RH Minggu 7 Februari 2010

Minggu, 7 Februari 2010
Bukan Sekedar Kata (Mazmur 45) Dalam pengantar buku Menjadi Penulis, Andar Ismail menegaskan pentingnya isi tulisan. Ia mengatakan, "Menulis bukanlah sekadar merangkaikan kata, melainkan menuliskan hikmat yang mencerahkan dan menumbuhkan pembaca. Sepandai-pandainya kita menuangkan, yang lebih menentukan adalah apa yang dituangkan. Apa gunanya menuang sebuah botol jika isinya adalah air keruh? Atau, apa yang mau dituang dari sebuah botol apabila botol itu masih kosong?" Pengakuan pemazmur menunjukkan proses serupa. Mazmur-mazmurnya tertuang dari perkara-perkara yang memenuhi hatinya. Ungkapan "kata-kata indah", menurut konkordansi Alkitab, mengacu pada perkara-perkara yang baik, mulia, luhur, dan benar. Ketika hal itu meluap-luap memenuhi hatinya, ia pun tergerak untuk menggubah sajak. Kehidupan kita, seperti halnya tulisan yang jujur, menyatakan apa yang ada di dalam hati kita. Kita akan menjalani kehidupan yang baik jika perbendaharaan hati kita meluap-luap dengan perkara-perkara yang baik. Hal itu akan menggerakkan kita untuk menuliskan sajak kehidupan yang indah, kehidupan yang mengungkapkan kasih dan ketaatan kita kepada Raja segala raja.

RH Sabtu 6 Februari 2010

Sabtu, 6 Februari 2010
Duta Allah (1 Yohanes 4: 7-12) Pada hari ibu saya akan dioperasi, hand-phone saya terus berdering. Satu per satu teman saya menghubungi, untuk mendoakan Ibu. Bahkan, seorang sahabat saya berdoa puasa. Hamba Tuhan juga datang untuk berdoa dan memberi kekuatan. Setelah operasi selesai, teman-teman dan saudara-saudara tetap berkunjung ke rumah sakit. Bahkan, untuk dana operasi dan kemoterapi yang besar, Tuhan sudah cukupkan lewat uluran tangan banyak orang. Pada akhirnya, ayah dan ibu saya dapat berkata, "Tuhan itu baik!" bukan karena mengalami mukjizat spektakuler, melainkan karena mengalami uluran tangan kasih anak-anak-Nya. Ya, lewat mereka kami merasakan kasih Tuhan pada saat-saat paling gelap dalam hidup kami.

Kita hidup dalam dunia yang tidak sempurna. Tak seorang pun dapat melihat Allah, tetapi mereka dapat melihat-Nya melalui kita, duta Allah. Bahkan ketika kita merasa tidak mampu untuk mengasihi, Tuhan akan memampukan kita. Yang Tuhan minta dari kita hanyalah ketaatan kita untuk mau mengasihi sesama. Maukah kita menjadi duta kasih-Nya di tengah dunia yang gelap ini?

RH Jumat 5 Februari 2010

Jumat, 5 Februari 2010
Iman yang Mahal (1 Petrus 1: 3-6) Pollicarpus adalah uskup kota Smirna. Ketika itu sedang terjadi penganiayaan besar-besaran terhadap orang kristiani. Mereka dikejar hendak dibunuh kalau tidak mau mengakui kaisar sebagai Tuhan. Pollicarpus juga ditangkap. Kepadanya lalu diberikan pilihan: mengakui Kaisar sebagai Tuhan atau dibakar hidup-hidup? Jawab Pollicarpus, "Selama 88 tahun aku melayani Dia, tidak sekali pun Yesus mengecewakan aku. Bagaimana mungkin sekarang aku menghujat Rajaku yang telah menyelamatkan aku?" Ia akhirnya mati. Namun, ucapan Pollicarpus di ujung usianya itu menjadi sangat terkenal, dan menggambarkan seseorang yang bersedia mati demi mempertahankan kesetiaan pada imannya.

Iman, seperti juga cinta, teruji pada saat yang sulit. Semakin mahal "harga" yang harus dibayar untuk iman kita, maka semakin cemerlanglah "kilau" yang ditampakkannya. Apakah saat ini iman Anda tengah mengalami tantangan dan tentangan berbagai kesulitan? Jangan kecil hati. Berjalan terus dalam iman. Apabila semua itu berlalu, dan Anda keluar sebagai pemenang, sungguh alangkah indahnya, bukan?

RH Kamis 4 Februari 2010

Kamis, 4 Februari 2010
Tahu Berterimakasih (Bilangan 14: 1-10) Singa kecil itu dinamakan Christian oleh John Rendall dan Anthony Bourke, kedua warga negara Australia yang membelinya dari Harrods Department Store, London pada 1969. Mereka memutuskan merawat singa kecil itu hingga usianya satu tahun. Seiring berjalannya waktu, John dan Anthony menyadari bahwa tidak mungkin bagi mereka untuk terus merawat Christian. Akhirnya, mereka memutuskan mengembalikan Christian ke habitat aslinya. Dengan bantuan seorang ahli konservasi Kenya, George Adamson, Christian pun kembali ke hutan. Setahun kemudian, John dan Anthony memutuskan untuk mengunjungi Christian di Kenya. John dan Anthony diingatkan untuk berhati-hati, karena kemungkinan besar Christian tidak lagi mengenali mereka. Seperti yang direkam oleh kamera, Christian berjalan mendekati mereka perlahan-lahan. Beberapa saat kemudian ia melompat ke pelukan John dan Anthony sambil menciumi kedua orang itu. Sungguh seekor singa yang tahu berterima kasih. Bagaimana sikap kita terhadap orang-orang yang telah berjasa terhadap kita? Kalau pun mungkin kita tidak bisa membalas jasa mereka, setidaknya kita tetap bisa menunjukkan rasa terima kasih.

RH Rabu 3 Februari 2010

Rabu, 3 Februari 2010
Lebih Panjang Umur (Ibrani 9: 23-28) Anak-anak yang lahir pada abad ini di negara maju boleh bergembira. Separuh lebih dari mereka berpotensi untuk mencapai usia 100 tahun jika tren kesehatan yang berlangsung dewasa ini terus berlanjut. Salah satu faktor pendukungnya, saat ini banyak penyakit, termasuk penyakit jantung, yang dapat dideteksi secara lebih awal dan diobati secara lebih baik. Kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi memang dapat meningkatkan kualitas kesehatan manusia. Tetap saja, ada satu kepastian yang tak mungkin kita elakkan: kematian. Sesudahnya, manusia menghadapi penghakiman Allah. Penghakiman Allah menentukan keadaan kita kemudian. Jadi, yang penting bukanlah berapa lama kita hidup. Bukan pula hebatnya kualitas kesehatan kita. Yang terutama ialah memastikan apakah kita mengalami kehidupan kekal. Sudahkah kita menjadikan Yesus Kristus sebagai Tuhan atas kehidupan kita dan menyambut anugerah-Nya dengan iman?

RH Selasa 2 Februari 2010

Selasa, 2 Februari 2010
Sikap Jantan (Yunus 1: 4-17) Terkadang ada orang yang suka salah kaprah dalam mendefinisikan konsep "bersikap jantan". Mereka berpikir bahwa sikap jantan itu identik dengan merokok, memiliki tato di lengan, atau berani berkelahi dengan siapa saja. Padahal sikap jantan artinya berani berbuat berani bertanggung jawab, jadi tidak ada kaitan dengan hal-hal lahiriah. Yunus mengajarkan kepada kita sebuah contoh tentang bersikap jantan yang sesungguhnya. Dengan jantan ia mengakui bahwa badai tersebut terjadi akibat ulahnya, ia bersalah kepada Allah. Ia pun bukan sekadar mengakui kesalahan, melainkan juga rela menerima konsekuensi kesalahannya, yaitu dilempar ke laut. Itulah sikap jantan: berani mengakui kesalahan dan menerima konsekuensinya. Tidak mudah untuk mengakui kesalahan kita. Dan, lebih tidak mudah lagi untuk berani menanggung konsekuensi dari kesalahan kita. Akan tetapi, sikap demikianlah yang harus kita tunjukkan jika kita ingin disebut sebagai orang yang bersikap jantan.

RH Senin 1 Februari 2010

Senin, 1 Februari 2010
Tatapan Mata (Lukas 19: 1-10) ”Mata adalah jendela hati," kata penyair Kahlil Gibran. Dari pancaran mata dan cara orang melihat kita, sedikit banyak dapat dibaca apa pandangan orang itu tentang kita. Ada mata licik penuh selidik; ada mata haru penuh rasa terima kasih; ada mata sinis penuh prasangka; ada mata teduh penuh belas kasih; ada mata bercahaya penuh respek; ada mata yang menyorotkan penghinaan. Sorot pandangan mata mencerminkan seberapa tinggi atau rendah orang menilai sesamanya. Semua orang memerlukan tatapan mata sejuk bersahabat. Dunia sekeliling kita sudah penuh dengan tatapan negatif: prasangka buruk, sinis, menantang, mengolok, menuduh, dan membenci. Jika kita ingin berbeda karena iman kita, berikanlah tatapan mata seperti yang Yesus berikan kepada Zakheus. Siapa tahu ada orang yang hidupnya bakal berubah karenanya.

ARTIKEL

Pencuri Impian

Ada seorang gadis muda yang sangat suka menari. Kepandaiannya menari sangat menonjol dibanding dengan rekan-rekannya, sehingga dia seringkali menjadi juara di berbagai perlombaan yang diadakan. Dia berpikir, dengan apa yang dimilikinya saat ini, suatu saat apabila dewasa nanti dia ingin menjadi penari kelas dunia. Dia membayangkan dirinya menari di Rusia, Cina, Amerika, Jepang, serta ditonton oleh ribuan orang yang memberi tepukan kepadanya.

Suatu hari, dikotanya dikunjungi oleh seorang pakar tari yang berasal dari luar negeri. Pakar ini sangatlah hebat dan dari tangan dinginnya telah banyak dilahirkan penari-penari kelas dunia. Gadis muda ini ingin sekali menari dan menunjukkan kebolehannya di depan sang pakar tersebut, bahkan jika mungkin memperoleh kesempatan menjadi muridnya. Akhirnya kesempatan itu datang juga. Si gadis muda berhasil menjumpai sang pakar di belakang panggung, seusai sebuah pagelaran tari.

Si gadis muda bertanya "Pak, saya ingin sekali menjadi penari kelas dunia. Apakah anda punya waktu sejenak, untuk menilai saya menari? Saya ingin tahu pendapat anda tentang tarian saya".

"Oke, menarilah di depan saya selama 10 menit", jawab sang pakar.

Belum lagi 10 menit berlalu, sang pakar berdiri dari kursinya, lalu berlalu meninggalkan si gadis muda begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Betapa hancur si gadis muda melihat sikap sang pakar. Si gadis langsung berlari keluar. Pulang ke rumah, dia langsung menangis tersedu-sedu. Dia menjadi benci terhadap dirinya sendiri. Ternyata tarian yang selama ini dia bangga-banggakan tidak ada apa-apanya di hadapan sang pakar. Kemudian dia ambil sepatu tarinya, dan dia lemparkan ke dalam gudang. Sejak saat itu, dia bersumpah tidak pernah akan menari lagi.

Puluhan tahun berlalu. Sang gadis muda kini telah menjadi ibu dengan tiga orang anak. Suaminya telah meninggal. Dan untuk menghidupi keluarganya, dia bekerja menjadi pelayan dari sebuah toko di sudut jalan. Suatu hari, ada sebuah pagelaran tari yang diadakan di kota itu. Nampak sang pakar berada di antara para penari muda di belakang panggung. Sang pakar nampak tua, dengan rambutnya yang sudah putih. Si ibu muda dengan tiga anaknya juga datang ke pagelaran tari tersebut. Seusai acara, ibu ini membawa ketiga anaknya ke belakang panggung, mencari sang pakar, dan memperkenalkan ketiga anaknya kepada sang pakar. Sang pakar masih mengenali ibu muda ini, dan kemudian mereka bercerita secara akrab.

Si ibu bertanya, "Pak, ada satu pertanyaan yang mengganjal di hati saya. Ini tentang penampilan saya sewaktu menari di hadapan anda bertahun-tahun yang silam. Sebegitu jelekkah penampilan saya saat itu, sehingga anda langsung pergi meninggalkan saya begitu saja, tanpa mengatakan sepatah katapun?"

"Oh .. ya, saya ingat peristiwanya. Terus terang, saya belum pernah melihat tarian seindah yang kamu lakukan waktu itu. Saya rasa kamu akan menjadi penari kelas dunia. Saya tidak mengerti mengapa kamu tiba-tiba berhenti dari dunia tari", jawab sang pakar.

Si ibu muda sangat terkejut mendengar jawaban sang pakar. "Ini tidak adil", seru si ibu muda. "Sikap anda telah mencuri semua impian saya. Kalau memang tarian saya bagus, mengapa anda meninggalkan saya begitu saja ketika saya baru menari beberapa menit. Anda seharusnya memuji saya, dan bukan mengacuhkan saya begitu saja. Mestinya saya bisa menjadi penari kelas dunia. Bukan hanya menjadi pelayan toko!"

Si pakar menjawab lagi dengan tenang "Tidak .... Tidak, saya rasa saya telah berbuat dengan benar. Anda tidak harus minum anggur satu barel untuk membuktikan anggur itu enak. Demikian juga saya. Saya tidak harus menonton anda 10 menit untuk membuktikan tarian anda bagus. Malam itu saya juga sangat lelah setelah pertunjukkan. Maka sejenak saya tinggalkan anda, untuk mengambil kartu nama saya dan berharap anda mau menghubungi saya lagi keesokan hari. Tapi anda sudah pergi ketika saya keluar. Dan satu hal yang perlu anda camkan, bahwa anda mestinya fokus pada impian anda, bukan pada ucapan atau tindakan saya. Lalu pujian? Kamu mengharapkan pujian? Ah, waktu itu kamu sedang bertumbuh. Pujian itu seperti pedang bermata dua. Ada kalanya memotivasimu, bisa pula melemahkanmu. Dan faktanya saya melihat bahwa sebagian besar pujian yang diberikan pada saat seseorang sedang bertumbuh, hanya akan membuat dirinya puas dan pertumbuhannya berhenti. Saya justru lebih suka mengacuhkanmu, agar hal itu bisa melecutmu bertumbuh lebih cepat lagi. Lagipula, pujian itu sepantasnya datang dari keinginan saya sendiri. Tidak pantas anda meminta pujian dari orang lain".

"Anda lihat, ini sebenarnya hanyalah masalah sepele. Seandainya anda pada waktu itu tidak menghiraukan apa yang terjadi dan tetap menari, mungkin hari ini anda sudah menjadi penari kelas dunia.”

”MUNGKIN ANDA SAKIT HATI PADA WAKTU ITU, TAPI SAKIT HATI ANDA AKAN CEPAT HILANG BEGITU ANDA BERLATIH KEMBALI. TAPI SAKIT HATI KARENA PENYESALAN ANDA HARI INI TIDAK AKAN PERNAH BISA HILANG SELAMA- LAMANYA.”

kotbah

Waktu
(Amsal 20: 4)

Amsal 20: 4 menggarisbawahi tulisan dalam pengkhotbah pasal 3. Hidup kita ada dalam batasan dimensi waktu (masa anak-anak, remaja, pemuda dan tua). Waktu akan terus bergerak dan tidak pernah menunggu kita, karena itu kita harus mengikuti irama waktu tersebut. Waktu sangatlah berharga dan kesempatan yang baik tidak pernah terulang. Itu sebabnya kita harus mempergunakan waktu dengan bijaksana. Dua cara mempergunakan waktu dengan bijaksana, yaitu:

1. Mengerti dan mempergunakan setiap kesempatan yang Allah sediakan (Ef. 5: 15-16). Tuhan memberikan waktu yang sama kepada setiap manusia. Orang yang bijaksana selalu mengawasi hidupnya dan menangkap setiap kesempatan yang ada dengan baik. Kesempatan yang paling penting bagi manusia adalah kesempatan untuk bertemu Yesus dan menerima-Nya sebagai Juruselamat. Karena itu jangan pernah tetap tinggal dalam dosa tetapi bertobatlah senantiasa.

2. Lakukan segala sesuatu itu sekarang (Pengkh. 11: 4). Kebanyakan orang mencari waktu yang tepat untuk melakukan segala sesuatu, ini menunjukkan bahwa orang tersebut tidak berani atau tidak mampu dan orang tersebut malas. Jadi jangan kita suka menunda. Tetapi lakukanlah segala sesuatu itu sekarang, selagi kesempatan itu datang kepada kita.

Dua hal ini merupakan kunci bagi kita untuk dapat mempergunakan waktu kita dengan bijaksana. Tangkaplah kesempatan yang Allah telah sediakan dan jangan terlambat melakukan segala sesuatu, karena waktu kita sangatlah berharga. Amin

Pdt. Gideon LS. - Minggu, 24 Januari ‘10

RH Minggu 31 Januari 2010

Minggu, 31 Januari 2010

Sabar dan Tekun (Yakobus 5: 10,11) Awal 2009, Luiz Felipe Scolari dipecat sebagai pelatih Chelsea, padahal ia baru tujuh bulan melatih klub sepak bola asal London tersebut. Penyebabnya, Scolari dianggap gagal membawa Chelsea berprestasi. Terhadap pemecatannya itu, Alex Ferguson, pelatih Manchester United, salah satu kesebelasan saingan berat Chelsea berkomentar, "Ini adalah tanda waktu, tidak ada lagi kesabaran di dunia sekarang ini." Ferguson berkata begitu bisa jadi karena berkaca pada pengalamannya sendiri, ia perlu waktu bertahun-tahun untuk menjadikan Manchester United sebagai kesebelasan tangguh. Tidak instan.

Begitulah, pada zaman yang semakin modern ini, nilai-nilai kesabaran dan ketekunan semakin jarang. Orang cenderung ingin serbacepat, serbasegera mendapat hasil. Bahkan tak jarang ada yang tergoda untuk mengambil jalan pintas, bahkan menghalalkan segala cara. Akibatnya bukan untung, malah buntung; bukan kegembiraan yang diraih, malah kesedihan yang didapat. Yakobus menyebut orang-orang yang sabar dan tekun sebagai orang-orang yang berbahagia.

RH Sabtu 30 Januari 2010

Sabtu, 30 Januari 2010

Sempurna (Matius 5: 43-48) Kita mungkin bingung ketika diperintahkan untuk menjadi sempurna seperti Bapa di surga. Apakah itu berarti kita harus kebal terhadap kesalahan dan kegagalan? Sempurna, atau bahasa Yunaninya teleios, berarti dewasa, matang, sudah mencapai tujuan, lengkap, utuh. Kathleen Norris dalam buku Amazing Grace menguraikan arti kesempurnaan secara menarik. Ia menulis, "Kesempurnaan, dalam pengertian kristiani, berarti menjadi cukup dewasa, sehingga kita mampu memberikan diri kita kepada orang lain. Apa pun yang kita miliki, tidak peduli betapa pun kecil tampaknya hal itu, adalah sesuatu yang dapat kita bagikan dengan mereka yang lebih miskin. Kesempurnaan semacam ini menuntut kita untuk menjadi diri kita sepenuhnya sebagaimana ditetapkan oleh Allah: dewasa, matang, utuh, siap menanggung apa saja yang menimpa hidup kita." Untuk menjadi sempurna, kita tidak perlu bertingkah aneh. Bapa kita di surga meneladankan kesempurnaan dengan memberkati orang yang baik dan juga orang yang jahat. Kita pun dapat menjadi sempurna dengan belajar mengasihi tanpa pandang bulu dan bersikap lebih sabar terhadap orang lain.

RH Jumat 29 Januari 2010

Jumat, 29 Januari 2010

Dia Memahami (Mazmur 103: 1-14) Tuhan kita penuh pengertian atas hidup kita. Itulah yang ditulis Daud dalam Mazmur 103, ketika ia mengajak dirinya sendiri untuk memuji Tuhan. Dalam berupaya hidup menyenangkan Tuhan, berulang kali Daud gagal. Namun, Tuhan tidak putus asa terhadapnya. Tuhan mengampuni dan memulihkan (ayat 3,4). Tidak diberi-Nya hukuman setimpal sampai hari-hari hidup Daud habis dalam derita (ayat 5,10). Tuhan tidak menuntut Daud melakukan apa yang di luar kemampuannya. Tuhan sadar bahwa manusia adalah "debu"; ciptaan yang ringkih (ayat 14). Bagai orangtua, Tuhan berusaha memahami perilaku kita. Dia menghargai itikad baik kita untuk hidup memuliakan nama-Nya, walau terkadang kita gagal dan mendukakan hati-Nya.

Sebagai orang kristiani, kita perlu berusaha hidup kudus. Melayani Tuhan dan sesama. Berupaya berbuat baik untuk membuat Tuhan tersenyum. Menuju kesempurnaan. Namun, di tengah perjuangan itu, jika suatu kali Anda gagal dan jatuh, jangan frustrasi. Tuhan tidak putus asa terhadap Anda! Jaga terus agar itikad untuk hidup memuliakan Dia terus menyala.

RH Jumat 29 Januari 2010

Jumat, 29 Januari 2010

Dia Memahami (Mazmur 103: 1-14) Tuhan kita penuh pengertian atas hidup kita. Itulah yang ditulis Daud dalam Mazmur 103, ketika ia mengajak dirinya sendiri untuk memuji Tuhan. Dalam berupaya hidup menyenangkan Tuhan, berulang kali Daud gagal. Namun, Tuhan tidak putus asa terhadapnya. Tuhan mengampuni dan memulihkan (ayat 3,4). Tidak diberi-Nya hukuman setimpal sampai hari-hari hidup Daud habis dalam derita (ayat 5,10). Tuhan tidak menuntut Daud melakukan apa yang di luar kemampuannya. Tuhan sadar bahwa manusia adalah "debu"; ciptaan yang ringkih (ayat 14). Bagai orangtua, Tuhan berusaha memahami perilaku kita. Dia menghargai itikad baik kita untuk hidup memuliakan nama-Nya, walau terkadang kita gagal dan mendukakan hati-Nya.

Sebagai orang kristiani, kita perlu berusaha hidup kudus. Melayani Tuhan dan sesama. Berupaya berbuat baik untuk membuat Tuhan tersenyum. Menuju kesempurnaan. Namun, di tengah perjuangan itu, jika suatu kali Anda gagal dan jatuh, jangan frustrasi. Tuhan tidak putus asa terhadap Anda! Jaga terus agar itikad untuk hidup memuliakan Dia terus menyala.

RH Kamis 28 Januari 2010

Kamis, 28 Januari 2010

Godaan Dari Dalam (Markus 7: 1-5, 18-23) Godaan dari dalam tidak jarang justru lebih membahayakan daripada tantangan yang berasal dari luar. Data yang dikeluarkan oleh DLLAJR (Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya) dari tahun ke tahun menunjukkan, kecelakaan lalu lintas lebih banyak disebabkan oleh kelalaian sopir atau kondisi kendaraan yang kurang memadai, daripada disebabkan oleh kondisi cuaca atau jalanan yang buruk.
Hidup kita pun begitu. Seumpama bahtera yang berlayar, ada saat kita diterjang ombak besar dan badai dahsyat; entah sakit penyakit, kesulitan di tempat kerja, gonjang-ganjing dalam keluarga, atau masalah dalam pelayanan. Semua itu bisa meluluhlantakkan bahtera hidup kita. Namun, bahaya yang lebih "mematikan" sebetulnya justru datang dari dalam diri sendiri; berupa keserakahan, kesombongan, pikiran kotor, iri hati, dendam kesumat, dan sebagainya. Tuhan Yesus hendak mengoreksi anggapan demikian. Maka, marilah kita waspada dengan godaan-godaan yang menggerogoti hati dan pikiran kita. Semoga Allah menolong kita. Kita perlu menjaga hati dan pikiran dari segala “kotoran” kehidupan.

RH Rabu 27 Januari 2010

Rabu, 27 Januari 2010

Nasihat (Amsal 6: 20-24) Saat seseorang berambisi mencapai sesuatu, biasanya ia buta. Tak dapat menilai dengan objektif; tak mampu membaca kehendak Tuhan. Saat itulah ia perlu mendengar nasihat orangtua atau mereka yang dewasa rohani. Nasihat mereka harus dipelihara, tidak disia-siakan, sebab Tuhan kerap menyatakan kehendak-Nya melalui mereka. Tuhan bisa juga memakai penilaian bijak mereka untuk menerangi jalan seseorang. Penulis Amsal menggambarkan nasihat mereka ibarat pelita atau cahaya yang menerangi kebutaan diri. Melindungi orang dari bahaya mengambil jalan yang salah.

Apakah Anda sedang bergumul untuk mengambil keputusan penting? Apakah Anda sedang mencari kehendak Tuhan? Selain berdoa dan bergumul secara pribadi, bukalah telinga dan hati bagi pendapat orang lain. Mintalah nasihat orangtua, juga orang kristiani lain yang mengenal Anda dengan baik. Pengalaman dan pergumulan mereka dengan Tuhan bisa memberi Anda nasihat bijak. Memang tidak setiap nasihat mereka dapat disamakan dengan kehendak Tuhan. Namun, nasihat mereka tak dapat diabaikan.

RH Selasa 26 Januari 2010

Selasa, 26 Januari 2010

Dua Jenis Kematian (Roma 11: 36 – 12: 1) Urip Ariyanto alias Mbah Surip, yang terkenal dengan lagunya Tak Gendong, meninggal dunia. Dokter Ari Fahrial Syam, pakar medis dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, berujar, "Pengalaman dari artis dan seniman kita membuktikan, akumulasi antara kelelahan, kurang tidur, banyak mengonsumsi kopi, dan merokok terus-menerus, mencetuskan terjadinya gangguan akut pada tubuh, di antaranya serangan jantung yang berakibat fatal."
Umur manusia memang ada di tangan Tuhan, tetapi dalam banyak kasus kematian sebetulnya manusia juga punya andil. Bisa dikatakan kematian itu ada dua jenis. Ada kematian yang terjadi di luar kendali kita. Ada juga kematian yang terjadi, atau dipercepat, karena ulah kita sendiri, entah karena gaya hidup yang sembarangan, atau karena pola makan yang serampangan. Sebab segala sesuatu, termasuk tubuh kita, adalah dari Tuhan. Maka, sudah sepatutnyalah kita pun mengembalikannya untuk kemuliaan Tuhan.

RH Senin 25 Januari 2010

Senin, 25 Januari 2010

Ketika Balasan Mengecewakan (Keluaran 2: 11-15) Air susu dibalas air tuba. Pepatah itu menggambarkan orang yang tidak tahu membalas budi. Ia menerima kebaikan, tetapi malah membalasnya dengan kejahatan. Sebuah realitas yang pahit, tetapi banyak terjadi dalam kehidupan kita. Musa pernah mengalaminya. Bagaimana kita menyikapi realitas semacam ini? Apakah hal itu dapat kita jadikan alasan untuk menjadi tawar hati, sehingga mengabaikan pentingnya menolong orang yang membutuhkan? Semestinya tidak. Namun, setidaknya kita dapat menyiapkan hati agar tidak selalu menganggap bahwa pertolongan yang kita berikan kepada seseorang otomatis akan membuat orang itu tergerak untuk menjadi penolong bagi sesamanya. Bisa jadi malah sebaliknya!

Bagaimanapun, perbuatan menolong orang lemah, kecil, dan tertindas, mesti tetap jalan terus. Sebab, tugas kita adalah menolong sesama yang memerlukan bantuan, bukan mengubah karakter mereka. Dengan begitu, kita akan menolong sesama tanpa pamrih.

ARTIKEL

Sebuah Koin Penyok

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya, sandang dan pangan. Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.
Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. "Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok," gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank. "Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno," kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar. Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini.Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang. Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu. Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya.
Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang. Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.
Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, "Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?" Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh, bukan apa-apa.. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi".
Bila kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan? Sebaliknya, sepatutnya kita bersyukur atas segala karunia hidup yang telah Tuhan berikan pada kita, karena ketika datang dan pergi kita tidak membawa apa-apa.

katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" (Ayub 1: 21)

KOTBAH

Pertumbuhan
(Amsal 4: 23)

Firman Tuhan berkata, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, ... “ itu berarti bahwa apa yang kelihatan sangat ditentukan oleh apa yang tidak kelihatan. Sama dengan perumpamaan tentang dua macam dasar atau pondasi rumah yang disampaikan oleh Tuhan Yesus. Rumah yang satu dibangun di atas batu, ketika datang hujan dan banjir, rumah itu tetap kokoh. Rumah yang lain dibangun di atas pasir, kemudian datanglah hujan dan banjir maka robohlah rumah itu. Itu berarti, apa yang kelihatan sangat ditentukan oleh yang tidak kelihatan. Pondasi yang tidak kelihatan sangat menentukan rumah yang di atasnya atau yang kelihatan. Kita hidup dari dalam keluar. Apa yang ada di dalam akan muncul keluar. Bagaimana memunculkan yang di dalam kita? Tekan saja maka yang di dalam akan keluar.

Firman Tuhan berkata: Bagaimana terjadinya pertumbuhan itu tidak diketahui orang (Mrk. 4: 27). Berarti pertumbuhan itu suatu misteri. Tetapi elemen-elemen yang menyebabkan pertumbuhan kita tahu. Rasul Paulus mengajarkan kepada kita bahwa pertumbuhan itu ada di tangan Allah dan bukan di tangan kita (1 Kor. 3: 6). Pada siang hari orang harus menabur benih, pada waktu malam benih itu akan bertunas.

Dalam Markus 4: 13-20 diceritakan perumpamaan tentang penabur. Perumpamaan seorang penabur adalah kunci untuk membuka perumpamaan-perumpamaan yang lain.Apabila kita telah mendengar Firman dan tidak mengerti, maka si jahat akan merampas apa yang telah ditabur. Dan Kita akan kehilangan apa yang kita tidak mengerti. Tetapi seseorang yang mendengar firman dan mengerti, maka ia akan menghasilkan buah. Pengertian adalah suatu kuasa (Understanding is a power). Kalau kita mendengar firman Tuhan berusahalah sampai kita mengerti firman Tuhan itu. Apa saja yang tidak kita mengerti akan menjadi hilang. Tiga hal yang bisa membuat kita bertumbuh, yaitu:
1. Memberi. Banyak orang tidak mengerti persepuluhan maka orang tidak melakukannya. Apa yang kita mengerti, tidak akan kita lupakan (Ams. 4: 7).
2. Makanan. Pertumbuhan tergantung dari apa yang kita makan, apa yang kita tonton, apa yang kita baca, apa yang kita dengarkan, apa yang kita masukkan dalam hidup kita. Kalau apa yang kita masukkan ke dalam tubuh kita adalah makanan yang tidak sehat, pasti tubuh kita akan mengalami pertumbuhan yang tidak sehat.
3. Meninggalkan (1 Kor. 13: 11). Kita akan mengalami pertumbuhan, apabila kita mau meninggalkan sifat kanak-kanak kita.

Pertumbuhan dapat terjadi pada kita apabila kita mau menjaga hati ini dengan segala kewaspadaan. Selain itu memberi, makanan yang kita makan dan meninggalkan masa lalu kita akan dapat mempengaruhi pertumbuhan kita. Amin

Pdt. Henoch Wilianto - 17 Januari 2010