. Mengapa suaminya tidak memberi tahunya lebih dulu? Namun, nasi sudah menjadi bubur. Uangnya tidak bisa kembali. Lalu ibu itu bertanya, apakah sebagai orang kristiani ia boleh marah kepada suaminya?

Bagi sebagian orang, pertanyaan ibu itu mungkin terlalu sederhana. Namun itu kenyataan yang kerap terjadi, dan tidak boleh disepelekan. Marah itu wajar. Hidup memang tidak selalu berjalan seperti yang kita harapkan. Orang-orang di sekitar kita juga tidak selalu berlaku seperti yang kita mau. Sebagai orang kristiani, tidak salah apabila kita marah. Asal, marah untuk sesuatu yang tepat, dengan cara yang tepat, kepada orang yang tepat, dan di waktu yang tepat. Kerap yang menjadi masalah bukan marahnya, tetapi bagaimana dan untuk apa kita marah. Juga, jangan menyimpan kemarahan hingga menjadi dendam kesumat. Marah itu tidak salah, kita hanya perlu mengelolanya.

RH Sabtu, 19 Maret 2011

DI MANA HATI KITA? (Matius 6: 19-21)

Secara jenaka, seseorang menuliskan bagaimana anak balita "mengklaim" suatu barang: 1. Kalau aku menyukai sesuatu, berarti benda itu punyaku; 2. Kalau sebuah benda kupegang, berarti itu milikku; 3. Kalau aku bisa merebut sesuatu darimu, benda itu jadi punyaku; 4. Kalau aku melihat sesuatu lebih dulu, benda itu jadi milikku; 5. Kalau kamu bermain dengan sesuatu, lalu kamu menaruhnya, benda itu otomatis jadi punyaku; 6. Kalau benda yang kita perebutkan pecah, maka itu jadi milikmu.

Ketamakan sangat serupa dengan nafsu - keinginan besar untuk memiliki sesuatu demi kesenangan pribadi. Orang tamak hendak memiliki semua yang disukai dan diingininya. Padahal, ketamakan tak pernah dapat dipuaskan. Dan, keinginan yang tak terkendali dapat membahayakan diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya, jika Tuhan menjadi yang terutama, sesungguhnya kita akan hidup lebih tenang. Kita akan bekerja dengan tahu batas waktu - tidak mengorbankan keluarga, bahkan masih punya waktu untuk melakukan pelayanan. Pula, kita bisa bijak menggunakan harta untuk memberkati sesama dan mendukung pekerjaan Tuhan.

RH Jumat, 18 Maret 2011

ANDALAH PEMAINNYA! (1 Korintus 14: 20-28)

Saya tidak mendapat apa-apa, " kata seorang pemudi seusai ibadah. Ia merasa kecewa. Memang khotbah minggu itu terasa kering. Bahasanya tidak komunikatif. Sulit dimengerti. Pesannya tidak inspiratif. Membosankan. Maklum jika ia kecewa. Namun, ada satu kekeliruan di sini. Si pemudi menempatkan diri sebagai "penonton" saja. Ia beribadah seolah-olah hanya untuk mendengarkan khotbah yang memikat. Padahal sesungguhnya ada yang lebih penting. Beribadah berarti memberi. Mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan. Selama ini, ketika beribadah, bagaimanakah Anda menempatkan diri? Sebagai penonton atau pemain? Penonton hanya minta dihibur dan dilayani. Sebaliknya, pemain memberi dan melayani. Betapa indahnya jika setiap orang datang beribadah sebagai pemain. Saat setiap orang mau berpartisipasi aktif, dan memberi yang terbaik, maka ibadah akan menjadi hidup. Kuasa Tuhan tampak nyata. Anda tak akan pulang dengan sia-sia. Anda adalah pemain dalam kebaktian, bukan hanya sekedar penonton saja.

RH Kamis, 17 Maret 2011

BIASA-BIASA SAJA (2 Samuel 11: 1-5)

Konon, kebanyakan orang mengingat Tuhan ketika hidupnya berada di salah satu titik ekstrem. Baik itu ketika ia sedang kesusahan, sehingga merasa harus minta tolong kepada Tuhan; maupun ketika ia sedang sangat bergembira, sehingga merasa bersyukur atas kebaikan Tuhan. Akan tetapi, ketika hidupnya sedang "biasa-biasa saja" - ketika semuanya berjalan lancar dan mulus - di situlah kebanyakan orang lupa akan Tuhan, sehingga bisa jatuh ke dalam dosa.

Ketika hidup tampak berjalan "biasa-biasa saja", berhati-hatilah agar kita tidak melupakan Tuhan. Jangan sampai kita merasa tidak membutuhkan-Nya. Ini kondisi yang berbahaya. Untuk itu, kita perlu mendorong diri untuk terus mengingat Tuhan. Caranya? Dengan menyediakan waktu setiap hari untuk merenungkan dan menyadari bahwa segala sesuatu di hidup kita, sesungguhnya adalah anugerah Tuhan. Tak ada satu pun hal yang kita peroleh tanpa Dia memberikannya. Dari situ, maka setiap anugerah yang kita terima harus dipakai demi kemuliaan-Nya. Apa pun situasi hidup kita, biarlah kita terus mengingat Dia.

RH Rabu, 16 Maret 2011

MENDOAKAN DAN MENGERJAKAN (Efesus 3: 14-21)

Ketika kecil, saya sering memprotes. Salah satu protes adalah lamanya waktu yang dipakai Ayah untuk berdoa. Waktu itu saya sama sekali tidak mengerti mengapa seolah-olah ada banyak sekali orang yang Ayah doakan. Setiap hari semakin banyak yang Ayah doakan, dan Ayah semakin lama berdoa. Semakin hari semakin banyak pelayanan Ayah, dan semakin lama pula ia berdoa. Ayah bahkan sudah berdoa sebelum saya dan adik bangun. Setelah kami tidur, Ayah juga akan berdoa. Namun kini saya tahu, rahasia pelayanan Ayah tidak terletak pada jumlah pelayanan yang ia lakukan atau jumlah orang yang ia layani, tetapi pada waktu doanya. Bahkan, setelah lebih dari 10 tahun sejak Ayah berpulang, saya tidak ingat satu pun khotbahnya, tetapi saya masih mengingat jelas sikap, cara, dan kesungguhannya dalam berdoa, serta bagaimana semuanya itu menyentuh kehidupan orang-orang di sekitarnya, termasuk saya. Saya menjadi tahu bahwa semakin banyak hal yang ingin saya kerjakan, semakin banyak waktu yang perlu saya sediakan bersama Tuhan. Tuhan dapat melakukan jauh lebih banyak dari yang kita doakan atau pikirkan.

RH Selasa, 15 Maret 2011

KEBAIKAN YANG SUNGSANG (Amos 5: 7-15)

Sungsang adalah istilah yang sering dipakai untuk menggambarkan posisi bayi yang terbalik saat menjelang kelahirannya. Pada posisi normal, kepala bayi berada di bawah dan pantatnya di bagian atas. Pada posisi sungsang, posisi kepala bayi ada di atas sedangkan pantatnya di bawah. Sungsang artinya sesuatu yang seharusnya benar, tetapi kenyataannya berkebalikan.

Kondisi sungsang ini pun terjadi pada kehidupan umat Israel pada zaman Amos. Kebaikan diputarbalikkan. Kejahatan dianggap sebagai kebaikan. Dalam kondisi kejahatan yang seperti ini, Allah mengutus Amos untuk menegur kejahatan penguasa-penguasa Israel saat itu. Allah tidak mau kebenaran diputarbalikkan. Allah memperingatkan agar mereka segera bertobat dari kejahatan mereka dan tidak lagi menganggap kejahatan sebagai kebaikan supaya mereka terhindar dari murka Allah. Allah tidak pernah tinggal diam ketika kebaikan di dunia ini diinjak-injak. Oleh sebab itu, mari dengarkan nasihat Allah hari ini: Bencilah yang jahat. Cintailah kebaikan. Tegakkanlah keadilan.

RH Senin, 14 Maret 2011

DIBURU,TETAPI TETAP BERSYUKUR (Mazmur 57)

Ada banyak hal yang bisa membuat tempat kerja tidak menyenangkan. Mungkin sang atasan yang bersikap otoriter, atau gemar merendahkan bawahan. Atau, rekan kerja yang suka bergosip, menggunjingkan teman sendiri. Atau, senior yang suka menekan. Atau, alasan lain yang lebih khusus. Jika Anda merasa demikian, mari belajar dari Daud. Lembaga Alkitab Indonesia memberi judul menarik untuk Mazmur 57: "Diburu Musuh, tetapi Ditolong Allah". Mazmur ini ditulis ketika Daud diburu Saul dan harus melarikan diri ke gua-gua. Kita mungkin tidak diburu musuh, tetapi diburu atasan yang otoriter, rekan kerja yang tidak mau bekerja sama, atau hal-hal lain yang membuat kita tak nyaman bekerja. Sikap mengomel, menyalahkan keadaan, dan memprotes tidak akan memperbaiki keadaan, bahkan kerap kali justru memperburuk. Ketika kita "diburu" hal-hal demikian, contohlah Daud. Ia berseru kepada Tuhan dan mengandalkan Dia. Ia bersyukur dan berharap pada kasih setia Tuhan. Kalau Tuhan sanggup menolong Daud, tentu Dia sanggup menolong kita juga. Sudahkah kita tetap bersikap benar, menjagai hati, dan terus memuliakan Tuhan di tempat kerja, tidak berkecil hati, dan tetap berpaut kepada Tuhan?

Artikel

Semangat

Pada saat seseorang mengatakan bahwa
kamu tidak dapat melakukannya ...
Lihatlah sekitarmu ...
Pikirkan segala kemungkinan yang ada ...
Lalu BERUSAHALAH!
Gunakan semua talenta yang telah diberikan Tuhan kepadamu!
Kreatiflah!
Pada akhirnya, kamu akan berakhir sukses
dan membuktikan bahwa mereka salah!

Ingatlah selalu:
DIMANA ADA KEMAUAN, DISANA ADA JALAN!

Artikel

Taat = Sukses

Di sebuah sekolah taman kanak-kanak dilakukan penelitian yang menarik. Penelitian ini memakai siswa satu kelas sebagai sampelnya. Seorang guru di kelas itu berkata, "Anak-anak, ibu menaruh kue dan permen ini di atas meja. Ibu ada keperluan di kantor. Nanti kalau ibu kembali, ibu akan bagikan semua kue dan permen ini pada kalian."

Tanpa sepengetahuan anak-anak, para peneliti memasang monitor CCTV yang dipakai untuk melihat apa saja yang dilakukan anak itu. Begitu sang guru keluar, beberapa anak segera mengambil kue dan permen. Sebagian anak awalnya ragu, tetapi melihat sikap teman yang lain mereka pun ikutan mengambil. Hanya sedikit anak yang taat dan tetap duduk di bangkunya. Dengan cermat para peneliti mencatat perilaku setiap anak.

Tiga puluh tahun kemudian, mereka mengadakan penelitian ulang terhadap anak-anak tersebut. Ternyata, anak-anak yang dulu taat sekarang jadi orang yang berhasil dan sukses. Sedangkan yang tidak taat menjadi orang yang gagal, baik dalam rumah tangga maupun karir yang mereka bangun.

Seringkali kita hanya mau taat jika itu menyangkut hal-hal besar. Untuk perkara yang kecil kita sering menganggap sepele sehingga menggampangkan dan berlaku seenaknya. Kita sudah menjungkirbalikkan hukum yang sebenarnya. Itulah mengapa Tuhan Yesus berkata, "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar." (Lukas 16:10). Firman-Nya mengajarkan kita, setialah lebih dulu untuk hal-hal kecil, hal-hal yang kelihatannya sederhana, sebelum kita bisa dipercayakan untuk hal yang lebih besar.

Jadi, apapun yang Tuhan percayakan pada kita hari-hari ini, setialah mengerjakannya. Sehingga Tuhan pun bisa memakai kita sebagai ‘alat' di tangan-Nya, dan menjadi berkat bagi dunia ini. Ketaatan tidak datang dengan sendiri dalam kehidupan manusia, perlu latihan agar ia tertanam dalam hidup kita.

"Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota." (Lukas 19: 17)

Artikel

Sembilan Orang Kaya

Tahun 1923, ada sebuah pertemuan penting di Hotel Edgewater Beach, Chicago. Pesertanya, sembilan orang paling sukses di dunia keuangan. Mereka adalah orang-orang yang menemukan rahasia cara gampang menumpuk uang.

Namun, mari kita lihat apa yang terjadi puluhan tahun kemudian: Charles Schwab, direktur perusahaan baja, meninggal dalam kebangkrutan. Lima tahun sebelum kematiannya, dia hidup dengan berhutang. Samuel Insuli, direktur perusahaan alat rumah tangga, mati sebagai buronan hukum dan hidup miskin di luar negeri. Howard Hopson, direktur perusahaan gas terbesar, menjadi gila. Arthur Cotton, pedagang tepung gandum, mati di luar negeri dalam keadaan pailit. Richard Whitney, direktur bursa saham New York, menghabiskan waktu di penjara Sing-Sing yang terkenal itu. Albert Fall, anggota kabinet Presiden akhirnya dibebaskan dari penjara supaya bisa meninggal di rumah. Jesse Livermore, "beruang" terbesar di Wall Street, mati bunuh diri. Ivan Krueger, pemegang monopoli, mati bunuh diri. Leon Fraser, direktur Bank International Settlements, mati bunuh diri (sumber: Billy Rose, Pitching Horse Shoes, 1948).

Sembilan orang ini tahu cara mengumpulkan uang, tetapi tidak tahu bagaimana harus hidup. Banyak orang mencari kebahagiaan dalam uang, harta, pernikahan, karir, dsb.

Kita sering menyembah "pemberian" itu, bukannya menyembah Sang Pemberi. Jika Anda punya berkat berlebih, jangan melupakan orang-orang yang kekurangan. Percayalah, di sana Anda akan bertemu Tuhan (Mat. 25: 34-40). Akhirnya kita akan tahu bahwa yang kita inginkan terkadang tak dapat membuat kita bahagia.

Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut.
(Amsal 11: 4)

Ringkasan Khotbah Minggu, 06 Maret 2011

THE NEXT LEVEL
(Filipi 3: 10-14)

Rasul Paulus tidak puas dengan level di mana ia berada sekarang ini, ia ingin berkembang, dan maju lebih lagi secara rohani. Orang yang berbakti di gereja belum tentu level rohaninya sama. Setiap orang pasti punya yang namanya The Next Level (tingkat lanjutan). Di dunia rohani tidak ada yang namanya sudah paling tinggi, atau sempurna. Selama kita masih hidup tidak pernah ada kata sempurna, sempurna bisa dicapai kalau orang itu ada dalam sebuah kotak dua kali satu, lalu di tutup dan dikubur. Selama kita hidup terus ada level di atas kita yang namanya The Next level. Orang yang baru bertobat seringkali pertumbuhan rohaninya sangat cepat dari pada yang lama. Bagaimana cara bertumbuh secara rohani:

1. Jangan pernah berpikir bahwa kita sudah sempurna/kepuasan (ay.12). Khusus pertumbuhan rohani jangan pernah ada kata puas, sebab orang yang puas berhenti berusaha. Dua hal yang dapat menyebabkan seseorang tidak bisa bertumbuh, yaitu: menganggap dirinya lebih rohani, sehingga tidak perlu bertumbuh lagi dengan cara belajar terus menerus dan merasa frustasi karena tidak bisa maju atau tidak tahu cara untuk maju.

2. Perlu pengorbanan, atau usaha yang harus dibayar (ay.13-14). Melupakan apa yang ada di belakang, seperti kehebatan, prestasi rohani yang sudah dicapai, sehingga orang tidak pernah puas untuk melakukannya lagi. Serta mengarahkan diri kepada apa yang dihadapan kita dengan fokus, berlari-lari kepada tujuan atau mencapai target untuk dekat dengan hadirat Tuhan. Kita harus menjadi seseorang yang berani membayar harga seperti Daud (2 Sam. 16: 11-13).

3. Hadirat Tuhan (2 Sam. 6: 11-12). Pernahkan kita memberi perhatian bahwa di rumah perlu ada hadirat Tuhan. Dimana saja perlu hadirat Tuhan, sebab kalau hadirat Tuhan itu ada di hidup kita pasti otomatis kita diberkati Tuhan. Hadirat Tuhan kita dapati ketika kita dekat dengan Tuhan dengan cara bersekutu, berdoa, baca firman Tuhan, dan memuji Tuhan setiap saat.

By: Pdt. Henoch Wilianto - Minggu, 06 Maret 2011