JADWAL IBADAH

TRAINING PRAISE & WORSHIP
Senin, 25 Oktober 2010 - Pk. 19.00 Wib
Oleh: Pdt. Stevie Budi

PERSEKUTUAN DOA RUMAH TANGGA
Rabu, 27 Oktober 2010 - Pk. 19.00 Wib
Di Rumah Bp. Henoch W.

KEBAKTIAN DOA MALAM
Jumat, 29 Oktober 2010 - Pk. 19.00 Wib
Pembicara: Pdt. Samuel Sianto

KEBAKTIAN WANITA
Sabtu, 30 Oktober 2010 - Pk. 10.00 Wib
Pembicara: Ibu Fanny H.

KEBAKTIAN PEMUDA
Sabtu, 30 Oktober 2010 - Pk. 18.00 Wib
Pembicara: Gembala Sidang

KEBAKTIAN UMUM
Minggu, 31 Oktober 2010
Pk. 07.30; 10.00; 17.00 Wib
Pembicara: Pdt. Yunias Riyadi

RH Minggu, 31 Oktober 2010

TALENTA (Matius 25: 14-30)

Ada sebuah cerita tentang talenta yang nyaris terkubur. Di sebuah bar, seorang pemain piano diminta untuk tidak bermain piano, tetapi menyanyi. Si pemain piano menolak dengan alasan ia tidak bisa menyanyi. Pemilik bar berkata, "Saya tidak membutuhkan pemain piano, tetapi seorang penyanyi. Kalau kamu tidak mau menyanyi, saya tidak akan membayar." Dengan terpaksa si pemain piano itu mulai menyanyi. Dan belum pernah ada orang yang mendengar lagu Mona, Mona Lisa seindah malam itu saat dinyanyikan oleh si pemain piano, Nat King Cole, yang akhirnya menjadi penyanyi ternama.

Melalui perumpamaan tersebut kita belajar bahwa setiap orang pada dasarnya punya talenta. Tidak ada orang yang sama sekali tidak diberi talenta apa-apa oleh Tuhan. Hanya memang ada yang diberi banyak, ada yang diberi sedikit. Namun, banyak dan sedikitnya talenta itu bukan soal, sebab yang penting adalah bagaimana kita mengelolanya. Apakah kita mengelolanya dengan baik, sehingga menjadi berkat? Atau, malah menguburnya dan tidak menghasilkan apa-apa.

RH Sabtu, 30 Oktober 2010

SAHABAT (1 Raja-raja 5: 1-12; 2 Samuel 10: 1-5)

Sebuah pepatah Cina kuno berkata bahwa belum tentu kita bisa mendapatkan seorang sahabat baru dalam 1 tahun, tetapi sangatlah mudah untuk menyakiti dan kehilangan seorang teman dalam 1 jam. Karena itu, orang yang bijak akan menghargai dan menjaga persahabatan dengan teman-temannya. Sama seperti yang dilakukan Raja Salomo kepada Hiram, raja Tirus, sahabat Raja Daud, ayah Salomo. Sebaliknya, orang yang bodoh akan memandang ringan persahabatan yang ia miliki dan memperlakukan teman-temannya dengan sesukanya. Inilah yang dilakukan oleh Hanun bin Nahas, raja Amon yang baru saja naik takhta menggantikan ayahnya yang belum lama meninggal. Ayahnya dulu adalah sahabat Raja Daud, sehingga Daud merasa perlu mengirimkan utusan untuk menyatakan belasungkawanya. Sebuah tindakan yang memutuskan tali persahabatan antara bani Amon dengan bangsa Israel dan berbuahkan peperangan yang membawa kerugian besar bagi bani Amon. Siapa saja sahabat dan teman kita saat ini? Sudahkah kita menghargai mereka dengan sepantasnya? Apakah ada dari mereka yang kita abaikan atau bahkan kita perlakukan dengan semena-mena? Kalau ada, segeralah perbaiki hubungan yang mulai rusak itu. Jangan lupa pula untuk terus memelihara setiap hubungan persahabatan yang sudah berjalan baik selama ini.

RH Jumat, 29 Oktober 2010

MENDEKAP ATAU MERONTA (Yakobus 4: 1-10)

Suatu pagi seorang ayah mencoba menolong burung gereja yang terluka di depan rumahnya. Digenggamnya burung itu, tetapi ia terus meronta ketakutan lalu terbang sebelum sempat diobati. Sore harinya sang ayah membawa putrinya yang sakit ke dokter. Anak itu pun ketakutan melihat dokter akan memberinya suntikan. Ia mendekap ayahnya erat-erat. Sang ayah memeluk sambil mengusap kepalanya. Hari itu sang ayah berhasil menolong putrinya yang sakit, tetapi gagal menolong si burung gereja. Sebab si anak mendekapnya di kala sakit, sedang si burung gereja meronta dan meninggalkannya.

Setiap orang bisa merasa sakit hati ketika apa yang ia inginkan tidak kesampaian. Dalam menghadapi kekecewaan, ia dihadapkan dengan dua pilihan. Pertama, bersikap memberontak. Rasa kecewa dan tertolak membuatnya menjauhi Tuhan dan bersahabat dengan dunia. Pilihan kedua, mendekat kepada Allah. Cara ini memulihkan, sebab ketika ia mendekat pada Tuhan, Tuhan pun akan mendekat kepadanya. Selama Anda menjauh, hidup tidak akan menjadi semakin baik. Mendekatlah kepada Tuhan, supaya Dia dapat memulihkan Anda.

RH Kamis, 28 Oktober 2010

TEGURAN SEORANG ANAK (Lukas 2: 41-52)

Ini cerita dari D.L. Moody, dalam buku berjudul Orang Buta yang Membawa Lentera. Seorang gadis kecil pulang dari gereja. Sambil duduk di pangkuan ayahnya ia berkata, "Ayah, apakah Ayah minum minuman keras lagi?" Perkataan putrinya itu membuat sang ayah gelisah. Jika istrinya yang menegur, tentu ia sudah hilang kesabaran dan minum lebih banyak alkohol. Namun, putrinya menegur dengan kasih. Ia pun bertobat. Sejak itu, rumahnya menjadi "surga" kecil. Keterbukaan komunikasi ini tidak merenggangkan hubungan, tetapi justru mengarahkan kembali keluarga itu akan rancangan besar Allah bagi mereka. Seorang anak yang mengenal kasih Kristus sangat mungkin menjadi saksi yang berani. Sebab ia tulus, tak ada niat menjerumuskan atau mempermalukan orang lain. Khususnya bagi keluarga sendiri. Tak selalu orangtua yang mengoreksi anak. Bahkan, ketika suami atau istri tak mampu menegur pasangannya, maka si anak dapat. Justru anak kerap dapat menegur orangtua dengan cara yang lebih mudah diterima. Maka, bawa anak sedini mungkin kepada Kristus. Tanamkan kesetiaan beribadah. Dukung pertumbuhan rohaninya melalui bacaan dan pujian rohani. Agar mereka menjadi murid Kristus yang ikut mewujudkan surga kecil dalam keluarga!

RH Rabu, 27 Oktober 2010

MATA UNTUK KELELAWAR (Lukas 12: 22-32)

Kelelawar memiliki mata faset yang tidak memungkinkannya untuk melihat jauh, apalagi pada malam hari. Uniknya, Tuhan mencipta kelelawar justru untuk hidup di tempat gelap dan terbang pada malam hari. Maka, bayangkan jika kelelawar berpikir bahwa sumber kekuatannya hanya pada penglihatan. Ia pasti takkan pernah terbang karena takut menabrak benda-benda keras yang dapat melukainya. Ia tidak dapat mencari makanan dan tempat tinggal, lalu akhirnya mati. Ternyata Tuhan memberinya kelebihan lain, yang disebut ekolokasi. Yakni kemampuan memperkirakan jarak benda dengan mendengarkan pantulan bunyi yang berfrekuensi tinggi. Dengan demikian kelelawar dapat terbang cepat tanpa takut menabrak berbagai benda. Kemampuan ekolokasi pada kelelawar, makanan untuk burung gagak, dan pakaian indah untuk bunga bakung, menunjukkan bahwa Tuhan selalu memperlengkapi setiap ciptaan sesuai dengan yang ia perlukan untuk hidup. Dan, jika kelelawar pun Dia perlengkapi, Dia juga pasti memperhatikan hidup kita. Maka, jangan habiskan waktu untuk mempertanyakan apa yang tidak kita miliki. Tuhan tidak salah menempatkan kita dengan berbagai persoalan yang ada. Dia menyediakan segala hal yang melampaui keterbatasan kita, agar hidup kita menyatakan kemuliaan dan kebesaran Kerajaan-Nya.

RH Selasa, 26 Oktober 2010

ANAK YANG SEPERTI APA? (Yohanes 1: 12-13)

Seorang penafsir Alkitab, William Barclay, menuliskan bahwa di dunia ini ada dua pandangan anak terhadap orangtua yang membesarkannya. Pertama, anak yang hanya menikmati kasih orangtuanya tanpa berbuat apa-apa sebagai timbal baliknya. Baginya, memang sudah kewajiban orangtua untuk memelihara anak-anaknya. Kedua, anak yang tetap mengingat dan sangat menyadari segala jerih payah dan kasih sayang orangtuanya. Dari kesadaran itu, ia menggunakan segala kesempatan untuk menyenangkan orangtuanya sebagai tanda terima kasih kepada mereka. Alkitab mencatat bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus diberi kuasa atau diangkat menjadi anak-anak Allah. Kita patut mengucap syukur atas hal ini. Akan tetapi, ada satu pertanyaan yang harus kita pikirkan. Sebagai anak Allah, anak yang seperti apakah kita? Apakah kita bersikap seperti anak yang hanya mau menikmati kasih Allah karena kita berpikir bahwa memang sudah sewajarnya Allah memelihara dan memperhatikan kita? Atau, kita menjadi anak yang benar-benar memahami bahwa kasih Allah kepada kita begitu besar, sehingga kita mau menjadi anak yang menyenangkan hati Bapa?

RH Senin, 25 Oktober 2010

APA NAMA HARI ANDA? (Keluaran 17: 1-7)

Anak perempuan sulung saya menamai kamarnya: "Istana Ceria". Dengan menamai kamarnya demikian, di situ ia merasa nyaman untuk bebas bermain, menari, dan melakukan banyak hal yang membuatnya terus ceria dan bergembira. Musa juga pernah memberi nama tempat yang dilalui bangsa Israel, sesuai dengan peristiwa yang mereka alami di situ. Bacaan kita menceritakan bahwa ini adalah kali kedua Musa melakukannya, yakni di tempat mereka bersungut-sungut soal air minum. Pengalaman bahwa dulu Tuhan pernah menolong mereka (Kel. 15: 22-27), sepertinya tak membekas dalam hati. Mereka lebih mudah bersikap tak puas dengan hidup, lalu bertengkar dengan Musa, hingga dengan demikian mereka mencobai Tuhan. Itulah sebabnya tempat peristiwa ini terjadi diberi nama Masa (artinya: pencobaan) dan Meriba (artinya: pemberontakan atau perselisihan). Apabila hari-hari dalam hidup Anda diberi nama, apa kira-kira nama yang akan Anda berikan? Ada banyak nama positif yang dapat kita pakai sebagai pernyataan iman, juga menjadi pengingat agar kita selalu kuat dan bersemangat saat menjalani kehidupan. Pilihlah nama-nama yang positif untuk menamai hari Anda, sebab seperti itu pulalah Anda akan menghidupinya. Jadilah semangat oleh nama tersebut dan jadilah berkat!

Artikel

Menaklukkan Kehidupan Dengan Satu Kaki

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
(Filipi 4: 13)


Namanya adalah Roger Crawford dan bekerja sebagai konsultan dan pembicara motivator bagi banyak perusahaan fortune 500 di penjuru Amerika. Ketika masih di universitas, ia adalah pemain tennis untuk Marymount Layola University dan menjadi pemain tennis professional. Apakah hal itu tidak membuat Anda terkesan? Tunggu dulu, jika saya katakan bahwa dia tidak punya tangan dan hanya punya satu kaki, bagaimana?

Roger dilahirkan dengan kondisi yang disebut ectrodactylism. Ketika masih dalam kandungan, dokter hanya melihat seperti ada jari jempol keluar dari lengan kanannya dan jari-jari tumbuh di lengan kirinya, namun ia tidak memiliki telapak tangan. Kaki kirinya terus menyusut hanya memiliki tiga jari, kaki ini diamputasi saat ia berumur 5 tahun. Orangtuanya diberitahu bahwa Roger tidak akan pernah memiliki kehidupan yang normal.

Namun orangtua Roger tidak menyerah, mereka membentuk Roger menjadi manusia normal dan mengajarinya hidup mandiri. Ketika Roger telah siap, ia disekolahkan di sekolah umum. Mereka mengajarinya berpikir positif, dan jadilah Roger menjadi pribadi yang positif.

Roger tidak membiarkan kekurangannya menghambatnya untuk berhasil dan menikmati kehidupan yang telah Tuhan karuniakan. Ia menjalani hidupnya dengan maksimal, karena ia mempercayai bahwa Allah memberikan kelebihan unik dalam dirinya dibalik semua kekurangan yang ada dalam dirinya.

Hari ini apa yang menjadi penghalang bagi Anda untuk maju? Datanglah kepada Allah dan mintalah kekuatan dari-Nya untuk menaklukkan kelemahan itu. Karena kepada setiap orang Allah telah karuniakan sebuah berkat yang unik dimana Anda bisa nikmati secara maksimal di dalam Yesus Kristus.

Kekurangan Anda bukanlah kelemahan, itu hanyalah berkat tersembunyi dari Allah dalam bungkus yang lusuh.

Artikel

Tinta Ajaib dan Sebatang Pensil

Bertahun-tahun yang lalu, Amerika Serikat dan Uni Soviet terlibat dalam perlombaan untuk menguasai ekspedisi ke luar angkasa (Space race). Ilmuwan dan insinyur dari kedua negara tersebut terus-menerus berada di dalam kompetisi yang sangat ketat untuk menemukan terobosan teknologi yang akan membuat negara mereka selangkah lebih maju dari negara saingannya.

Salah satu bidang yang membuat pusing para ilmuwan NASA (lembaga antariksa AS) adalah: menemukan tinta yang bisa digunakan di ruang tanpa bobot di dalam pesawat luar angkasa. Puluhan bahkan ratusan ribu dollar dihabiskan untuk menemukan formula tinta "ajaib" tersebut. Ratusan bahkan ribuan jam dihabiskan untuk melakukan riset dan eksperimen. Anda tahu apa yang dilakukan oleh Uni Soviet? Mereka menulis memakai pensil!

Seringkali, kita sibuk mencari-cari apa yang tidak ada; padahal apa yang kita butuhkan sebenarnya telah tersedia di depan mata. Banyak orang percaya yang tidak pernah berani melangkah untuk melakukan sesuatu oleh karena terus-menerus merasa kurang, belum dewasa, tidak punya karunia, minim talenta, dan segudang alasan yang lain.

Terlalu banyak orang yang menunggu agar ia lebih dulu "sempurna" sebelum mulai bekerja. Beberapa orang menghabiskan jam-jam doanya untuk meminta karunia-karunia Roh yang adikodrati (supranatural), karena berpikir bahwa tanpanya ia tidak akan pernah berguna.

Kadang, kita begitu sibuk memikirkan hal-hal yang terlalu besar atau tinggi tentang diri kita. Apalagi, ketika kita mulai membandingkan diri dengan orang lain, yang di mata kita memiliki puluhan kelebihan yang tidak kita miliki.

Kita ingin seperti dia, dan kita berpikir bahwa kita hanya akan berguna kalau kita pun memiliki semua kelebihan itu. Kita lupa untuk menilai diri kita "menurut ukuran iman yang dikaruniakan Allah kepada kita masing-masing" (Rm. 12: 3).

Dalam perumpamaan tentang talenta (Mat. 25: 14-30), sang Tuan menunjukkan penghargaan yang persis sama kepada hamba yang memiliki 5 talenta maupun 2 talenta. Ia menghargai mereka bukan berdasar berapa talenta yang mula-mula mereka miliki, namun berdasar apa yang mereka lakukan dengan talenta itu. Kalau saja hamba dengan 1 talenta itu mau bekerja mengembangkan talentanya, pastilah ia akan mendapat penghargaan yang sama dari sang Tuan.

Kita tidak perlu menunggu lagi. Kita bisa mulai bergerak sekarang, dengan apa yang kita punya, dengan apa yang kita bisa. Keluar dari kotak egoisme, lepas dari belengu rasa rendah diri, memperhatikan orang lain, melakukan sesuatu; sekalipun sederhana dan kelihatannya tidak berarti apa-apa. Kita tidak pernah tahu berkat macam apa yang diterima orang lain dari tindakan kita yang paling sederhana. Tapi Tuhan tahu.

Prinsip "siapa mempunyai, ia akan diberi" (Mat. 25: 29) itu benar. Kalau kita berani mulai melakukan sesuatu, dengan hati tulus dan nurani yang murni, maka Tuhan yang akan menambahkan kemampuan, talenta, karunia, dan entah apa lagi namanya, untuk makin melengkapi kita.

Dan jangan kaget, kalau kita setia melakukannya, kita akan mendapati bahwa Tuhan mulai mempertajam kepekaan hati kita kepada keadaan orang lain; sampai-sampai kita seolah-olah bisa "meramalkan" kebutuhan orang. Sehingga ketika kita melakukan atau mengatakan sesuatu, sesuatu itu begitu "tepat" memenuhi kebutuhan orang lain.

Jangan menghabiskan waktu untuk menemukan tinta ajaib. Ambillah pensil yang sekarang tergeletak di atas meja.

RH Minggu, 24 Oktober 2010

WAKTU BAGI KELUARGA (Pengkhotbah 2: 4-11; 22-26)

Lo Scalzo, jurnalis foto Amerika ternama, telah bertugas di 60 negara dan meraih banyak penghargaan internasional. Kesibukan tugas membuatnya sering sekali meninggalkan istrinya. Suatu hari, saat meliput perang Irak, istrinya dilarikan ke Rumah Sakit karena keguguran untuk kedua kali. Scalzo merasa sangat bersalah. Sejak itu, ia bertekad mengubah prioritas hidupnya. Ia berupaya hadir dalam keluarga, walaupun harus melewatkan banyak momen langka untuk meliput berita. Ia menulis: "Prestasiku sebagai jurnalis foto hebat akan segera dilupakan, tetapi prestasi sebagai ayah dan suami hebat akan dikenang selamanya oleh anak dan istriku."

Banyak orang sibuk melakukan pekerjaan besar. Segenap waktu dan tenaga tercurah untuk meraih kesuksesan. Banyak orang bekerja keras dari pagi hingga larut malam, sampai jarang bisa bercengkerama dengan keluarganya. Mereka berdalih, "Aku berjerih payah mencari uang demi keluarga." Benarkah itu? Apa artinya berkeluarga jika kita sulit ditemui? Tanpa kehadiran, kasih, dan perhatian, keluarga akan merana. Kalau sudah begitu, semua yang kita kumpulkan nantinya menjadi sia-sia!

RH Sabtu, 23 Oktober 2010

KALAU BUTUH (Yeremia 2: 26-37)

Seorang pemuda yang sedang bersekolah di luar negeri sudah lama tidak memedulikan orangtuanya. Bahkan, ketika ibunya sakit atau ketika ayahnya stres berat, ia tidak menghubungi orangtuanya, meski saudara-saudaranya sudah mengingatkannya. Hingga suatu hari, pemuda tersebut mengalami masalah keuangan. Ia pun menelepon orangtuanya, merayu-rayu, kemudian meminta uang. Kita semua tentu tidak mau punya anak yang bersikap demikian. Demikian juga Allah tidak mau umat-Nya bersikap demikian kepada-Nya. Dia sedih ketika umat-Nya mendekat kepada-Nya hanya ketika sedang membutuhkan pertolongan-Nya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga terbiasa mendekat kepada-Nya hanya ketika kita memerlukan pertolongan-Nya? Ketika kita melupakan-Nya saat hidup berlangsung nyaman; dan hanya datang kepada-Nya ketika kita susah, sesungguhnya kita sedang melukai hati-Nya. Kita tidak bersikap sebagai umat yang menghargai Tuhan yang berkuasa dan terlibat dalam seluruh hidup kita. Kita tak menjadikan-Nya pusat hidup, di mana di luar Dia kita tak dapat berbuat apa-apa. Maka, penting sekali kita sadar bahwa apa pun kondisi kita, kita tetap melekat kepada-Nya; bersyukur atas setiap hal baik yang kita terima; pasrah meski tengah menderita.

RH Jumat, 22 Oktober 2010

SECUKUPNYA SAJA (Keluaran 16: 11-20)

Mahatma Gandhi pernah berkata: "Dunia ini senantiasa dapat mencukupi kebutuhan setiap orang, tetapi tak akan bisa mencukupi keserakahan setiap orang." Inilah peringatan Gandhi kepada rakyatnya supaya mereka mencukupkan diri sesuai kemampuan mereka dan tidak serakah. Demikian pula yang terjadi dengan umat Israel dalam bacaan hari ini. Setelah satu setengah bulan dalam pengembaraan, tentu bekal makanan yang mereka bawa telah habis. Mereka kelaparan. Dalam situasi itu mereka bersungut-sungut kepada Musa. Sebagai jawaban atas keinginan mereka, Tuhan mengirim roti dari langit dan juga burung puyuh. Namun, Tuhan bukanlah Allah yang memanjakan umat. Ketika roti manna diturunkan, Tuhan tetap menjadi Allah yang mendidik umat bagaimana mesti hidup di hadapan-Nya, yakni dengan berpesan: agar tiap-tiap orang memungut menurut keperluannya, agar tidak ada pihak yang kelebihan atau kekurangan. Hidup sesuai dengan keperluan, disebut sebagai hidup yang ugahari (hidup dengan rasa cukup). Demikianlah pula ajaran Allah bagi umat Israel, pun bagi kita hari ini. Yakni dengan hidup diiringi dengan perasaan cukup; membebaskan diri dari sikap serakah. Serta, tetap menaruh kepercayaan pada Tuhan yang mengerti segala kebutuhan dan memelihara hidup kita.

RH Kamis, 21 Oktober 2010

TERUS BERENANG (Hakim-hakim 8: 4-12)

Dalam film animasi Finding Nemo, Marlin dibantu Dory mencari anaknya yang ditangkap penyelam, dengan berbekal masker selam bertulisan alamat si penyelam sebagai petunjuk. Namun, akibat serangan hiu dan meledaknya ladang ranjau, masker itu hilang ke palung laut. Marlin patah semangat. Dory menyemangatinya sambil bernyanyi riang, "Kala hidup ini mengecewakanmu, kau tahu apa yang perlu kaulakukan? Terus saja berenang, terus saja berenang, berenang, berenang, berenang. Apa yang akan kita lakukan? Kita berenang, berenang." Berkat Dory yang pantang menyerah, mereka berhasil menemukan masker itu dan melanjutkan pencarian.

Demikian juga dengan Gideon, sekalipun dia dan pasukannya telah kelelahan, mereka tetap melanjutkan pertempuran sampai merebut kemenangan penuh. Muncullah frasa menarik ini: bahwa mereka "masih lelah, namun mengejar juga" (ay. 4). Keadaan sulit dapat menyurutkan langkah kita dalam menyelesaikan tugas. Mungkin kita perlu rehat dulu ketika lelah, tetapi jangan menyerah. Kita tak akan pernah mengecap sukses jika berhenti di tengah jalan. Diperlukan kegigihan, kesediaan untuk "terus berenang" agar dapat mengatasi tantangan dan mencapai tujuan.

RH Rabu, 20 Oktober 2010

MATA TUHAN (Mazmur 139: 1-12)

Banyak sekolah di Inggris kini dilengkapi dengan kamera pemantau (webcam) di tiap kelas yang terhubung ke jaringan internet. Hasilnya? Orangtua bisa memantau apa yang sedang dilakukan anaknya di kelas, kapan pun dan dari mana pun. Dari komputer di kantornya, seorang ibu bisa melihat putrinya sedang membuat prakarya di kelas. Sementara sang ayah yang sedang berada di luar negeri juga bisa melihat putrinya di kelas dari komputer lewat internet. Webcam membuat orangtua seolah-olah punya "mata super". Tingkah laku anak bisa dipantau dari jarak ribuan kilometer! Mata Tuhan ibarat webcam yang ada di segala tempat. Ia memantau apa pun yang kita lakukan. Apa sajakah rencana Anda hari ini? Ingatlah: setiap saat mata Tuhan memandang Anda. Maka, jagalah kata-kata, sikap, dan tingkah laku Anda agar selaras dengan kehendak-Nya. Buatlah Tuhan tersenyum saat melihat bagaimana Anda memakai tiap jam yang berlalu. Di atas semua itu, sadari dan nikmati kehadiran-Nya tiap saat.

RH Selasa, 19 Oktober 2010

SARUNG TANGAN GREENBERG (Kisah Para Rasul 3: 1-10)

Michael Greenberg bukanlah pesohor atau pejabat pemerintah di New York. Ia seperti kebanyakan pekerja kantoran, kecuali saat musim dingin tiba. Jika pada musim dingin semua orang bergegas agar tak berlama-lama di udara terbuka, ia justru menyusuri jalan dan mencari orang-orang yang kedinginan. Di tas kerjanya selalu tersedia beberapa sarung tangan ekstra untuk mereka yang tak punya, tetapi harus bertahan dalam udara dingin, terutama para gelandangan miskin. Sudah lebih dari dua dasawarsa Michael Greenberg melakukan hal ini. Banyak gelandangan di New York mengenalinya sebagai Bapak "Sarung Tangan" Greenberg dan mereka tahu ia melakukannya semata karena kasih dan kepeduliannya kepada mereka. Di sekitar kita pun banyak orang yang membutuhkan dan terabaikan. Perbuatan kecil dan sederhana, jika berasal dari kasih yang besar dan kecintaan pada Tuhan, pasti akan mengantar banyak orang untuk memuliakan Tuhan.

RH Senin, 18 Oktober 2010

DOSA PERCABULAN (1 Korintus 6: 12-20)

Aphrodite adalah dewi yang dipercaya oleh sebagian orang di Korintus dapat memberi kesuburan. Salah satu ritual penyembahan yang mereka praktikkan adalah melakukan hubungan seksual dengan para wanita yang memang disediakan khusus di kuil penyembahan. Dengan kata lain, sebagian masyarakat di Korintus melegalkan prostitusi dengan mengatas namakan agama. Walaupun di Indonesia ada hukum yang mengatur tentang pornografi ini, tetapi godaan dosa percabulan tidak lantas hilang begitu saja dari tengah masyarakat. Masyarakat tetap bisa mudah mendapatkannya, entah lewat film atau internet. Dosa ini tak akan hilang hanya dengan adanya undang-undang dan hukuman berat. Satu-satunya cara menghilangkannya adalah pembinaan iman. Iman akan menjadi benteng teguh untuk kita bisa memutuskan diri dari hal-hal yang akan membuat kita jatuh dalam dosa percabulan. Putuskan hubungan dengan dosa, ikatkan diri dengan Tuhan saja.

Artikel

Kasih Yang Berkorban

Ada seorang ibu mempunyai tiga orang anak. Ketika hujan turun dengan derasnya, sang ibu sambil duduk menulis surat dengan serius.

Datanglah anak pertama dan berkata kepadanya, "Bu, aku mengasihimu!" Mendengar kakaknya berkata demikian, anak kedua tidak mau ketinggalan. Ia datang mendekati ibunya, lalu berkata pula, "Ibu, di antara kami bertiga, akulah yang lebih mengasihi ibu!"

Si bungsu yang memperhatikan dengan serius tindakan kedua kakaknya, segera meninggalkan mainannya, lalu datang kepada ibunya. Si bungsu tidak berkata apa-apa, tetapi ia langsung memeluk ibunya dengan penuh kasih. Setelah itu mereka kembali ke tempatnya masing-masing.

Setelah selesai menulis, pada saat itu di luar rumah hujan sangat deras disertai guruh dan kilat yang sambar-menyambar, dan sang ibu memanggil anak-anaknya dan menyuruh mereka untuk mengeposkan surat tersebut.

Sang ibu menekankan bahwa surat itu sangat penting dan harus segera dikirim. Anak yang pertama beralasan, "Bu, di luar hujan, aku tidak bisa pergi." Datanglah anak yang kedua dan beralasan, "Bu, aku lagi mengerjakan PR, harus selesai sore ini."

Si bungsu diam-diam mengambil mantel dan berkata sambil tersenyum, "Bu, saya yang akan mengantarkan surat ke kantor pos." Sahut ibunya, "Sabar nak, di luar masih hujan." Si bungsu mengambil surat itu lalu pergi mengantarkannya ke kantor pos, meskipun hari masih hujan.

Seringkali kita berkata kepada orang tua kita, "Papa, mama, aku mengasihimu." Tetapi itu hanyalah ucapan yang keluar dari mulut, dan bukan dari dasar hati yang terdalam. Dalam kenyataan, ucapan kita cenderung seperti anak yang pertama dan kedua di saat kita menyatakan kasih kepada orang tua dan sesama kita. Sebenarnya kita tidak perlu mengucapkan kata-kata manis untuk mengungkapkan bahwa kita mengasihi orang tua dan sesama kita, melainkan melalui sikap dan tindakan nyata yang benar-benar tulus.

Sering kita berkata-kata kepada Tuhan, "Tuhan saya mengasihi-Mu ....". Namun kita hanya berkata-kata saja tanpa dengan tulus hati mengasihi-Nya ... tanpa mewujudkannya melalui perbuatan kita ....

Artikel

Kekuatan Berpikir Positif

Suatu ketika seorang pria menelepon Norman Vincent Peale. Ia tampak sedih. Tidak ada lagi yang dimilikinya dalam hidup ini. Norman mengundang pria itu untuk datang ke kantornya.

“Semuanya telah hilang. Tak ada harapan lagi,” kata pria itu.
“Aku sekarang hidup dalam kegelapan yang amat dalam. Aku telah kehilangan hidup ini.”

Norman Vincent Peale, penulis buku The Power of Positive Thinking, tersenyum penuh simpati. “Mari kita pelajari keadaan anda,” kata Norman dengan lembut.

Pada selembar kertas ia menggambar sebuah garis lurus dari atas ke bawah tepat di tengah-tengah halaman. Ia menyarankan agar pada kolom kiri pria itu menuliskan apa-apa yang telah hilang dari hidupnya. Sedangkan pada kolom kanan, ia menulis apa-apa yang masih tersisa.

“Kita tak perlu mengisi kolom sebelah kanan,” kata pria itu tetap dalam kesedihan. “Aku sudah tak punya apa-apa lagi.”

“Lalu kapan kau bercerai dari istrimu?” tanya Norman.
“Hei, apa maksudmu? Aku tidak bercerai dari istriku. Ia amat mencintaiku!“
“Kalau begitu bagus sekali,” sahut Norman penuh antusias.
“Mari kita catat itu sebagai nomor 1 di kolom sebelah kanan ’Istri yang amat mencintai’. Nah, sekarang kapan anakmu itu masuk penjara?”
“Anda ini konyol sekali. Tak ada anakku yang masuk penjara!”
“Bagus! Itu nomor 2 untuk kolom sebelah kanan “Anak-anak tidak berada dalam penjara.” kata Norman sambil menuliskannya di atas kertas tadi.

Setelah beberapa pertanyaan dengan nada yang serupa, akhirnya pria itu menangkap apa maksud Norman dan tertawa pada diri sendiri.
“Menggelikan sekali. Betapa segala sesuatunya berubah ketika kita berpikir dengan cara seperti itu,” katanya.

Kata orang bijak, bagi hati yang sedih lagu yang riang pun terdengar memilukan. Sedangkan orang bijak lain berkata, sekali pikiran negatif terlintas di pikiran, duniapun akan terjungkir balik ...

Maka mulailah hari dengan selalu berfikir positif ...

Ringkasan Khotbah Minggu, 10 Oktober ‘10

Empat Macam Pertobatan
Matius 3: 1-2

Di dalam hidup ini perlu kita sadari dan kita mengerti bahwa ada empat macam pertobatan, dan Tuhan menginginkan petobat-petobat yang sungguh-sungguh bertobat. Cara hidup yang lama kita tidak boleh dipakai lagi jika kita mau bertemu dengan Tuhan dan untuk masuk kerajaan Allah ada dua modal yang harus dimiliki yaitu: Iman yang selalu teguh, ketika Tuhan Yesus datang Ia akan menanyakan masihkah ada iman yang teguh kepada-Ku, dan hal yang kedua adalah kita harus bertobat, kita hidup setiap hari harus bertobat. Ada empat macam pertobatan yaitu:

1. Pertobatan yang tidak pernah bertobat” tidak bertobat”(Kej. 4:1-15). Kain tidak menyadari telah membunuh adiknya Habel, bahkan melawan Allah. Sering kali kehidupan orang Kristen tidak mau menyadari kesalahannya dan tidak mau tunduk kepada Tuhan, bahwa apa yang telah diperbuatnya menyakitkan Tuhan bahkan sesamanya. Orang yang demikian adalah orang yang tidak bertobat.

2. Bertobat menyesali perbuatannya tetapi melakukan lagi (1 Sam. 15:1-35). Saul berbalik dari Allah menyesali perbuatannya tetapi melakukan kejahatan lagi. Ada banyak orang sekarang ini terus melakukan kejahatan dengan perbuatan yang berbeda dengan sebelumnya yang pernah dilakukannya. Inilah pertobatan yang kelihatan menyesali tetapi melakukan lagi, semestinya hal ini jangan dilakukan lagi dan harus menjauhi dosa.

3. Bertobat tetapi mengatung diri (Mat. 27:1-10). Yudas menyesal atas perbuatannya, tetapi ia gatung diri karena ia tidak bisa menahan malu. Sering terjadi orang bunuh diri karena tidak kuat menanggung beban yang dipikulnya, orang yang demikian orang yang tidak memiliki iman yang kuat sehingga mencari jalan keluar sendiri dan akhirnya bunuh diri.

4. Pertobatan yang menyesali dan hidup yang berkenan dihadapn Allah (KPR 13: 22; 1 Taw. 29: 10-14). Kehidupan Raja Daud pernah melakukan kesalahan yang fatal tetapi Daud mengakui, menyesali dan ia membuka kesalahannya dihadapan rakyatnya dan Tuhan sangat mengasihi Daud sebab ia tidak mau melakukan hal yang sama bahkan ia meninggalkan perbuatannya lama dan melakukan yang berkenan dihadapan Tuhan di dalam hidupnya.

Sekarang bagaimana dengan kita, hidup yang kita jalani adalah singkat untuk itu mari kita jalani hidup ini dengan sebaik mungkin, karena Tuhan Yesus akan datang dan memilih kita yang hidupnya benar-benar sesuai dengan Firman Tuhan. Amin

By:dr. Daniel Hardjadinata - Minggu, 10 Oktober ‘10

HUMOR

Akhiri Dengan ”Me Too”

Perdana Menteri Jepang akan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat. Karena bahasa Inggrisnya tidak lancar, maka ia memanggil penerjemahnya untuk meminta petunjuk kalimat-kalimat pendek yang biasa diucapkan pada saat upacara penyambutan.

Penerjemah: “Sebelum berjabat tangan, ucapkan salam: ‘How are you?’ Setelah itu Presiden AS akan mengucapkan balasan standar, yaitu: ‘I am fine’. Mengangguklah, seolah Anda mengerti. Setelah dia selesai bicara tutuplah pembicaraan dengan: ‘Me too’. Selanjutnya biarlah penerjemah yang mengurus pembicaraan bilateral.”

Sesampainya di Gedung Putih, Presiden AS telah menunggu untuk upacara kenegaraan. Namun, Perdana Menteri tersebut salah mengucapkan salam yang telah dipelajarinya.
PM Jepang : “Who are you?”
Presiden AS : (Agak terkejut) “I am Hillary's husband.”
PM Jepang : “Me too!”

Siapa bijak hati, memperhatikan perintah-perintah, tetapi siapa bodoh bicaranya, akan jatuh. (Amsal 10: 8)