JADWAL IBADAH

Doa Puasa
Rabu, 18 Maret 2009 - Pk. 12.30 WIB


Kebaktian Doa Malam
Pembicara: Pdt. Samsudin S.
Jumat, 20 Maret 2009 - Pk. 19.00 WIB

Kebaktian Wanita
Pembicara: Gembala Sidang
Sabtu, 21 Maret 2009 - Pk. 10.00 WIB


Kebaktian Pemuda
Pembicara: Bp. Willy
Sabtu, 21 Maret 2009 - Pk. 18.00 WIB

Ibadah Raya
Minggu, 22 Maret 2009
Jam 08.00 & 17.00 WIB

Pembicara:
Pagi: Gembala Sidang
Sore: Ev. Flora Chen
Disertai
Kebaktian Anak

KOTBAH

MENCAPAI KEBERHASILAN
(Mazmur 1:1-3)


Mengejar dan mencapai suatu keberhasilan adalah keinginan dari semua orang. Namun seringkali kata berhasil dinilai dari hal-hal yang kasat mata atau yang kelihatan secara jasmani saja. Tetapi dalam Mazmur 1:3 dinyatakan adanya keberhasilan secara holistik. Kata berhasil dalam bahasa Yunani ialah syalakh dan memiliki pengertian yang sangat luas. Salah satunya ialah kemampuan untuk dapat lolos atau melepaskan diri dari suatu permasalahan.
Ada 3 kunci agar kita dapat berhasil di dalam hidup kita, yaitu:

1. Persahabatan (ay. 1)
Pada ayat ini kita melihat adanya suatu peningkatan dalam hubungan yang terjalin. Yang pertama hanya berjalan, lalu berdiri dan kemudian duduk. Semakin lama hubungan yang terjalin semakin dekat. Tetapi apabila kita salah dalam menentukan dengan siapa kita akan menjalin hubungan persabahatan tersebut maka kita tidak akan dapat mencapai keberhasilan dalam kehidupan ini. Persahabatan kita dapat mengubah gaya hidup kita dan menentukan keberhasilan kita. Pergaulan yang buruk dapat merusak pergaulan yang baik.

2. Perkataan (ay. 2)
Kata merenungkan dalam bahasa aslinya memiliki pengertian menggumamkan secara terus-menerus. Kebiasaan orang Yahudi dalam membaca Taurat tidak hanya membaca dalam hati saja tetapi membaca sambil bersuara. Penulis Amsal menuliskan bahwa perkatan-perkataan kita akan menentukan kehidupan kita. Apa yang kita katakan harus sesuai dengan Firman Tuhan maka semua janji-janji Tuhan bagi hidup kita dapat tergenapi. Keberhasilan kita ditentukan dengan apa yang kita renungkan dan yang kita perkatakan.

3. Pegangan (ay. 3)
Pegangan kita haruslah Tuhan Yesus apabila kita ingin berhasil. Seperti gambaran yang diberikan oleh pemazmur tentang pohon yang ditanam di tepi aliran air. Potensi pohon akan menjadi hebat hanya pada saat pohon tersebut ditanam di tanah. Apabila pohon tersebut dicabut dari tanah maka pohon itu akan mati. Demikian juga kita yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1: 26). Potensi yang ada pada kita dapat berkembang dengan hebat apabila kita tetap tertanam di dalam Allah. Kalau pegangan kita bukan Tuhan Yesus maka kita tidak dapat berbuat apa-apa untuk dapat mencapai keberhasilan.

Keberhasilan kita ditentukan oleh persabatan kita, apa yang kita perkatakan dan siapa pegangan kita. Kita tidak dapat mencapai keberhasilan dengan kekuatan kita sendiri. D dalam Tuhan saja kita akan berhasil di semua aspek kehidupan kita. Amin

. By: Pdt. Gideon L.S. - Minggu, 08 Maret 2009

ARTIKEL

MEMATAHKAN BELENGGU
MATERIALISTIS

Saat ini kita hidup dalam sebuah jaman yang sangat bersifat konsumtif dan materialistis. Dulu, pusat perbelanjaan (Mal) yang saat ini menjamur dimana-mana masih sangat jarang sekali. Tanpa disadari banyak orang kristen yang terjebak dengan gaya hidup yang konsumtif dan materialistis ini. Memiliki kelimpahan bukanlah hal yang buruk tetapi dikendalikan oleh kelimpahan merupakan sebuah bentuk penyembahan berhala (keserakahan). Tuhan tidak melarang kita untuk memiliki kelimpahan tetapi Ia tidak ingin kita menjadi orang yang sengsara oleh karena keserakahan.
Ketika berada di Calcutta, Miller diperingatkan untuk tidak memuji barang-barang yang ada dia lihat di rumah-rumah yang dia kunjungi sebab saudara- saudara seiman disana akan memberikan barang-barang tersebut kepada orang yang memujinya. Kelimpahan materi tidaklah dapat menjamin kebahagiaan seseorang malahan justru bisa membuat hidup orang tersebut semakin menderita. Sikap hidup yang senantiasa mengucap syukur dan berserah total kepada Tuhan merupakan kunci untuk menuju hidup yang bahagia. Bila kita tahan uji dalam kesesakan padang gurun ini maka segala keserakahan akan lenyap. Baru setelah itu kita siap untuk menerima warisan yang telah disediakan oleh Bapa kita.
Tujuan utama Tuhan memberkati hidup kita bukan untuk kenikmatan pribadi kita sendiri melainkan agar kita bisa memberkati orang lain. Ingatlah bahwa hidup kita ini bukan milik kita lagi sebab kita telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar (I Kor 6:20).

Marilah kita mempersembahkan diri kita secara total kepadaNya dan hidup hanya untuk menyenangkan-Nya!


PERCAYA DIRI
><
PENYERAHAN DIRI

Seseorang yang dulunya pemalu dan minder, tiba-tiba berubah menjadi seorang pribadi yang sangat percaya diri dan berani bicara di depan orang banyak. Rupanya pelatihan kepemimpinan yang diikutinya telah mengubahnya dari seseorang yang memiliki kepribadian minder menjadi pribadi yang berani memimpin dan berbicara di depan orang banyak. Dia memang berubah menjadi seorang yang percaya diri tetapi dia juga telah berubah menjadi seorang yang angkuh. Perubahan seperti ini bukanlah perubahan karakter yang dihasilkan oleh pekerjaan Roh Kudus. Perubahan sejati yang dihasilkan oleh karya Roh Kudus pasti akan membuat karakter kita semakin serupa Kristus.
Cara manusia dan cara Tuhan dalam mentransformasi hidup seseorang sangatlah berbeda. Cara manusia mengubah kepribadian seseorang adalah dengan berusaha membangkitkan kepercayaan dirinya tetapi cara Tuhan justru dengan membuat kepercayaan kepada diri itu mati sehingga kita belajar bergantung kepada-Nya. Dunia berkata “Kamu pasti bisa, berpikirlah positif” tetapi Tuhan berkata “Kamu tidak bisa mengandalkan kekuatanmu, menyerahlah dan bergantunglah kepada-Ku.“ Bukti nyata dari karya Roh Kudus yang sejati dalam diri seseorang adalah perubahan karakter yang semakin rendah hati dan mengandalkan Tuhan. Kebanyakan orang Kristen saat ini hanya ingin hidup enak, diberkati dalam hal materi dan kesehatan, sambil menunggu ajal untuk masuk ke surga.
Saat ini merupakan waktunya bagi gereja Tuhan untuk berubah menjadi gereja yang memuridkan umat-Nya agar mereka berubah menjadi serupa dengan karakter Kristus. Saat ini Roh Kudus sedang bekerja untuk membawa kita kembali kepada kebenaran yang sejati. Gerejalah harapan satu-satunya agar bangsa ini bisa dipulihkan dari segala keterpurukannya. Biarlah sebuah kebangunan rohani yang sejati akan datang melawat kita semua sehingga kita berubah menjadi orang-orang Kristen yang sepenuhnya menyerah dan bergantung kepada Tuhan!


Kini kutahu
Kini kutahu, dengan sahabatlah kita sanggup mengerjakan segala sesuatu atau tak sesuatupun dan merupakan saat yang indah

Kini kutahu, orang yang mungkin kita anggap akan menendang kita saat kita jatuh, justru yang dapat membantu kita bertegak

Kini kutahu, saat kita marah, kita merasa berhak marah, tetapi bukan hak untuk menjadi jahat

Kini kutahu, persahabatan dapat terus bertumbuh makin dalam, sebagaimana juga kasih sejati

Kini kutahu, seseorang yang tak mencintai kita seperti kita harap, bukan berarti tak menyayangi dengan segala yang dia miliki

Kini kutahu, kedewasaan dan kebijakan itu gayut pengalaman dan pelajaran yang terpetik, daripada sekadar berapa kali sudah berulangtahun

Kini kutahu, jangan mencela dan remehkan mimpi dan angan anak-anak, bila mereka percayai kata-kata kita, dapat nantinya menjadi bencana

Kini kutahu, keluarga itu tak selalu disamping kita, bahkan yang bukan keluarga justru memelihara, mengasihi dan mengajar menghadapi dunia luas, keluarga itu bukan semata biologis

Kini kutahu, betapa baikpun kawan, suatu ketika akan menyakiti, maka harus selalu siap memberi maaf kepadanya dan siapapun

RH MINGGU, 22 MARET 2009

Bacaan Setahun: Yos. 12-14; 1 Kor. 6
FIRMAN YANG TERABAIKAN (Mazmur 119:97-104)

Para pemikir zaman kini cenderung terpengaruh oleh filsafat dari Sigmund Freud. Meskipun Freud mengaku seorang ateis, seringkali ia juga memikirkan hal-hal mengenai keagamaan, seakan-akan secara tanpa sadar ia dibayang-bayangi oleh Allah yang disangkalnya. Ketika Freud berusia 35 tahun, ayahnya mengirimkan saduran surat Ibrani yang Freud pernah berikan kepadanya tatkala Freud masih anak-anak. Sigmund Freud telah membaca dan mempelajari buku tersebut, setidaknya untuk beberapa lama. Dalam kitab tersebut terselip sebuah catatan dari ayahnya. Tulisan ayahnya tersebut menyiratkan suatu pengharapan agar Freud, sebagai orang yang telah dewasa, sekali lagi bersedia membaca dan mentaati hukum Allah. Namun, kita tidak memiliki bukti, apakah Freud memasukkan nasihat ayahnya ke dalam hatinya atau tidak. Betapa akan berbeda hidup dan pengaruh darinya bila ia melakukan nasihat itu!

Marilah kita mengoreksi diri kembali, apakah kita telah mengesampingkan Alkitab yang pernah kita baca dan pelajari dalam kehidupan sehari-hari? Jika demikian, kita masih belum terlambat untuk kembali mencari hikmat dari Buku itu.

RH SABTU, 21 MARET 2009

Bacaan Setahun: Yos. 9-11; 1 Kor. 6
KESEPIAN (Ibrani 13:1-6)

Dari waktu ke waktu, orang-orang yang merasa kesepian menemui saya untuk menceritakan masalah-masalah mereka. Seorang pria, yang mengaku beriman kepada Kristus, sedang berjuang untuk hidup kudus. Ketika ia jatuh ke dalam dosa, ia memerlukan keyakinan akan pengampunan Allah. Ada lagi seorang wanita yang mengalami pengalaman buruk dengan seorang pria. Ia perlu diyakinkan bahwa Allah tetap mengasihinya. Orang-orang ini memiliki dua kesamaan: mereka merasakan sakit akibat penolakan, dan mereka merasa kesepian. Namun sesungguhnya perasaan kesepian merekalah yang menjadi masalah terbesar. Kesepian tidak dapat disembuhkan hanya dengan berada di antara orang banyak atau bertemu dengan konselor. Yang dibutuhkan adalah persahabatan. Dengan cara inilah kita yang tidak kesepian dapat menolong mereka yang kesepian. Kita harus bersikap bersahabat dengan mereka yang kesepian. Hanya menunggu seseorang untuk menjadi sahabat kita bukanlah cara untuk menyembuhkan kesepian. Kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Yesus Kristus. Dia berjanji untuk menjadi Penolong yang tidak akan pernah meninggalkan kita. Yesus selalu mendengar dan selalu memperhatikan kita. Dia akan menopang kita saat kita melalui keadaan apa pun.

RH JUMAT, 20 MARET 2009

Bacaan Setahun: Yos. 7,8; Mzm. 69; 1 Kor. 5
PESTA ORANG-ORANG MISKIN (Lukas 14:12-24)

Selama Perang Dunia II di Afrika Utara, pengiriman barang-barang yang dibutuhkan oleh para tentara Jerman terhenti. Setelah merasakan keringnya kerongkongan mereka karena terik matahari di padang pasir, mereka sangat bersukacita tatkala menemukan tempat penampungan air yang baru dibangun oleh orang Inggris. Mereka menembak tempat tersebut untuk membuat lubang dan mulai meminum dengan lahap. Mereka kemudian menyadari sesuatu, tetapi telah terlambat orang-orang Inggris sedang mencoba tempat penampungan air itu dengan air laut yang asin. Dalam tempo 24 jam, semua tentara Jerman itu terancam mati kehausan. Menyadari keparahan situasi yang dihadapi, mereka segera menyerah.

Dengan cara yang sama, kekecewaan dalam hidup kadang-kadang diperlukan untuk menyadarkan kita yang menolak untuk berserah kepada Allah. Kebutuhan kita akan keselamatan dan pertumbuhan menjadi serupa dengan karakter Kristus, sering terlupakan. Seringkali kesengsaraan diperlukan untuk menolong kita untuk memikirkan hal-hal mana yang sesungguhnya merupakan kebutuhan utama kita. Kiranya kita dapat memandang kekecewaan dalam hidup sebagai undangan kasih Allah bagi kita.

RH KAMIS, 19 MARET 2009

Bacaan Setahun: Yos. 3-6; 1 Kor. 4
KRISTUSLAH PEMENANG KITA (1 Samuel 17:31-50)

Daud, seorang penggembala muda, anak laki-laki dari Isai, membawakan persediaan makanan untuk kakak-kakaknya di pasukan bala tentara. Ketika ia mendengar Goliat mencela bangsa Israel, ia marah dan meminta izin untuk pergi dan bertarung dengannya. Daud sangat yakin, Allah yang telah melepaskannya dari singa dan beruang akan memberikan kemenangan atas raksasa itu dan Dia melakukannya.

Kemenangan Daud mengingatkan kita pada kemenangan Yesus Kristus. Sebagai manusia yang telah jatuh dalam dosa, kita berada dalm kondisi tanpa pengharapan, diperbudak oleh dosa dan membutuhkan seorang pemenang. Lalu Allah mengirimkan anak-Nya, Yesus Kristus, untuk membebaskan kita. Dalam kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus menang secara mutlak atas dosa dan kematian (1 Kor. 15:54-57). Lebih jauh lagi, kemenangan-Nya memberi jaminan kemenangan dalam perjalanan hidup kita bersama Allah setiap hari. Namun kita tidak dapat mengharapkan keberhasilan hanya dengan usaha kita sendiri. Kita harus bersandar pada kuasa dan pimpinan Roh Kudus. Maka, ketika kita berjalan bersama Allah dalam iman, kita dapat lebih menghargai kemenangan yang diberikan oleh Pemenang kita.

RH RABU, 18 MARET 2009

Bacaan Setahun: Yos. 1,2; Mzm. 37; 1 Kor. 3
90% TAAT? (1 Samuel 15:1-23)

Sebagai seorang ayah dari seorang anak laki-laki berusia belia, saya memahami mengapa Allah menekankan ketaatan sebagai hal yang sangat penting. Saya tidak dapat membayangkan kesulitan yang akan mereka hadapi bila mereka tidak dituntut untuk taat kepada siapa pun. Sebagai contoh, ambil saja peraturan yang saya buat mengenai cara menyeberang jalan. Steven, anak laki-laki saya, tahu ia harus berhenti di ujung trotoar terlebih dahulu dan melihat ke kiri dan kanan sampai situasi jalan aman sebelum menyeberang. Hal itu harus dilakukannya, baik saat ia mengendarai sepeda, bersepatu roda atau hanya mengejar bola. Saya mengharapkan ketaatan 100% darinya karena saya tahu satu langkah yang ceroboh dapat membahayakan keselamatannya. Tuhan, yang adalah Bapa yang sempurna, mengasihi kita dan mengetahui apa yang terbaik dalam kehidupan kita. Untuk menunjukkan bahwa kita percaya kepadanya, kita harus berusaha semampu kita untuk mentaati apa yang telah Dia katakan di dalam Alkitab, firman-Nya yang tertulis. Dia layak menerima 100% dari ketaatan kita.

RH SELASA, 17 MARET 2009

Bacaan Setahun: Ul. 32-34; 1 Kor. 2
KENALI ALLAH SECARA PRIBADI! (Mazmur 103:1-18)

Banyak orang Kristen yang lebih suka melihat Allah melakukan mujizat-mujizat yang besar daripada memiliki persekutuan pribadi yang intim dengan-Nya dan belajar tentang jalan-jalan-Nya. Musa ingin mengenal Allah dan rencana-rencana-Nya bagi umat-Nya lebih daripada menyaksikan mujizat ajaib yang lain. Tidak mengherankan apabila Tuhan bercakap-cakap dengannya "seperti seorang berbicara kepada temannya" (1 Sam. 11:11). Seorang sahabat saya yang penuh dengan talenta, Jennifer, belajar tentang perbedaan ini setelah menghabiskan waktu selama beberapa tahun di kursi roda. Suatu hari, dengan bercucuran air mata ia berdoa, "Tuhan, sebenarnya saya dapat berbuat banyak untuk-Mu, seandainya saya sehat." Jawaban Tuhan tidak terdengar nyata tetapi jelas: "Banyak orang yang bekerja untuk-Ku, tetapi hanya sedikit yang bersedia menjadi sahabat-Ku." Jika kita rindu mengenal Allah secara pribadi lebih dari keinginan kita untuk melihat mujizat-mujizat-Nya yang ajaib, Anda akan dipuaskan.

RH SENIN, 16 MARET 2009

Bacaan Setahun: Ul. 30-31; Mzm. 40; 1 Kor. 1
"BERSALAH!" (Lukas 18:9-14)

Pengkhotbah besar bernama Charles Haddon Spurgeon, sering menceritakan sebuah kisah tentang seorang putra mahkota yang naik ke sebuah kapal yang mengangkut para penjahat dan berbincang-bincang dengan mereka yang sedang mendayung. Ia bertanya kepada beberapa orang dari antara mereka tentang pelanggaran apa yang telah mereka lakukan. Hampir setiap orang mengatakan bahwa mereka tidak bersalah, menyalahkan orang lain, atau menuduh hakim menerima suap. Namun ada seorang muda yang mengaku bersalah. Lalu pangeran tersebut memerintahkan agar tawanan itu dibebaskan. Kunci dari kebebasan tawanan ini adalah pengakuan akan kesalahannya. Kebenaran ini juga berlaku dalam hal keselamatan. Anda tidak akan pernah dapat menyelamatkan diri Anda sendiri, karena itu terimalah Tuhan Yesus sebagai Juruselamat Anda dengan percaya kepada-Nya. Maka, pada saat Anda dibebaskan dari kuasa dosa dan rasa bersalah, Anda akan merasakan sukacita di dalam pengampunan dan kemerdekaan.