SENYUM


"Kamu Yang Kelima"

Seorang kakek terlihat sedang memancing di pinggir got. Bermacam-macam tanggapan orang yang melihatnya. Ada yang bilang bodoh, gila, aneh, dan sebagainya. Agus kebetulan lewat, penasaran melihat ulah kakek ini, bertanyalah dia.
Agus : "Kek, ngapain mancing di got?"
Kakek : "Untuk cari makan Nak."
Agus merasa kasihan dan menawari Sang Kakek untuk makan di Warteg dekat tempat si kakek memancing. Sembari makan Agus yang masih penasaran bertanya kembali,
Agus : "Kek, mancing digot apa dapat ikan?"
Kakek : "Pasti dapat!"
Agus : "Masa sih Kek? Udah berapa banyak dapat ikannya Kek?"
Kakek : "Kamu sekarang yang kelima .."
Agus : "....!!!???@@"

JADWAL

Kebaktian Doa Malam
Pembicara: Pdt. Isaac Latief
Jumat, 26 Sept '08 - Pk. 19.00 WIB

Kebaktian Wanita
Pembicara: Pdp. Debora Yuliastutik
Sabtu, 27 Sept '08 - Pk. 10.00 WIB

Kebaktian Pemuda
Pembicara: Bapak Harun T.
Sabtu, 27 Sept '08 Jam 17.30 WIB

Kebaktian Umum
Pembicara: Pdp. Rubbyanto K.
Minggu, 27 September 2008
Jam 08.00 WIB & Jam 17.00 WIB

Kebaktian Anak
Minggu, 27 Sept ‘08
Jam 08.00 & 17.00 WIB

KHOTBAH


IMAN MENDATANGKAN
KUASA ALLAH

(Matius 15:21-28)


Kuasa Tuhan masih terus ada hingga saat ini. Tiga hal yang harus ada dalam iman yang mendatangkan kuasa Allah, yaitu:
1. Penyerahan total kepada kedaulatan Allah (ay. 23).
Sikap kita menentukan iman kita. Seperti wanita kanaan ini yang menyerah kepada kedaulatan Allah. Pada saat ia datang kepada Yesus, sikap yang ditunjukkan oleh Yesus adalah diam. Ketika kita memiliki masalah dan berdoa serta berseru kepada Tuhan, adakalanya Tuhan diam dan kita tidak dapat protes. Kita tidak dapat protes karena Tuhan memiliki kedaulatan yang penuh atas hidup kita. Diamnya Tuhan dengan tujuan untuk mendidik kita agar tidak mudah putus asa dalam menghadapi masalah dan akhirnya mundur dari Tuhan. Iman yang tetap mempercayai Tuhan sekalipun Tuhan diam ini akan mendatangkan kuasa Allah.
2. Fokus kepada Pribadi Yesus (ay. 25).
Fokus kepada hal yang benar akan mempengaruhi hasil yang dapat dicapai. Dalam seluruh aspek kehidupan kita, kalau kita fokus kepada Yesus maka kita tidak akan mudah menyerah walaupun banyak tantangan yang dihadapi. Demikian juga halnya dengan kehidupan bergereja. Pada saat kita pergi ke gereja atau pun pelayanan belum tentu kita dapat menjumpai teman yang cocok. Tetapi kalau kita tetap fokus kepada Yesus maka kita tidak akan mudah untuk berhenti atau pun pindah gereja apabila mengalami gesekan dengan yang lainnya.
3. Memiliki cara pandang yang positif (ay. 26-27).
Kata namun adalah kata kunci untuk dapat keluar dari situasi yang sulit. Situasi atau keadaan di sekeliling kita boleh bertambah sulit tetapi bagaimana kemampuan kita memandang secara positif kepada berkat dan penyertaan Tuhan akan mempengaruhi kehidupan kita. Pada saat-saat ini kita hidup di dalam situasi-situasi yang sulit dan menekan, kita harus mempercayai Allah dengan cara pandang yang positif karena kita mempunyai Firman Allah.
Sekalipun Allah diam pada saat kita berada di situasi yang sulit, kita harus tetap percaya kepada kedaulatan Allah atas hidup kita, tetap fokus pada-Nya serta terus memiliki cara pandang yang positif. Maka kita akan dapat melihat kuasa Allah dinyatakan atas hidup kita. Amin

By: Pdt. Heruyono - Minggu, 14 September 2008

ARTIKEL


UNTUK HARI INI

Untuk hari ini! Saya akan memulai hari dengan berdoa: “Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!“ (Mazmur 118:24)
Untuk hari ini! Saya akan berkata: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:13)
Untuk hari ini! Saya tidak kuatir akan kebutuhan saya, karena: “Allahku akan memenuhi segala keperluanku menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus” (Filipi 4:19)
Untuk hari ini! Saya tidak akan takut, “Sebab Allah memberikan kepada saya bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”. (2 Timotius 1:7)
Untuk hari ini! Saya tidak akan bimbang dan kurang beriman, karena, “… tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”(Ibrani 11.6)
Untuk hari ini! Saya tidak akan lemah karena, “TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?” (Mazmur 27:1b)
Untuk hari ini! Saya tidak akan kalah karena, “… dalam Kristus selalu membawa saya di jalan kemenangan-Nya..” (2 Korintus 2:14)
Untuk hari ini! Saya tidak akan kekurangan hikmat, karena: “… apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya.” (Yakobus 1:5)
Untuk hari ini! Saya tidak merasa terhukum, karena “…. sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus” (Roma 8:1)
Untuk hari ini! Saya tidak akan kuatir atau frustasi: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1 Petrus 5:7)
Untuk hari ini! Saya tidak akan depresi, karena “ …tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Ratapan 3:22b, 23)
Untuk hari ini! Saya tidak merasa sendirian karena Yesus berkata, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:20b)
Untuk hari ini! Saya tak akan kekurangan, “ … sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.” (Filipi 4:11b)
Untuk hari ini! Saya tidak merasa tidak berharga karena “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena saya, supaya dalam Dia saya dibenarkan oleh Allah.” (2 Korintus 5:21)
Untuk hari ini! Saya merasa damai sejahtera “sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.” (1 Korintus 14:33)
Untuk hari ini! Saya tidak merasa gagal, karena “dalam semuanya itu saya lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi saya.“ (Roma 8:37)

RH MINGGU, 28 Sept 2008

Bacaan Setahun: Za. 1-3; Luk. 11
ALKITAB DAN MASYARAKAT (Mazmur 119:89-96)
Membaca Alkitab dan mengajarkan nilai-nilai kristiani tidak lagi diizinkan di berbagai sekolah di negara-negara Barat. Namun tidak demikian halnya di Eropa Timur. Ketika berbicara pada suatu konvensi pendidik Kristen Amerika pada bulan November 1992, seorang delegasi dari Rusia berkata, "Tujuh puluh tahun yang lalu kami telah menolak kehadiran Allah di negeri kami, dan penolakan tersebut telah menyebabkan begitu banyak masalah di dalam masyarakat, sehingga kami tidak dapat lagi menghitungnya. Kami harus menghadirkan kembali Allah ke negeri kami, dan kami harus memulainya dengan anak-anak kami."
Rencana segera dibuat untuk mengirim 12.000 pendidik Kristen ke Perserikatan Negara-Negara Merdeka. Kini Alkitab telah dikirim ke Rusia, dan sebagian besar akan digunakan di sekolah-sekolah. Mengembalikan Alkitab ke dalam hidup pribadi kita adalah langkah pertama dalam usaha mengembalikan Alkitab ke dalam ruang kelas sekolah dan masyarakat. Kita harus membacanya secara teratur, meyakini apa yang tertera di dalamnya, dan menaatinya dengan setia.

RH SABTU, 27 Sept 2008

Bacaan Setahun: Hag. 1, 2; Mzm. 129; Luk. 10
SIAPA YANG MENGUASAI? (1 Samuel 1:1-28)

Ketika Hana menyerahkan Samuel kepada Allah, ia sungguh-sungguh menyerahkannya. Hana tidak hanya membawa Samuel ke rumah Allah untuk mengabdi; tetapi ia meninggalkannya di sana. Ia menyerahkan Samuel kepada Eli untuk dibesarkan dalam pelayanan kepada Allah. Mendengar pembahasan seorang pendeta mengenai komitmen Hana ini, saya mulai bertanya-tanya: siapa yang menguasai anak-anak kita sekarang? Samuel dididik dan diarahkan oleh Eli secara berkesinambungan dalam rumah Allah. Namun, siapa yang mendidik anak-anak kita? Apakah TV dan gedung-gedung bioskop? Apakah sekolah? Apakah teman-teman sebaya? Apakah Tuhan? Berapa banyak waktu dan usaha yang kita berikan guna memastikan anak-anak kita tahu bahwa suatu hubungan dengan Allah adalah dasar dari rasa aman, damai dan syukur?
Kita tidak dapat melakukan pada anak-anak kita seperti apa yang telah dilakukan Hana. Namun kita dapat menyerahkan mereka kepada Allah melalui pengarahan dan teladan yang kita berikan kepada mereka. Siapa yang menguasai anak-anak kita? Seharusnya Allah!

RH JUMAT, 26 Sept 2008

Bacaan Setahun: Ezr. 4; Mzm. 113, 127; Luk.9
KEKUDUSAN TIDAK MENULAR (Hagai 2:10-14)

Kejahatan mirip dengan penyakit menular. Sama seperti seorang yang batuk dalam kabin pesawat dapat menyebabkan seluruh penumpang terinfeksi, demikian pula kejahatan tampaknya menyebar dalam satu kelompok. Namun kekudusan, di sisi lainnya, harus dicari dengan sungguh-sungguh. Kita tidak akan menjadi kudus hanya dengan cara bergaul dengan orang-orang yang mengenal Allah dalam lingkungan yang tertutup. Kekudusan datang melalui iman dan ketaatan kepada Allah. Inilah hal penting yang diutarakan Hagai berabad-abad yang lalu. Hagai memberitahu bangsa Israel yang menganggap diri mereka kudus karena keturunan Allah, bahwa sesunguhnya mereka telah menjadi najis karena ketidaktaatannya.
Jika kita hendak menjadi kudus, maka kita perlu menyerahkan diri dalam iman kepada Allah. Kemudian kita harus mempelajari apa yang diinginkan Allah untuk kita lakukan, dan dengan kekuatan yang diberikan-Nya, kita menaati-Nya. Memiliki orangtua yang saleh dan bergaul dengan sahabat-sahabat yang religius akan sangat membantu, tetapi tidak akan dapat membuat kita menjadi kudus. Kita menjadi kudus hanya bila kita hidup dekat dengan Allah dan melakukan apa yang diperintahkan-Nya.

RH KAMIS, 25 Sept 2008

Bacaan Setahun: Ezr. 2, 3; Luk. 8
SATU KORBAN (Ibrani 10:5-10)
Wartawan Jill Neimark menulis sebuah artikel berjudul "Shaman di Chicago" yang bercerita tentang pamannya yang sangat tidak konvensional. Sang paman adalah seorang yang berpendidikan tinggi dan pedagang komiditi yang berprospek baik. Ia adalah seorang imam tinggi agama Ifa, yang mempraktekkan pengorbanan binatang sebagai bentuk pemujaan tertinggi. Sebelumnya ia adalah seorang ateis, tetapi kini ia adalah seorang penganut suatu sumber kekuatan suci, yang diyakininya tidak akan dapat dialami dalam agama tradisional.
Kita yang mengenal kebenaran, kuasa dan sukacita injil Kristus perlu bersyukur atas kebenaran-kebenaran ini: (a) Kita tidak memerlukan korban-korban lain, karena Tuhan Yesus telah mengurbankan diri-Nya sebagai suatu persembahan yang sempurna dan lengkap untuk menebus dosa kita (Ibr 10:10). (b) Kita tidak memerlukan perantara lagi dengan Allah karena Yesus adalah perantara kita (1Tim 2:5), yang menjamin suatu hubungan langsung dengan Allah. (c) Kita tidak perlu membangun jalan sendiri untuk menuju kepada Allah, karena Yesus adalah "jalan dan kebenaran dan hidup" (Yoh 14:6).

RH RABU, 24 Sept 2008

Bacaan Setahun: Ezr. 1; Mzm. 84, 85; Luk. 7
SEDIKIT KEBODOHAN (Pengkhotbah 10:1-15)
Peristiwa itu jelas-jelas merupakan suatu kasus pembakaran. Si penjahat telah menyulut rumahnya sendiri. Namun ia tidak akan pernah dibawa ke pengadilan. Mengapa? Karena si tersangka adalah seekor jackdaw sejenis burung yang masih tergolong keluarga gagak. Ia telah memungut puntung rokok yang ujungnya masih merah membara, dan menjatuhkan itu ke dalam sarangnya sendiri. Namun, sama seperti burung jackdaw, orang-orang yang ceria biasanya kurang memiliki pemahaman yang mendalam terhadap orang lain. Mereka dapat "mencetuskan api" kemarahan karena menyinggung orang lain. Semua ini bermula dari sikap masa bodoh dan tidak peka terhadap perasaan orang lain. Marilah kita belajar dari si sembrono jackdaw dan dari penulis kitab Pengkhotbah (Pkh. 2:13) ini. Tindakan yang jenaka dan bermain-main harus dilakukan sesuai dengan tempatnya. Suatu lelucon tidak akan lucu lagi bila harus dibayar mahal oleh orang lain. Hati-hatilah dalam membedakan antara humor yang menyegarkan dan suatu kebodohan karena tidak peka pada orang lain.

RH SELASA, 23 Sept 2008

Bacaan Setahun: Dan. 11, 12; Luk. 6
KEBAIKAN ORANG SAMARIA (Lukas 10:25-37)

Dalam bukunya Kindness: Reaching Out to Others, Phyllis J. Le Peau mengaitkan kisah ini: "Beberapa mahasiswa seminari diminta untuk berkotbah tentang kisah orang Samaria yang baik hati. Ketika sampai waktunya untuk berkotbah, para mahasiswa itu dengan sengaja datang terlambat ke seminari. Tatkala para mahasiswa itu terburu-buru menuju kampus, mereka berpapasan dengan seseorang yang berpura-pura meminta pertolongan. Ironisnya, tidak seorang pun dari mahasiswa yang berhenti untuk menolongnya." Le Peau memberi komentar, "Ya, mereka memang harus melakukan suatu kotbah yang penting." Bagaimana dengan kita? Setiap kali kita bertemu dengan orang yang membutuhkan pertolongan, seharusnya menghidupkan kembali kisah ini. Orang Kristen dapat menyajikan kotbah yang hebat kepada dunia tatkala mereka merefleksikan kebaikan Allah seperti yang ditunjukkan oleh orang Samaria yang baik hati kepada sesamanya. Marilah kita memuliakan nama Tuhan dengan menjawab kebutuhan orang lain sebagaimana Dia pasti akan melakukannya.

RH SENIN, 22 Sept 2008

Bacaan Setahun: Dan. 9, 10; Mzm. 123; Luk. 5
SEDIKIT DEMI SEDIKIT (Keluaran 23:20-33)

Ketika saya masih kecil, ibu saya memberi "buku". Saya sangat menyukai salah satu ceritanya. Cerita itu mengisahkan tentang seorang anak lelaki kecil dengan sekopnya yang kecil. Anak ini berusaha membersihkan jalan di depan rumahnya yang penuh salju tebal yang baru saja turun. Seorang pria berhenti dan mengamati usaha keras anak tersebut. "Nak," sapanya, "Bagaimana mungkin anak sekecil kamu dapat melakukan tugas sebesar ini?" Anak itu mendongak dan menjawab dengan yakin, "Sedikit demi sedikit, begitulah caranya!" Dan ia melanjutkan pekerjaannya.

Saya dapat mengatasi persoalan dengan bergantung kepada Allah. Hambatan yang dihadapi bangsa Israel ketika mereka hendak memasuki tanah yang telah dijanjikan Allah, pastilah tampak sangat sukar untuk dicapai. Namun Allah tidak meminta mereka melakukan semuanya sekaligus. "Sedikit demi sedikit" merupakan strategi yang efektif untuk menuju kemenangan.