JADWAL IBADAH

RABU, 2 Maret 2011
  • KEBAKTIAN DOA PUASA - Pk. 12.00 Wib
Pembicara: Sdri. Susan

JUMAT, 4 Maret 2011
  • KEBAKTIAN DOA PENGURAPAN - Pk. 19.00 Wib
Pembicara: Gembala Sidang

SABTU, 5 Maret 2011
  • KEBAKTIAN WANITA DIALIHKAN KE PANTI ASUHAN BINA KASIH
  • KEBAKTIAN PEMUDA - Pk. 18.00 Wib
Pembicara: Sdr. Martin

MINGGU, 6 Maret 2011
  • KEBAKTIAN UMUM & PERJAMUAN SUCI
Pk. 07.30; 10.00; 17.00 Wib
Pembicara: Gembala Sidang
  • KEBAKTIAN ANAK - Pk. 07.30; 10.00; 17.00 Wib
  • KEBAKTIAN REMAJA - Pk. 10.00 Wib


RH Minggu, 06 Maret 2011

MEMBERI DENGAN SUKACITA (2 Korintus 9: 9-12)

Ada humor tentang seorang anak kecil yang mengamati para petugas ketika mengedarkan kantong persembahan di tengah ibadah. Saat kantong persembahan itu semakin mendekat ke barisan tempat anak itu duduk, ia membisik ayahnya, walau dengan volume suara yang membuat semua orang di sekeliling mereka mendengarnya, "Ayah tidak perlu membayari aku. Kan aku masih di bawah lima tahun?"

Sebagai bagian ibadah, persembahan kadang masih kurang dipahami dan dihayati maknanya. Tak hanya oleh anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Dan, kurangnya pengertian ini hanya menggerus motivasi untuk memberi, apalagi memberi lebih banyak. Persembahan, adalah sarana yang akan dipakai gereja untuk dapat menjalankan segala fungsinya dengan baik. Tuhan mau kita memberi persembahan atas dasar sukacita, kasih, dan syukur kepada Allah yang telah begitu besar mengasihi kita (ay. 7, 12). Ketika kita berani memberi, Tuhan tidak akan membiarkan kita kekurangan, sebaliknya, Dia akan membuat kita berkecukupan, bahkan berkelebihan (ay. 8)!

RH Sabtu, 05 Maret 2011

DENDAM SEORANG KAKEK (2 Samuel 17: 1-14, 23)

Rick Warren, penulis buku The Purpose Driven Life, berkata bahwa hidup setiap manusia digerakkan oleh suatu faktor. Setiap orang bisa memiliki faktor pendorong yang berlainan. Ahitofel adalah contoh orang yang membiarkan tindakannya digerakkan oleh kemarahan. Ia adalah kakek Batsyeba (2 Sam. 11: 3; 2 Sam. 23: 34). Karena dikuasai dendam kepada Raja Daud, ia begitu ingin membunuh Daud. Sampai-sampai ia turut bersekongkol dalam gerakan kudeta bersama Absalom. Namun, ketika akhirnya dendam itu tak tersalurkan, ia memilih untuk bunuh diri karena merasa seolah-olah tujuan hidupnya hancur.

Mungkin wajar dan manusiawi jika Ahitofel menyimpan dendam kepada Daud yang memang pernah melakukan kesalahan. Namun, dendam tak pernah menjadi solusi yang baik dari masalah apa pun. Terbukti, kisah Ahitofel berakhir tragis. Apakah Anda masih menyimpan amarah atau dendam pada seseorang? Segera datang kepada Tuhan dan lepaskan perasaan itu, sebab dendam sama sekali tak menyelesaikan masalah.

RH Jumat, 04 Maret 2011

DIAM YANG BUKAN EMAS (Kejadian 3: 1-7)

Dalam Kejadian 3:1-7, dikatakan bahwa Adam sedang bersama-sama Hawa ketika Hawa mengambil buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Adam tahu Tuhan melarangnya untuk memakan buah pohon tersebut (Kej. 2: 17), tetapi Adam membiarkan Hawa mengambil dan memakan buah itu. Bahkan, Adam menerima buah tersebut dari Hawa dan turut memakannya. Sejak itulah manusia jatuh ke dalam dosa. Walau bukan Adam yang memetik dan lebih dulu memakan buah terlarang, mereka tetap bersalah. Yakni bersikap diam, justru ketika mereka tahu bahwa apa yang dilakukan orang di dekat mereka adalah dosa. Lebih buruk lagi, mereka juga akhirnya turut menikmati hal yang salah tersebut. Yakobus 4:17 mengatakan, "Jika seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa." Tak selamanya diam itu emas. Ada saatnya kita perlu menegur dan memperingatkan orang yang hendak terperangkap dosa. Tatkala kita mencegah orang lain berbuat dosa, kita juga sedang mencegah diri kita berbuat dosa. Diam pada tempatnya adalah emas, diam pada saat kita harus bicara justru berbahaya.

RH Kamis, 03 Maret 2011

UNTUNG (2 Korintus 12: 1-10)

Berprinsip "untung" tentu saja baik. Dengan begitu, setidaknya orang tidak akan terus menyesali "kesialannya". Akan tetapi, dalam terang iman ada alasan yang lebih baik. Kita beruntung bukan karena tidak mengalami kejadian yang lebih buruk, tetapi karena kita menyakini bahwa di dalam segala hal Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan. Entah hal pahit atau manis, duka atau suka, Allah pasti dapat memakainya demi kebaikan kita. Secara akal, kita bisa bertanya demikian, "Bagaimana mungkin kepahitan dan penderitaan bisa menjadi kebaikan?" Namun jangan lupa, kuasa Allah kita yang dahsyat melampaui segala perhitungan akal manusia. Paulus meresapi betul prinsip iman ini dalam hidupnya. Itulah sebabnya ia tidak pernah undur, bahkan dalam kelemahan fisiknya, atau juga dalam setiap penderitaan dan ancaman yang harus diterimanya. Dalam segala keadaan, ia tidak pernah kekurangan pengharapan. Seperti dikatakannya, "Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat" (ay. 10).

RH Rabu, 02 Maret 2011

DEMOKRASI KASIH (Galatia 5: 13-15)

Ada beberapa bentuk pemerintahan di dunia ini. Monarki, adalah sebuah bentuk pemerintahan di bawah pimpinan satu orang. Oligarki, adalah pemerintahan yang dipegang oleh beberapa orang saja. Aristokrasi, pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang terbaik di negeri tersebut. Plutokrasi, pemerintahan yang dipimpin oleh sekelompok orang kaya. Demokrasi, yakni pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Bentuk kehidupan bermasyarakat yang paling sesuai untuk dianut oleh orang-orang kristiani adalah bentuk demokrasi kasih. Bagaimana kita mewujudkannya? Jikalau kita sampai terlibat konflik dalam menjalani kehidupan bersama, jangan sampai kita saling membinasakan. Maksudnya, ketika konflik antar sesama tak dapat dihindarkan, kita harus selalu menyediakan segudang pengampunan bagi lawan kita. Agar kita terhindar dari dendam dan keinginan untuk membinasakan lawan konflik, serta agar kasih Allah tetap bisa dinyatakan bahkan melalui konflik tersebut.

RH Selasa, 01 Maret 2011

CADANGAN KEKUATAN ROHANI (Ulangan 8)

Seorang mahasiswi bimbingan skripsi saya datang dengan muka sembab dan mata merah. Tampaknya ia habis menangis. Ketika saya tanya apa yang terjadi, ia menjawab bahwa seluruh tulisan yang seharusnya hendak ia konsultasikan kepada saya, terhapus oleh virus di persewaan komputer. Saya mencoba menenangkan hatinya dan memberinya waktu lebih untuk mengetik ulang. Sebelum ia pergi, saya mengingatkannya untuk menduplikasi filenya di beberapa tempat dan menyimpannya dengan baik.

Kita tak boleh lupa menyimpan cadangan kekuatan rohani. Cadangan yang berisi pengalaman dan kemenangan rohani bersama Tuhan adalah "file" yang patut disimpan di ingatan dan catatan. Maka, penting jika setiap kali selesai berwaktu teduh, kita menuliskan hal-hal yang penting untuk diingat. Hingga ketika hidup jadi berat, ingatan dan catatan itu akan memberi kekuatan rohani saat dibaca kembali. Ingatlah semua kebaikan Tuhan kala kita mencari kekuatan di tengah pergumulan.

RH Senin, 28 Februari 2011

PERCAYA DENGAN SEGENAP HATI (Amsal 3: 5-6)

Penulis Amsal meminta kita menaruh percaya kepada Tuhan. Kata "percaya" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah yakin benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan seseorang atau sesuatu (bahwa seseorang atau sesuatu itu akan dapat memenuhi harapannya). Dengan demikian, percaya kepada Tuhan berarti yakin benar pada kemampuan Tuhan, bahwa Dia dapat memenuhi apa yang kita harapkan. Bahwa Dia dapat diandalkan, kapan pun dan di mana pun. Selanjutnya, penulis Amsal mengatakan bahwa percaya yang dimaksud adalah percaya dengan segenap hati. Artinya, percaya yang juga dibarengi dengan kehendak untuk memasrahkan diri secara penuh kepada maksud dan rencana Tuhan. Percaya tentu memerlukan dasar. Penulis Ibrani mengatakan bahwa Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, hari ini, sampai selama-lamanya (Ibr. 13: 8). Ayat tersebut menjadi peneguhan bagi kita bahwa Yesus layak dipercaya dan diandalkan karena Dia tidak berubah. Jika demikian, dalam kehidupan kita sehari-hari menjalankan bisnis, karier, pergaulan, kepemilikan atas sesuatu, kepada siapakah dan dalam apakah kita menaruh percaya?

HUMOR

JATUH

Suatu hari, di sebuah rumah di tepian kota, terjadi pembicaraan antara kakek dengan cucunya.
Cucu : “Kek, kemarin ada orang jatuh dari lantai tiga!”
Kakek : “Emangnya kenapa?”
Cucu : “Anehnya orang itu tidak meninggal!”
Kakek : “Ah, itu sih biasa!”
Cucu : “Lho kok?” (Dengan penuh heran, si cucu menatap wajah kakeknya)
Kakek : “Waktu kakek masih muda dulu, kakek pernah jatuh dari lantai enam!”
Cucu : “Waooooo!”
Kakek : “Hanya jari manis kakek yang keseleo! Yang lain patah semua.”

"Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 16: 5)

Artikel

Jangan Menyerah

Kebanyakan orang mengetahui bahwa Alexander Graham Bell menemukan telepon. Tetapi yang tidak terlalu diketahui secara luas adalah, bahwa lama sebelum penemuan Bell yang mengubah dunia itu diumumkan, seorang guru sekolah Jerman bernama Reis hampir-hampir membuat pesawat telepon itu. Hanya dengan penyesuai sedikit saja, nama yang kita asosiasikan dengan pesawat telepon itu bisa saja Reis!


Telepon tuan Reis sanggup meneruskan suara siul serta dengung, tetapi tidak sanggup meneruskan ucapan manusia. Ada sesuatu yang tampaknya kurang. Bertahun-tahun kemudian, Bell menemukan kesalahan Reis. Setelan baut kecil yang mengendalikan elektrode-elektrodenya meleset seperseribu inci saja. Ketika Bell membuat modifikasi kecil ini, ia sanggup meneruskan suara manusia, keras dan jelas! Jarak yang demikian sepele ini -yang bahkan sulit dihitung ini- membuat perbedaan antara sukses dan kegagalan.

Hari ini telepon merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap orang. Tidak banyak penemuan dalam sejarah modern yang demikian luas dampaknya. Sistem Bell Labs dan Bell Telephone adalah badan usaha yang dikenal luas. Jadi janganlah melewatkan penyesuaian-penyesuian kecil yang mungkin perlu Anda lakukan delam perjalanan menuju sukses. Dan jangan menyerah. Kejarlah terus sasaran Anda hingga Anda sukses.

Artikel

Memberikan Pujian

Seorang pengemis duduk mengulurkan tangannya di sudut jalan. Tolstoy, penulis besar Rusia yang kebetulan lewat di depannya, langsung berhenti dan mencoba mencari uang logam di sakunya. Ternyata tak ada. Dengan amat sedih ia berkata, "Janganlah marah kepadaku, hai Saudaraku. Aku tidak bawa uang."

Mendengar kata-kata itu, wajah pengemis berbinar-binar, dan ia menjawab, "Tak apa-apa Tuan. Saya gembira sekali, karena Anda menyebut saya saudara. Ini pemberian yang sangat besar bagi saya."

Setiap manusia, apapun latar belakangnya, memiliki kesamaan yang mendasar, yaitu ingin dipuji, diakui, didengarkan dan dihormati. Kebutuhan ini sering terlupakan begitu saja. Banyak manajer yang masih beranggapan bahwa orang hanya termotivasi uang. Mereka lupa, nilai uang hanya bertahan sampai uang itu habis dibelanjakan. Ini sesuai dengan teori Herzberg yang mengatakan bahwa uang tak akan pernah mendatangkan kepuasan dalam bekerja. Manusia bukan sekedar makhluk fisik, tapi juga makhluk spiritual yang membutuhkan sesuatu yang jauh lebih bernilai. Mereka butuh penghargaan dan pengakuan atas kontribusi mereka. Tak perlu sesuatu yang sulit atau mahal, ini bisa sesederhana pujian yang tulus.


Namun, memberikan pujian ternyata bukan hal yang mudah. Jauh lebih mudah mengkritik orang lain. Seorang kawan pernah mengatakan, "Bukannya saya tak mau memuji bawahan, tapi saya benar-benar tak tahu apa yang perlu saya puji. Kinerjanya begitu buruk." "Tahukah Anda kenapa kinerjanya begitu buruk?" saya balik bertanya. "Karena Anda sama sekali tak pernah memujinya!" Persoalannya, mengapa kita begitu sulit memberi pujian pada orang lain? Ada 3 hal penyebabnya dan semuanya berakar pada cara kita memandang orang lain.

1. Kita tidak tulus mencintai mereka. Cinta kita bukanlah unconditional love, tetapi cinta bersyarat. Kita mencintai pasangan kita karena ia mengikuti kemauan kita, kita mencintai anak-anak kita karena mereka berprestasi di sekolah, kita mengasihi bawahan kita karena mereka memenuhi target pekerjaan yang telah ditetapkan. Perhatikanlah kata-kata “cinta bersyarat”. Artinya, kalau syarat-syarat tidak terpenuhi, cinta kita pun memudar. Padahal, cinta yang tulus seperti pepatah Perancis: L`amour n`est pas parce que mais malgre. Cinta adalah bukan "cinta karena", tetapi "cinta walaupun". Inilah cinta yang tulus, yang tanpa kondisi dan persyaratan apapun. Cinta tanpa syarat adalah penjelmaan sikap Tuhan yang memberikan rahmat-Nya tanpa pilih kasih. Cinta Tuhan adalah "cinta walaupun". Dengan paradigma ini, Anda akan menjadi manusia yang tulus, yang senantiasa melihat sisi positif orang lain. Ini bisa memudahkan Anda memberi pujian.

2. Kita lupa bahwa setiap manusia itu unik. Ada cerita mengenai seorang turis yang masuk toko barang unik dan antik. Ia berkata, "Tunjukkan pada saya barang paling unik dari semua yang ada di sini!" Pemilik toko memeriksa ratusan barang: binatang kering berisi kapuk, tengkorak, burung yang diawetkan, kepala rusa, lalu berpaling ke turis dan berkata, "Barang yang paling unik di toko ini tak dapat disangkal adalah saya sendiri!" Setiap manusia adalah unik, tak ada dua orang yang persis sama. Kita sering menyamaratakan orang, sehingga membuat kita tak tertarik pada orang lain. Padahal, dengan menyadari bahwa tiap orang berbeda, kita akan berusaha mencari daya tarik dan inner beauty setiap orang. Dengan demikian, kita akan mudah sekali memberi pujian.

3. Paradigm paralysis. Kita sering gagal melihat orang lain secara apa adanya, karena kita terperangkap dalam paradigma yang kita buat sendiri mengenai orang itu. Tanpa disadari kita sering mengotak-ngotakkan orang. Kita menempatkan mereka dalam label-label: orang ini membosankan, orang itu menyebalkan, orang ini egois, orang itu mau menang sendiri. Inilah persoalannya: kita gagal melihat setiap orang sebagai manusia yang "segar dan baru". Padahal pasangan, anak, kawan, dan bawahan kita yang sekarang bukanlah mereka yang kita lihat kemarin. Mereka berubah dan senantiasa baru dan segar setiap saat.

Pujian yang tulus merupakan penjelmaan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Maka, ia mengandung energi positif yang amat dahsyat. Saya telah mencoba menerapkan pujian dan ucapan terima kasih kepada orang-orang yang saya jumpai: istri, pembantu yang membukakan pagar setiap pagi, bawahan di kantor, resepsionis di kantor klien, tukang parkir, satpam, penjaga toko, maupun petugas di jalan tol.

Efeknya ternyata luar biasa. Pembantu bahkan menjawab ucapan terima kasih saya dengan doa, "Hati-hati di jalan, Pak!" Orang-orang yang saya jumpai juga senantiasa memberi senyuman yang membahagiakan. Sepertinya mereka terbebas dari rutinitas pekerjaan yang menjemukan.

Pujian memang mengandung energi yang bisa mencerahkan, memotivasi, membuat orang bahagia dan bersyukur. Yang lebih penting, membuat orang merasa dimanusiakan.

Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. (Efesus 4: 29)

Ringkasan Khotbah Minggu, 20 Februari 2011

Sama Seperti Yesus
(Roma 8: 29)

Ada orang berkata bahwa hidup ini membosankan. Setiap hari melakukan aktiftas begitu-begitu saja dan orang seperti itu adalah orang yang tidak pernah tahu apa tujuan dari hidupnya di dunia ini. Orang yang tidak pernah tahu hidup ini untuk apa, pasti orang itu akan mengalami satu titik yang namanya kebosanan. Demikian juga dengan orang Kristen akan mengalami kebosanan, kenapa setiap minggu harus ke gereja, berdoa, baca firman Tuhan, dan memuji Tuhan. Tujuan setiap orang hidup di dunia ini adalah untuk menjadi serupa dengan Kristus, orang kristen yang berhasil bukan saja diukur dengan kekayaannya tetapi tambah hari tambah mirip Yesus hidupnya. Untuk menjadi mirip Yesus, Allah memakai tiga sarana untuk mengubah kita, yaitu:

1. Firman Tuhan (2 Tim. 3: 16). Firman Tuhan punya kuasa untuk mengubah seseorang menjadi seperti Yesus. Kalau kita merasakan ditegur oleh firman Tuhan maka kita harus berterima kasih sebab firman itu mengubah kita menjadi seperti Yesus. Cara kerja firman Tuhan itu diibaratkan pedang bermata dua (Ibr. 4: 12). Oleh karena ini firman Tuhan masuk dalam hati kita dan dapat menusuk hidup kita yang berdosa.

2. Sesama kita (Ams. 27: 17). Keberadaan orang lain di sekitar kita juga dapat membentuk kita menjadi sama seperti Yesus. Tuhan menempatkan orang-orang yang ada di sekitar kita supaya kita bisa sabar. Itu sebabnya jangan kita berpikir menjauhkan diri dari orang-orang yang Tuhan tempatkan untuk kita, sebab untuk menjadi serupa dengan Yesus kita harus sabar.

3. Segala sesuatu (Roma.8: 28). Allah dapat memakai segala sesuatu untuk membentuk kita menjadi sama seperti Yesus. Segala sesuatu tersebut dapat berupa masalah, persoalan, kesusahan atau penderitaan. Semua hal yang tampaknya buruk bagi kita dapat mendatangkan kebaikan bagi kita. Kita harus perhatikan bahwa Allah bisa pakai segala cara untuk membentuk kita menjadi serupa dengan Yesus.

By: Pdt. Henoch Wilianto - Minggu, 20 Februari 2011