PHOTO

NATAL 2007 klik ini bisa didownload dengan ukuran photo 1600x1200.
NATAL 2008 klik ini. JBU .

JADWAL IBADAH

Kebaktian Doa Malam
Pembicara: Pdt. Timotius Wibowo
Jumat, 13 Februari 2009 - Pk. 19.00 WIB

Kebaktian Wanita
Pembicara: Ev. Joice Liem
Sabtu, 14 Februari 2009 - Pk. 10.00 WIB

Kebaktian Pemuda
Pembicara: Bp. Harun
Sabtu, 14 Februari 2009 - Pk. 17.30 WIB

Ibadah Raya
Minggu, 15 Februari 2009
Jam 08.00 & 17.00 WIB

Pembicara: Gembala Sidang

Disertai
Kebaktian Anak

KOTBAH

HADIRAT TUHAN
(Mazmur 139:7-12)

Tuhan ada dimana saja. Diman pun kita berada, di situ Tuhan juga ada. Hal ini menandakan bahwa Tuhan itu maha hadir. Kehadiran Tuhan tidak dibatasi oleh waktu, tempat dan keadaan kita. Tuhan ada dimana-mana tetapi tidak semua orang dapat bertemu dengan Tuhan. Banyak orang datang ke gereja tetapi belum tentu mereka bertemu dan merasakan kehadiran Tuhan. Apabila seseorang bertemu dengan Tuhan maka hidup orang tersebut akan mengalami perubahan. Kehadiran Tuhan ada 2, yaitu kehadiran Tuhan yang tidak kelihatan dan kehadiran Tuhan yang dapat dilihat dan dirasakan. Kehadiran Tuhan yang dapat dilihat dan dirasakan oleh semua orang disebut Shekinah Glory. Bangsa Israel telah melihat Shekinah Grory ini pada saat mereka berada di gunung Sinai. Dalam pemandangan bangsa Israel, kehadiran Allah nyata seperti api yang menghanguskan (Kel. 24: 17).

Tuhan memerintahkan untuk setiap orang mencari wajah Tuhan. Kita tidak dapat melihat dan merasakan keberadaan Tuhan secara langsung. Apabila seseorang dapat melihat dan merasakan kehadiran Tuhan secara langsung, maka semua itu adalah kasih karunia. Seseorang dapat bertemu Tuhan dan merasakan kehadiran-Nya, apabila orang tersebut memiliki kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan dan orang tersebut suci hatinya (Mat. 5: 8). Tuhan pun akan menampakkan diri-Nya sesuai dengan kapasitas orang tersebut.

Musa adalah salah seorang yang merindukan Allah, bahkan ia meminta Allah mau memperlihatkan kemuliaan-Nya kepada dia (Kel. 33: 18-20). Tetapi Tuhan berkata bahwa tidak ada seorang pun yang telah melihat Allah dapat bertahan hidup. Tidak semua orang memiliki kerinduan untuk dapat melihat Tuhan seperti Musa (Kel. 20: 18-21). Musa berani bayar harga untuk dapat bertemu dengan Tuhan. Tuhan mencari orang-orang yang memiliki kerinduan untuk mencari Allah dan mau membayar harganya. Tuhan tidak akan membinasakan orang-orang yang merindukan hadirat-Nya. Kalau Tuhan hadir di tengah umat-Nya maka kemuliaan Allah akan dinyatakan.

Berapa waktu yang telah kita gunakan untuk mencari Tuhan. Adakah kita memiliki kerinduan akan hadirat Tuhan seperti Musa? Gunakan waktu kita untuk memiliki kerinduan mencari Tuhan. Sekalipun Tuhan ada dimana-mana, Tuhan membatasi diri-Nya untuk ditemui. Tuhan mencari orang-orang yang hatinya memiliki kerinduan akan Dia. Di dalam kerinduan akan hadirat Tuhan ada sukacita senantiasa. Amin

Berbahagialah orang yang suci hatinya,
karena mereka akan melihat Allah.

.By: Gembala Sidang - Minggu, 01 Februari 2009

ARTIKEL

DURI-DURI DALAM PEMULIHAN

Pengampunan Tuhan adalah tema yang sangat menonjol dalam Alkitab. Ingat kisah mengharukan "Si Anak Hilang" (Lukas 15:11-32)? Bagaimana Sang Ayah memeluk si bungsu dengan penuh suka. Ada luapan cinta di sana. Segala dosa dan "kekotoran" si anak hilang tidak diingatnya lagi. "Anakku yang hilang telah kembali," katanya. Cinta Sang Ayah dalam kisah tersebut adalah cinta Tuhan. Sambutan Sang Ayah adalah sambutan Tuhan. Pelukan Sang Ayah adalah pelukan Tuhan. Dan si anak hilang itu adalah para pendosa - kita semua - yang datang kepada-Nya. Atau tentang Zakheus (Lukas 19:1-10). Ia adalah seorang pemungut cukai. Orang banyak membencinya setengah mati, menghindarinya, dan menganggapnya sebagai pendosa kelas kakap. Tetapi, kepadanya Tuhan Yesus justru berkata, "Zakheus, Aku akan menumpang di rumahmu." Menumpangnya Tuhan Yesus di rumah Zakheus bukan sekadar menumpang. Ada makna yang lebih dalam dari itu, yaitu: Penerimaan dan pengampunan. Ya, atas nama norma dan agama manusia bisa saja menolak, menista, atau bahkan menghukum seorang pendosa. Tetapi, di dalam Tuhan selalu tersedia penerimaan dan pengampunan. Kasih setia Tuhan melampaui pikiran manusia; kebaikan Tuhan melampaui batas-batas norma dan agama. Seperti kepada Zakheus, seperti itulah sikap Tuhan kepada para pendosa – kepada kita semua.

Akan tetapi, hati-hati, ada duri-duri terhadap pemulihan Tuhan ini. Duri-duri yang bukan hanya bisa menghambat, tapi juga bisa mengancurkan. Pertama, dari orang-orang yang menempatkan dirinya sebagai "polisi iman". Yaitu, mereka yang sangat peka dengan keburukan orang lain, tapi menutup mata terhadap keburukannya sendiri. Mereka mencemooh, mencibir, menghina, merendahkan, menudingkan jari telunjuk kepada orang lain yang tergelincir ke lembah dosa. Padahal, mereka sendiri tidak bersih dari dosa. Kepada orang-orang seperti itulah Tuhan Yesus berkata, "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (Yohanes 8:7). Sesungguhnyalah, tidak ada kesalahan yang lebih buruk selain ketika kita sibuk ngurusin kesalahan orang dan lupa dengan kesalahan sendiri. Kedua, dari dalam diri sendiri. Yaitu ketika kita merasa begitu hina, kotor, sangat tercela dan nista. Kita menghakimi dan menghukum diri kita sendiri. Seolah-olah tidak ada lagi harapan untuk memperbaiki diri; ibarat gelas sudah pecah berkeping-keping. Lalu kita hidup dalam ketelanjuran; telanjur kotor sekalian saja berbuat kotor, telanjur tercela sekalian saja berbuat tercela. Padahal, pikiran kita bisa membentuk siapa dan bagaimana diri kita. Kalau kita terus berpikir bahwa kita ini kotor, hina, tercela, maka jadilah kita benar-benar kotor, hina dan tercela. Sehingga kita pun semakin jauh terjerembab ke dalam lumpur dosa.
Tidak ada cara lain, kita harus mengalihkan hati kita. Dari cemoohan dan penolakan orang lain terhadap diri kita, kepada pengampunan dan penerimaan Tuhan; dari pikiran dan perasaan kita yang negatif, kepada kasih dan kebaikan Tuhan. Tuhan mahakasih. Kasih-Nya tidak terbatas; lebih dalam dari lautan, lebih luas dari langit. Tuhan mahabaik. Tuhan mahapengampun. Daud merasakan betul arti dipulihkan. Pada suatu masa di hidupnya Daud pernah terjerumus ke dalam dosa yang begitu kelam (2 Samuel 11:1-27). Kasih dan kebaikan Tuhanlah yang mengangkatnya kembali dari keterpurukan karena dosanya itu. Maka Daud pun bermazmur: "Tuhan adalah pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamana Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita" (Mazmur 103:8-12).


HIKMAT DARI KEGAGALAN

Salomo mengingatkan kita untuk melawan keangkuhan di tengah keberhasilan kita. Sang raja bertanggung jawab dalam memerintah kerajaan Israel. Dan selama kurun waktu 40 tahun pemerintahannya, Salomo berhasil memimpin rakyatnya kepada kehormatan, martabat dan kekayaan yang tiada taranya. Allah memberkati Salomo di setiap sisi, namun kemudian menunjukkan kepadanya betapa cepat dan dramatisnya berkat-berkat-Nya itu dapat Dia tarik kembali.
Salomo secara dramatis menunjukkan apa yang saya sebut sebagai “lereng licin” kerusakan moral. Sang raja yang bijak ini tidak pernah bermaksud dengan sepenuh kesadarannya untuk melanggar Allah, namun di dalam I Raja-raja 11, ia membuat serangkaian keputusan yang melenceng, yang pada akhirnya merobek-robek kerajaannya sendiri dan juga kehidupannya.

Demikian juga kita, bila kita melakukan pelanggaran sekecil apapun tampaknya pasti akan membawa kita semakin menjauh dari Allah. Kita melakukan kompromi, atau “berbohong demi kebaikan” dan tiba-tiba keseluruhan karakter kita berubah. Pada akhirnya, efek gabungan dari kelonggaran sedikit demi sedikit yang kita biarkan ini akan menghancurkan kehidupan iman yang selama ini mungkin terus kita perjuangkan. Akhirnya, Salomo menunjukkan kepada kita bahwa tidak ada seorang pun yang kebal terhadap konsekuensi tragis dari keputusan-keputusan salah yang dibuatnya. Akhirilah kehidupan Anda dengan baik. Setiap keputusan yang Anda ambil, persembahkanlah kepada Tuhan, dan izinkanlah Dia menuntun Anda sehingga Anda dapat sampai ke garis akhir dengan aman dan selamat. Pelajaran inilah yang diwariskan oleh Salomo.



GAGAL MENCAPAI GARIS AKHIR

Bila Anda ingin membaca tentang seseorang di dalam Alkitab yang “mengakhiri pertandingan dengan baik,” rasul Paulus adalah contohnya. Meski latar belakangnya adalah sebagai agamawan fanatik yang suka membunuh dan menganiaya jemaat mula-mula, Paulus mengalami pertobatan dramatis yang benar-benar mengubahkan jalan hidupnya bahkan mengubahkan dunia selamanya. Namun bagaimana dengan orang-orang yang berada dalam situasi yang berlawanan dengan situasi Paulus, yaitu mereka yang permulaannya tampak baik namun jatuh di tengah jalan di dalam perlombaan iman mereka, tidak sanggup mencapai garis akhir?

Sungguh menyedihkan bahwa dunia modern lebih suka menaruh perhatian terhadap orang-orang yang gagal ini daripada mereka yang berhasil. Bad news is good news, mereka bilang. Jarang sekali surat kabar atau majalah menyoroti kemenangan iman seseorang, atau berita petang di TV membuat tayangan khusus tentang seseorang yang berhasil mencapai garis akhir. Sebaliknya, kita rela membayar dengan uang kita demi mendengar obrolan sampah tentang seseorang yang kehilangan karir, gagal dalam pernikahan, atau menjadi pecandu narkoba, betul begitu?

Bila Paulus menunjukkan akhir yang baik meskipun permulaannya sangat buruk, tidak demikian halnya dengan raja Salomo, ia justru memulai dengan sangat baik namun mengakhirinya dengan tragedi.

Sebagai putra dari raja Israel yang terbesar, Salomo memiliki segalanya kekayaan yang berlimpah, ambisi yang besar, hikmat khusus yang ditanamkan Allah, serta kebaikan-Nya. Namun tetap saja orang yang paling bijaksana dari yang pernah ada di seluruh dunia ini mengabaikan semua anugerah itu. Apa yang salah?
Dua bacaan berikut ini satu tentang masa awal pemerintahannya, dan satu lagi menjelang akhir pemerintahannya menyingkapkan penyebab kegagalan di dalam kehidupan Salomo. Di dalam I Raja-raja 3:3, tepat sebelum Salomo meminta hikmat dari Allah, kita membaca sekilas tentang sifat pemberontakan dan ketidakpuasan yang pada akhirnya menghancurkan kerajaannya: “Dan Salomo menunjukkan kasihnya kepada TUHAN dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya; hanya, ia masih mempersembahkan korban sembelihan dan ukupan di bukit-bukit pengorbanan.”Disinilah kita tahu penyebabnya ,yaitu dari kata “hanya”.

Sementara Salomo menyembah Allah, ia masih sempat melanggar aturan. Bahkan aturan yang dilanggarnya itu menyangkut masalah yang paling prinsipil, siapakah sebenarnya yang ia sembah? Siapakah yang menurutnya layak menerima penghormatan? Salomo memang mengasihi Allah, namun ia juga masih menyimpan natur pemberontakan. Ia melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Allah, kecuali…'
Nah, apakah Anda juga melakukan hal yang serupa? Adakah “pengecualian” di dalam ketaatan Anda kepada Tuhan?

HuMor
CEGUKAN

Seorang laki-laki masuk ke sebuah apotek dan bertanya kepada si apoteker, apakah ada obat yang dapat menghilangkan cegukan.

Tiba-tiba si apoteker langsung menampar pipi pria tersebut.
"Kenapa Anda melakukan hal itu pada saya?" tanya si pria itu.
"Ohh ... itu adalah obat untuk mengatasi cegukan ... lihat Anda sudah tidak cegukan lagi!" kata si apoteker dengan bangganya.

"Memang saya tidak cegukan! Istrikulah yang sedang cegukan sekarang ini!"

Sekiranya mereka bijaksana,
tentulah mereka mengerti hal ini, dan memperhatikan kesudahan mereka.
Ulangan 32:29

RH MINGGU, 15 Feb 2009

Bacaan Setahun: Im. 25; Mzm. 25-26; Kis. 22
PELANDUK YANG CERDIK (2 Samuel 22:1-20)

Kita dapat menarik banyak pelajaran dari kehidupan pelanduk. Binatang kecil ini tahu dengan pasti ke mana ia harus pergi bila bahaya datang. Bongkahan bebatuan yang cukup besar di sekitar pegunungan merupakan tempat persembunyian yang paling aman bagi pelanduk. Jika seekor burung elang terbang menukik dan mencoba menyambarnya, binatang kecil ini terlindung oleh bebatuan. Burung elang harus menghancurkan bongkahan batu itu terlebih dahulu bila ingin berhasil memburu mangsanya.

Jika muncul seekor singa yang berkeliaran mencari mangsa, pelanduk segera menghimpitkan tubuhnya pada bongkahan bebatuan sehingga sulit terlihat oleh singa itu karena warna kulitnya mirip dengan warna bebatuan. Selama pelanduk bersembunyi di antara bongkahan bebatuan, ia akan tetap aman. Jika pelanduk mencoba lari ke padang rumput, niscaya ia akan menghadapi ajal. Pelanduk cukup bijak mengenali kondisi dirinya bahwa ia akan tetap aman bila ia berlindung di antara bebatuan, bukan di tempat terbuka. Jika kita cerdik seperti pelanduk, kita tentu tahu di mana letak kekuatan kita. Pelanduk tahu dengan pasti di mana letak kekuatannya. Bagaimana dengan Anda?

RH SABTU, 14 Feb 2009

Bacaan Setahun: Im. 23, 24; Mzm. 24; Kis. 21
KESEIMBANGAN (Efesus 5:22-33)

Pernikahan yang baik memiliki suatu keseimbangan. Kenyataan-kenyataan hidup sehari-hari harus dipadukan dengan sukacita dan rasa saling mengasihi secara terus-menerus. Kenyataan hidup akan menolong seorang suami melihat bahwa ia harus menerima istrinya sebagaimana adanya, bukannya terlalu peka terhadap perasaan sang istri. Hal ini juga akan membuat sang istri melihat bahwa komentar-komentar kritisnya dapat menghancurkan rasa hormat diri pada sang suami. Kenyataan hidup saja belumlah cukup. Hal-hal yang romantis, seringkali dibuang seusai pesta pernikahan, sehingga mengakibatkan sebuah pernikahan tidak bertumbuh.

Perkataan Rasul Paulus menggambarkan bahwa cinta antara dua manusia mencerminkan pengurbanan Kristus bagi gereja-Nya. Dapat dikatakan bahwa itulah cinta yang diisi dengan kebaikan dan kelemahlembutan. Kristus dapat menolong Anda untuk menyeimbangkan hubungan pernikahan Anda antara kenyataan dan sikap romantis. Teruslah berjalan dalam kasih-Nya dan lihatlah apa yang akan terjadi pada pernikahan Anda.

RH JUMAT, 13 Feb 2009

Bacaan Setahun: Im. 20-22; Kis. 20
PERTANGGUNGJAWABAN (Kisah 26:1-23)

Ketika Tuhan menegur Adam karena memakan buah dari pohon terlarang, Adam menyalahkan Hawa (Kej. 3:12). Sejak itulah, manusia berusaha menghindari tanggung jawab atas perbuatannya dengan melemparkan kesalahan pada orang lain atau keadaan di luar kuasa mereka. Hingga hari ini, sikap menyalahkan orang lain telah mencapai tingkat yang baru. Dalam suatu wawancara televisi, seorang pejabat tinggi pemerintah menyatakan bahwa para pendukung pro-life, gerakan anti-pembunuhan, pada akhirnya bertanggung jawab atas 1,6 juta aborsi yang terjadi di Amerika. Ia menegaskan, seandainya orang-orang yang menentang aborsi secara sukarela bersedia mengambil dan mengasuh bayi-bayi di rumah mereka, para wanita itu tentu tidak akan menggugurkan kandungannya.

Jika Anda setuju dengan alasan ini, maka wanita yang memilih untuk melakukan aborsi dengan alasan kehadiran seorang bayi dapat membuat kehidupannya tidak nyaman, menjadi tidak bersalah atas kematian anaknya. Tanggung jawab itu terletak pada orang-orang yang ingin menghukum para wanita itu karena kesalahan mereka. Hal ini bertentangan dengan Alkitab yang mengajarkan bahwa Allah akan memperlakukan kita setimpal dengan apa yang kita perbuat.

RH KAMIS, 12 Feb 2009

Bacaan Setahun: Im. 18, 19; Mzm. 13; Kis. 19
KEINGINAN YANG TERBESAR (Mazmur 27:1-14
)

Saya mendengar cerita tentang seorang laki-laki di Indiana yang tinggal di rumah yang sama sepanjang hidupnya. Bayangkan! Selama hampir 80 tahun ia bangun setiap hari di rumah itu. Ia berangkat ke sekolah dari rumah itu sampai lulus, kemudian bekerja, namun selalu kembali ke tempat yang sama. Ia berkata bahwa ia tidak memiliki keinginan untuk tinggal di tempat lain di mana pun juga.

Ada suatu tempat di mana kita seharusnya ingin tinggal sepanjang masa, yakni tinggal di dalam hadirat Tuhan. Bagi pemazmur, rumah Tuhan adalah tabut di mana Allah berdiam di antara bangsa Israel di dalam KemahakudusanNya. Daud menyadari bahwa bila ia berada dalam rumah Tuhan, ia akan aman dari musuh-musuhnya. Tabut itu mengingatkannya tentang kehadiran Allah yang setia. Hingga kini, Roh Allah tetap tinggal di dalam hati setiap orang percaya. Allah pencipta kita kini berdiam dan tinggal di dalam kita. Kiranya keinginan kita yang terbesar adalah semakin menikmati kehadiran-Nya setiap hari.

RH RABU, 11 Feb 2009

Bacaan Setahun: Im. 15-17; Kis. 18
SIAPA BUTUH PENGAMPUNAN? (Roma 3:9-24)

Katedral Coventry yang bersejarah di Inggris hancur ketika pesawat Nazi melancarkan serangan kilat pada saat meletusnya Perang Dunia II. Di tengah-tengah reruntuhan itu, penguasa memasang suatu tanda silang besar yang terbuat dari dua balok kayu. Pada tanda silang itu terukir kata-kata, "Bapa, ampunilah." Bukan seperti ketiga kata Yesus yang telah kita kenal, "Bapa, ampunilah mereka" (Luk. 23:34). Tidak, hanya "Bapa, ampunilah."

Sesungguhnya kata "mereka" yang dihilangkan itu menyadarkan kita bahwa bukan hanya Nazi, penyebab kehancuran yang mengerikan itu, yang membutuhkan pengampunan tetapi kita semua. Dari sudut pandang kita, beberapa perbuatan kita yang salah mungkin kita pandang sebagai suatu kesalahan yang remeh, sedangkan dosa yang lain tampak sebagai suatu dosa yang sangat besar. Berita kemenangan dari Injil adalah bahwa Allah telah menyediakan keselamatan bagi setiap orang yang mau menerima Yesus Kristus.

RH SELASA, 10 Feb 2009

Bacaan Setahun: Im. 13,14; Kis. 17
PERBEDAAN BESAR (1 Tesalonika 4:13-18)

Ketika saya sedang melangkah keluar meninggalkan gereja setelah mengikuti upacara pemakaman seorang sahabat, pimpinan rumah pemakaman berkata kepada saya, "Anda tahu, ada perbedaan yang besar antara upacara pemakaman orang percaya dengan orang yang belum diselamatkan." Orang ini telah menyaksikan ratusan kali upacara pemakaman dan sangat terkesan dengan perbedaan menyolok antara perilaku orang-orang percaya dengan orang-orang yang belum percaya kepada Kristus.

Pada saat kita menghadapi dukacita, kita akan ditenangkan dan kepahitan hati kita akan dilembutkan dengan kebenaran firman Tuhan. Kita yang menanti kedatangan Tuhan yang kedua kalinya akan dikuatkan dan dihiburkan dalam memasuki pertemuan kembali yang mulia itu. Itulah yang menyebabkan adanya perbedaan antara orang percaya dan orang yang belum menerima Kristus.

RH SENIN, 09 Feb 2009

Bacaan Setahun: Im. 10-12; Kis. 16
KETIDAKSEMPURNAAN (Mazmur 32:1-11)

Milt Wilcox dari klub Detroit Tigers melakukan lemparan bola berhadapan dengan klub Chicago White Sox. Ia telah mengalahkan 26 pemukul pertama. Dan pada babak terakhir, dua kali pukulan lawan telah gagal. Jika ia dapat mengalahkan lawan pada kesempatan terakhir, ia bakal mencatat diri sebagai salah seorang yang dapat melakukan hal ini dengan sempurna, hanya 11 orang yang mampu melakukannya selama 100 tahun sejarah liga utama. Namun pemukul bola dari White Sox, Jerry Hairston, dapat melakukannya dengan baik, dan Wicox pun kehilangan tempat dalam sejarah.
Kita bangun pada pagi hari dengan tekad untuk melakukan segala sesuatu dengan benar, tetapi sebelum menyadarinya, kita telah jatuh ke dalam dosa. Tatkala kita jatuh, adalah menjadi tanggung jawab kita untuk mengakui dosa-dosa kita kepada Allah dan menerima anugerah-Nya. Bahkan ketika ketidaksempurnaan datang menghantam, kita dapat belajar darinya dan tetap bertumbuh