RH Minggu 17 Januari 2010

Minggu, 17 Januari 2010

Sahabat Orang Berdosa (Matius 9: 9-13) Kerap kali perasaan dan kenyataan bah--wa kita masih memiliki banyak dosa da--pat membuat kita merasa enggan un-tuk datang kepada Tuhan. Na-mun, fir-man Tuhan hari ini memberikan sebuah kon---sep yang berbeda. Ketika Yesus te-ngah ber-kum-pul dan makan bersama pa-ra pemu-ngut cukai dan orang berdosa di rumah Matius, orang-orang Farisi yang ada di sekitar tempat itu mem-per-ta-nyakan apa yang dilakukan oleh Yesus. Akan tetapi, Yesus mem-berikan ja-wab-an yang hingga kini men-jadi pengharapan bagi semua orang ber-do-sa, yaitu bahwa Dia da-tang ke dunia untuk menjadi sahabat orang-orang yang ber-do-sa. Bu-kan untuk melakukan dosa ber-sama para pe--mungut cukai, me-lain-kan untuk menghapuskan dosa-dosa me-re-ka.

Seandainya Anda adalah salah satu dari orang-orang berdosa yang diun--dang untuk makan bersama Yesus di rumah Matius, res-pons apa yang akan Anda berikan? Menerima atau menolaknya ka-rena me-rasa tidak layak? Pilihan ada di tangan Anda. Anda mesti tahu bah--wa Ye---sus ada-lah sahabat orang berdosa. Dia akan selalu me-ne-ri-ma orang ber--do-sa; siapa pun yang mau datang kepada-Nya.

RH Sabtu 16 Januari 2010

Sabtu, 16 Januari 2010

Tak Kenal, Tak Sayang (Mazmur 9: 1-21) Jika kita belum mengenal seseorang, hu-bungan kita dengannya mungkin a-kan kaku. Berbincang-bincang seadanya. Basa basi. Tak kenal, maka tak sayang. Lain halnya jika kita sudah mengenal baik se-seorang. Kita bisa membicarakan ba-nyak hal dengannya, termasuk hal-hal pri-badi. Sebab kita percaya kepadanya. Se-ma--kin dalam kita mengenal seseorang, se-ma-kin kita dekat dan percaya kepada orang tersebut.

Banyak orang kristiani masih sulit un-tuk hidup dengan iman bah-wa Allah me-melihara dalam hi-dup sehari-hari. Sulit un-tuk percaya bahwa Dia me-me-----dulikan setiap pergu-mul-an yang diha-dapi. Bukti-nya, banyak anak Tuhan mudah me-nye-rah pada ke-takutan dan ke-kha-watiran hidup ini. Masalah yang da-tang menjadi tampak le-bih be-sar daripada kuasa Tuhan. Bagaimana kita dapat percaya penuh kepada Allah? Pemazmur meng--ungkapkan kuncinya. Kuncinya adalah pengenalan. Kita dapat mengenal Allah melalui fir--man-Nya dan melalui pengalaman kita berjalan bersama Allah. Ketika kita melakukan firman-Nya dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti akan melihat tangan Allah menyertai. Sudahkah Anda meng-hi-dupi dua hal ini?

RH Jumat 15 Januari 2010

Jumat, 15 Januari 2010

Berani Mengaku Salah (Yunus 1: 1-16) Dulu pernah ada sebuah lagu pop In-do-ne-sia berjudul Merpati Tak Pernah Ingkar Janji. Janji didekatkan dengan si-kap burung merpati yang tak pernah men-dua hati. Merpati selalu setia pada pa-sang-an-nya. Setiap kali, perhatiannya ter-arah hanya pada pasangannya.

Dalam Perjanjian Lama, arti nama Yu--nus sesungguhnya adalah “merpati”. Na---mun, “merpati” yang satu ini tidak ha-nya ingkar janji. Ia bahkan enggan un-tuk taat, dan dengan segaja menolak pe-rin-tah Tuhan. Tuhan memerintahkannya agar ke Niniwe, tetapi ia malah melarikan di-ri ke Tar-sis; jauh dari hadapan Tuhan. Namun, Tu-han me-nu-run-kan badai besar ke laut, sehingga kapal hendak ka-ram. Saat itulah awak kapal membuang undi guna mengetahui sia-pa penyebab malapetaka tersebut. Dan Yunuslah yang terkena undi dan berani mengaku salah. Imbas sebuah pengakuan dosa adalah: masalah bisa selesai. Bah-kan orang lain mengakui kekuatan Tuhan. Ketika kita salah, apa-kah kita berani mengakuinya secara kesatria? Atau, kita bersembunyi di balik segala alasan dan “tidur nyenyak”? Pahlawan Iman, selalu berhati kesatria. Sebab ia tahu, Tuhan melihat segala isi hatinya.

RH Kamis 14 Januari 2010

Kamis, 14 Januari 2010

Sepakbola Tanpa Gawang (Kejadian 1: 26-31) Bayangkan permainan sepakbola tanpa gawang. Betapa kacau dan anehnya. 22 orang dewasa berebut 1 bola. Ten-dang sana, tendang sini. Untuk apa semua itu kalau tidak ada gawang? Se-pakbola men-jadi menarik karena ada ga-wang yang dituju. Setiap pemain punya tu-juan: mencetak gol ke ga-wang lawan se-banyak-banyaknya.

Tuhan menciptakan kita di dunia ju-ga dengan tujuan tertentu. Betapa tidak me--na-riknya hidup kita ini kalau sekadar un--tuk “meng---gelinding” tanpa tujuan yang jelas. Tuhan Yesus meminta su-paya kita sempurna sama se-perti Bapa di sur-ga (Mat. 5: 48). Kata sem-purna, bu-kan ber-----arti ku-dus tan-pa cacat cela. Dalam bahasa Yunaninya kata sempurna adalah teleios, dari ka-ta telos artinya: tujuan, akhir, maksud. Seseorang disebut teleios ka-lau ia sepenuhnya bisa berfungsi sesuai dengan tujuan ia dicip-ta-kan di dunia ini. Kita diciptakan menjadi “segambar dan serupa” dengan Allah (Kej. 1:26). Ungkapan “gambar dan rupa” Allah, itu bukan se-kadar menunjukkan status kita sebagai ciptaan “tertinggi”, tetapi ju-ga sebagai tugas panggilan untuk kita “mencerminkan” Allah da-lam hidup di dunia ini; baik karya maupun kasih dan kebaikan-Nya. Kita hidup di dunia bukan kebetulan tetapi membawa misi Allah untuk dunia ini.

RH Rabu 13 Januari 2010

Rabu, 13 Januari 2010

Makanan Sehat Bagi Jiwa (2 Timotius 3: 10-17) Berdasarkan penelitian Dr. Jeffrey Leven dan Dr. David Larsen, seperti yang dilaporkan di Washington Times, 30 Juli 1996, membaca Alkitab secara teratur bu--kan hanya baik bagi jiwa, tetapi juga baik ba-gi tubuh jasmani. Kedua ahli itu mela-ku-kan penelitian terhadap lebih dari 500 orang selama berbulan-bulan. Dite-mu-kan, bahwa mereka yang membaca Alkitab se-ca-ra teratur cenderung mem-pu-nyai tekan-an darah lebih rendah dan ting-kat depresi lebih rendah. Lebih sedikit men-derita pe-nya--kit jantung, jarang yang ke-canduan obat maupun alkohol, jarang yang menga-lami per-pecahan dalam per-ka-winan, juga ting-kat kesehatannya jauh le-bih baik.

Bisa dipahami, sebab seumpama ma----kan-an, Alkitab adalah makanan bergizi bagi jiwa. Dengan mem-baca Alkitab secara teratur, berarti kita memberi makanan bergizi kepada jiwa kita secara teratur pula. Sehingga jiwa kita pun akan sehat terjaga. Jiwa yang sehat akan mem-beri ketenangan pada hati dan pikiran. Maka, baiklah kita menyediakan diri, meluangkan waktu, mem-bu-ka hati, di mana pun dan kapan pun, untuk secara teratur mem-ba-ca Alkitab. Alkitab adalah sumber hidup sehat, baik rohani maupun jasmani.

RH Selasa 12 Januari 2010

Selasa, 12 Januari 2010

Bekerja Sama (1 Korintus 12: 12-25) Rut dan Margaret sama-sama pernah men-jadi pianis andal. Kini keduanya tinggal di pusat perawatan penderita stro-ke. Serangan jantung telah melum-puh-kan bagian kanan tubuh Rut, sementara Mar-garet menderita kelumpuhan di bagian kiri tubuhnya. Melihat bakat kedua perem-pu-an ini, kepala perawat mendapat ide cemer-lang. Keduanya diajak bermain pia-no ber-sa-ma. Rut bermain dengan tangan kiri dan Margaret dengan tangan kanan. Mulanya sulit, tetapi dengan latihan inten-sif, mere-ka berhasil. Keduanya mampu me--mainkan mu-sik yang indah. Mereka pun men-jadi sa-ha-bat akrab dan mera-sa-kan hidup jadi ber--makna lagi.

Untuk melakukan perkara besar, se-tiap orang harus bekerja sama. Kita diran-cang Tuhan bukan untuk hidup sendiri-sendiri. Kita diberi kekurangan supaya saling bergantung dan melengkapi. Itulah sebabnya Rasul Paulus menyebut gereja sebagai “tubuh Kristus”. Setiap orang ada-lah anggota tubuh Kristus yang unik; punya peran dan fungsi ber-beda, tetapi tak satu pun dibuat komplit. Mereka mesti bekerja sama un-tuk membangun Kerajaan Allah. Dan, untuk mencapai kerjasama, ada dua sikap yang perlu dihindari yaitu, sikap rendah diri (ayat 15-17 dan sikap mau hidup sendiri (ayat 21-22).

RH Senin 11 Januari 2010

Senin, 11 Januari 2010

Tak Ada Alasan (Yohanes 13: 12-17) Ada sebuah lagu yang biasa kita nya-nyi-kan saat hendak memulai pela-yan-an atau berkomitmen kembali untuk me-la-yan-i. Liriknya berbunyi demikian: Melayan-i, melayani lebih sungguh/Melayani, me-la-yani lebih sungguh/Tuhan lebih dulu me-la-yani kepadaku/Melayani, melayani le-bih sung-guh. Lagu ini mengajarkan kepada kita se-bu-ah alasan mengapa kita harus melayani le-bih sungguh, yaitu karena Tuhan telah le--bih dulu melayani kita. Bagian firman Tuhan hari ini memuat contoh bagaimana Tuhan lebih dulu melayani manusia. Tuhan ber-inisiatif untuk membasuh kaki murid-mu--rid-Nya. Membasuh kaki adalah pe-ker-ja-an yang seharusnya dilakukan oleh se--orang hamba atau seseorang yang me-mi-liki posisi lebih rendah. Jadi, tidak sewajarnya seorang guru mem-ba-suh kaki muridnya. Seharusnya yang terjadi adalah murid mem-ba-suh kaki gurunya. Dan dalam kisah ini, tidak saja guru membasuh ka-ki murid, tetapi Tuhan sendiri membasuh kaki manusia. Mengapa Tuhan melakukannya? Karena Dia ingin memberi keteladanan dalam pelayanan. Jika Tuhan saja mau melayani, betapa kita pun seha-rus-nya mau melayani. Jikalau kita mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Guru kita, sesungguhnya tidak ada alasan un-tuk tidak me--layani secara sungguh-sungguh. Meneladani Tuhan Yesus berarti berjalan di atas jejak kakinya.

ARTIKEL

LEPASKAN PEGANGAN ANDA

Suatu hari, Kerry Shook, penulis buku "One Month to Live" mengajak putranya bermain ke taman. Begitu sampai di taman, putranya Josh langsung berlari ke arah permainan yang paling disukainya, sebuah palang untuk bergantung.
"Tolong angkat aku untuk bergantung di palang ini," demikian pintanya pada sang Ayah.
Kerry lalu mangangkatnya, dan tangan kecil Josh langsung berpegang erat pada palang tersebut tanpa dipegang lagi oleh ayahnya. Kaki kecilnya bergantung sekitar 5 kaki di atas tanah, dan Josh terlihat begitu bangga bisa kuat bergantung di sana. Sekitar beberapa menit kemudian, dia mulai lelah dan meminta diturunkan.
"Ayah, tolong turunkan saya."
Ayahnya menjawab, "Josh, lepaskan saja peganganmu dan aku akan menangkapmu."
Terlihat segurat keraguan diwajahnya, dia berkata, "Tidak, turunkan aku."
Seringkali kita mencoba mengerjakan segala sesuatu dengan kekuatan kita sendiri, berpikir sebaiknya kita ke kiri, ketika Tuhan berkata ke kanan. Hari ini Dia berkata, "Aku membentukmu dengan tanganKu sendiri. Aku menciptakanmu dengan sebuah tujuan dan Aku mati untuk menebusmu. Mengapa kamu tidak bisa mempercayaiKu? Aku memberikan hidupKu untukmu. Aku Tuhan atas alam semesta ini. Kamu hanya perlu melepas peganganmu dan Aku akan menangkapmu."
Bapa sorgawi ingin anda dan saya untuk mempercayainya. Jika anda berkeras untuk mengendalikan keadaan anda sendiri, berjuang dengan kekuatan anda sendiri, merencakan apa yang baik menurut pikiran anda sendiri, anda akan kelelahan. Anda akan kehabisan daya.
Ini adalah saatnya anda mengambil sebuah resiko untuk melepaskan pegangan anda. Ini saatnya untuk mengalami kuasa Tuhan bagaimana Dia menyatakan mukjizatnya dalam hidup anda bahkan pada bagian-bagian yang tidak pernah anda pikirkan sebelumnya.
Mempercayai Tuhan membutuhkan keberanian, hal itu dibutuhkan iman. Namun mempercayai Tuhan tidak akan pernah merugikan. Memang, jantung anda akan sedikit deg-degan, tapi percayalah Dia selalu tepat waktu dan tidak mungkin meleset untuk menangkap anda. Waktu Tuhan selalu indah dan Dia dapat dipercaya.

Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. (Amsal 3: 5)

kotbah

Cara Berpikir Yang Baru

(Matius 9: 14-17)

Pada adat orang Yahudi ada hari-hari dimana mereka berpuasa. Di satu peristiwa, pada saat murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi berpuasa, murid-murid Yesus tidak berpuasa. Hal ini menimbulkan suatu pertanyaan dari murid-murid Yohanes. Yesus menjawab bahwa anggur yang baru tidak dapat dimasukkan pada kantong kulit yang lama, anggur yang baru haruslah dimasukkan di kantong kulit yang baru juga (ay. 17). Yang dimaksudkan dengan kantong kulit yang baru, ialah cara berpikir yang baru. Kalau seseorang mau sukses maka ia harus memiliki cara berpikir yang baru.

Ada 2 hal yang dapat kita pelajari mengenai cara berpikir yang baru, yaitu:
1. Cara berpikir yang baru ialah cara berpikir yang mau terbuka terhadap hal-hal yang baru.
Segala hal yang baru apabila dimasukkan ke paradigma yang baru maka hal itu akan berguna. Kita harus memiliki cara berpikir yang terbuka terhadap hal-hal yang baru karena saat ini dunia sudah banyak berubah dan semakin berkembang. Orang yang mau maju dan sukses dalam hidupnya harus memiliki cara berpikir yang terbuka akan perkembangan dunia ini.
2. Cara berpikir yang baru ialah cara berpikir yang diubahkan.
Cara berpikir yang diubahkan maksudnya ialah cara berpikir yang mau dibentuk menurut Firman Tuhan dan mau meletakkan kehendak Tuhan dalam pikirannya. Jangan hanya memikirkan perkara-perkara yang sementara. Tetapi kita mau memiliki pikiran yang sesuai dengan kehendak Allah dalam kehidupan kita (Rm. 12: 2). Kita dapat mengikuti teladan Yesus bahwa nama, kedudukan ataupun jabatan tidak menjadi sesuatu yang penting bagi Yesus. Bagi-Nya yang terpenting ialah hidup menurut kehendak Allah (Fil. 2: 5-7). Kalau kita mau sukses maka kita harus memiliki cara berpikir yang telah diubahkan oleh Firman Tuhan.

Kunci agar kita dapat terus maju dan sukses di dunia yang semakin berkembang ini, ialah memiliki cara berpikir yang baru. Cara berpikir yang baru ialah cara berpikir yang terbuka terhadap hal-hal yang baru dan cara berpikir yang diubahkan oleh Firman Tuhan. Amin

Pdt. Henoch Wilianto - 03 Januari 2010

RH Minggu 10 Januari 2010

Minggu, 10 Januari 2010
Tuhan Membela Penjahat? (Kejadian 4: 1- 16) Di kelas Sekolah Minggu, seorang anak bertanya mengapa Kain tetap dilindungi Tuhan setelah membunuh Habel. Selama ini ia berpikir bahwa orang jahat tidak disayang Tuhan. Namun, mengapa Tuhan seolah-olah melindungi Kain dengan memperhitungkan pembalasan tujuh kali lipat bagi orang yang membunuhnya? Di satu sisi, Dia menyerukan keadilan, tetapi di sisi lain Dia seolah-olah “tidak adil” dengan melindungi seorang pembunuh seperti Kain. Kisah Kain dan Habel jelas menyatakan dua hal yang tak dapat dipisahkan dari karya Tuhan atas umat-Nya. Seperti sekeping koin, sisi pertama adalah keadilan dan sisi lain adalah kasih. Dia menyatakan kasih dan keadilan secara bersamaan. Kasih dan keadilan Tuhan berlaku dalam segala situasi.

Maka, masalahnya bukan semata-mata “Tuhan membela penjahat”, tetapi Dia memberi kesempatan bagi orang sejahat apa pun untuk bertobat. Jika Tuhan berlaku demikian, sepantasnyalah kita memberikan kesempatan bagi orang lain untuk berubah. Jangan menghakimi berdasar pengalaman masa lalu. Apalagi jika “masa hukuman” telah dijalani, terimalah kembali ia seutuhnya untuk memulai sesuatu yang baru. Tuhan pun setiap kali menerima diri kita kembali setelah kita mengaku dosa, bukan?

RH Sabtu 9 Januari 2010

Sabtu, 09 Januari 2010
Air (Keluaran 15: 22-27) Air dikenal sebagai komponen terpenting dari kehidupan. Semua makhluk membutuhkannya untuk hidup. Itu sebabnya, air pulalah yang dijadikan indikator utama oleh para peneliti untuk mencari kehidupan di luar angkasa. Sebuah benda langit yang tidak mengandung air, diyakini tidak bisa memiliki kehidupan juga. Pemahaman akan pentingnya air ini dimengerti benar oleh bangsa Israel kuno. Hidup di daerah yang memiliki banyak gurun membuat mereka tahu persis pentingnya air. Itu sebabnya dalam perjalanan keluar dari Mesir menuju Kanaan, bangsa Israel biasanya berhenti di dekat sumber air, seperti di Mara dan Elim dalam bacaan kita hari ini. Sungguh tragis bahwa sekarang banyak sumber air yang telah rusak oleh karena kecerobohan atau keserakahan manusia. Kalau di Mara, Tuhan membuat air yang tidak layak minum menjadi layak, pada zaman ini manusia melakukan sebaliknya, kita membuat air yang bersih menjadi tidak layak pakai. Kita perlu berjuang keras untuk menghentikan tindakan perusakan ini dan bahkan berusaha memperbaikinya. Kita perlu menggunakan air dengan bertanggung jawab. Kita harus berhenti mengotori sungai-sungai kita dengan berbagai sampah dan limbah industri.

RH Jumat 8 Januari 2010

Jumat, 08 Januari 2010
Tinggal Tenang (Yesaya 30: 15-18) Dalam kepanikan orang cenderung berpikir praktis, tidak berpikir panjang. Tak heran keputusan yang dibuat saat panik, umumnya membuat situasi bertambah runyam. Ketika umat Israel menghadapi perang, mereka juga panik. Perhitungan di atas kertas menunjukkan bahwa kekuatan musuh jauh lebih besar. Karena takut kalah, mereka segera meminta bantuan kepada tentara Mesir yang terkenal tangguh. Faktor Tuhan lupa dimasukkan dalam perhitungan. Padahal ini faktor penentu kemenangan! Kepanikan telah menggiring umat mencari solusi cepat dan praktis. Akhirnya, mereka memilih ”naik kuda dan lari cepat,” ketimbang mendengar nasihat Tuhan untuk bertobat dan tinggal tenang! Hasilnya? Usaha mereka itu sia-sia. Malah menambah masalah.

Kepanikan biasanya muncul saat kita menghadapi situasi sulit dan terjepit. Hadirnya tak dapat ditolak, namun dapat diredakan. Tenangkan diri di hadapan Tuhan. Diam. Lalu minta Tuhan untuk memegang kendali dan menunjukkan jalan. Jangan terburu-buru mengambil keputusan, sebelum yakin itu jalan Tuhan. Beriman berarti menolak dikuasai oleh kepanikan lalu membiarkan diri dikuasai oleh Tuhan.

RH Kamis 7 Januari 2010

Kamis, 07 Januari 2010
Membela Kehidupan (Keluaran 1: 8- 22) Bagai makan buah simalakama. Kalau dimakan, bapak yang mati; kalau tidak dimakan, ibu yang mati. Dua pilihan yang sama-sama menyulitkan dan menyudutkan kita. Bagaimana sikap kita jika dihadapkan pada kondisi semacam itu? Bidan Sifra dan Pua, pahlawan perempuan dalam awal sejarah perbudakan orang Israel di tanah Mesir, dihadapkan pada pilihan dilematis. Mereka secara diam-diam menentang perintah raja Mesir. Raja memerintahkan mereka agar membunuh bayi laki-laki Ibrani yang mereka tolong kelahirannya. Tetapi mereka mengelak perintah ini. Alkitab mencatat bahwa mereka melakukan hal ini karena “takut akan Allah” (ayat 17). Sebuah catatan yang menarik: pada waktu itu Allah juga sudah dikenali oleh orang-orang bukan Israel! Dan, karena pengenalan akan Allah itu, sekalipun diperintahkan untuk membunuh, mereka memilih untuk membela kehidupan.

Mereka mengajarkan bahwa kunci untuk menghadapi pilihan dilematis adalah takut akan Tuhan. Artinya, kita menentukan pilihan berdasarkan apa yang dipikirkan Tuhan, bukan apa yang dipikirkan manusia. Bukankah kebaikan Tuhan jauh lebih hebat daripada perlindungan manusia?

RH Rabu 6 Januari 2010

Rabu, 06 Januari 2010
Jati Diri (1 Yohanes 3: 1-10) Kalau burung mengira dirinya ayam, ia tidak akan terbang tetapi hanya melompat-lompat. Kalau seorang kristiani tidak sadar dirinya anak Allah, jelas yang dilakukannya tidak sesuai standar anak-anak Allah. Sejak menerima Kristus, kita dilahirkan kembali; diciptakan baru; diangkat menjadi “anak-anak Allah”; dan “benih ilahi” ada di dalam kita (ayat 9). Lewat pergaulan tahap demi tahap dengan Dia, selayaknya perilaku kita mengikuti standar keserupaan dengan Yesus. Yohanes tak henti-hentinya menulis tentang kebenaran ini. Mengapa? Sebab target gempuran Iblis adalah membuat orang-orang kristiani “lupa” jati dirinya. Bagaimana bisa? Lewat tantangan dan cobaan hidup yang beragam, kita bisa dibuat memiliki gambar diri yang buruk. Lalu tanpa sadar, orang akan berperilaku seperti gambar diri itu. Stop! Jangan tergiring ke arah itu! Kita adalah anak-anak Allah. Berjuang dan berperilakulah di atas landasan jati diri yang benar! Perubahan hidup dimulai dari perubahan gambar diri ke arah yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.

RH Selasa 5 Januari 2010

Selasa, 05 Januari 2010
Petualangan Terindah (Mazmur 118: 19-29) Hari-hari kehidupan kita kerap tidak seindah impian; aneka masalah membuat kita sulit bersukacita. Perasaan yang entah kenapa murung; situasi yang tidak dapat kita kendalikan; pengharapan yang terpupus; atau rasa bersalah akibat keputusan yang keliru, semua itu merampas sukacita kita. Pemazmur memahami perasaan seperti itu. Ia menggugah kita untuk berpaling kepada Tuhan. Tuhanlah yang telah menjadikan hari-hari kita, maka Dia pula yang memegang kendali, menyediakan pemeliharaan, dan menguatkan kita dalam menghadapi setiap persoalan. Di tengah situasi sulit sekalipun, kita dapat menemukan sumber sukacita dan rasa syukur untuk menjalani “petualangan” hidup hari demi hari. Dengan segala suka dukanya, hari ini adalah kesempatan terindah yang dikaruniakan Tuhan bagi kita untuk hidup dan melayani Dia. Hari demi hari akan terus berganti, isilah hari ini dengan perkara yang berarti.

RH Senin 4 Januari 2010

Senin, 04 Januari 2010
Dipilih untuk Suatu Tujuan (Yohanes 15: 14-17) Kita dipilih dalam peran sekecil apa pun tentunya dengan suatu tugas tertentu. Begitu juga ketika Tuhan memilih kita dalam peran-peran seperti yang kita punya sekarang ini - entah sebagai orangtua, suami, istri, pejabat negara, anggota majelis di gereja, entah juga sebagai orang kaya, orang pandai, selebriti terkenal -pasti dengan suatu tugas tertentu. Tidak mungkin Tuhan secara kebetulan atau tanpa sengaja memberikan peran-peran itu kepada kita. Sama seperti ketika Tuhan Yesus memilih para murid-Nya. Dia tidak asal-asalan memilih, tetapi dengan suatu tujuan tertentu, yaitu supaya mereka menghasilkan buah (ayat 16). Oleh karena itu, apa pun peran kita sekarang ini, pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah: Apa yang Tuhan ingin kita lakukan dengan peran tersebut? Tuhan memilih kita sebagaimana kita ada sekarang dengan tujuan luhur.

ARTIKEL

KISAH BESI DAN AIR

Ada 2 benda yang bersahabat karib yaitu besi dan air. Besi seringkali berbangga akan dirinya sendiri. Ia sering menyombong kepada sahabatnya: "Lihat ini ... aku, kuat dan keras. Aku tidak seperti kamu yang lemah dan lunak." Air hanya diam saja mendengar tingkah sahabatnya.

Suatu hari besi menantang air berlomba untuk menembus suatu gua dan mengatasi segala rintangan yang ada di sana. Aturannya: "Barangsiapa dapat melewati gua itu dengan selamat tanpa terluka maka ia dinyatakan menang."

Besi dan air pun mulai berlomba:
Rintangan pertama mereka ialah mereka harus melalui penjaga gua itu yaitu batu-batu yang keras dan tajam. Besi mulai menunjukkan kekuatannya, ia menabrakkan dirinya ke batu-batuan itu. Tetapi karena kekerasannya batu-batuan itu mulai runtuh menyerangnya dan besipun banyak terluka di sana sini karena melawan batu-batuan itu.

Air pun melakukan tugasnya, ia menetes sedikit demi sedikit untuk melawan bebatuan itu. Dengan lembut ia mengikis bebatuan itu sehingga bebatuan lainnya tidak terganggu dan tidak menyadarinya, ia hanya melubangi seperlunya saja untuk lewat tetapi tidak merusak lainnya. Score air dan besi 1 : 0 untuk rintangan ini.

Rintangan kedua mereka ialah mereka harus melalui berbagai celah sempit untuk tiba di dasar gua. Besi merasakan kekuatannya, ia mengubah dirinya menjadi mata bor yang kuat dan ia mulai berputar untuk menembus celah-celah itu. Tetapi celah-celah itu ternyata cukup sulit untuk ditembus, semakin keras ia berputar memang celah itu semakin hancur tetapi ia pun juga semakin terluka.

Air dengan santainya merubah dirinya mengikuti bentuk celah-celah itu. Ia mengalir santai dan karena bentuknya yang bisa berubah ia bisa dengan leluasa tanpa terluka mengalir melalui celah-celah itu dan tiba dengan cepat di dasar gua. Score air dan besi 2 : 0.Rintangan ketiga ialah mereka harus dapat melewati suatu lembah dan tiba di luar gua. Besi kesulitan mengatasi rintangan ini, ia tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya ia berkata kepada air: "Score kita 2 : 0, aku akan mengakui kehebatanmu jika engkau dapat melalui rintangan terakhir ini!"

Air pun segera menggenang. Sebenarnya ia pun kesulitan mengatasi rintangan ini, tetapi kemudian ia membiarkan sang matahari membantunya untuk menguap. Ia terbang dengan ringan menjadi awan, kemudian ia meminta bantuan angin untuk meniupnya kesebarang dan mengembunkannya. Maka air turun sebagai hujan. Air menang telak atas besi dengan score 3 : 0.

RENUNGAN SINGKAT:
Jadikanlah hidupmu seperti air. Ia dapat memperoleh sesuatu dengan kelembutannya tanpa merusak dan mengacaukan karena dengan sedikit demi sedikit ia bergerak tetapi ia dapat menembus bebatuan yang keras.

Ingat hati seseorang hanya dapat dibuka dengan kelembutan dan kasih bukan dengan paksaan dan kekerasan. Kekerasan hanya menimbulkan dendam dan paksaan hanya menimbulkan keinginan untuk membela diri.

Air selalu merubah bentuknya sesuai dengan lingkungannya, ia flexibel dan tidak kaku karena itu ia dapat diterima oleh lingkungannya dan tidak ada yang bertentangan dengan dia. Air tidak putus asa, Ia tetap mengalir meskipun melalui celah terkecil sekalipun. Ia tidak putus asa. Dan sekalipun air mengalami suatu kemustahilan untuk mengatasi masalahnya, padanya masih dikaruniakan kemampuan untuk merubah diri menjadi uap (Inilah Mujizat). Believe it.....! !!!

Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.
(1 Timotius 6: 11)

KOTBAH

Tiga Peran dalam KPR 1: 8
(Kisah Para Rasul 1: 8)

Menjelang akhir tahun, biasanya setiap perusahaan akan tutup buku dan mengevaluasi apa yang telah didapat selama 1 tahun yang telah berlalu. Demikian pula halnya setiap kita perlu mengevaluasi kehidupan kita di akhir tahun ini. Kata-kata dalam KPR 1: 8 ini sangatlah luar biasa, ada tiga peran yang masuk dalam ayat ini, yaitu:

1. Kata “kamu” adalah tujuan ayat ini disampaikan. Ayat ini ditujukan kepada para murid. Sebelas dari murid Yesus berasal dari daerah Galilea. Daerah Galilea termasuk daerah terpencil atau desa. Kehidupan orang Galilea pun sederhana dan miskin. Perintah untuk menjadi saksi ini sangat luar biasa, karena ditujukan kepada orang yang berasal dari desa (udik) dan miskin. Selain itu kesebelas murid Yesus juga merupakan orang-orang yang gagal. Hal ini dapat terlihat dari berbagai peristiwa, antara lain mereka ketakutan pada saat melihat Yesus berjalan di atas air dan menyangka Yesus adalah hantu, ada pula yang menyangkal Yesus, ada yang tidak percaya bahwa Yesus bangkit, dsb. Sebenarnya para murid ini tidak masuk kualifikasi untuk dapat meneruskan pelayanan Yesus. Tetapi kata-kata menjadi saksi ini ditujukan kepada mereka.

2. Peran kedua, ialah Yesus yang telah menyampaikan pesan ini. Seorang leader/pemimpin yang baik dapat melihat kemampuan yang ada dalam pribadi yang dipimpinnya dan melihat jauh ke depan. Yesus tidak pernah salah dalam memilih. Serahkan hidupmu kepada-Nya, maka Ia akan membuat hidupmu berarti bagi-Nya. Sebab Ia tahu apa yang ada pada kita dan Ia tahu bagaimana masa depan kita.

3. Peran yang ketiga ialah Roh Kudus. Pada saat Roh Kudus turun atas kita maka tidak ada yang mustahil bagi kita yang percaya kepada-Nya (Luk. 1: 37; Mark. 9: 23; Rm. 8: 11). Bersama Roh Kudus maka kita mampu melakukan banyak perkara yang luar biasa, seperti para rasul yang melayani dengan penuh kuasa setelah Roh Kudus turun atas hidup mereka.

Mari kita masuki tahun 2010 dengan paradigma yang baru bahwa apa pun yang akan kita hadapi, kita akan berhasil karena Roh Kudus akan memimpin kita. Amin

Pdt. Yonathan S. - Minggu, 27 Des ‘09