Artikel

Kekuatan Cinta Kasih

Mengapa ada beberapa orang yang mampu melewati badai cobaan paling dahsyat dalam hidupnya dan tetap berdiri tegar. Sementara beberapa lainnya selalu mengeluh, komplain terus tentang setiap gangguan kecil dalam hidupnya dan akhirnya semakin terpuruk?

Ramesh menjelaskannya dalam kisah yang sangat indah ini.

Suatu saat, hidup seorang yang sangat dipenuhi oleh roh kasih dalam hidupnya. Ketika ia meninggal, semua orang mengira bahwa manusia sepertinya pasti langsung masuk ke Surga.

Tetapi karena sesuatu dan lain hal, malaikat di Surga berbuat kesalahan. Ia kelewatan nama orang itu dan berpikir karena orang tersebut tidak terdaftar di Surga, tempatnya adalah di 'tempat satunya lagi' dan ia langsung mengirimnya ke Neraka.

Dan di Neraka, tidak ada yang men-cek reservasi anda. Semua yang dibuang di sana adalah penghuni abadi. Jadi begitulah, orang tersebut tinggal tanpa membantah karena ia berpikir mungkin dia belum layak untuk tinggal di surga.

Hanya seminggu kemudian, Raja Iblis pergi ke Surga. Marah-marah menuduh bahwa Kerajaan Surga telah melakukan terorisme di Neraka.

”Ada apa?” tanya malaikat Surga.

Sang Raja Iblis berteriak dengan murka, "Apa maksud kalian mengirim orang ini ke Neraka. Dia benar-benar merusak tempatku. Sejak awal, dia tidak pernah membalas siapa pun yang menyakitinya. Malahan ia selalu mendengarkan, mengasihi dan menghibur yang lain. Sekarang semua penghuni di sekeliling orang ini mulai saling memeluk dan mengasihi satu dengan lainnya. Ini bukan Neraka yang kukehendaki. Ini orangnya aku kembalikan, aku tidak perduli. Pokoknya aku tidak bisa menerimanya di kerajaanku!"

Dan Ramesh menutup ceritanya dengan berkata, "Maka hiduplah dengan penuh cinta dan kasih dalam hatimu. Sehingga apa pun yang terjadi denganmu, sampai sekalipun malaikat melakukan kesalahan dan mengirimmu ke Neraka, sang Iblis sendiri yang akan mengantarmu kembali ke Surga."

Artikel

Ada Tetesan Setelah Tetes Terakhir

Pasar malam dibuka di sebuah kota. Penduduk menyambutnya dengan gembira. Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan diadakan. Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat.

Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini. Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping. Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir. 'Hingga tetes terakhir', pikirnya.

Manusia kuat lalu menantang para penonton: "Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!"

Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung. Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras... dan menekan sisa jeruk... tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata : "Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?"

Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. "Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung." Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu. Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Itulah yang ada di pikiran penonton.

Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain. Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memeras... dan "ting!" setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung.

Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh. Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya, "Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu. Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?"

"Begini," jawab wanita itu, "Aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku. Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun. Engkau juga akan mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku. Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir. Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan. Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes berkat untuk hidup keluargaku. Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan berkat-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering. Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku.”

"Bila Anda memiliki alasan yang cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya", demikian kata seorang bijak. Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menerima hal tersebut.

RH Minggu 14 Maret 2010

Minggu, 14 Maret 2010

Pilihan Allah (1 Korintus 1: 25-31)
Ada dongeng tentang seorang penasihat raja yang buruk rupa, tetapi bijaksana. Raja selalu mendengarkan, sehingga sang ratu iri padanya. Ratu merasa bahwa si buruk rupa ini adalah penyihir yang membawa pengaruh buruk pada raja. Suatu kali ratu menjumpainya dan menghinanya sebagai manusia yang tidak berarti. Sang penasihat tersenyum dan mengatakan bahwa anggur kerajaan yang terbaik disimpan di dalam bejana tanah liat yang kelihatan kotor, sama seperti anggur petani di desa-desa. Ratu tidak mengerti, tetapi ia segera memeriksa hal itu. Betapa terkejut dan marahnya saat mendapati bahwa anggur kerajaan disimpan di bejana tanah liat. Ia memerintahkan agar anggur tersebut dipindahkan ke dalam bejana emas dan perak. Namun, saat perjamuan makan kerajaan, anggur tersebut menjadi asam, sehingga menimbulkan kemarahan raja. Ratu pun malu dan mengakui kesalahannya. Ia memandang penasihat itu dan mengerti bahwa penampilan tidaklah penting. Buruk rupa tidak berarti buruk isinya. Cantik di luar tak berarti cantik di dalam. Anggur terbaik memang harus disimpan dalam bejana tanah liat. Paulus menjelaskan bahwa Tuhan bekerja tidak memandang rupa. Harta, jabatan, dan gelar bisa dipakai Tuhan, tetapi Tuhan lebih melihat isi, yaitu karakter, kedewasaan, dan prinsip hidup melayani.

RH Sabtu 13 Maret 2010

Sabtu, 13 Maret 2010

Arti Sebuah Pelukan (Lukas 15: 11-24)
Ketika memulai gerakan Free Hugs (Pelukan Gratis) pada 30 Juni 2004 di sebuah jalan ramai di Sydney, Australia, banyak orang yang menganggap Juan Mann tidak waras. Mereka menertawakan dan memandangnya dengan curiga. Hampir lima belas menit ia berdiri tanpa hasil. Sampai akhirnya seorang ibu tua datang menghampirinya. Dengan wajah muram, ibu itu berkisah, pagi tadi anjingnya mati dan hari itu adalah tepat setahun putri tunggalnya meninggal karena kecelakaan mobil. Ia merasa begitu kesepian. Mann memeluk ibu itu. Mereka lalu berpisah dengan senyum cerah di wajah sang ibu. Kampanye Free Hugs kemudian berkembang secara luas di seluruh dunia sejak videonya muncul di Youtube pada tahun 2006.

Andai ada survei: di mana tempat teraman dan ternyaman di dunia? Jangan heran kalau banyak orang yang menjawab: pelukan orang yang kita sayangi dan menyayangi kita. Ya, pelukan yang didasari hati yang mengasihi itu bagai sebuah oase, damai dan tenteram. Di sana segala galau dan resah sirna. Segala perih tuntas. Kadang yang orang perlukan hanyalah sebuah pelukan penuh kasih.

RH Jumat 12 Maret 2010

Jumat, 12 Maret 2010

Beri Kami Harapan! (Ibrani 6: 9-20)
Film Flight of the Phoenix bercerita tentang pesawat pengangkut minyak yang terempas badai pasir di Gurun Mongolia. Dua penumpangnya tewas, radio rusak, dan badan pesawat pun berantakan. Dengan satu daya yang terbatas di tengah lingkungan yang tak ramah, masih adakah harapan bagi mereka yang bertahan hidup? Seorang penumpang mengusulkan untuk merakit kembali pesawat baru dari rongsokan yang ada. Sang pilot menepiskan ide itu; menganggapnya menggelikan dan mustahil. Penumpang lain menyanggahnya. “Menurutku, orang cuma perlu satu hal dalam hidup ini,” katanya. “Ia hanya perlu seseorang untuk dikasihi. Kalau kau tidak bisa memberikan itu, berilah mereka sesuatu untuk mereka harapkan.” Pengharapan meneguhkan kehidupan kita. Penulis Ibrani menggambarkan kehidupan ini sebagai kapal di lautan. Jiwa kita adalah kapalnya, yang mengangkut muatan berharga: anugerah keselamatan. Kita tengah berlayar menuju pelabuhan surga. Di tengah dunia yang penuh gelombang ketidakpastian, kita dapat tetap tenang karena Yesus telah melabuhkan sauh kapal jiwa kita ke belakang tabir, yaitu ruang Mahakudus di surga. Hadirat Allah yang mulia itu tidak terpengaruh oleh keadaan dunia. Yesus menjadi Imam Besar yang kekal dan tidak mungkin gagal menolong umat-Nya.

RH Kamis 11 Maret 2010

Kamis, 11 Maret 2010
Ikut Membentuk (Filipi 1: 12-19) Israella Darmawan sangat gembira saat Barrack Obama terpilih menjadi Presiden Amerika. Padahal ia bukan anggota tim suksesnya. Bukan pula warga Amerika. Israella adalah guru SD Fransiskus Asisi, Jakarta, yang pernah mengajar Obama ketika menjalani masa kecilnya di Indonesia. Walau hanya setahun, ia masih ingat saat ia memeriksa tugas mengarang yang diserahkan oleh Obama kecil. Obama membuat karangan berjudul “I want to be a president” (Saya ingin menjadi presiden). Israella tidak menyangka, tahun itu ia diberi kesempatan untuk ikut membentuk perjalanan hidup seorang presiden Amerika! Setiap pertemuan adalah kesempatan.

Pengalaman dipenjara tanpa bersalah umumnya berisi cerita pahit. Tidak demikian bagi Paulus. Dari proses pengadilan sampai pemenjaraan, ia bertemu dengan banyak orang yang belum beriman. Ini dipandangnya sebagai kesempatan emas. Ia memakai setiap pertemuan untuk bersaksi tentang Kristus. Setiap hari Tuhan mempertemukan Anda dengan berbagai tipe manusia. Pandanglah itu sebagai sebuah kesempatan. Pancarkan kasih Tuhan lewat tutur kata dan perbuatan Anda. Siapa tahu, dalam pertemuan singkat itu Allah memakai Anda untuk ikut membentuk jalan hidup mereka ke arah yang lebih baik.

RH Rabu 10 Maret 2010

Rabu, 10 Maret 2010

Garam Tawar (Matius 5: 13-16)
Ketika garam dikumpulkan dari wilayah Laut Mati, ada garam yang asin dan baik untuk bumbu dapur, ada pula garam yang tawar. Garam yang tawar ini tidak dibuang, tetapi disimpan di Bait Allah di Yerusalem. Pada musim dingin ketika hujan turun, ubin pelataran Bait Allah menjadi licin, dan garam tawar itu ditaburkan untuk mengurangi kelicinan. Begitulah, garam yang tawar itu diinjak-injak orang banyak. Garam memiliki ciri-ciri yang menggambarkan bagaimana seharusnya pengaruh umat beriman terhadap kehidupan dunia sekitarnya. Garam biasanya digunakan sebagai penyedap rasa. Orang percaya seharusnya menegakkan kesadaran moral suatu bangsa, sehingga dalam setiap aspek kehidupan, baik sosial, politik, ekonomi, budaya maupun pendidikan, dapat dirasakan adanya pengaruh dari cara-cara Allah. Apakah kita “asin” dan memberi dampak bagi masyarakat sekitar? Gereja yang hidup adalah satu-satunya harapan bagi dunia yang sekarat.

RH Selasa 9 Maret 2010

Selasa, 09 Maret 2010

Melihat Dengan Benar (Mazmur 16)
Seorang pendeta ditanyai apa yang menjadi kunci kepuasan hatinya. Ia menjawab, ”Kuncinya terletak pada penggunaan mata secara benar. Dalam keadaan apa pun, saya terlebih dahulu mengangkat kepala, melihat ke surga, dan menyadari bahwa tujuan utama saya di bumi ini adalah untuk kembali ke sana. Kemudian, saya akan melihat ke tanah, dan menyadari betapa kecilnya tempat yang diperlukan untuk menguburkan saya jika saya mati nanti. Lalu, saya akan memandang ke sekeliling, dan mengamati tidak sedikit orang yang dalam berbagai hal lebih menderita dari saya. Dari situ saya belajar letak kebahagiaan yang sejati, akhir dari segala kekhawatiran kita, dan betapa sedikitnya alasan untuk mengeluh.” Kepuasan hati adalah soal cara pandang dan pola pikir. Kita bisa belajar melihat “ke surga”, “ke tanah”, dan “ke sekeliling” menyadari kemurahan Tuhan di dalam hidup kita dan mengingat pengharapan kekal yang kita miliki di dalam Dia.

RH Senin 8 Maret 2010

Senin, 08 Maret 2010

Perbuatan Baik (Galatia 6: 1-10)
Majalah Time mendaulat Agus Bambang Priyanto menjadi salah satu Asean Heroes tahun 2003, berkat upayanya yang tak kenal lelah memimpin penyelamatan para korban bom Bali; mengangkut korban tewas; membopong mereka yang terluka; mengumpulkan harta milik korban untuk diserahkan kepada keluarga; mengatur lalu lintas ambulans. Bambang bukan petugas. Ia rakyat biasa. Ia melakukan semua itu secara spontan, tanpa diminta. Untuk menerima penghargaan itu, termasuk hadiah uang ratusan juta, Bambang diundang ke Jepang. Namun, ia menolak pergi. Ia merasa bukan pahlawan. Menurutnya, apa yang ia lakukan adalah sesuatu yang wajar dilakukan setiap orang ketika melihat sesamanya menderita. Tentang uang hadiah, Bambang beralasan, tidak layak menerima hadiah di atas penderitaan orang lain. Alangkah indahnya hidup bermasyarakat, apabila setiap orang terdorong untuk saling berbuat baik; bukan untuk saling memanfaatkan.

Ringkasan Khotbah 28 Februari 2010

Mengenal Allah (Daniel 11: 32)

Orang yang tetap kuat adalah orang yang tidak tergoncang imannya atau murtad pada saat menghadapi tekanan ataupun goncangan hidup. Seseorang dapat menjadi tetap kuat menghadapi goncangan apabila ia mengenal Allahnya. Saat kita pejamkan mata dan memikirkan Tuhan, apa yang timbul dalam pikiran kita? Daud dalam mazmurnya menggambarkan Allah sebagai Bapa (Mzm. 103: 13). Demikian pula dengan tujuan Yesus datang ke dunia ini, yakni membawa gambaran tentang Allah sebagai Bapa (Yoh. 14: 6). Melalui gambaran Allah sebagai Bapa, Allah menginginkan suatu hubungan yang sangat dekat (intim) antara Ia sebagai pencipta dengan ciptaan-Nya (manusia). Tetapi iblis berusaha merusak gambaran Allah sebagai Bapa. Tujuh (7) gambar Bapa Surgawi yang dirusak oleh iblis melalui bapa jasmani kita, yaitu:
1. Rasa aman (Rm. 8: 15). Iblis merusak gambar Bapa Surgawi kita dengan keberadaan bapa jasmani kita yang otoriter dan kejam. Sedangkan Bapa Surgawi yang sesungguhnya ialah Bapa yang akan selalu memberikan rasa aman bagi anak-anakNya.
2. Ingkar janji (Ibr. 6: 18). Bapa jasmani yang suka ingkar janji merusak gambaran Bapa Surgawi kita. Bapa Surgawi kita tidak mungkin berdusta atau ingkar janji (Mzm. 12: 7).
3. Sulit berkomunikasi (Mzm. 62: 9). Bapa Surgawi kita ingin berkomunikasi dengan anak-anakNya.
4. Kurang menghargai (Yes. 43: 4). Bapa jasmani kita terkadang kurang dalam memberikan pujian pada saat kita memperoleh keberhasilan. Tetapi hal ini berbeda dengan Bapa Surgawi kita. Kita memiliki tempat yang spesial di hati Tuhan dan tempat kita tidak dapat tergantikan.
5. Kasih – Disiplin tidak seimbang (Ayub 5: 17-18). Kasih dan disiplin harus diberikan seimbang (Ibr. 12: 7-8).
6. Tidak bertanggungjawab (Yoh. 5: 17).
7. Kasih yang bersyarat (Rm. 5: 8).

Langkah-langkah untuk pemulihan:
1. Menerima kasih Bapa Surgawi (Yoh. 15: 9).
2. Mengampuni kesalahan Bapa jasmani anda.
3. Berseru memanggil “Abba, Bapa”.

Pada saat kita mengenal Allah sebagai Bapa kita, maka kita akan tetap menjadi kuat apapun yang akan kita hadapi. Tekanan, goncangan atau pun masalah tidak menjadikan kita mundur atau murtad. Amin

Pdt. Donny FT. - Minggu, 28 Feb ‘10