RH 17 PEB'08

Bacaan setahun: Im. 1,2; Kis. 24
APAKAH DIA TIDAK BERBAHAYA? (MAZMUR 34:1-22)
Hubungan kita dengan Allah tidak akan menjadi lebih dekat bila kita tidak mengerti bahwa Dia harus ditakuti. Dalam The Chronicles of Narnia (Catatan Narnia), sebuah cerita yang ditulis oleh C.S. Lewis, sang penulis memiliki dua orang putri, Susan dan Lucy. Keduanya bersiap-siap untuk bertemu dengan Aslan, sang singa. Bapak dan Ibu Berang-berang, mempersiapkan kedua anak tersebut untuk pertemuan itu. "Ooh," seru Susan, "Aku pikir Aslan itu adalah seorang manusia. Apakah ia tidak berbahaya? Aku merasa agak cemas akan bertemu dengan seekor singa." "Memang pantas merasa cemas, sayang," kata Ibu Berang-berang. "Dan jangan salah, bila ada orang yang berani tampil di depan Aslan tanpa lutut gemetar, maka mereka itu kalau tidak sangat berani tentunya orang yang tolol." "Nah, apakah ia tidak berbahaya?" kata Lucy. "Tidak berbahaya?" seru Bapak Berang-berang. "Kau tidak dengar kata Ibu? Siapa yang mengatakan ia tidak berbahaya? Tentu saja ia berbahaya. Namun ia baik dan ia adalah raja!"

Pemazmur jelas memahami hal ini saat ia menulis, "Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya TUHAN itu". Renungkan: Kita harus hidup di hadapan Allah dengan takut dan hormat padaNya, sebab Dia baik.

RH 16 PEB'08

Bacaan setahun: Im. 26,27; Kis. 23
MAAFKAN SAYA—BESOK(ROMA 6:1-14)
Penyangkalan diri agaknya merupakan aktivitas populer yang dilakukan pada masa puasa, namun bukan itu yang Yesus maksudkan ketika Dia berbicara tentang memikul salib dan mengikut Dia (Matius 16:24). Seruan untuk menyangkal diri adalah suatu keterikatan padaNya yang berlaku setiap hari dan di berbagai aspek kehidupan.

Ketika Paulus menulis kepada jemaat di Roma, ia telah mengantisipasi bahwa orang-orang akan percaya bahwa tidak merupakan masalah bagi Allah jika mereka tidak terikat total dengan AnakNya. Ia tahu bahwa sebagian orang akan berpikir boleh saja terus berdosa selama masih ada belas-kasih Allah. Menurut Paulus, sulit dipercaya bila orang-orang percaya dapat berpikir bahwa mereka dapat "terus berdosa" agar mereka dapat menerima lebih banyak karunia Allah. Sebaliknya ia menyatakan bahwa kita harus menganggap diri kita sudah mati bagi dosa. Sebagai orang percaya, kita perlu selalu setia mengikut Yesus tiap-tiap hari. Tidak pernah dapat dibenarkan bila kita meminta "waktu istirahat" dari keterikatan kita padaNya.

RH 15 PEB'08

Bacaan setahun: Im. 25; Mzm. 25-26; Kis. 22
HIDUP DAPAT DIUBAHKAN (YOHANES 3:1-16)
Lord Kenneth Clark, yang dikenal secara internasional melalui serial televisi Civilization, hidup dan meninggal tanpa percaya kepada Yesus Kristus. Namun dalam otobiografinya, ia mengakui bahwa ia pernah mengalami apa yang diyakininya sebagai pengalaman rohani yang luar biasa. "Keseluruhan diriku," tulis Clark, "diselimuti oleh suatu kebahagiaan surgawi yang demikian kuat yang belum pernah saya rasakan sebelumnya." Namun "luapan anugerah" tersebut menimbulkan masalah. Jika ia membiarkan dirinya terpengaruh, ia tahu bahwa ia harus berubah, keluarganya dapat berpikir bahwa ia kehilangan akal, dan ada kemungkinan bahwa kebahagiaan yang kuat tersebut hanyalah sebuah ilusi. Ia menyimpulkan, "Saya tertanam terlalu dalam di dalam dunia ini untuk dapat mengubah perjalanan hidup saya." Tragis sekali! Seandainya saja ia bereaksi terhadap pengalaman sekejap dari dunia yang lain itu!

Renungkan: Allah dapat mengubah semua orang, betapa pun dalamnya kita tertanam di dalam dunia ini. Mukjizat kelahiran baru akan terjadi bila kita bereaksi positif terhadap sentuhan anugerah dalam jiwa kita, bahkan sentuhan yang paling ringan sekalipun.

RH 14 PEB'08

Bacaan setahun: Im. 23,24; Mzm. 24; Kis. 21
SERUAN KASIH (1 KORINTUS 13:1-13)
Seorang ayah sedang memeriksa tagihan bulanan ketika anaknya mendadak masuk dan berseru, "Yah, karena hari ini adalah ulang tahun ayah yang ke-55, maka saya akan mencium ayah sebanyak 55 kali, satu ciuman untuk setiap tahunnya!" Namun, sang ayah berkata, "Oh Andrew, jangan lakukan sekarang; ayah sedang sibuk sekali! Kamu dapat melakukannya nanti." Anak lelaki itu tidak berkata apa-apa dan pergi dengan diam. Pada malam harinya barulah sang ayah berkata kepadanya, "Kemarilah dan cium ayah seperti rencanamu, Andrew." Namun anak lelaki itu tidak bereaksi. Tak lama kemudian, setelah peristiwa tersebut, anak lelaki itu meninggal karena tenggelam. Sang ayah dengan hati yang hancur menulis, "Seandainya saya dapat berkata kepadanya betapa menyesalnya saya atas kata-kata saya yang tanpa dipikirkan, dan dapat meyakini bahwa ia mengetahui betapa sedihnya hati saya."

Tindakan kasih berlangsung dua arah. Setiap tindakan kasih haruslah disambut dengan hangat, karena bila tidak, dapat dianggap sebagai suatu penolakan dan akan meninggalkan luka. Tidak ada yang lebih penting daripada membalas seruan kasih dari mereka yang dekat dengan kita.

RH 13 PEB'08

Bacaan setahun: Im. 20-22; Kis. 20
HATI KITA—RUMAH TUHAN (WAHYU 3:14-22)
Seorang pekerja menceritakan kisah tentang bagaimana dosa masuk ke dunia kepada seorang anak laki-laki. Ia mengatakan pada anak itu bahwa Yesus telah mati untuk membayar hukuman atas dosa-dosanya, dan bila ia meminta Yesus untuk masuk ke dalam hatinya, maka Dia akan masuk. Malamnya, anak itu mengundang Yesus untuk menyelamatkannya. Beberapa hari kemudian anak tersebut berkata kepada istri sang pekerja, "Saya tidak perlu lagi berbicara jarak jauh dengan Allah." "Lho, kenapa?" tanya si istri. Sambil menunjuk hatinya, anak itu menjawab, "Karena Dia hanya berjarak 25 cm dariku." Luar biasa! Kristus yang menciptakan segala sesuatu (Kolose 1:16) mau hidup di dalam hati orang-orang berdosa, sehingga mereka dapat merasakan suatu hubungan pribadi yang dekat dengan Allah.

Ingat: Ketidaktaatan dapat merusak persekutuan yang intim dengan Allah. Kerusakan ini dapat dipulihkan dengan menyesali dosa, membuka pintu hati untukNya dan membiarkanNya mengambil alih kendali secara penuh.

RH 12 PEB'08

Bacaan setahun: Im. 18,19; Mzm. 13; Kis. 19
HANYA UNTUK ORANG BERDOSA (LUKAS 18:9-14)
Sebuah artikel dalam The Grand Rapid Press menceritakan tentang seorang wanita yang mampu mengatasi kebiasaan minumnya, yakni setelah ia mampu mengakui bahwa ia mempunyai masalah dengan kebiasaannya itu. Ia berkata bahwa saat bersejarah itu tiba ketika ia dapat berkata pada dirinya sendiri, "Saya Betty dan saya seorang alkoholik."

Hal yang sama juga berlaku dengan keselamatan. Selama seseorang masih mencari-cari alasan untuk membenarkan sikapnya yang berdosa, ia tidak akan pernah merasakan kelepasan. Hanya dengan mengaku, "Saya adalah orang berdosa dan tidak dapat menyelamatkan diri saya sendiri," maka Allah akan menyelamatkannya dari dosa dan segala akibatnya yang mengerikan. Pemungut cukai itu menyadari dosa-dosanya sehingga ia "pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan."

RH 11 PEB'08

Bacaan setahun: Im. 15-17; Kis. 18
KEUTUHAN MORAL ALLAH (NAHUM 1:1-8)
Bertrand Russel menjadi seorang atheis setelah ia membaca ucapan Yesus tentang neraka. Tampak jelas bahwa yang diinginkannya adalah sosok Allah yang tidak pernah marah atau menghukum orang.

Allah memberi kita kebebasan memilih dan Dia menganggap kita mampu bertanggung jawab atas pilihan kita. Pada zaman Nahum, penduduk Niniwe adalah orang-orang kejam yang melakukan kejahatan yang sulit dipercaya. Namun Nahum dapat menyakinkan orang-orang Israel bahwa Allah melihat kejahatan orang-orang tersebut dan menjadi marah karenanya, serta akan menghukum mereka secara adil. Allah memiliki keutuhan moral. Sikap moral itu memberi kita alasan untuk percaya bahwa Dia akan memenuhi segala janjiNya, dan meyakinkan kita bahwa Dia akan membenarkan segala sesuatu yang salah dalam sejarah.

KHOTBAH

5 KEBENARAN KEHIDUPAN KRISTEN
(Ibrani 12:1-2)

Menurut para ahli Perjanjian Baru, perikop ini adalah salah satu perikop yang terbesar dan mengharukan dalam Perjanjian Baru. Ada 5 kebenaran kehidupan Kristen dalam dua ayat tersebut, yaitu:

I. Hidup Kekristenan adalah sebuah perlombaan.
Ada garis start (memulai perlombaan), yaitu pada waktu seseorang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan dibaptiskan. Dan ada garis akhir/finish, yaitu pada saat kita meninggal. Apakah kita semua akan berhasil mencapai garis finish? Diakhir hayatnya Rasul Paulus mengatakan, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” (2 Timotius 4:7 ). Dalam hidup ini, daya tarik dunia begitu menawan iman kita sehingga kalau kita tidak tetap dalam jalur, maka iman kita bisa gugur dari perlombaan. Jadi tetaplah dalam jalur perlombaan iman dan tetaplah semangat sampai akhir pertandingan.

II. Dalam kehidupan Kekristenan ada banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita
Siapakah saksi yang mengelilingi kita itu? Yang dimaksud dengan saksi di sini adalah orang-orang yang menang dalam perlombaan iman yang dicatat dalam pasal 11. Ada Habel, Nuh, Henoch, Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Yusuf, dll. Mereka adalah orang-orang yang pada jaman dahulu telah memenangkan perlombaan iman dan hidupnya telah menjadi suatu kesaksian. Mereka adalah orang-orang yang seharusnya menginspirasi kehidupan kita (Prof. William Barclay). Contoh: Musa telah meninggalkan semua fasilitas dunia yang ada demi panggilan ilahi; Yusuf telah menang atas godaan seksual dan kepahitan hati/kekecewaan, dll.

III. Dalam hidup Kekristenan itu sering kali banyak beban dan hambatan
Dalam suatu perlombaan, kalau kita ingin cepat melaju dalam perlombaan iman, maka kita harus menanggalkan segala sesuatu yang menghambat dan memberatkan. Orang Kristen yang banyak beban dan dosa tidak akan lari dengan cepat. Kalau kita mau menang dalam perlombaan iman kita, marilah kita tinggalkan semua beban dan dosa-dosa yang merintangi kita. Ikatan dosa seperti suka mabuk, narkoba, night club, hubungan-hubungan yang tidak perlu dan kebiasaan-kebiasaan buruk harus ditinggalkan.

IV. Kehidupan Kekristenan perlu ketekunan
Kata tekun dalam bahasa aslinya (Yunani) tertulis HUPOMONE artinya sabar menganggung semua masalah dan terus bergerak maju sampai mencapai sasaran/garis akhir. Jadi, apapun yang terjadi kita harus sabar, lari terus, jangan menyerah dengan keadaan dan jangan berhenti percaya. Bertekunlah dalam perlombaan iman.

V. Mata orang Kriten harus tertuju kepada Yesus.
Kalau mata kita melihat manusia, kita bisa stress, kecewa dan frustasi. Itu sebabnya, kalau bergaul dengan orang jangan terlalu dekat. Tetapi kalau kita dekat dengan Yesus, kita akan semakin cinta dan mengagumi Yesus. Mengapa? Sebab Yesus tiada cacat dan cela! Kita bisa meneladani Yesus. Dia menanggung masalah yang begitu berat dan bisa menang! Dengan meneladani Yesus maka kita bisa terus maju dan mencapai garis akhir, serta menerima mahkota kehidupan.

By. Pdt. Henoch Wilianto - Minggu, 3 Februari 2008

ARTIKEL

MEREDAM RASA TERSINGGUNG
Salah satu hal yang sering membuat energi kita terkuras adalah timbulnya rasa tersinggung. Munculnya perasaan ini sering disebabkan oleh ketidaktahanan kita terhadap sikap orang lain.

Ketika tersinggung, minimal kita akan sibuk membela diri, selanjutnya memikirkan kejelekan orang lain. Hal yang paling membahayakan dari ketersinggungan adalah habisnya waktu kita menjadi buah roh.

Efek yang biasa ditimbulkan oleh rasa tersinggung adalah kemarahan. Jika kita marah, stress meningkat dan kata-kata jadi tidak terkendali. Karena itu, kegigihan kita untuk tidak tersinggung menjadi suatu keharusan.

Apa yang menyebabkan orang tersinggung? Itu terjadi karena menilai diri lebih dari kenyataan, merasa pintar, berjasa, baik, tampan, dan sukses. Apabila kita menilai diri lebih dari kenyataan maka jika ada yang menilai kita kurang sedikit saja, kita akan langsung tersinggung. Peluang tersinggung akan terbuka jika kita salah dalam menilai diri sendiri. Karena itu kita harus proporsional menilai diri. Tehknik pertama agar kita tidak mudah tersinggung adalah tidak menilai lebih diri kita. Misal, jangan banyak mengingat-ingat jasa kita, saya seorang guru, saya seorang pemimpin, saya ini orang yang sudah berbuat. Semakin banyak kita mengaku-ngaku tentang diri kita, akan membuat kita makin tersinggung.

Ada beberapa cara yang cukup efektif untuk meredam ketersinggungan :

Pertama, belajar melupakan
Jika kita seorang sarjana maka lupakan kesarjanaan kita. Jika kita seorang direktur lupakan jabatan itu. Anggap semuanya berkat dari Allah agar kita tidak tamak terhadap penghargaan. Kita harus melatih diri untuk merasa bahwa kita sekadar hamba Allah yang tidak memiliki apa-apa kecuali sedikit berkat ilmu dari Allah. Kita lebih banyak tidak tahu. Kita tidak mempunyai harta sedikit pun kecuali titipan berkat dari Allah. Kita tidak mempunyai jabatan atau kedudukan sedikit pun kecuali yang Allah telah berikan dan kita pertanggung jawabkan. Dengan sikap seperti ini hidup kita akan lebih ringan. Semakin kita ingin dihargai, dipuji, dan dihormati, semakin sering kita sakit hati.

Kedua, kita harus melihat bahwa apa pun yang dilakukan orang kepada kita akan bermanfaat jika kita dapat menyikapinya dengan tepat.
Kita tidak akan pernah rugi dengan perilaku orang kepada kita, jika bisa menyikapinya dengan tepat. Kita tidak bisa memaksa orang lain berbuat sesuai dengan keinginan kita. Yang bisa kita lakukan adalah memaksa diri sendiri menyikapi orang lain dengan sikap terbaik kita. Apa pun perkataan orang kepada kita, tentu itu terjadi seizin Allah. Anggap saja ini ujian yang harus kita alami untuk menguji keimanan kita.

Ketiga, kita harus berempati.
Yaitu, mulai melihat sesuatu tidak dari sisi kita. Perhatikan kisah seseorang yang tengah menuntun gajah dari depan dan seorang lagi mengikutinya di belakang gajah tersebut. Yang di depan berkata, "Oh indah nian pemandangan sepanjang hari". Kontan ia didorong dari belakang karena dianggap menyindir. Sebab, sepanjang perjalanan, orang yang di belakang hanya melihat pantat gajah.

Karena itu, kita harus belajar berempati. Jika tidak ingin mudah tersinggung carilah seribu satu alasan untuk bisa memaklumi orang lain. Namun yang harus diingat, berbagai alasan yang kita buat semata-mata untuk memaklumi, bukan untuk membenarkan kesalahan, sehingga kita dapat mengendalikan diri.

Keempat, jadikan penghinaan orang lain sebagai ladang peningkatan kualitas diri dan kesempatan untuk mempraktekkan buah - buah roh.
Yaitu, dengan memaafkan orang yang menyakiti dan membalasnya dengan kebaikan.