JADWAL IBADAH

Kebaktian Doa Pengurapan
Pembicara: Gembala Sidang
Jumat, 5 September 2008 - Pk. 19.00 WIB

Kebaktian Wanita
Pembicara: Pdt. Tjuk Kaihatu
Sabtu, 6 September 2008 - Pk. 9.00 WIB

Kebaktian Pemuda
Pembicara: Pdp. Rubbyanto K.
Sabtu, 6 September 2008 - Pk. 17.30 WIB

Kebaktian Umum
(Disertai Perjamuan Suci)
Pembicara: Gembala Sidang
Minggu, 07 September 2008
Pagi – Pk. 08.00 WIB
Sore – Pk. 17.00 WIB

Kebaktian Anak
Minggu, 07 September 2008
Pagi – Pk. 08.00 WIB
Sore – Pk. 17.00 WIB

Banyak berlutut akan memelihara kita
di dalam hal yang baik ketika kita berdiri

Siapa yang berlutut di hadapan Tuhan
dapat berdiri di depan manusia

KOTBAH

3 KUNCI UNTUK
MEMPEROLEH PEMULIHAN
(Matius 8:1-4)

Perjalanan kehidupan kita tidak selalu berada di jalan yang mulus melainkan penuh liku-liku dan tantangan. Dalam Matius 8:1-4 , kita melihat suatu keadaan yang buruk, semakin buruk dan akhirnya tidak dapat diatasi lagi. Bahkan unjungnya adalah kematian. Tetapi pada saat orang yang sakit kusta ini bertemu dengan Yesus, hidupnya dipulihkan. Demikian juga dengan kehidupan kita. Pada saat kita bertemu dengan Yesus, kita juga akan mengalami pemulihan baik secara fisik maupun secara rohani. Yer. 31: 17 menyatakan bahwa masih ada harapan bagi hari depan kita. Ada tiga kunci untuk memperoleh pemulihan, yaitu:

1. Penghormatan yang penuh (ay. 2)
Pada saat orang kusta ini bertemu dengan Yesus, ia sujud menyembah. Dalam bahasa aslinya kata ini berarti sikap hormat yang penuh atau menyembah sambil bersujud dengan muka (wajah) yang menyentuh tanah. Muka berbicara tentang kehormatan dan identitas diri. Hal ini menggambarkan bahwa ia tidak layak untuk datang menghadap Allah (kerendahan hati). Kesadaran orang kusta ini membuat Yesus tergerak untuk segera memulihkan. Tuhan mau kita datang dengan kerendahan hati dan sikap hormat yang penuh kepada-Nya.

2. Percaya yang penuh (ay. 2)
Meskipun ia menghadapi penderitaan fisik dan batin, ia tidak putus asa dan tetap bertahan hidup. Dalam menjalani kehidupan ini kita harus dapat terus bertahan hidup. Tiga alasan kita harus bertahan hidup: (a) Karena kita tinggal di tengah-tengah masyarakat yang tidak peduli dengan orang lain. Dalam menjalani hidup ini, jangan memandang manusia tetapi pandanglah Allah. Manusia dapat membuat kecewa, Tuhan tidak pernah mengecewakan. (b) Karena Paulus menyebut kita sebagai orang-orang pendatang atau perantau (1 Ptr. 1:1). Kita merupakan warga negara surga. Jadi sebagai seorang perantau kita harus lebih ulet dalam menjalani hidup. (c) Karena kita harus berjuang untuk mencapai garis akhir (Flp. 3:1).

3. Ketaatan yang penuh (ay. 4)
Kadangkala kita tidak mengerti banyak hal, tetapi waktu kita taat untuk melakukannya maka akan terjadi sesuatu yang baik dalam kehidupan kita. Dalam ketaatan terdapat unsur-unsur: takut akan Tuhan dan pengucapan syukur karena pertolongan Tuhan.

Ketika kita belajar untuk menaruh hormat kepada Allah, dan percaya penuh serta hidup dalam ketaatan, maka akan terjadi sesuatu yang luar biasa dalam hidup kita. Amin

By: Ev. Daniel Setiawan - Minggu, 24 Agust 2008

ARTIKEL

KASIH DAN DISIPLIN

Kasih bukanlah serba boleh. Kasih yang sejati tahu batas-batas dan tidak akan berbuat jahat. Jika kita manusia yang hidup dalam kasih, melayani Allah yang diri-Nya adalah kasih, maka kasih Allah yang ada dalam diri kita akan menciptakan perilaku yang terkendali. Kasih membatasi perilaku. Kasih kepada Allah membatasi perbuatan jahat. Disiplin diri kita sebagai orang percaya lahir dari kasih kita kepada Allah. Kita mempelajari Firman Allah dengan berdisiplin karena kita mengasihi Allah. Demikian juga, kita berdisiplin melakukan hal-hal rohani karena kita mengasihi diri kita dan menghendaki jiwa dan raga yang sehat, bukan karena kita membenci diri kita.

Dalam kehidupan rumah tangga Kristen, sebagai wujud nyata dari kasih dan disiplin di dalam keluarga, ada beberapa hal yang perlu untuk dilakukan dan ada yang tidak. Kasih kepada keluarga bermula antara suami dan istri dan kepada anak-anak mereka. Seorang suami mengasihi isterinya dan keluarganya sebagaimana Kristus mengasihi gereja-Nya (Efesus 5:25). Kita mendidik anak-anak berdisiplin karena kita mengasihi mereka, bukan karena kita marah kepada mereka. Sebagaimana Allah mengasihi kita, maka kita pun harus mengasihi anak-anak yang dipercayakan-Nya kepada pemeliharaan kita.
Orang tua yang saleh mendisiplinkan selera atau hawa nafsu anak mereka untuk mengenyam kenikmatan bukan karena mereka tidak menyukai apa yang dilakukan anak mereka, melainkan karena kasih kepada anak mereka. Ingatkah saudara, dengan peristiwa di taman Eden?

Allah mencegah atau melarang Adam memetik buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat bukan dengan tujuan untuk menghilangkan sukacita dari hatinya, melainkan untuk menjaganya dari pembinasaan diri. Inilah salah satu bentuk disiplin yang Allah terapkan kepada Adam. Kehendak Allah bukanlah kesengsaraan Adam melainkan kesejahteraannya. Demikian juga, Allah telah meminta kita agar melawan segala keinginan dunia dan membuang segala kesenangannya bukan dengan tujuan untuk mengekang kebahagiaan kita melainkan agar kita hidup dan tidak mati. Ada kesenangan atau kenikmatan dalam dosa, tetapi hanya berlangsung sesaat (Ibrani 11:25). Sesudah itu timbullah akibat-akibat yang dapat berlangsung seumur hidup atau bahkan selama-lamanya.

Jangan membiarkan keluarga anda hancur, karena tidak adanya disiplin dalam anda mengasihi. Kasih yang disertai dengan disiplin akan membawa keluarga anda kepada kebahagiaan yang sejati di dalam Kristus Tuhan.

Perkataan mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang. Setiap kata yang kita ucapkan kemarin dapat menyebabkan hidup kita pada hari ini. Kata-kata yang kita dengar pada pagi hari akan tetap berkesan dihati kita sepanjang hari itu. Dari mulut seseorang keluar perkataan yang mengandung berkat, dari mulut yang sama juga keluar perkataan yang mendatangkan kutuk (Yakobus 3:10). Melalui perkataan seseorang dibenarkan dan dari perkataannya sendiri ia juga dihukum (Matius 12:37), karena ia mendapatkan apa yang ia katakan. Hal ini sesuai dengan apa yang di ucapkan oleh Yesus di dalam Markus11:23: “…Apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya.”

Kata-kata nampaknya begitu kecil dan tiada arti bagi sebagian orang, seringkali kita bahkan tidak memperhatikannya sama sekali. Kata-kata yang diucapkan seseorang seringkali bersifat negatif dan tidak bermakna, yang pada akhirnya menciptakan suasana yang tidak baik. Misalkan anda masuk ke dalam suatu ruangan dimana orang sedang menggoreng ikan, maka seluruh udara dalam ruangan itu akan penuh dengan bau ikan. Masuklah juga ke dalam suatu ruangan dimana terdengar kata-kata kasar, kotor, kebohongan, maka seluruh suasana dalam ruangan itu pun penuh dengan tekanan batin.

Udara terasa berat dan sarat dengan suasana yang menegangkan. Akan tetapi sebuah kata yang manis didengar, lemah lembut, yang indah, yang mengandung nilai-nilai kebenaran, kata-kata Firman yang memiliki kekuatan, pengaruh, ucapkanlah semuanya itu dengan penuh keyakinan dan cinta kasih, maka suasana dalam ruangan pun penuh dengan damai sejahterah. Demikianlah perkataan yang diucapkan seseorang, begitu dalam artinya atau tidak berarti sama sekali; begitu besar pengaruhnya atau tidak ada pengaruhnya sama sekali.

Karena kita diciptakan menurut gambar Allah, maka sama seperti setiap Firman Allah bagi-Nya, demikianlah seharusnya perkataan kita bagi diri kita. Kebenaran-Nya ada dalam setiap Firman-Nya, demikian juga seharusnya kita. Kebenaran-kebenaran yang sama menyangkut Firman Allah berlaku untuk perkataan kita, karena itu awasilah setiap perkataan yang keluar dari mulut kita. Seperti Daud dalam mazmurnya ia berkata: ”awasilah mulutku, ya Tuhan, berjagalah pada pintu bibirku!” Gbu.

RH MINGGU, 7 Sept 2008

Bacaan Setahun: 2 Raj. 25; 2 Taw. 36; Yer. 40,41; Why. 12
DOA YANG TAK KONSISTEN (Yakobus 3:1-12)

Suatu pagi di sebuah meja makan, seorang ayah memimpin doa, memohonkan berkat Allah atas makanan yang dihidangkan. Dengan kalimat yang indah dan menawan ia bersyukur kepada Tuhan atas segala pemberian-Nya yang melimpah. Namun ketika ia mulai makan, sang ayah menggerutu tentang makanan yang dihidangkan. Anaknya yang masih remaja menyela. "Yah, menurut ayah, apakah Allah mendengar doa ayah tadi?" "Tentu," jawab sang ayah dengan yakin. "Dan apakah Dia juga mendengar keluhan ayah tentang daging dan kopi yang baru saja ayah ucapkan?" tanya anaknya. "Tentu saja!" serunya. "Kalau begitu, ucapan ayah yang mana yang dipercayai oleh Allah?" Wajah sang ayah lantas menjadi merah karena malu.

Seringkali dalam doa kita mengucapkan kata-kata yang indah, namun kata-kata tersebut tampaknya keluar dari puncak kepala kita. Tidak terungkap dari hati yang terdalam. Kita lupa bahwa apa yang kita ucapkan pada Allah harus konsisten dengan cara kita menjalani hidup. Marilah kita menghindari kemunafikan dalam hal bersyukur dan waspadalah terhadap doa yang tidak konsisten.

RH SABTU, 6 Sept 2008

Bacaan Setahun: Yeh. 29-32; Why. 11
"SAYA IKUT MENDERITA" (1Korintus 12:12-27)

Ketika anak-anak saya masih kecil, salah seorang di antaranya pernah terantuk jari kakinya sendiri sehingga ia menyeringai karena nyeri. Memang saya tidak merasakan sakit secara fisik, namun saya dapat merasakan penderitaan yang dialaminya. Ingin rasanya dapat memindahkan sakit yang ia rasakan ke tubuh saya sendiri. Rasul Paulus berkata bahwa semua orang percaya dalam Kristus merupakan bagian dari "satu tubuh" dan jika satu anggota menderita, "semua anggota turut menderita".

Apakah Anda ikut berduka bila seorang saudara dalam Kristus berada dalam kesulitan? Apakah Anda ikut risau bila seorang percaya jatuh ke dalam dosa dan dibawa ke dalam tangan hukuman Tuhan? Apakah hati Anda sedih bila seorang anak Tuhan berjalan dalam lautan penindasan dan pencobaan? Jika tidak, saat ini juga, mintalah kepada Tuhan untuk membantu Anda menjadi orang yang dapat berbagi perasaan dengan orang lain dan bersimpati terhadap mereka.

RH JUMAT, 5 Sept 2008

Bacaan Setahun: Yeh.25-28; Why. 10
JAGALAH KEKUDUSAN KERJA (Kolose 3:18-25)

Ada banyak alasan yang mendasari seseorang untuk bekerja. Ingin memperoleh penghidupan yang layak, meningkatkan status sosial dan harga diri, tekanan dari keluarga, atau malu bila menganggur. Itulah berbagai alasan utama dari sebagian besar pekerja untuk berangkat bekerja setiap hari. Menurut hasil sebuah pengumpulan pendapat, hanya sekitar 43% dari pekerja di kantor-kantor di Amerika yang merasa puas dengan pekerjaan mereka. Di Jepang, angka tersebut merosot hingga 17%. Pada abad pertama, budak-budak Kristen bahkan lebih tidak memiliki alasan untuk bersemangat dalam bekerja. Namun Paulus mengatasinya dengan menunjukkan cara untuk memandang kemuliaan yang ada di tengah-tengah pekerjaan yang berat dan membosankan.

Suatu bentuk pelayanan yang bermakna namun sering terabaikan adalah melayani Allah dalam tugas kita sehari-hari. Kini tenaga kerja telah sangat dihargai. Sebagai orang Kristen, apapun pekerjaan kita, marilah kita menjaga hari-hari kerja kita supaya tetap kudus.

RH KAMIS, 4 Sept 2008

Bacaan Setahun: Yeh. 22-24; Why. 9
"PENYEMBUHAN" OLEH GEREJA (1Tesalonika 5:12-22)

Belakangan ini saya perhatikan ada beberapa konsensus yang disetujui oleh orang banyak, yaitu: Pertama, masyarakat mulai menyadari bahwa masalah kekerasan semakin berkembang. Kedua, merokok benar-benar mengganggu kesehatan. Dua penelitian terakhir menunjukkan bahwa pemerintah mungkin bukanlah tempat yang terbaik untuk mencari jalan keluar dari kedua masalah tersebut. Family Research Report terbitan tahun 1993 memuat sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa orang-orang yang beribadah secara teratur ke gereja lebih jarang merokok dibandingkan populasi normal. Demikian pula, pergi ke gereja dilihat sebagai karakter kunci dari keluarga yang bebas dari kekerasan. Kebenaran-kebenaran yang diajarkan di gereja, serta dorongan dari orang-orang yang takut akan Allah, akan memberi pengaruh kepada kita.

Menyembah Allah, tumbuh dan berjalan bersama-Nya, serta berada di sekeliling orang-orang yang mencintai Allah merupakan dorongan yang kuat bagi kita untuk melakukan apa yang benar. Melakukan firman-Nya dan menyembah Allah akan sangat membantu mengubah kita menjadi orang yang lebih baik.

RH RABU, 3 Sept 2008

Bacaan Setahun: Yeh. 20,21; Mzm. 111; Why. 8
ANDA ADALAH FIGUR UNTUK DITELADANI (1Tesalonika 1:1-10)

Dalam sebuah iklan di televisi, Charles Barkley, bintang bola basket dari klub Phoenix Sun berkata, "Saya bukanlah figur untuk diteladani." Namun, suka atau tidak, ia seorang yang memiliki banyak penggemar. Dan sesungguhnya, setiap orang adalah figur yang akan diteladani oleh orang lain. Saat kita bertumbuh menjadi dewasa, kita memiliki banyak figur untuk diteladani, yakni orang-orang yang mengesankan kita.

Alkitab juga memberi kita banyak figur untuk diteladani. Rasul Paulus misalnya, Paulus tahu dengan pasti bahwa ia hanya dapat berperan sebagai teladan yang baik bila ia setia mengikut Tuhannya. Karena kita meneladani Paulus, yang telah meneladani sang Juruselamat, kita kini menjadi figur yang akan diteladani oleh orang lain. Bagaimana kualitas pengaruh rohani kita? Negatif atau positif? Ingatlah, pengaruhnya tidak dapat netral. Tak seorang pun dapat berkata, "Saya bukanlah figur untuk diteladani".

RH SELASA, 2 Sept 2008

Bacaan Setahun: Yeh. 17-19; Why.7
SERUKAN NAMANYA (Roma 10:1-13)

Gary Burge, seorang guru Alkitab, sedang berdiri di salah satu ujung jalan di Gaza yang panjang dan lengang. Segera ia menyadari mengapa jalan tersebut lengang. Baru setengah jalan, keheningan terguncang oleh teriakan-teriakan kemarahan, bunyi batu-batu yang dilemparkan menghantam perisai plastik militer, dan letusan senjata yang memuntahkan peluru-peluru karet. Burge spontan berlari. Saat mencapai rumah sakit, ia berteriak panik, "Dr. Hassan! Saya datang mencari Dr. Hassan!" Pintu sedikit terkuak, dan sebuah tangan menariknya ke dalam. Burge telah menyerukan nama orang yang dapat menyelamatkan nyawanya.

Kita semua terlahir dalam dosa dan tidak memiliki harapan untuk menyelamatkan diri kita sendiri (Ef. 2:8-9). Satu-satunya jalan keluarnya adalah berseru kepada Yesus, yang telah berjanji akan menyelamatkan kita dari semua dosa-dosa kita. Namun untuk itu kita perlu meminta kepada-Nya.

RH SENIN, 1 Sept 2008

Bacaan Setahun: Yeh. 15, 16; Mzm. 70; Why. 6
DASAR KARANG (Mazmur 119:65-72)

Saat itu usia saya baru menginjak 30-an. Saya seorang istri dan ibu yang penuh pengabdian, seorang pekerja Kristen yang mendampingi suami. Namun sesungguhnya saya sedang menuju kehancuran akibat kepuasan dan kebanggaan terhadap diri sendiri yang demikian kuat. Akhirnya saya mengalami kelegaan yang sangat luar biasa saat terhempas ke dasar batu karang. Batu karang tempat saya dihempaskan tidak lain adalah Kristus sendiri. Hanya dengan berpijak pada Kristuslah saya dapat membangun kembali seluruh sisa hidup. Pengalaman terhempas ke dasar batu karang ini menjadi titik balik dan satu pengalaman terpenting bagi pertumbuhan rohani saya.

Kebanyakan orang tidak akan berpikir tentang hal-hal rohani saat mereka terhempas pada titik terendah dalam hidupnya. Namun Bapa surgawi kita justru memandangnya sebagai suatu kesempatan untuk mengajarkan sesuatu kepada kita melalui proses yang menyakitkan itu.