JADWAL IBADAH

FELLOWSHIP PELAYAN TUHAN
Rabu, 9 Juni 2010
Pukul 19.00 Wib

KEBAKTIAN DOA MALAM
Jumat, 11 Juni 2010
Pukul 19.00 Wib
Pembicara: Pdt. Lindawati K.

KEBAKTIAN WANITA
Sabtu, 12 Juni 2010
Pukul 10.00 Wib
Pembicara: Pdt. Hosiana Yunus

KEBAKTIAN PEMUDA
Sabtu, 12 Juni 2010
Pukul 18.00 Wib
Pembicara: Ibu Yunita

KEBAKTIAN UMUM
Minggu, 13 Juni 2010
Pagi - Pukul 07.30 Wib
Siang - Pukul 10.00 Wib
Sore - Pukul 17.00 Wib
Pembicara: Pdt. Andri Wisnu
Disertai Kebaktian Anak

RH Minggu, 13 Juni 2010

SALING MELAYANI (1 Petrus 4: 7-11)

Ketika Bill Hybels dan jemaatnya mendirikan gedung gereja, mereka tidak punya cukup uang untuk mempekerjakan karyawan. Jadi, semua anggota diminta melayani. Ada yang membersihkan toilet, merawat taman, mengurus administrasi, dan lain-lain. Kekurangan dana itu ternyata membawa berkat besar. Ketika semua terlibat dalam pelayanan, mereka merasa diri berarti. Juga tumbuh persekutuan yang akrab dan penuh sukacita. "Gereja dirancang sebagai organisasi relawan. Kuasa gereja muncul ketika setiap orang memberikan bakat mereka," ungkap Hybels dalam bukunya The Volunteer Revolution.

Jika setiap anggota saling melayani, bukan hanya gedung gereja yang terawat rapi. Pelayanan yang tulus itu akan menumbuhkan kasih. Pada dasarnya, melayani bukanlah sekadar mengikuti aktivitas gerejawi, melainkan juga mewujudkan kasih dalam tindakan. Apakah gereja Anda sedang kekurangan staf? Kekurangan biaya untuk merawat gereja? Inilah saatnya kita saling melayani. Libatkan diri Anda dalam pelayanan yang tulus. Gereja Anda akan terlayani dengan baik, dan Anda sendiri akan bertumbuh!

RH Sabtu, 12 Juni 2010

HIBURAN (Efesus 5; 1-21)

Setiap orang memiliki kebutuhan untuk melepas ketegangan dan menikmati hiburan. Namun, hiburan yang kita terima diyakini dapat memengaruhi karakter dan pola pikir kita. Beberapa penelitian psikologi juga menemukan relasi tersebut. Sebagai contoh, orang yang banyak mengonsumsi video game atau acara-acara televisi yang banyak mempertontonkan adegan kekerasan, dipercayai akan cenderung menjadi lebih agresif dan anti-sosial daripada orang yang memilih hiburan dalam bentuk lain. Karena itu, adalah penting untuk kita menyeleksi hiburan apa yang kita konsumsi. Salah satu caranya, adalah dengan tidak hidup "berkawan" dengan segala yang bisa membawa kita kepada ketidakkudusan hidup. Dalam konteks saat ini, termasuk tidak "berkawan" dengan segala hiburan yang tidak baik; hiburan yang banyak mengeksploitasi kekerasan, seksualitas, dan okultisme. Atau, hiburan yang cenderung membuat kita kecanduan dan lupa diri, sehingga hidup tidak terkendali dan menjauh dari Tuhan. Sebaliknya, kita perlu mengelola waktu sedemikian rupa untuk mengerjakan hal-hal yang berkenan kepada Tuhan; memilih hiburan yang tepat; hiburan yang membangun relasi dengan orang lain; yang membentuk karakter kita menjadi lebih baik; yang berguna bagi banyak orang; yang mendekatkan kita kepada Tuhan.

RH Jumat, 11 Juni 2010

MALAS KARENA NYAMAN (2 Tesalonika 3: 1-15)

Gordi adalah seekor ikan laut kecil yang dipelihara Toni dalam akuarium. Toni merawat Gordi dengan penuh kasih sayang; diberi makanan terbaik, perawatan terbaik. Akuariumnya dibersihkan, juga dihias dengan mainan dan rumput-rumputan. Suatu hari, Toni membawa Gordi dan akuariumnya ke pantai, lalu meletakkannya di pasir, tepat di pinggir pantai. Tiba-tiba ombak besar datang menghantam pantai. Toni berhasil melarikan diri. Akan tetapi, Gordi dan akuariumnya terseret ombak ke laut lepas. Tidak berapa lama, Gordi mulai kelaparan. Ia mulai menangis. Ikan-ikan lain yang melihatnya bertanya, "Mengapa kamu menangis?" Gordi menjawab, "Saya tidak punya sesuatu pun untuk dimakan." Ikan-ikan lain itu menasihati Gordi agar pergi dan mencari makanan untuk dirinya. Namun, Gordi bergeming. Sampai berhari-hari kemudian, ikan-ikan melewati Gordi yang sekarat karena kelaparan, sambil berkata, "Ikan malang. Ia mati kelaparan karena menunggu diberi makan dan terlalu malas untuk berenang mencari makanannya sendiri." Kemapanan dan kenyamanan memang menyenangkan, tetapi tidak jarang itu justru membuat kita terlena dan malas. Telanjur enak, sehingga kita tidak lagi menggali potensi kita dan berhenti belajar. Jadi, berhati-hatilah, kemapanan dan kenyamanan yang kita terima jangan sampai membuat kita terbuai dan malas. Sebab itu akan merugikan diri kita sendiri.

RH Kamis, 10 Juni 2010

MERUNTUHKAN BENTENG (Kisah Para Rasul 10: 25-36)

Di Inggris pada abad ke-18, hanya wanita bangsawan yang dapat memakai gaun katun bercorak karena harganya mahal. Maka ketika itu, gaun katun corak menjadi simbol kekayaan. Akan tetapi, perubahan industri abad ke-19 mengubah segalanya: produksi katun corak yang lebih mudah membuat harganya sangat turun, sehingga wanita kaum pekerja pun kerap memakainya. Tidak terima dengan perkembangan ini, para wanita bangsawan lantas mengganti tren dengan kain putih polos. Demikianlah, saat sebuah "jembatan" nyaris tercipta, para wanita bangsawan itu malah lebih suka membuat "benteng".

Bahkan, kita pun tak dapat memungkiri bahwa hingga sekarang, pembatas-pembatas di antara manusia masih ada. Mungkin kita mengajarkan kasih Kristus kepada anak-anak, tetapi bisa jadi kita juga melarang mereka bergaul dengan orang yang tidak sederajat. Apabila Allah pun meruntuhkan "benteng" yang memisahkan, jangan kita malah membangunnya kembali. Saatnya membangun banyak "jembatan" yang mempersatukan.

RH Rabu, 09 Juni 2010

RESPONS OTOMATIS (Ayub 2: 1-10)

Semua manusia memiliki respons otomatis. Respons ini dibentuk oleh kebiasaan merespons sesuatu yang dihadapi. Contohnya, jika ada orang yang selalu mengatakan "Ah, sulit!" atau "Saya tidak bisa" pada waktu diberi tugas yang baru, maka orang tersebut akan cenderung memiliki respons otomatis yang spontan juga kerap mengatakan "sulit" dan "tidak bisa". Berkebalikan dengan hal itu, Ayub adalah seorang yang memiliki respons otomatis yang positif. Respons otomatis Ayub bukan hanya berasal dari kebiasaannya merespons situasi, melainkan juga dari pengenalannya yang benar akan kedaulatan Allah. Ayub sangat tahu bahwa Allah-lah yang berdaulat atas semuanya. Oleh sebab itu, ia tidak menjadi kecewa ketika harus menghadapi keterpurukan sekalipun. Dalam menghadapi tantangan hidup, sangat penting memeriksa bagaimana respons otomatis kita bekerja. Kembangkan respons otomatis yang positif dan keyakinan akan kedaulatan Allah yang memiliki diri kita sepenuhnya.

RH Selasa, 08 Juni 2010

ELING (Ulangan 26: 1-11)

"Agama: eks kristen." Saya kaget membaca informasi ini di akun Facebook mantan teman sekolah saya. Dulu ia termasuk rajin ke gereja. Tidak jelas apa yang terjadi atas dirinya dalam 20 tahun terakhir. Yang jelas kini ia telah menjadi orang berada. Memimpin perusahaan ternama. Kerja kerasnya mengumpulkan harta rupanya tidak dipandang sebagai berkat Tuhan, melainkan hasil usaha sendiri. Sayang! Ia kehilangan sikap eling. Sikap ingat asal-usul, sadar bahwa kita bisa menjadi seperti sekarang - selamat, sukses, sehat - karena campur tangan Tuhan. Supaya kita selalu eling, sering-seringlah bersaksi tentang kebaikan Tuhan. Anda baru sembuh dari sakit? Mendapat berkat? Mengalami pertolongan Tuhan? Jangan diam saja. Saksikan pada keluarga dan rekan. Katakan bahwa semua itu Anda alami karena kebaikan Tuhan. Niscaya Anda akan selalu eling. Dan, tidak pernah menjadi "eks kristen".

RH Senin, 07 Juni 2010

UMUR MANUSIA (Kejadian 5)

“Make a wish!" Kalimat inilah yang disarankan bagi orang-orang yang tengah meniup lilin ulang tahunnya. Macam-macam doa dan harapan pun dipanjatkan. Salah satu yang paling umum adalah meminta panjang umur. Untuk mencapainya, orang mencoba bermacam cara: diet, olahraga, mengolah stres, hidup seimbang, dsb. Coba perhatikan rumusan kalimat: "X berumur Y tahun, lalu ia mati." Keterangan "lalu ia mati" menunjukkan bahwa betapa pun panjang umur manusia-hingga ratusan tahun, manusia pasti mati. Tidak ada manusia yang abadi. Ia dibatasi oleh kematiannya. Dengan menyadari keterbatasan manusia ini, penulis menegaskan betapa hidup yang tak abadi ini perlu menjadi ajang di mana kita perlu dekat dengan Allah, sebagaimana diteladankan Henokh yang diangkat oleh Allah. Hidup yang terbatas bukanlah penjara untuk tak berjumpa dengan Allah. Sebaliknya, hidup yang tidak abadi ini semestinya membuat kita sungguh-sungguh mengarahkan hati pada Allah yang abadi.

Artikel


Aku Tidak Mengerti?

Pada suatu malam yang dingin dan bersalju di kota Chicago, seorang anak kecil sedang berusaha menjual koran di sebuah sudut jalan, di situ banyak orang-orang yang berlalu lalang. Tetapi karena dia begitu kedinginan, dia tidak lagi berusaha menjual korannya.

Dia kemudian berjalan ke arah seorang polisi dan berkata, "Pak Polisi, apakah Anda tahu tempat di mana anak laki-laki miskin dapat menemukan tempat yang hangat untuk tidur malam ini? Saya tidur di dalam kotak di sebuah lorong di sudut jalan ini dan di sana sangat dingin sekali malam ini. Pasti sangat menyenangkan bisa memiliki tempat yang hangat untuk tinggal."

Sejenak polisi itu menatap anak kecil itu dan berkata, "Pergilah ke rumah besar yang berwarna putih itu dan ketuklah pintunya. Ketika pemilik rumah keluar dari pintu, kamu hanya perlu mengucapkan Yohanes 3:16 dan dia pasti akan mengijinkanmu masuk ke dalam rumahnya."

Segera anak kecil itu pergi ke rumah yang dimaksud oleh pak polisi dan mengetuk pintu rumah itu. Ketika dia melihat seorang wanita membuka pintu, dia segera berkata, "Yohanes 3:16."

Dan wanita itu berkata, "Ayo, masuklah anak kecil." Wanita itu membawanya dan mendudukkannya di sebuah kursi goyang di depan perapian tua yang besar, kemudian wanita itu pergi.

Anak kecil itu duduk di sana sendirian untuk sementara waktu, dalam hatinya dia berpikir, "Yohanes 3:16, aku tidak mengerti, tetapi aku yakin itu yang membuat seorang anak kecil yang kedinginan menjadi hangat."

Sesaat kemudian wanita itu kembali dan bertanya kepadanya, "Apakah kamu lapar?"
Anak kecil itu menjawab, "Yah, aku sangat lapar. Aku belum makan beberapa hari dan aku kira aku dapat makan sedikit makanan."

Lalu wanita itu membawanya ke dapur dan mendudukkannya di sebuah meja besar yang penuh dengan makanan lezat. Anak kecil itu segera makan dan makan sampai dia tidak bisa makan lagi. Sejenak terlintas lagi dalam pikirannya, "Yohanes 3:16, aku semakin tidak mengerti, tapi jelas itu sudah membuat anak yang lapar menjadi kenyang."

Wanita itu lalu membawanya ke lantai atas - ke sebuah kamar mandi. Anak kecil itu kemudian berendam dan mandi di dalam bathtub besar yang berisi air hangat. Sementara dia berendam di dalam bathtub itu, dia berpikir, "Yohanes 3:16, aku semakin tidak mengerti, tapi jelas itu sudah membuat anak kecil yang kotor menjadi bersih. Aku tidak pernah memiliki kamar mandi seumur hidupku. Kamar mandi satu-satunya yang pernah aku miliki adalah sebuah hidran tua yang bocor."

Sesaat kemudian, wanita itu masuk dan memberinya baju kemudian membawanya ke sebuah kamar yang besar. Anak kecil itu dibaringkan di tempat tidur besar dan menaruh selimut di sekitar badan dan lehernya sebelum kemudian memberikan ciuman selamat malam dan mematikan lampu.

Ketika anak kecil itu berbaring di dalam kegelapan dan melihat keluar jendela, di luar salju turun dan dingin, dia berpikir dalam hatinya, "Yohanes 3:16, aku tidak mengerti, tapi jelas itu telah membuat anak kecil yang kelelahan dapat beristirahat."

Keesokan harinya wanita itu kembali membawanya ke meja besar yang sama dan penuh dengan makanan. Setelah dia selesai makan, wanita itu mengajaknya duduk di kursi goyang di depan perapian. Wanita itu mengambil sebuah Alkitab tua yang besar sambil memandang ke arah anak kecil itu, dia bertanya, "Apakah kamu mengerti Yohanes 3:16?"

Anak kecil itu menjawab, "Tidak, Bu. Saya tidak mengerti. Saat pertama kali saya mendengarnya adalah ketika seorang polisi memberitahu saya untuk mempergunakannya."

Kemudian wanita itu membuka Alkitab di Yohanes 3:16, dan ia mulai menjelaskan kepadanya tentang Yesus. Tepat di depan perapian tua yang besar, anak kecil itu memberikan hati dan hidupnya kepada Yesus. Anak kecil itu tetap duduk di situ dan berpikir, "Yohanes 3:16. Aku masih tidak mengerti, tapi yang jelas itu sudah membuat seorang anak yang hilang diselamatkan."

Anda mungkin juga tidak tahu, tidak mengerti dengan baik, bagaimana Allah telah bersedia memberikan Anak-Nya yang tunggal untuk mati bagi Anda, dan bagaimana Yesus sudah mati di kayu salib untuk Anda. Anda mungkin tidak mengerti tetapi yang jelas itu telah membuat hidup Anda menjadi lebih berarti!

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3: 16)

Ringkasan Khotbah Minggu, 30 Mei ‘10


Kecewa (Mazmur 73: 1-28)

Kitab Mazmur 73 ditulis oleh Asaf. Asaf adalah seorang Lewi dan pemimpin biduan. Asaf merupakan orang yang dikhususkan sebagai iman. Dari ayat 13 kita dapat mengetahui bahwa Asaf memiliki kehidupan yang bersih di hadapan Tuhan. Dalam Mazmur 73 ini menyiratkan kata-kata dan kalimat yang berisi amarah dan rasa kecewa. Sekalipun Asaf adalah seorang iman, ia juga pernah merasakan kecewa. Tetapi rasa kecewanya itu terhapus tatkala ia mulai memandang Tuhan. Setiap orang pasti pernah merasakan kecewa. Pada saat kita memandang kepada Tuhan, maka Tuhan dapat mengubah rasa kecewa kita. Perasaan kecewa tidak lagi membuat kita jauh dari Tuhan melainkan membuat kita semakin dekat dengan Tuhan.

Ada tiga kunci untuk mengubah perasaan kecewa, yaitu:

1. Jangan lari dari Tuhan tapi cari jawabannya kepada Tuhan. Pada saat kita mulai kecewa dengan sekeliling kita dan kita mencari jawaban kepada Tuhan, maka kita pun akan beroleh pengertian dari Tuhan. Allah tidak akan diam saja memperhatikan setiap tingkah laku manusia yang berdosa (Rm. 1: 18).

2. Yakinkan diri bahwa Tuhan itu baik dan Tuhan tidak pernah salah (ay.1). Apa pun yang menjadi persoalan kita dan sekalipun Tuhan tidak menjawab doa kita, Tuhan tetap baik. Asaf mungkin tidak mendapati keadaan sekelilingnya berubah, tetapi ia mengalami perubahan pengalaman rohani. Ia dapat melihat Tuhan itu baik dan penuh kasih setia.


3. Jadikan rasa kecewa itu ukuran motivasi kita dalam mencari Tuhan. Banyak orang yang menjadi mundur dan tidak lagi beribadah hanya karena kecewa pada sekelilingnya dan juga pada Tuhan. Bagaimana dengan motivasi ibadah kita? Berkat atau Tuhan itu sendiri. Jangan biarkan rasa kecewa dapat menjauhkan kita dari Tuhan. Pada saat kita mulai kecewa pandanglah kepada Tuhan maka rasa kecewa itu akan berubah. Kita akan selalu mendapati Tuhan itu baik dan penuh dengan kasih setia. Amin

By: Pdm. Handoko - Minggu, 30 Mei ‘10