JADWAL IBADAH

Kebaktian Doa Pengurapan
Pembicara: Gembala Sidang
Jumat, 5 Des 2008 - Pk. 19.00 WIB


Kebaktian Wanita
Pembicara: Ev. Rut Julia
Sabtu, 6 Des 2008 - Pk. 10.00 WIB


Kebaktian Pemuda
Pembicara: Bp. Willy Purnomo
Sabtu, 6 Des 2008 - Pk. 17.30 WIB


Kebaktian Umum &
Perjamuan Suci
Pembicara: Gembala Sidang
Minggu, 07 Desember 2008
Pk. 08.00 & 17.00 WIB

Kebaktian Anak
Minggu, 07 Desember 2008
Pk. 08.00 & 17.00 WIB

KHOTBAH

KUASA PERKATAAN
(1 Ptr. 3: 10)


Menurut Firman Tuhan, orang yang ingin berhasil dalam hidupnya harus menjaga lidahnya dari bibir yang menipu. Dalam perkataan kita ada kuasa dan hal ini dapat mempengaruhi keadaan kita. Berikan kehidupan kepada kata-kata anda, maka kata-kata anda akan mendatangkan kehidupan kepada anda. Kata-kata kita ibarat benih. Apa yang kita tabur itulah yang kita tuai. Setiap kata yang kita ucapkan dan pikirkan adalah kendaraan pribadi kita yang membawa kita tiba pada suatu tempat dalam kehidupan kita. Lidah kita ibarat kemudi dalam hidup kita. Pada saat kita mulai mengubah perkataan kita maka sesungguhnya kita sedang mengubah arah hidup kita.

Masalah yang kita hadapi sebenarnya bukan pada apa yang terjadi tetapi pada apa yang kita katakan terhadap apa yang terjadi. Daud mengajarkan kepada kita bahwa pada saat kita tertindas sesungguhnya hal tersebut baik buat kita (Mzm. 119: 71). Ubahlah apa yang kita katakan pada saat mengalami masalah maka semua itu akan mendatangkan kebaikan bagi kita.

Dalam perkataan kita ada kuasa, maka perhatikan apa yang kita katakan pada diri kita dan orang-orang yang di sekitar kita. Hidup hanyalah cermin, pantulan dari apa yang kita katakan dalam hati dan pikiran kita tentang diri kita dan orang di sekitar kita. Perhatikan apa yang kita katakan:
· Berenergi tinggi atau rendah
· Positif atau negatif
Seburuk apa pun yang kita alami tetap katakan yang baik, karena hal ini akan Tuhan lakukan dalam hidup kita (Bil. 14: 28). Katakan apa yang kita harapkan (Fil. 4: 6) maka kita akan mendapatkan yang baik. Seringkali perasaan dan pikiran kita dipengaruhi keadaan. Tetapi bagi orang Kristen yang dewasa, pikiran dan perasaannya yang mempengaruhi keadaan sekeliling kita. Keputusan dan tindakan kita akan mempengaruhi keadaan kita. Perkataan kita mempengaruhi pikiran dan perasaan kita (Ams. 12: 25), keputusan dan tindakan (Yos. 1: 8) dan keadaan (Mrk. 11: 23). Kita harus percaya bahwa apa yang kita katakan itu akan terjadi maka hal itu akan terjadi pada kita.

Kita tidak akan bisa mengatur arah angin yang bertiup tetapi kita bisa mengatur arah telinga kita. Apa yang kita dengar setiap saat dapat mempengaruhi perkataan kita. Kalau kita suka mendengar Firman Tuhan setiap saat maka kita akan senantiasa mengatakan hal-hal yang positif sesuai dengan Firman Tuhan yang telah kita dengar. Perhatikan perkataan kita maka kita akan melihat ada perubahan dalam hidup kita. Amin


By: Pdt. Donny FT. - Minggu, 23 Nov 2008
DAERAH NYAMAN

Pergilah dari negerimu ... ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.- Kejadian 12:1. Abraham bisa dikatakan orang gila. Apakah bukan gila namanya jika ia memilih keluar dari kenyamanan dan memulai petualangan baru di usia 75? Abraham tidak muda lagi. Hidupnya mapan dan berkemewahan. Abraham sudah menjadi orang terpandang. Anda tinggal di Ur, yang notabene kota metropolis di daerah Mesopotamia. Apa lagi yang Abraham cari? Bukankah ini waktunya menikmati usia senja? Paling tidak, itulah beberapa pertanyaan yang bisa kita diajukan kepada Abraham. Dengan keyakinan penuh dan tatapan semangat Abraham akan menjawab, “Tempat yang dijanjikan Tuhan jauh lebih baik daripada semua kenyamanan ini.”

Pernah mendengar Albert Schweitzer? Penerima Nobel perdamaian 1935, seorang filsuf hebat, musikus tenar, dan teolog kondang. Ia sudah mencapai puncak kesuksesannya pada usia 27 tahun. Meski demikian hatinya terusik melihat masyarakat Afrika yang kondisi kesehatannya sedemikian menyedihkan, sehingga ia memutuskan untuk masuk sekolah kedokteran dan pergi ke Afrika sebagai relawan medis sampai berpuluh-puluh tahun lamanya.
Dua contoh tersebut di atas cukup menggambarkan orang-orang yang anti kenyamanan dan anti kemapanan. Demi menggenapi rencana Tuhan, mereka berani meninggalkan zona nyamannya dan harus beralih ke zona penuh tantangan. Tak heran kalau kemudian sejarah mengukir nama mereka. Jujur saja, saya kadangkala takut untuk meninggalkan zona kenyamanan saya. Mungkin tidak hanya saya, namun sebagian besar dari antara kita juga demikian.

Apapun akan kita lakukan, asal itu tidak mengusik daerah nyaman kita. Mau saya berikan contoh yang lebih sederhana dan spesifik?
Soal melayani. Bukankah lebih nyaman menjadi jemaat saja? Memutuskan aktif melayani Tuhan sama saja cari penyakit. Seringkali bukan pujian yang kita dapat, sebaliknya justru kritikan, kecaman, gosip bahkan harus menelan pil-pil pahit yang tak seharusnya kita minum. Soal menolong sesama. Diam lebih aman daripada mengulurkan pertolongan dengan resiko dikecewakan atau dalam peribahasa Jawa dikatakan, nulung malah kepenthung. Soal menanggapi panggilan Tuhan dalam hidup kita. Tak jarang hal ini membutuhkan keberanian kita untuk keluar dari daerah nyaman kita menuju daerah yang penuh tantangan. Apakah kita berani?


Tinggalkan daerah kenyamanan Anda dan mulailah petualangan baru bersama Tuhan.

ARTIKEL

BERSEMANGAT

Salah satu kerja setan untuk menjadikan orang percaya kehilangan iman adalah dengan mematahkan semangat (Ams. 18:14).

Orang yang bersemangat :
1. Tidak cepat mengeluh
2. Banyak ide
3. Berani

Ciri-ciri orang yang bersemangat :
1. Semangat mencari Tuhan.
2. Semangat untuk melakukan hukum-hukum Tuhan.
3. Semangat mencari keadilan.
4. Semangat mempertahankan kerendahan hati.
5. Semangat untuk berubah.
6. Semangat untuk mencapai yang terbaik dan menjadi berkat.

Apa yang dapat dikerjakan oleh semangat?
1. Semangat memberikan kekuatan untuk bertahan.
Contoh : Bartimeus.
2. Semangat memberikan keberanian untuk bertindak.
Contoh : Wanita yang pendarahan.
3. Semangat memberikan api dalam hidup untuk tetap maju (Hagai 1:14).
4. Semangat memberikan dorongan untuk melayani (Kis. 18:24-26).

Bagaimana setan mematahkan semangat?
1. Dengan memberikan kritikan-kritikan pedas dari segala jurusan termasuk orang dekat.
2. Dengan memperhadapkan orang-orang yang mengecewakan.
3. Dengan menaruh pikiran-pikiran negatif ketika apa yang kita harapkan tidak terjadi.
4. Dengan membawa kita kepada keadaan yang tidak kita sukai.

Ingatlah, iman tidak dapat dipisahkan dari semangat. Orang yang beriman pastilah orang yang bersemangat.

RH MINGGU, 07 DES 2008

Bacaan Setahun: Kol. 1-4
BAIK DAN BURUKNYA KEMISKINAN (Lukas 6:20-26)

Saya mengunjungi seorang pemuda yang dipenjara karena terlibat dalam perampokan bersenjata. Sikapnya menjadi sinis saat menceritakan pengalamannya ketika dikeluarkan dari sekolah di pusat kota karena merasa tidak aman. Ia terlibat dalam perampokan karena merasa jemu dengan kemiskinan sementara orang lain hidup dalam kemewahan. Saya merasa kasihan kepada anak muda ini. Ternyata kemiskinan memiliki dampak negatif yang dapat menggoda orang untuk melakukan kejahatan. Saya dibesarkan dalam masa depresi yang panjang tahun 1930. Keluarga saya jarang makan daging, dan kami hanya mengenakan pakaian bekas. Namun, kami tetap bahagia. Kami mengalami kebahagiaan dalam kesederhanaan. Kami saling menghargai satu sama lain. Kami menghargai kekayaan kehidupan rohani kami. Saya tidak mengatakan bahwa kita seharusnya memiliki keinginan untuk hidup miskin, tetapi kita harus dapat mengucap syukur untuk hal ini bila terjadi pada diri kita. Kita mendapat pelajaran melalui peristiwa ini yang tidak akan kita pelajari lewat cara-cara yang lain. Jadilah seperti Rasul Paulus yang mengatakan bahwa ia belajar untuk mencukupkan diri dalam segala keadaan (Fil. 4:11).

RH SABTU, 06 DES 2008

Bacaan Setahun: Flp. 1-4
BAIK DAN BURUKNYA KEKAYAAN (1 Tawarikh 29:1-20)
Pada suatu hari saya menerima surat yang memberitahukan bahwa saya memiliki harapan untuk memenangkan undian dari Reader’s Digest. Berjuta-juta manusia yang menerima surat ini pasti berharap untuk menjadi pemenangnya. Namun hal itu mungkin bukan hal yang baik bagi beberapa dari kita. Kekayaan yang datangnya mendadak dapat mempengaruhi kehidupan rohani kita. Agur, tidak meminta kekayaan kepada Allah. Ia khawatir bila ia telah kaya nanti, ia akan menjadi mandiri dan mencoba hidup tanpa bergantung pada Allah lagi.

Memang, beberapa orang beriman dalam Alkitab adalah orang-orang kaya. Terlebih lagi, banyak orang Israel merupakan orang yang kaya raya sehingga dapat memberikan lebih dari cukup untuk membangun bait Allah. Suatu kenyataan yang harus kita sadari bahwa tidak semua dari kita diberi kepercayaan untuk menjadi kaya raya. Oleh karena itu, janganlah hati kita terpaku pada kekayaan. Melainkan, bersyukurlah dan merasa puas kepada Allah atas apa yang telah kita miliki. Selanjutnya, gunakanlah apa yang telah diberikan Allah kepada kita sebagai suatu kepercayaan yang kudus nilainya.

RH JUMAT, 05 DES 2008

Bacaan Setahun: Ef. 5-6; Mzm. 119:1-80
SIAPA YANG AKAN MENGERJAKANNYA? (Kisah 4:32-37)
Sepucuk surat di bawah ini, yang menyatakan keadaan yang sebenarnya, telah diedarkan dalam kumpulan jemaat besar. Sahabat terkasih: Jemaat gereja kita berjumlah 1400 orang, Jemaat tidak tetap 75 orang, Jemaat yang tersisa 1325 orang, Jemaat yang lanjut usia 25 orang, Jemaat yang tersisa 1300 orang, Jemaat yang sakit dan tinggal di rumah 25 orang, Jemaat yang tersisa 1275 orang, Jemaat yang pasif 350 orang, Jemaat musiman (Natal dan Paskah) 300 orang, Jemaat yang tersisa 625 orang, Jemaat yang sibuk bekerja 300 orang, Jemaat yang tersisa 325 orang, Jemaat yang terlalu banyak berdalih 200 orang, Jemaat yang tersisa 125 orang, Jemaat yang terlalu sibuk dengan banyak hal 123 orang, jadi Jemaat yang tersisa 2 orang.

Hanya tinggal anda dan saya, sahabat, dan sebaiknya anda segera mempersiapkan diri untuk bekerja karena saya tidak mampu menanggung beban ini seorang diri! Sejarawan Lukas mengatakan bahwa jemaat gereja abad pertama telah memiliki pikiran yang sama, saling memperhatikan dan Allah bekerja di tengah-tengah mereka. Dia akan bekerja di gereja kita bila kita mengijinkan Roh-Nya bekerja melalui kita.

RH KAMIS, 04 DES 2008

Bacaan Setahun: Ef. 1-4
SIAP MENYAMBUT NATAL (Roma 5:1-8)
Hampir tiba waktu yang sangat mendebarkan sepanjang satu tahun bagi banyak orang: hari Natal. Sekalipun saat ini dianggap sebagai saat yang penuh dengan kedamaian dan sukacita, beberapa orang menganggapnya sebagai saat yang paling menyedihkan. Sahabat saya, seorang konselor, mengatakan bahwa ia melihat lebih banyak orang selama liburan Natal dibanding hari libur yang lain. Nampaknya, tidak semua orang mengalami saat-saat yang paling indah selama liburan mereka. Perasaan buruk yang dialami seseorang, dibanding mereka yang mengalami saat-saat indah, dapat membuat hidup nampak suram.

Jika hal ini terjadi pada diri anda, dimana anda mengalami saat-saat sedih sementara orang lain mengalami sukacita, ingatlah bahwa semua yang kita tanggung tidaklah berguna. Rencana Allah sedang digenapi dan setiap tantangan akan membentuk kita menjadi orang yang dapat dipakai oleh Allah. Sekalipun segala sesuatu nampak buruk, tak seorang atau satu peristiwa pun yang dapat menghapuskan janji damai sejahtera, pengharapan dan sukacita. Ketiganya dapat memberikan sukacita dalam situasi apa pun.

RH RABU, 03 DES 2008

Bacaan Setahun: Rm. 13-16
SIAPA YANG LEBIH PENTING (1 Petrus 3:8-12)

Kebaikan yang keluar dari dalam hati adalah suatu sikap rendah hati, sebaliknya egoisme adalah akar dari sikap yang kasar. Ada seorang laki-laki berpakaian sederhana yang memasuki gereja di Belanda untuk menghadiri kebaktian dan mengambil tempat duduk di kursi depan. Beberapa menit kemudian, masuk seorang wanita yang setelah melihat kursinya telah ditempati orang asing ini, segera dengan kasar menyuruhnya pindah. Dengan tenang laki-laki itu pindah ke bagian kursi cadangan yang diperuntukkan bagi orang miskin. Setelah kebaktian usai, seorang sahabat dari wanita itu bertanya kepadanya apakah ia mengenali laki-laki yang telah diusirnya. "Tidak," jawab wanita itu. Kemudian sahabatnya itu memberitahu, "Laki-laki yang telah kau usir tadi adalah Raja Oscar dari Swedia! Ia berada di sini untuk mengunjungi Sri Ratu." Wanita itu menjadi sangat malu dan berharap dapat mengubah tindakannya tadi. Namun, semua itu telah terlambat. Laki-laki itu telah pergi. Kadang-kadang hal ini merupakan suatu masalah yang berat, namun kerendahan hati harus tetap menjadi suatu tanda yang dimiliki oleh setiap orang Kristen.

RH SELASA, 02 DES 2008

Bacaan Setahun: Rm. 9-12
BELAJAR DARI POHON JATI (Galatia 5:16-26)
Sekalipun angin musim dingin yang kencang bertiup dan hujan awal musim semi menerpa, tetap tidak berhasil merontokkan seluruh daun pada ranting-ranting pohon jati. Namun selama musim semi berlangsung, tunas-tunas kecil mulai tampak pada ujung-ujung ranting, merontokkan sisa-sisa daun kering musim sebelumnya. Apa yang tidak dapat dilakukan oleh angin dan hujan dari luar, dilakukan oleh kehidupan yang baru dari dalam. Kadang-kadang berbagai kebiasaan lama masih menguasai kehidupan kita seperti sisa-sisa daun jati tersebut. Bahkan pencobaan dan penderitaan tidak dapat melenyapkan seluruh sisa sifat kita yang berdosa. Hanya Kristus, yang tinggal dalam hati kita yang dapat melakukannya. Ketika setiap upaya untuk membuang berbagai kebiasaan lama yang penuh dosa mengalami kegagalan, ingatlah pada pohon jati. Jangan menolak didikan-Nya yang lemah lembut agar kita menjadi orang Kristen yang dewasa.

RH SENIN, 01 DES 2008

Bacaan Setahun: Rm. 5-8
TEMPAT BERSANDAR (Mazmur 91:1-16)

Dalam bukunya yang berjudul The Fisherman and His Friends , Louis Albert Banks menceritakan tentang dua pria yang menjalankan tugas-jaga di sebuah kapal yang sedang berlayar. Pada suatu malam, amukan badai yang dahsyat menghempaskan salah seorang dari mereka ke laut. Pria yang terseret ombak tersebut sebenarnya berada di tempat yang sangat terlindung, sementara temannya yang selamat justru berada di tempat yang sama sekali tidak aman. Itulah gambaran kehidupan yang dialami oleh sebagian orang yang dipengaruhi oleh berbagai pencobaan dalam hidupnya. Orang Kristen yang bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, akan mampu melewati badai kesengsaraan yang berat sekalipun. Tidak heran bila mereka sering berkata, "Saya tidak dapat melakukan apa-apa tanpa Tuhan." Mereka menyadari sepenuhnya bahwa Bapa surgawi selalu beserta mereka untuk menguatkan, menjaga dan melindungi mereka. Ya, orang-orang Kristen memang memiliki Seseorang yang dapat diandalkan dalam segala situasi kehidupan.

Jadwal Ibadah



Kebaktian Doa Malam
Pembicara: Pdt. Sia Kok Sin
Jumat, 28 Nov 2008 - Jam 19.00 WIB


Kebaktian Wanita
Pembicara: Ibu Yovita RP.
Sabtu, 29 Nov 2008 - Jam 10.00 WIB


Kebaktian Pemuda
Pembicara: Ibu Yunita
Sabtu, 29 Nov 2008 - Jam 17.30 WIB


Kebaktian Umum
Pembicara: Pdt. Fatony Pranoto
Minggu, 30 Nov 2008
Jam 08.00 & 17.00 WIB


Kebaktian Anak
Minggu, 30 Nov 2008
Jam 08.00 & 17.00 WIB

Khotbah

MENCARI TUHAN
(Ibr. 11:6)


Alkitab mengatakan bahwa Allah ada di mana-mana. Allah itu OMNI PRESENT artinya, Allah maha hadir.; Kalau Allah ada di sini berarti pada saat yang bersamaan Allah juga berada di tempat lain. Tidak ada tempat yang tidak terjangkau oleh Allah. Namun demikian, tidak semua orang dapat berjumpa dengan Tuhan dan merasakan hadirat Tuhan, sekalipun ia berada di gereja.

Kita harus mencari Tuhan dengan segenap hati dan jiwa kita maka kita akan menemukan-Nya (Ul. 4: 29). Ada dua cara dalam mencari Tuhan, yaitu dengan mengarahkan hati dan jiwa untuk mencari Tuhan (1 Taw. 22:19) serta dengan membulatkan hati dalam mencari Tuhan (2 Taw. 11:16). Apabila kita sungguh-sungguh mencari Tuhan, maka kita akan memperoleh hasilnya. Hasil dalam mencari Tuhan adalah:
· Doanya dijawab Tuhan (2 Taw. 7:14)
· Dosa-dosanya diampuni (2 Taw. 7:14)
· Keadaannya dipulihkan (2 Taw. 7 :14)
· Hidupnya diberkati (Mzm. 34:11)

Kita dapat mencari Tuhan pada saat kita dalam kesesakan (2 Taw. 15:4), dalam kegentaran dan ketakutan (Mzm. 34:5) dan pada saat Tuhan berkenan ditemui (dalam waktu-waktu sekarang – Yes. 55:6). Dalam Perjanjian Lama, seseorang dapat bertemu Tuhan di bait Allah (Kel. 33:7; 1 Taw. 22:19). Pada saat ini Bait Allah sama dengan gereja. Tetapi dalam Perjanjian Baru, kita menemukan bahwa seseorang dapat mencari Tuhan tidak hanya di dalam gereja saja, melainkan dimana saja. Asal kita mencari Tuhan dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:23-24). Kerinduan hati Tuhan ialah melihat banyak orang yang mencari Tuhan dengan segenap hati dan jiwanya (Mzm. 14:2).

Apa pun yang kita hadapi sekarang, carilah Tuhan dengan segenap hati dan jiwa, maka kita akan senantiasa memperoleh pertolongan yang dari Allah. Tuhan akan memberi upah kepada orang-orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Amin

Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!

By: Pdt. Henoch Wilianto H, M.A.- Minggu, 16 Nov 2008

Senyum

SUDAH NYAMPE BANYUWANGI

Suatu hari, seorang ibu mengantar anaknya yang baru berusia 7 tahun, naik bis jurusan Surabaya-Denpasar. Ibu berpesan pada pak supir," Pak, titip anak saya ya? Nanti kalo sampe di Banyuwangi, tolong kasih tau anak saya." Sepanjang perjalanan, si anak cerewet sekali. Sebentar-sebentar ia bertanya pada penumpang," Udah sampe Banyuwangi belom?" Hari mulai malam dan anak itu masih terus bertanya-tanya. Penumpang yang satu menjawab," Belom, nanti kalo sampe dibangunin deh! Tidur aja!" Tapi si anak tidak mau diam, dia maju ke depan dan bertanya pada supir untuk kesekian kalinya," Pak, cudah campe Banyuwangi belom?" Pak Supir yang sudah lelah dengan pertanyaan itu menjawab," Belom! Tidur aja deh! Nanti kalo sampe Banyuwangi pasti dibangunin!"

Kali ini, si anak tidak bertanya lagi, ia tertidur pulas sekali. Karena suara si anak tidak terdengar lagi, semua orang di dalam bis lupa pada si anak, sehingga ketika melewati Banyuwangi, tidak ada yang membangunkannya. Bahkan sampa menyeberangi selat Bali dan sudah mendarat di Ketapang,Bali, si anak tertidur dan tidak bangun-bangun. Tersadarlah si supir bahwa ia lupa membangunkan si anak. Lalu ia bertanya pada para penumpang," Bapak-ibu, gimana nih, kita anter balik gak anak ini?" Para penumpang pun merasa bersalah karena ikut melupakan si anak dan setuju mengantar si anak kembali ke Banyuwangi. Maka kembalilah rombongan bis itu menyeberangi Selat Bali dan mengantar si anak ke Banyuwangi. Sesampai di Banyuwangi, si anak dibangunkan. "Nak! Udah sampe Banyuwangi! Ayo bangun!" Kata si supir. Si anak bangun dan berkata," O udah sampe yah !" Lalu membuka tasnya dan mengeluarkan kotak makanannya. Seluruh penumpang bingung. "Bukannya kamu mau turun di Banyuwangi?" Tanya si supir kebingungan. "Nggak, saya ini mau ke Denpasar ngunjungin nenek. kata mama, kalo udah sampe Banyuwangi, saya boleh makan nasi kotaknya!".

Artikel

MEMANDANG KE DEPAN

Perjalanan hidup adalah meninggalkan masa lalu, bergiat dan beraktifitas pada masa kini, dan berjalan menuju sasaran masa depan. Namun banyak dari kita terkungkung dengan pengalaman-pengalaman masa lalu yang berupa kesuksesan maupun kegagalan. Dengan hanya menikmati masa lalu, membuktikan bahwa kita tidak lagi percaya akan hari ini, sehingga kita akan sulit untuk melihat rencana Allah bagi masa depan kita.

Dampak negatif akibat sering menengok ke belakang/masa lalu:
1. Kita tidak lagi percaya akan hari ini
2. Karena apa yang sudah lewat tidak dapat lagi kita perbaiki, dengan akibat;
- Hidup kurang bersemangat
- Emosional
- Cenderung menjadi pengecut
3. Dengan terobsesi masa lalu, kita akan sering terbujuk pada rayuan setan.

Mengapa kita perlu mengubah dengan pandangan ke depan :
1. Karena dengan jelas kita akan dapat melihat tujuan kita.
2. Karena kita tidak mau lagi diikat/dihambat/ dihalangi dengan pengalaman-pengalaman hidup masa lalu kita.
3. Dengan berani melepaskan semua hal-hal yang ada di belakang kita, kita akan melihat anugerah Allah yang Tuhan telah sediakan.

Allah tidak pernah berhenti untuk mengajar pada kita, melalui perjalanan hidup masa lalu, masa kini dan masa depan. Arahkan tujuan hidup kita untuk selalu dapat memandang ke depan, karena apa yang ada di depan kita adalah sesuatu yang lebih baik, lebih indah, lebih sempurna dan lebih mulia.


firman-Nya: "Janganlah ingat-ingat hal-hal
yang dahulu, dan janganlah
perhatikan hal-hal
yang dari zaman purbakala!...


Yesaya 43:18-20

Artikel

CUKUP ITU BERAPA?

Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib. Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata 'cukup'.

Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya. Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan di sana. Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih kurang! Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya. Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata cukup.

Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata 'cukup'. Kapankah kita bisa berkata cukup? Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih di bawah target. Istri mengeluh suaminya kurang perhatian. Suami berpendapat, istrinya kurang pengertian. Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati.

Kapankah kita bisa berkata cukup?

Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya.
Cukup adalah persoalan kepuasan hati.
Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri.
Tak perlu takut berkata cukup.

Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya. Cukup' jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri. Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan. Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup. Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia. Belajarlah untuk berkata 'Cukup'.

Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan (Filipi 4:11-13)

RH MINGGU, 30 Nov 2008

Bacaan Setahun: Rm. 1-4
SISTEM PERSENJATAAN CANGGIH (Efesus 6:10-18)
Angkatan Bersenjata dan pejabat Lembaga Pertahanan Amerika Serikat, Pentagon, sedang mengembangkan suatu sistem senjata yang canggih untuk melindungi tank dari serangan musuh. Menurut majalah Army Times, sistem baru ini akan melindungi kendaraan lapis baja ini dari serangan roket kinetis terbaru, yang memiliki hulu ledak yang panjang, tipis dan runcing yang bisa menembus kendaraan lapis baja itu.

Sebagai pengikut Yesus Kristus, kita memerlukan perlindungan dari serangan "panah api" yang dilepaskan ke arah kita oleh Iblis. Ia memiliki "peluru kendali" yang dapat membuat kita merasa ragu-ragu, takut, kecewa, tidak kudus, dikuasai nafsu, rakus, mementingkan diri sendiri, dengki, dan sombong. Tatkala kita menaruh percaya kepada Allah dan firman-Nya, serangan musuh yang paling mematikan pun akan sia-sia. Ketika Anda terjun dalam kancah "peperangan" hari ini, kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah. Dalam segala hal, pergunakanlah perisai iman. Pertegas kembali keyakinan Anda kepada Allah dan perteguh kembali arah jalan Anda menuju pada-Nya. Itulah Sistem Persenjataan Canggih yang Anda miliki.

RH SABTU, 29 Nov 2008

Bacaan Setahun: 1 Tes. 4,5; 2 Tes. 1-3
BERHALA DI DALAM HATI (Yehezkiel 14:1-8)
Ketika suami saya dan saya pertama kali hendak melayani sebagai utusan Injil, saya merasa prihatin dengan berkembangnya materialisme dalam masyarakat kami. Saya menyangka materialisme tidak akan dapat mempengaruhi kami. Tak lama kemudian saya mulai menginginkan barang-barang yang bagus dan diam-diam merasa kecewa karena tidak dapat memiliki barang-barang itu. Kemudian suatu hari Roh Allah membuka mata saya dengan pengertian yang amat menggelisahkan saya: Materialisme tidak selalu berarti harus memiliki sesuatu; ia juga dapat berwujud keinginan untuk memiliki sesuatu. Allah menunjukkan ketidakpuasan terhadap saya karena adanya suatu berhala dalam hati saya! Pada hari itu, saat saya bertobat dari dosa yang tidak kelihatan ini, Allah menangkap hati saya kembali untuk dijadikan takhta-Nya. Tidak perlu dikatakan, saya kemudian merasakan kepuasan yang luar biasa, yang tak terkatakan, bukan karena harta benda, melainkan karena Dia. Pada masa Yehezkiel, Allah sangat menekankan masalah berhala yang tidak kelihatan ini. Takhta-Nya di bumi harus selalu ada di hati setiap umat-Nya. Itulah sebabnya kita harus membebaskan hati kita dari segala sesuatu yang bisa merusak rasa puas kita terhadap-Nya.

RH JUMAT, 28 Nov 2008

Bacaan Setahun: Mat. 28; 1 Tes. 1-3
PENUH DENGAN ROH (2 Korintus 3:1-18)

Seorang sarjana teologi bernama C.I. Scofield pernah mengunjungi sebuah rumah sakit jiwa yang terletak di kota Staunton, Virginia. Pimpinan rumah sakit tersebut, yang mengajaknya berkeliling, pada suatu tempat menunjuk pada seorang pria yang gagah perkasa yang tampaknya merupakan gambaran orang yang sehat. Tetapi pria tersebut tidak pernah menggunakan kekuatannya. Ia merasa dirinya tidak memiliki kekuatan! Pada kesempatan yang berbeda, Scofield memberi komentar, "Betapa banyaknya orang-orang di gereja yang seperti itu! Meskipun mereka telah diberi kuasa ilahi lewat pencurahan Roh Kudus, mereka tetap kurang iman, pengetahuan, dan pengabdian untuk menggunakannya.

Orang selalu berdoa meminta kekuatan. Sebenarnya kekuatan pada orang tersebut telah cukup. Apa yang mereka butuhkan sebenarnya adalah kesediaan untuk dipakai dalam kedudukan yang sederhana, dan iman untuk melakukan kekuatan yang telah Allah berikan." Ada banyak sasaran yang dapat kita capai bila kita bersedia menghentikan rasa takut yang kita buat sendiri dan membiarkan Roh Kudus memenuhi dan mengontrolkan hidup kita. Karena hubungan kita dengan Kristus dan kepenuhan dari Roh Kudus, kita memiliki kekuatan untuk melakukan kehendak-Nya.

RH KAMIS, 27 Nov 2008

Bacaan Setahun: Mzm. 125; Mat. 26,27
BAGAIMANA JIKA? (Mikha 5:1-5)

Beberapa tahun yang lalu sekelompok ahli sejarah menulis sebuah buku berjudul If-Or History Rewritten. Usaha untuk merekonstruksi kembali masa lalu berdasarkan jika ini hanya merupakan suatu pemainan dari para ahli sejarah. Namun mari kita terapkan hal ini sesaat pada peristiwa utama dalam sejarah kelahiran Yesus Kristus. Peristiwa ini telah dikisahkan secara amat akurat oleh Nabi Mikha ratusan tahun yang lampau. Oleh karena itu jika yang terbesar, yakni pertanyaan paling mengejutkan yang bisa kita bayangkan adalah, "Bagaimana jika Yesus tidak dilahirkan seperti yang telah dinubuatkan?"

Jika seperti inilah yang mengejutkan pikiran kita. Hal ini sama seperti membayangkan dunia tanpa sinar matahari atau cakrawala tanpa langit. Namun jika ini harus dianggap serius, khususnya pada hari Natal, karena dunia kita telah lupa akan arti kedatangan Kristus. Marilah kita mencoba berpikir tentang dunia tanpa Kristus. Apa jadinya sejarah tanpa Dia? Dan pada hal yang menyangkut pribadi, apa jadinya hidup kita tanpa Dia? Kita sungguh bersyukur Tuhan, karena tidak ada jika dalam sejarah.

RH RABU, 26 Nov 2008

Bacaan Setahun: Mat. 23-25
SIAPA YANG BERKATA BENAR? (Yohanes 8:42-47)
Jika iklan televisi mengungkapkan hal yang benar, para bintang film dan atlet yang glamor pasti akan memakai produk yang harus dibeli setiap orang, sebagaimana diiklankan mereka. Namun, seperti yang diungkapkan oleh majalah Time banyak orang terkenal yang tidak memakai produk yang mereka iklankan. Ketidak-jujuran ini, kata Time, merupakan gejala penipuan yang menggerayangi masyarakat kita. Akan menjadi apa kehidupan yang beradab ini ketika orang semakin lama semakin mengabaikan perintah Allah untuk tidak berdusta?

Yesus berkata keras kepada mereka yang melakukan dusta seperti itu. Firman Allah mendesak kita untuk berkata benar (Ams. 12:17-22). Hanya dengan menaati-Nya kita memiliki pengharapan baru untuk mencegah masyarakat agar tidak ditelan oleh rasa curiga dan ketidakpercayaan. Kita adalah orang yang harus berkata benar seperti Yesus dan marilah kita mengejar standar hidup kudus.

RH SELASA, 25 Nov 2008

Bacaan Setahun: Mat. 20-22
PERTANYAAN "MENGAPA" (Yohanes 9:1-7)

Kenyataan adanya banyak orang cacat di dunia, tentu mengganggu kita. Kita merasa sangat kasihan, dan secara naluri bertanya-tanya mengapa mereka harus mengalami penderitaan seperti itu. Orang yang percaya reinkarnasi akan mengatakan bahwa cacat tubuh mereka merupakan hukuman atas kesalahan yang mereka perbuat dalam kehidupan sebelumnya. Namun teori ini sama sekali bertentangan dengan ajaran Alkitab.

Kita harus berhati-hati agar tidak mencela seseorang yang memiliki cacat tubuh. Kita tidak mampu menyembuhkan seseorang seperti yang dilakukan Yesus, tetapi kita dapat membuat hidup mereka lebih menyenangkan lewat tindakan kebaikan dari kita. Ada banyak kesempatan untuk menunjukkan kasih dengan menawarkan pertolongan praktis atau telinga yang bersedia mendengar, dan hubungan persahabatan yang tulus. Ketika kita menunjukkan rasa hormat kepada orang lain, sebenarnya kita juga sedang menunjukkan karakter Kristus.

RH SENIN, 24 Nov 2008

Bacaan Setahun: Mat. 17-19
UCAPAN SYUKUR YANG DANGKAL (2 Korintus 4:8-18)
Sehari sebelum Natal menjadi hari pengucapan syukur bagi keluarga saya. Mobil kami dipenuhi dengan anak-anak dan barang-barang bawaan menuju ke rumah nenek yang berjarak sekitar 650 km. Sebelum berangkat kami berdoa memohon perlindungan Allah bagi perjalanan kami. Pada saat kami sedang menuju Ohio, mobil kami melindas sesuatu di jalan raya. Kami berpikir tidak ada kerusakan di mobil kami. Namun, ketika kami meninggalkan jalan bebas hambatan untuk mengisi bensin, kami mengetahui bahwa kedua ban depan mobil kami gembos. Kami merasa sedih karena harus mengganti ban depan itu, tetapi kami mengucap syukur atas perlindungan Allah.

Pencobaan yang kita alami dalam kehidupan ini tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan apa yang dialami oleh Rasul Paulus. Namun ia tetap mengucap syukur kepada Allah "dalam segala hal." Setiap hari dapat menjadi hari pengucapan syukur kita, bahkan ketika kita mengalami hal-hal yang tidak beres.