RH Minggu, 21 November 2010

JAYAGIRI (Roma 8: 18-25)

Di Lembang, Jawa Barat, ada satu hutan wisata pinus, bernama Jayagiri. Kalau kita menyusuri hutan itu dengan berjalan kaki, maka kita akan sampai ke kawasan gunung Tangkuban Perahu. Dulu semasa tinggal di Bandung, saya pernah beberapa kali pergi ke sana. Di awal perjalanan, rasanya sangat melelahkan. Sebab jalannya menanjak dan belum terlalu banyak pemandangan yang bisa dinikmati. Akan tetapi, jika kita sudah sampai di tengah hutan, perjalanan berubah mengasyikkan. Rasa lelah pun dapat dilupakan karena terobati oleh pemandangan yang indah dan kesegaran udara yang sejuk. Itu jugalah gambaran perjalanan hidup kristiani. Hidup dalam iman kristiani memang tidak selalu mudah. Terkadang kita harus melewati jalan yang sulit; mungkin berupa kebencian dari orang-orang yang menentang kekristenan, atau aniaya, atau godaan yang bisa menggoyahkan iman. Sebenarnya godaan yang paling besar tatkala kita lelah adalah sikap bersungut-sungut. Dari situ kita akan sangat tergoda untuk berhenti saja mempertahankan iman. Bisa jadi karena kita harus menghadapi tekanan dan ungkapan kebencian atas iman kita. Apabila kita sedang mengalami hal-hal demikian, kita harus meneguhkan hati untuk setia, sebab tidak selamanya kita akan mengalami hal-hal itu. Suatu hari kelak, dunia dan segala perilakunya akan berlalu. Dan bagi yang setia, kemuliaan besar sudah tersedia.

RH Sabtu, 20 November 2010

AKIBAT SALAH BERGAUL (1 Raja-raja 12: 3-11)

Berbagai penelitian mengungkap bahwa pengaruh teman terhadap pengambilan keputusan dan perilaku seseorang sangat besar. Hasil penelitian Profesor Dadang Hawari, misalnya, menyatakan bahwa 81,3% pengguna narkotika didorong oleh pengaruh teman. Komnas Perlindungan Anak juga mencatat pengaruh teman sebagai salah satu pendorong utama anak-anak terjerumus ke dalam kebiasaan merokok. Di Amerika pernah dilakukan penelitian tentang bagaimana seseorang memutuskan membeli sebuah barang. Hasilnya, pengaruh teman menduduki urutan nomor dua di bawah iklan. Besarnya pengaruh teman tak dapat disangkal. Kedekatan dan keakraban dengan seseorang dapat membuat kita percaya bahkan memercayakan diri kepadanya. Kita bisa lebih mendengar dan menghargai pendapatnya daripada orang lain, bahkan keluarga. Tak jarang keputusan kita ikut ditentukan oleh teman. Siapa teman-teman dekat kita akan turut mengasah pemikiran dan batin kita, bahkan juga membentuk kebiasaan-kebiasaan dan karakter kita. Tidak jarang teman-teman dekat kita itu juga turut mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan kita, bahagia dan derita kita. Maka, baiklah kita berhati-hati memilih teman-teman dekat.

RH Jumat, 19 November 2010

BUDAK (Lukas 17: 7-10)

Menurut Wikipedia, perbudakan adalah sebuah sistem di mana manusia menjadi hak milik orang lain. Dan sejak mereka dibeli atau ditebus oleh seseorang, maka budak itu tidak lagi punya hak atas dirinya sendiri. Ia harus mengabdi penuh pada tuannya, sama sekali tak boleh menolak jika disuruh bekerja, apalagi meminta upah yang berupa pujian sekalipun. Bahkan dalam beberapa budaya, para pemilik budak dilegalkan untuk membunuh budak yang hak hidupnya ada di tangan mereka. Di Alkitab kita juga mengenal istilah "hamba" sebagai ganti kata "budak". Dan serupa dengan budak, sesungguhnya hidup kita pun sudah "dibeli lunas" oleh Tuhan dengan sangat mahal, tak terbeli oleh harta apa pun yakni dengan darah-Nya sendiri (1 Pet. 1: 19). Itu berarti hidup kita bukan hak kita sendiri lagi (Gal. 2: 20), melainkan hak Tuhan sepenuhnya, yang "membeli" kita. Maka, bukan keinginan dan mau kita yang semestinya kita lakukan, melainkan kemauan dan kerinduan Tuhan Yesus, Pemilik hidup kita. Itu sebabnya, mari kita giat melakukan pekerjaan Tuhan. Kita yang tak punya hak hidup atas diri kita sendiri tak sepatutnya menolak bekerja bagi Dia. Lakukan segala pekerjaan baik dengan setiap talenta kita, sebaik dan semaksimal mungkin. Dan jika kita telah melakukannya, tak perlu kita mengharap pujian atau ucapan terima kasih.

RH Kamis, 18 November 2010

MENANG DALAM PENJARA (2 Korintus 4: 16-18)

Dalam buku A Day in the Life of Ivan Denisovich, Alexander Solzhenitsyn mengisahkan Ivan yang mengalami berbagai kengerian dalam kamp tahanan di Soviet. Suatu hari, ketika ia berdoa dengan mata terpejam, seorang tahanan lain memperhatikan dan mengejek, "Doa tidak akan membantumu keluar lebih cepat dari tempat ini." Setelah membuka matanya, Ivan menjawab, "Aku berdoa bukan untuk keluar dari penjara, tetapi aku berdoa agar dapat melakukan kehendak Allah di dalam penjara."

Sikap umum orang dalam menghadapi masalah kemungkinan besar mirip dengan sikap tahanan lain itu terhadap penjara dengan menganggapnya sebagai sesuatu yang sebaiknya ditinggalkan secepat mungkin. Orang melamunkan kehidupan yang bebas dari masalah. Kita masing-masing mungkin sedang merasa terpenjara oleh suatu masalah. Dalam keadaan demikian, apakah yang akan kita minta dari Tuhan? Meminta Tuhan membebaskan kita dari masalah itu kemudian habis perkara? Atau, meminta Tuhan agar memakainya untuk menguatkan iman dan pengharapan kita akan kekekalan?

RH Rabu, 17 November 2010

RAKUS (Bilangan 11: 4-6; 31-35)

Sepasang pengantin merayakan pesta pernikahan mereka di sebuah restoran mewah di Taipei. Sebagai bonus, keduanya boleh minum bir dan wine sepuasnya tanpa biaya tambahan. Mumpung gratis, Wu, si pengantin pria, menenggak minuman keras sebanyak-banyaknya. Sepulang dari pesta, wajahnya mendadak pucat. Segera Wu dilarikan ke rumah sakit. Jantungnya tidak tahan menerima asupan alkohol begitu banyak. Malam itu juga ia meninggal. Pada hari pernikahannya.

Kerakusan berbahaya. Nafsu rakus muncul saat orang merasa berhak memperoleh lebih. Nafsu rakus muncul bukan cuma dalam soal makan-minum, melainkan juga dalam soal harta, kuasa, seks, pengetahuan, pengaruh, dan lain-lain. Gejalanya: kita merasa tidak puas terhadap berkat Tuhan, lalu menuntut lebih. Lalu segala cara pun kita tempuh. Jika nafsu rakus itu akhirnya bisa tersalurkan karena ada kesempatan, jangan buru-buru berkata: "Itu berkat Tuhan!" Bisa jadi itu sebuah hukuman! Hukuman Tuhan yang paling mengerikan ialah saat Dia membiarkan anda punya semua yang anda inginkan.

RH Selasa, 16 November 2010

DIPOJOKKAN (Mazmur 56)

Daud pernah mengalami masa-masa yang sulit dalam hidupnya, terutama ketika ia terpaksa hidup dalam pelarian karena dikejar-kejar untuk dibunuh oleh Raja Saul. Ia hidup dalam tekanan, terlunta-lunta dari satu tempat ke tempat yang lain; mulai Nob, Gat, Gua Adulam, hingga Padang Gurun Zif. Ia harus terpisah dari keluarganya; kelelahan dan kelaparan; terancam dan ketakutan. Ia merasa sendirian, dan semua orang seolah-olah bangkit memusuhinya. Akan tetapi, di tengah ketakutan dan kepahitan hidupnya itu, Daud justru menemukan kebenaran sesungguhnya. Ia tahu bahwa manusia bisa mereka-rekakan sesuatu yang jahat untuknya, memusuhi dan menginginkan kecelakaan dirinya, tetapi ia tidak gentar. Sebab ia tahu persis, dalam perlindungan Allah, ia aman.

Saat ini mungkin kita tengah mengalami situasi seperti Daud. Kita dipojokkan oleh rekan sekerja yang bermaksud menjatuhkan kita, diancam oleh orang-orang yang membenci kita, ditinggalkan teman dekat karena kebenaran yang kita perjuangkan. Jika kita berada dalam posisi begitu, jangan kecil hati ataupun kalut. Perkuat kepercayaan kepada Allah, sehingga kita tidak menjadi takut dengan segala yang terjadi.

RH Senin, 15 November 2010

MENGAJARKAN BERULANG-ULANG (Ulangan 6: 4-9)

Memang perlu diakui bahwa anak-anak lebih mudah mengikuti teladan tokoh atau acara tertentu di televisi dibandingkan cerita Alkitab, bahkan Tuhan Yesus sendiri. Mengapa? Karena Tuhan Yesus tidak terlihat, sedangkan televisi lebih nyata. Ini wajar karena salah satu pintu belajar seorang anak adalah penglihatan. Jadi, bagaimana caranya agar anak tersebut dapat belajar tentang Allah secara nyata? Orangtualah jawabannya. Orangtua harus mewujudkan dan menunjukkan contoh penerapan dari pengajaran mengenai Allah, dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sebuah bukunya, Cornelius Plantinga Jr. mengatakan bahwa anak akan belajar mengenai Allah justru waktu ia melihat orangtuanya berdoa, menyebut nama Allah, menghindari dosa, dan memprioritaskan Allah dalam hidupnya. Kondisi zaman dan kemajuan teknologi memang dapat memberi pengaruh yang positif, tetapi sekaligus mendatangkan peringatan bagi orangtua kristiani. Setiap orangtua harus sungguh-sungguh mencondongkan hati kepada Allah dan hidup takut akan Allah. Supaya pengajaran mengenai Allah dapat ditangkap sepenuhnya oleh anak-anak ketika mereka melihat langsung cara hidup orangtuanya. Itulah artinya mengajarkan tentang Allah secara berulang-ulang kepada anak-anak.

Artikel

Batu Kecil dan Mutiara

Pada suatu ketika, hiduplah seorang pedagang batu-batuan. Setiap hari dia berjalan dari kota ke kota untuk memperdagangkan barang-barangnya itu. Ketika dia sedang berjalan menuju ke suatu kota, ada suatu batu kecil di pinggir jalan yang menarik hatinya. Batu itu tidak bagus, kasar, dan tidak mungkin untuk dijual. Namun pedagang itu memungutnya dan menyimpannya dalam sebuah kantong, dan kemudian pedagang itu meneruskan perjalanannya.

Setelah lama berjalan, lelahlah pedagang itu, kemudian dia beristirahat sejenak. Selama dia beristirahat, dia membuka kembali bungkusan yang berisi batu itu. Diperhatikannya batu itu dengan seksama, kemudian batu itu digosoknya dengan hati-hati. Karena kesabaran pedagang itu, batu yang semula buruk itu, sekarang terlihat indah dan mengkilap. Puaslah hati pedagang itu, kemudian dia meneruskan perjalanannya.

Selama dia berjalan lagi, tiba-tiba dia melihat ada yang berkilau-kilauan di pinggir jalan. Setelah diperhatikan, ternyata itu adalah sebuah mutiara yang indah. Alangkah senangnya hati pedagang tersebut, mutiara itu diambil dan disimpannya tetapi dalam kantong yang berbeda dengan kantong tempat batu tadi. Kemudian dia meneruskan perjalanannya kembali. Adapun si batu kecil itu merasa bahwa pedagang itu begitu memperhatikan dirinya, dan dia merasa begitu bahagia.

Namun pada suatu saat mengeluhlah batu kecil itu kepada dirinya sendiri. "Tuan begitu baik padaku, setiap hari aku digosoknya walaupun aku ini hanya sebuah batu yang jelek, namun aku merasa kesepian. Aku tidak mempunyai teman seorangpun, seandainya saja Tuan memberikan kepadaku seorang teman". Rupanya keluhan batu kecil yang malang ini didengar oleh pedagang itu. Dia merasa kasihan dan kemudian dia berkata kepada batu kecil itu. "Wahai batu kecil, aku mendengar keluh kesahmu, baiklah aku akan memberikan kepadamu sesuai dengan yang engkau minta."

Kemudian pedagang tersebut memindahkan mutiara indah yang ditemukannya di pinggir jalan itu ke dalam kantong tempat batu kecil berada. Dapat dibayangkan betapa senangnya hati batu kecil itu mendapat teman mutiara yang indah. Sungguh betapa tidak disangkanya, bahwa pedagang akan memberikan miliknya yang terbaik kepadanya. Waktu terus berjalan, si batu dan mutiara pun berteman dengan akrab. Setiap kali pedagang beristirahat, dia selalu menggosok kembali batu dan mutiara itu. Namun pada suatu ketika, setelah selesai menggosok keduanya, tiba-tiba saja pedagang memisahkan batu kecil dan mutiara. Mutiara ditempatkannya kembali di dalam kantongnya semula, dan batu kecil tetap di dalam kantongnya sendiri. Maka sedihlah hati batu kecil itu. Tiap-tiap hari dia menangis, dan memohon kepada pedagang agar mengembalikan mutiara itu bersama dengan dia. Namun seolah-olah pedagang itu tidak mendengarkan dia. Maka putus asalah batu kecil itu, dan di tengah-tengah keputusasaannya, berteriaklah dia kepada pedagang itu, "Oh tuanku, mengapa engkau berbuat demikian? Mengapa engkau mengecewakan aku?"

Rupanya keluh kesah ini didengar oleh pedagang batu tersebut. Kemudian dia berkata kepada batu kecil itu, "Wahai batu kecil, kamu telah kupungut dari pinggir jalan. Engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Mengapa engkau mengeluh? Mengapa engkau berkeluh kesah? Mengapa hatimu berduka saat aku mengambil mutiara itu daripadamu? Bukankah mutiara itu milikku, dan aku bebas mengambilnya setiap saat menurut kehendakku? Engkau telah kupungut dari jalan, engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Ketahuilah bahwa bagiku, engkau sama berharganya seperti mutiara itu, engkau telah kupungut dan engkau kini telah menjadi milikku juga. Biarlah aku bebas menggunakanmu sekehendak hatiku. Aku tidak akan pernah membuangmu kembali".

Mengertikah apakah maksud cerita di atas? Yang dimaksud dengan batu kecil itu adalah kita semua, sedangkan pedagang itu adalah Tuhan sendiri. Kita semua ini buruk dan hina di hadapan-Nya, namun karena kasih-Nya itu Dia memoles kita, sehingga kita dijadikannya indah di hadapan-Nya. Sedangkan yang dimaksud dengan mutiara itu adalah berkat Tuhan bagi kita semua. Siapa yang tidak senang menerima berkat? Berkat itu dapat berupa apa saja dalam kehidupan kita sehari-hari, mungkin berupa kegembiraan, kesehatan, orangtua, saudara, sahabat, dan banyak lagi. Apakah kita pernah bersyukur, setiap kali kita mendapat berkat itu? Dan apakah kita tetap bersyukur, jika seandainya Tuhan mengambil semuanya itu dari kita? Bukankah semua itu milik-Nya dan Ia bebas mengambilnya kembali kapanpun Ia mau? Bersyukurlah selalu kepada-Nya, karena Dia tidak akan pernah mengecewakan kita semua.

Artikel

Ayah yang Luar Biasa

Ada sebuah kisah yang mengharukan tentang hubungan seorang ayah dengan anaknya yang cacat sejak dari lahirnya. Sang ayah bernama Dick dan si anak bernama Rick. Dick dan Rick Hoyt adalah ayah dan anak, sekaligus salah satu tim yang ikut serta dalam sebuah pertandingan triathlon yaitu semacam marathon dengan rupa-rupa olah raga seperti lari yang berjarak 26,2 mil, ditambah bersepeda sejauh 112 mil, serta berenang 2,4 mil. Belum lagi mereka harus mendaki gunung dan lain sebagainya. Total keseluruhannya sekitar 3,735 mil.

Dick Hoyt, sang ayah yang berusia 65 tahun saat itu, mendorong dan menarik Rick yang hanya dapat duduk di kursi roda karena kondisi tubuhnya yang cacat. Sebenarnya, sejak Rick lahir Dick dan istrinya sudah mengetahui bahwa mereka akan memiliki anak yang cacat. Namun, mereka tetap menerima keadaan Rick. Pada saat pertandingan triathlon ini akan diselenggarakan, Rick berkata kepada ayahnya apakah ia dapat mengikuti pertandingan itu. Dan tanpa ragu, sang ayah pun bersedia untuk mengikutinya. Jadilah mereka mengikuti pertandingan yang menghabiskan waktu sangat lama itu.

Sepanjang pertandingan, Dick terus mendorong dan menarik Rick. Dick berjuang dengan sekuat tenaga berenang menarik Rick yang terbaring di dalam perahu. Dick berlari mendorong kursi roda Rick tanpa lelah, Dick menggendong Rick memindahkannya dari satu tempat ke tempat lainnya, mereka berdua melewati lika-liku perjalanan yang sulit ditempuh dengan waktu yang sangat lama.

Ketika pertandingan usai, dan Rick ditanya mengenai perasaannya saat menjalani pertandingan bersama ayahnya, Rick pun menjawab, ”Aku merasa seperti aku tidak cacat, dan aku ingin sekali membiarkan ayah yang duduk di kursi roda ini dan aku yang berlari mendorong dan menariknya.” Ternyata, apa yang Dick lakukan menimbulkan dampak yang luar biasa bagi Rick. Memang, Dick adalah ayah yang luar biasa. Ia rela berlari, berenang, mendorong, menarik dan menggendong sang anak sepanjang medan pertandingan. Sekalipun anaknya memiliki keterbatasan, Dick terus ada dengan setia melewati keseluruhan pertandingan itu.

Kisah ini membuktikan kepada kita bahwa ada sebuah pengorbanan yang rela diberikan seorang ayah terhadap anaknya yang sangat terbatas. Ada seorang ayah yang punya cinta kasih yang begitu besar menerima sang anak dengan ketidaksempurnaan tubuh.

Ada seorang ayah yang selalu mau berlari, berenang, mendaki, mendorong dan menarik tubuh sang anak untuk bersama melewati sebuah pertandingan dengan medan yang sangat berat dengan jarak dan waktu yang sangat lama. Ada seorang ayah yang menyatakan ia bersedia untuk bertanding bersama sang anak sekalipun ia tahu anaknya tidak dapat berbuat banyak. Ada seorang ayah yang tahu bahwa sang anak pun dapat bertahan dalam pertandingan itu, bahwa sang anak kuat untuk bertanding karena ada ayah disisinya yang dengan setia selalu bersamanya.

Sungguh, kisah inipun juga mengingatkan kepada kita betapa setiap dari kita pun juga memiliki Bapa yang rela berkorban untuk kita. Bapa yang kasihnya sangat besar sehingga kita dicintainya apa adanya. Bapa yang mau berjalan, berlari, mendaki, mendorong, menarik kita agar kita aman dan kuat. Bapa yang setia bersama kita saat kita senang, susah dan sakit. Ya, Bapa yang patut kita banggakan dan syukuri. Cintanya yang luar biasa selalu tersedia untuk kita.

Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. (1 Yohanes 4: 9)

Ringkasan Khotbah, 07 November 2010

RAHASIA KELUAR DARI GUA SINGA
(1 Petrus 5: 8-9; Daniel 6: 20-25)

Ada orang-orang yang beranggapan bahwa dengan menjadi orang Kristen, semua problem dan persoalan menjadi beres. Pandangan ini salah sama sekali. Mengapa? Karena justru dengan menjadi orang Kristen , kita memulai perang melawan setan, sehingga bisa bermunculan kesukaran yang tak pernah kita bayangkan. Itu sebabnya firman Tuhan dengan tegas mengatakan “sadarlah dan berjaga-jagalah”. Apa yang harus kita sadari dan waspadai dalam kehidupan kita sebagai orang percaya?

1. Iblis/setan adalah lawan kita (ay. 8).
Firman Tuhan menegaskan: Iblis bukan sekutu kita. Iblis bukan pula penolong kita. Iblis adalah lawan kita (Ef. 6: 12). Musuh kita bukanlah suami atau istri kita, mertua kita. Musuh kita bukanlah manusia. Bagaimanapun jahatnya seorang manusia, ia bukanlah musuh kita. Musuh kita adalah Iblis. Iblis sangat hebat menipu manusia, sebab itu jangan pernah bersekutu apalagi mengadakan perjanjian apapun dengan iblis untuk mendapat kekayaan dan kita harus hati-hati terhadap usaha setan untuk mengadu domba dan memecah belah kehidupan persekutuan orang percaya. Kalau kita diserang berarti kita di jalan yang benar.

2. Iblis digambarkan sebagai singa (ay. 8).
Di Alkitab ada beberapa gambaran untuk setan/iblis, yaitu: ular untuk menunjukkan kelicikan/kelicinan/kecerdikan (Kej. 3: 1; Mat. 10: 6), singa untuk menunjukkan kekuatan dan kebuasan (1 Pet. 5: 8) dan malaikat terang untuk menunjukan hal-hal rohani yang bisa dilakukan setan (2 Kor. 11: 14). Tujuan iblis menyerang kita adalah untuk mencuri, membunuh dan membinasakan (Yoh. 10: 10). Seringkali iblis menuduh kita yang sudah bertobat, kita merasa tidak layak, perasaan bersalah dan khususnya sering muncul saat berdoa/bersekutu, mengikuti perjamuan kudus, melayani Tuhan, belajar firman Tuhan, maka orang tetap merasa sedih dan putus asa karena dosa-dosanya.

3. Cara menghadapi iblis ialah lawan.
Yang utama ”lawan dia” maka ia akan lari dari padamu (Yak. 4: 7). Kedua ”dengan iman yang teguh” pergunakanlah perisai iman, dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat (Ef. 6: 16). Percayalah kepada Allah maka kita akan selamat, seperti Daniel ia tidak menyalakan Tuhan atas apa yang terjadi dalam kehidupannya, ketika ia masuk ke gua singa ia tidak meragukan kasih setia Tuhan dan penyertaan Tuhan yang tidak pernah gagal (Dan. 6: 24).

By: Pdt. Henoch Wilianto - 07 November 2010