Artikel

Tunggulah Beberapa Saat Lagi

David dan Lynn mulai merasa kecil hati. Restoran yang mereka miliki tidak laku, bahkan meskipun mereka telah memperpanjang jam buka mereka dan menawarkan makan malam istimewa, berharap dapat menarik lebih banyak pelanggan. Namun tak seorangpun datang. Setelah beberapa minggu tanpa terlihat perubahan apapun, Lynn berkata, "Mungkin kita lebih baik tutup dan pulang saja".

Saat itu hampir jam sebelas malam.
"Kita buka beberapa jam lagi deh," David menyarankan.
"Mengapa?"
Lynn mengerutkan dahi. "Apa gunanya sih?"

"Karena malam ini mungkin adalah malam kita mendapatkan lebih banyak pelanggan". David nyengir, dan istrinya melihat harapan bersinar di mata coklatnya yang besar. Bahkan meskipun Lynn tidak menyukai gagasan itu, ia sependapat bahwa mereka seharusnya tetap membuka restoran itu.

Sekitar 30 menit kemudian, suatu mukjizat nampaknya terjadi. Sebuah bus larut malam masuk ke dalam komunitas kecil itu dan segera merasakan dinginnya udara musim dingin. Mereka cepat-cepat masuk ke dalam kafe yang hangat, karena itu merupakan satu-satunya restoran yang masih buka.

Keuntungan yang diperoleh David dan Lynn malam itu membantu mengkompensasi sebagian kerugian mereka sebelumnya, namun itu baru awalnya. Segera tersebar berita bahwa restoran kecil itu tetap buka larut malam. Pelanggan datang dari semua kalangan, orang-orang yang mengemudi mobil melewati kota itu larut malam, bus-bus yang lewat, karyawan rel kereta api larut malam. Pasangan itu bahkan harus mempekerjakan pelayan tambahan untuk putaran larut malam.

Kadangkala ketika bekerja larut malam dan siap menyerah, bila kita menunggu dengan sabar, kita akan mencapai sasaran kita. Apa yang kita dambakan mungkin tiba dalam beberapa menit. Tenanglah dalam kenyataan bahwa kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Mungkin esok merupakan sebuah siang, atau malam yang istimewa bagi kita (through the night with God).

RH Minggu, 10 April 2011

NASIB KELELAWAR (Galatia 5: 16-26)

Dalam dongeng Aesop, suatu saat pasukan burung dan pasukan binatang buas berperang. Kelelawar mengamat-amati. Saat pasukan burung menang, si kelelawar mengaku-aku dirinya burung. Sebaliknya, saat pasukan binatang buas berjaya, ia mengaku-aku dirinya binatang buas. Sayang, muslihatnya ketahuan. Ia pun dibenci, baik oleh burung maupun oleh binatang buas. Sejak saat itu kelelawar suka menyembunyikan diri pada siang hari, dan baru keluar untuk mencari makan pada malam hari.

Dalam peperangan, tidak mungkin kita menjejakkan kaki sekaligus di atas dua kubu yang berlawanan. Begitu juga dalam mengikut Kristus Yesus. Mengikuti Kristus berarti meninggalkan segala sesuatu yang berlawanan dengan Dia. Mengikut Kristus memberi kita kuasa atas dosa dan kedagingan. Bukan berarti kita tidak akan lagi mengalami pencobaan; sebaliknya, pencobaan terhadap kita malah akan semakin intensif. Namun, sekarang kita bukan lagi tanpa daya, melainkan dimampukan untuk menolak dan melawannya.

RH Sabtu,09 April 2011

GODAAN RASIO (Yohanes 6: 1-15)

Ada satu jenis godaan yang mungkin jarang kita dengar, yaitu godaan rasio. Godaan ini berupa suara lembut yang mendorong kita untuk bertindak berdasarkan rasio. Padahal ada kalanya Tuhan menghendaki kita bertindak dengan iman, yang bisa saja bertolak belakang dengan pikiran kita. Saat kita dihadapkan pada situasi seperti ini, sebenarnya kita punya kesempatan untuk melihat kuasa dan mukjizat Allah dinyatakan di hidup kita, lewat iman.

Tuhan kita yang mahakuasa, bisa bekerja dalam berbagai ketidakmungkinan. Walau ini tentu melatih iman dan percaya kita kepada-Nya. Inilah alasan mengapa terkadang Dia mengizinkan kita mengalami masalah-masalah yang sangat sulit diselesaikan oleh rasio manusia. Mungkin kita sedang mengalami hal itu. Rasio kita sudah membisikkan kata tidak mungkin, tidak bisa, tidak sanggup, dan sebagainya. Rasio dan iman percaya harus diterapkan dalam ketundukan pada Tuhan, sehingga tidak membatasi kuasa serta mukjizat Tuhan bekerja di dalam dan melalui hidup kita.

RH Jumat, 08 April 2011

MENJAGA KEKUDUSAN (2 Samuel 13: 1-22)

Menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2008, sekitar 63% remaja di kota-kota besar Indonesia mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah. Sebuah peningkatan yang cukup signifikan bila dibandingkan hasil survei Yayasan Kusuma Buana pada 1993, yang menunjukkan angka 10-31%. Data ini cukup mencengangkan dan mengkhawatirkan. Mencengangkan karena sebagian dari kita mungkin berpikir bahwa orang-orang Indonesia cukup religius, sehingga tidak akan melakukan hal seperti itu. Juga mengkhawatirkan, karena seks pranikah adalah praktik yang berisiko dan berdampak panjang. Memang wajar bila ada ketertarikan seksual kepada pasangan, ketika seseorang jatuh cinta. Namun, ketertarikan ini harus dikendalikan secara sadar, dilandasi rasa takut akan Tuhan khususnya selama kita masih ada di luar pernikahan. Sebab itu, sebagai orang muda, mintalah bimbingan dan pengawasan dari orang yang lebih tua dan berpengalaman. Sebagai rekan sebaya, biarlah kita saling mengingatkan antarsahabat. Sebagai orangtua, bantulah mereka yang masih muda dengan bijaksana tanpa membuat mereka merasa tidak nyaman.

RH Kamis, 07 April 2011

BENIH KEPERCAYAAN (Kisah Para Rasul 9: 26-31)

Pada pemakaman Kathryn Lawes, istri mantan sipir penjara di New York, para narapidana beramai-ramai melayat. Sejenak mereka menghirup udara bebas. Seusai upacara, tak satu pun dari mereka berusaha kabur. Dengan patuh, semua kembali ke sel masing-masing. Apa rahasianya? Semasa hidup, Nyonya Lawes membiarkan anak-anaknya bermain dengan para narapidana itu. Ia percaya mereka akan berlaku baik kepada anak-anaknya. Kesan dipercayai, itu yang membekas di hati para narapidana. Maka, mereka tak mau menodai kepercayaan yang diberikan waktu diizinkan keluar untuk melayat orang yang telah memercayai mereka.

Sejumput benih kepercayaan ditanam, hasilnya tak mengecewakan. Semua orang butuh dipercayai. Besar kemungkinan kebaikan dalam dirinya tumbuh jika ia dipercayai. Semua hubungan baik berlandasan kepercayaan. Suasana kerja yang baik dibangun di atas kepercayaan. Prestasi bertumbuh karena ada kepercayaan. Pelayanan yang berbuah memerlukan sikap saling percaya. Sudahkah kita menanam benih percaya-memercayai dalam berkeluarga, berteman, bekerja sama, bergereja, bermasyarakat? Jika kita ingin dipercayai, begitu pun orang lain. Orang yang dipercayai dengan cara yang benar akan menjadi orang yang dapat dipercayai (Abraham Lincoln).

RH Rabu, 06 April 2011

PENDIDIK DAN PEMBIDIK (Lukas 1: 1-4)

Injil Lukas ditulis oleh tabib Lukas. Targetnya: orang-orang kaya dan terhormat di kalangan orang kristiani Yunani. Tak heran, di situ bertaburan cerita, nasihat, dan contoh tentang bagaimana pengikut Yesus memakai kekayaannya. Namun agar pesan ini tersampaikan, Lukas "melempar umpan" kepada petinggi kristiani yang bisa diandalkan untuk "membidik tepat ke sasaran". Lukas menjadi pendidik, Teofilus menjadi pembidik. Dengan kerja sama mereka, Injil diwartakan sampai ke tujuan. Dalam pewartaan Injil, kerja sama selalu diperlukan. Salah satunya pembagian peran yang sesuai, agar hasilnya lebih efektif. Ada yang mendidik dan mempersiapkan tenaga. Ada yang terjun sebagai pembidik di lapangan. Keduanya tak boleh saling meremehkan, justru harus saling menghargai dan melengkapi untuk memuliakan Tuhan.

RH Selasa, 05 April 2011

PUASA BAGI MURID YESUS (Markus 2: 18-22)

Bagi Yesus, murid-murid-Nya bagai para sahabat yang sedang menyongsong mempelai laki-laki. Dan, mereka dipenuhi sukacita surga sebab Yesus sang mempelai itu telah datang. Datang untuk membuka relasi baru, yaitu hidup diperdamaikan dengan Allah. Maka, murid-murid itu tak perlu lagi berdukacita atas dosa dan kesalahan mereka. Namun jangan salah, puasa itu penting. Sebab Yesus tak pernah meniadakan puasa (ay. 20). Yesus justru meluruskan tujuan puasa. Bukan untuk menonjolkan kebanggaan manusia akan kesalehannya. Puasa yang sesungguhnya dilakukan demi membangun relasi yang intim dengan Allah, mengasah kepekaan diri akan kehadiran Allah, menjadi peka akan dosa, dan selalu terbuka untuk mengikuti kehendak-Nya dan bukan pemuasan kehendak diri sendiri.

RH Senin, 04 April 2011

SEANDAINYA (1 Korintus 7: 17-24)

Seandainya gaji saya lebih besar tentu kehidupan keluarga saya lebih harmonis. Seandainya saya tidak terjebak di kota kecil ini tentu bisnis saya berjalan lebih lancar. Seandainya. Seandainya. Seandainya. Seringkali kita menginginkan kehidupan yang lebih baik, lebih bahagia. Dan, kita mengira, jalan untuk mencapainya ialah berubahnya keadaan atau orang di sekitar kita. Faktor yang paling menentukan ialah kehidupan baru yang dianugerahkan kepada kita: bahwa sekarang kita "tinggal di hadapan Allah", hidup bersama dengan Allah. Kebahagiaan hidup kita tidak lagi ditentukan oleh faktor lahiriah, melainkan oleh faktor batiniah: hubungan kita dengan Allah. Kita menjadi milik-Nya, dipanggil untuk mengasihi dan menaati-Nya. Dengan kesadaran ini kita dapat hidup tenang dan tenteram, bagaimanapun kondisi lahiriah kita, terbebas dari lingkaran setan "seandainya".

Artikel

Aku Datang Lagi

Seorang pendeta memasuki gerejanya di suatu siang dan memutuskan untuk berhenti sebentar di altar untuk melihat siapa saja yang datang untuk berdoa. Tidak lama kemudian, pintu belakang terbuka, seorang tua masuk melalui deretan bangku-bangku gereja. Sang pendeta mengerutkan dahi ketika melihat bahwa orang tersebut sepertinya tidak bercukur beberapa hari. Kemejanya sudah lusuh, dan mantelnya sudah tua dan sobek-sobek. Orang itu berlutut, menundukkan kepalanya, kemudian berdiri dan berjalan keluar. Hari-hari berikutnya, setiap siang pria itu datang, setiap saat berlutut hanya sebentar dengan tempat makan siang di pangkuannya. Sang pendeta mulai curiga, perampokan adalah ketakutan terbesarnya. Dia memutuskan untuk menghentikan pria itu dan menanyainya, “Apa yang kau lakukan disini?”

Pria tua itu menjawab, dia bekerja di sebuah pabrik. Waktu makan siang hanya setengah jam. Waktu makan siang adalah saat doa baginya, saat untuk menemukan tenaga dan kekuatan.
“Anda lihat, saya hanya tinggal sebentar, karena pabrik sangat jauh. Saat saya di sini, berlutut dan berbicara pada Tuhan, inilah yang kukatakan, “Aku datang lagi, hanya untuk mengatakan padamu, Tuhan, betapa bersukacitanya aku sejak aku menemukan persahabatan di dalam Engkau dan Kau hapuskan dosaku. Aku tidak begitu mengerti caranya berdoa, tapi aku memikirkan-Mu setiap hari. Jadi, Yesus.. Ini Jim, datang hari ini.”

Sang pendeta, merasa malu, berkata pada Jim bahwa itu baik. Dia berkata pada pria itu bahwa ia boleh datang dan berdoa kapan saja. Waktunya pergi, Jim tersenyum dan berkata “terimakasih”, Ia cepat-cepat keluar. Sang pendeta berlutut di depan altar. Hal yang belum pernah dilakukannya sebelumnya. Hatinya yang dingin mencair, dihangatkan oleh kasih, dan ia bertemu dengan Yesus di sana.

Saat airmatanya mengalir, ia mengulangi doa Jim tua, “Aku datang lagi, hanya untuk mengatakan padamu, Tuhan, betapa bersukacitanya aku sejak aku menemukan persahabatan di dalam Engkau dan Kau hapuskan dosaku. Aku tidak begitu mengerti caranya berdoa, tapi aku memikirkan-Mu setiap hari. Jadi, Yesus.. Ini aku, datang hari ini.”

Beberapa hari kemudian, pendeta tersebut melihat bahwa pak tua Jim tidak datang. Setelah beberapa hari tanpa kedatangan Jim, ia mulai khawatir. Ia pergi ke pabrik, ia bertanya tentang Jim dan diberitahu bahwa Jim sakit. Staff rumah sakit merasa khawatir, tapi ia menenangkan mereka. Minggu ketika Jim bersama mereka, ia membawa perubahan di bangsalnya. Senyumnya menularkan kebahagiaan ke semua orang. Ia mengubah orang-orang.

Kepala suster tidak bisa mengerti mengapa Jim begitu bahagia, padahal tidak ada kiriman bunga, telepon, maupun kiriman kartu-kartu ucapan, tidak ada seorangpun yang menjenguknya. Pendeta itu duduk di samping tempat tidurnya, dia menyampaikan kata-kata suster itu. Tidak ada teman datang untuk menunjukkan perhatian. Dia tidak memiliki tempat.

Pak tua Jim terkejut, dengan senyum bijaksana ia berkata, “Suster itu salah, dia tidak pernah tahu, setiap hari di siang hari, Dia di sini, mendekatiku dan berkata, “Aku datang lagi hanya untuk mengatakan padamu, Jim, betapa bersukacitanya Aku sejak Aku menemukan persahabatan ini dan Aku menghapus dosamu. Aku selalu suka mendengar doamu, Aku memikirkanmu setiap hari, jadi Jim, ini Yesus datang hari ini.”

HUMOR

Sepatu Buaya

Sepulang dari sekolah Minggu, Andi dimintai tolong oleh kakeknya untuk membantu menjaga toko sepatu. Si kakek berpesan, "Andi, kalau ada orang datang dan bertanya, langsung saja tanya ukuran sepatunya dan segera carikan".

Setelah satu jam lalu,
Pembeli: "Permisi, Dik, apakah di sini ada sepatu buaya?"
Andi: "Buaya Anda pakai sepatu ukuran berapa?"
Pembeli: "@#*$@%$%@??!!...."

Ringkasan Khotbah Minggu, 27 Maret 2011

Hendaklah Kamu Saling Mengasihi
(Yohanes 13: 34-35)

Pada masa sekarang ini ada banyak orang sudah tidak memperdulikan sesamanya, orang hanya mementingkan diri sendiri, ada orang Kristen yang datang beribadah tetapi tidak mempunyai kasih. Kita mau belajar dari Tuhan Yesus, Dia memberitahukan kepada kita supaya saling mengasihi. Ada 3 hal menarik dari saling mengasihi, yaitu:

1. Saling mengasihi adalah perintah Tuhan Yesus. Perintah ini penting oleh sebab itu perintah ini yang diulang-ulang dan ditekankan Tuhan Yesus (Yoh. 13: 12-17; 15:12, 17; 17:20-21). Jika suatu perintah diulang-ulang maka hal itu tidak boleh tidak, harus dilakukan dan tidak melupakannya. Ini berarti Tuhan Yesus mau semua murid tetap hidup rukun. Tidak ada alasan untuk tidak melakukannya! Sehingga saling mengasihi menjadi gaya hidup orang Kristen.

2. Ukuran saling mengasihi: “Seperti Aku telah mengasihi kamu”. Tuhan Yesus sudah memberi teladan untuk saling mengasihi dan melayani (Yoh. 13:12-17). Seorang yang menyatakan dirinya Kristen harus mengasihi dan melayani dengan tindakan nyata. Jika ada orang berbuat salah kepada kita maka kita harus mengampuninya serta mau saling melayani.

3. Berkat dari saling mengasihi. Orang yang saling mengasihi sudah tentu mendapat berkat dalam hal apa saja. Pada saat kita saling melayani, saling menguatkan, saling mendoakan bahkan sampai memperoleh jawaban dari apa yang didoakan merupakan berkat dari saling mengasihi.

By: Pdt. Lukas W. -- Minggu, 27 Maret 2011