RH Minggu, 04 Juli 2010

OSCAR DAN RAZZIE (2 Korintus 12: 1-10)

Di Hollywood, ada penghargaan bidang perfilman, yaitu Piala Oscar untuk menghargai kinerja terbaik dan piala Razzie untuk mengganjar kinerja terburuk. Pada Maret 2010, Sandra Bullock menjadi aktris pertama yang mendapatkan kedua piala itu pada tahun yang sama. Ia memperoleh Razzie sebagai aktris terburuk karena penampilannya di film All About Steve, lalu meraih Oscar sebagai aktris terbaik untuk perannya di The Blind Side. Sandra memajang kedua piala itu di rak yang sama. Ia menganggap piala Razzie sebagai penetral yang hebat. "Piala itu mengingatkan saya agar tidak membusungkan dada menyombongkan diri."

Kehidupan iman Paulus melewati masa-masa cerah dan juga masa-masa suram. Tidak jelas benar apa yang dimaksudkan Paulus dengan duri dalam dagingnya itu. Yang jelas, duri itu suatu kelemahan yang mencegahnya agar tidak menyombongkan diri, tetapi malah mendorongnya bersandar pada anugerah Allah. Adakah "duri" yang terus mengganggu kita? Kita berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkannya, tetapi tidak berhasil juga. Mungkin Tuhan mengizinkannya untuk mengingatkan kita akan kemanusiaan dan kebutuhan kita akan anugerah-Nya.

RH Sabtu, 03 Juli 2010

TERJUN BEBAS (Ratapan 3: 19-27)

Selama 45 tahun, hidup Ken Karpman nyaris sempurna. Ia lulus dari salah satu universitas terbaik di Amerika dan menikah dengan gadis impiannya. Kariernya sebagai pialang saham terus menanjak dan memberinya penghasilan hingga Rp 8,8 miliar per tahun. Tahun 2008 resesi menghantam perekonomian Amerika. Hidup Karpman pun "terjun bebas" dalam sekejap. Ia kehilangan pekerjaan, tabungan dan hartanya. Guna menghidupi keluarga, Karpman mengambil langkah drastis. Ia melamar pekerjaan sebagai pengantar pizza dengan penghasilan yang amat pas-pasan, bahkan untuk orang kebanyakan. Kehidupannya pun berubah 180 derajat, tetapi ia tidak menyesalinya, "Ini hanya sebuah proses. Saya mensyukuri tiap sen yang saya dapat. Ada pelajaran berharga dari setiap potong pizza yang saya antar, yaitu kerendahan hati."

Hidup di dunia ini memang serba tidak pasti. Apa yang ada kini, bisa tiba-tiba hilang tak berbekas. Hari ini kita berhasil, besok gagal. Namun, tak usah khawatir. Sejauh kita berjalan bersama Tuhan, semua itu takkan "melumpuhkan" kita. Bersama Tuhan, kita akan siap menghadapi perubahan apa pun yang terjadi.

RH Jumat, 02 Juli 2010

KRISTUS RUMAH KITA (Yohanes 15: 1-8)

Dalam bahasa Inggris ada kata house dan home. Namun, kita hanya mengenal kata "rumah" untuk menerjemahkan keduanya. House ialah bangunan fisik tempat tinggal, adapun home mengacu pada hubungan yang penuh makna antara manusia dan tempat huniannya. Home mewakili tempat yang paling membuat kita kerasan di dunia ini. Itulah kira-kira yang dimaksudkan Yesus tatkala Dia menghendaki agar kita tinggal di dalam Dia. Dalam bahasa Yunani, kata tinggal itu memiliki konteks yang luas. Berkaitan dengan tempat, tinggal berarti menetap; berdiam; tidak meninggalkan; senantiasa hadir. Berkaitan dengan waktu, tinggal berarti berlangsung terus-menerus; bertahan; berjaga-jaga; tidak binasa; langgeng. Berkaitan dengan keadaan, tinggal berarti tetap seperti semula; tidak berubah. Selain itu, tinggal juga berarti menantikan seseorang. Dengan memadukan berbagai pengertian tersebut, tinggal di dalam Kristus dapat dimaknai sebagai "menjadikan Kristus sebagai rumah kita selama-lamanya". Lalu, bagaimana kita tinggal di dalam Kristus? Kita dapat menemukan jawabannya melalui makna rumah (home). Rumah ialah tempat hati kita tertuju, tempat kita pulang tatkala rindu. Rumah menjadi pusat aktivitas hidup kita. Nah, apakah kita menjadikan Kristus sebagai "rumah" kita?

RH Kamis, 01 Juli 2010

PAHLAWAN WANITA (Keluaran 2: 1-10)

Dalam banyak budaya, wanita kerap dianggap sebagai warga kelas dua. Tak dihargai, dianggap tak bisa berbuat banyak. Akibatnya, banyak wanita juga memandang rendah dirinya sendiri. Bahkan, ketika ditawari melakukan suatu pelayanan, acap kali wanita menolak halus. Hari ini kita membaca bahwa orang-orang yang berjasa dalam hidup Musa, hamba Tuhan yang dipakai luar biasa adalah para wanita! Mulai dari ibu Musa, Yokhebed, yang tidak mau membunuh bayinya (ay. 2). Miryam, kakaknya, yang dengan berani mengusulkan untuk mencari ibu susu bagi Musa (ay. 4). Dan, Putri Firaun yang akhirnya mengadopsi dan mendidik Musa (ay. 10). Di tangan Allah, tidak ada wanita yang tidak bisa berperan. Para wanita di atas menjadi pahlawan Allah bukan dengan berperang, tetapi dengan melakukan tugas dan panggilan mereka. Para bidan menjadi bidan yang baik dan takut Tuhan. Yokhebed menjadi ibu yang baik. Miryam menjadi kakak yang melindungi adiknya. Mereka tidak berubah menjadi "wanita super", tetapi mereka melakukan tugas dari Tuhan dengan setia. Mungkin ketika melakukan setiap bagiannya, mereka tidak menyadari dampak yang timbul setelahnya. Namun, Tuhan mengingat dan merangkaikannya dengan indah. Biarlah mulai hari ini, para wanita bangkit menjadi pahlawan-Nya.

RH Rabu, 30 Juni 2010

KENA BATUNYA (2 Samuel 9)

Pengalaman buruk tertentu bisa membuat orang sentimen setengah mati kepada sesuatu atau seseorang. Sebagai contoh, karena pernah ditipu orang dari suku tertentu, seseorang menjadi benci pada semua orang dari suku itu; gusar pada segala hal yang berbau suku tersebut. Padahal itu penyamarataan yang keliru.

Perasaan sentimen bisa jadi cukup akrab dengan kita. Padahal perasaan itu menghalangi kita untuk bersikap adil dan mengasihi. Sentimen membuat kita cenderung menyamaratakan; pukul rata saja. Akibatnya, mungkin ada pihak tak bersalah yang jadi sasaran. Belum lagi jika perasaan sentimen itu kita tularkan pada orang-orang di sekeliling kita. Semua jadi ikut curiga, takut, dan tendensius akibat sebuah sentimen pribadi. Mari bersikap lebih jujur dan adil dengan belajar mengatasi sentimen pribadi. Tak perlu menunggu sampai Tuhan mengizinkan pengalaman serupa Daud terjadi pada kita, bukan? Kasih kerap kali perlu ditunjukkan dengan bukti, khususnya pada orang yang kita kecualikan untuk dikasihi.

RH Selasa, 29 Juni 2010

TALI SIPAT (Amos 7: 7-9)

Dalam penglihatan Amos, Tuhan menggunakan tali sipat untuk mengadakan penghukuman di tengah umat Israel. Tali sipat adalah tali dengan pembeban pada salah satu ujungnya, dan biasa digunakan tukang bangunan untuk memeriksa dan memastikan bahwa bangunan yang dibuatnya berdiri dengan tegak atau lurus. Dalam Yesaya 28:17, yang dimaksud tali sipat adalah kebenaran. Sebagaimana tali sipat seorang tukang bangunan, kebenaran Allah memeriksa sekaligus memastikan apakah kita dalam keadaan "lurus" atau "bengkok". Dan, jika kita didapati tidak dalam keadaan "lurus", berarti kita mendapat teguran untuk bersedia "dirombak", "diperbaiki".

Mungkin selama ini kita telah berlaku curang, tetapi karena kita pandai menyembunyikan kecurangan kita di balik peraturan, sikap manis, jabatan, dan lain sebagainya, maka kita merasa baik-baik saja. Walau demikian, segala sesuatu tidak tersembunyi bagi Tuhan, dan kebenaran-Nya memastikan keadaan kita yang sebenarnya. Maka, tak usah berkeras hati. Izinkan Tuhan mengambil apa yang perlu diambil dan meletakkan apa yang perlu diletakkan. Kiranya Dia mendapati kita "lurus" saat tali sipat-Nya diukurkan.

RH Senin, 28 Juni 2010

SALAH MELIHAT (Matius 7: 1-5)

Sir Percival Lowell adalah astronom ternama pada akhir abad ke-19. Ketika melihat planet Mars dari teleskop raksasa di Arizona, ia melihat ada garis-garis di planet itu. Menurutnya, itu adalah kanal-kanal buatan makhluk planet Mars. Lowell mengabdikan seluruh hidupnya untuk memetakan garis-garis itu. Namun, foto satelit kini membuktikan tidak ada kanal di Mars. Lantas apa yang dilihat Lowell? Ternyata ia melihat pembuluh-pembuluh darah di matanya sendiri saat melihat teleskop! Ia menderita penyakit langka yang kini disebut "Sindrom Lowell".

Sama seperti Lowell, kita pun bisa salah memandang orang lain. Sifat-sifat buruk orang lain tampak begitu besar dan nyata, sehingga kita terdorong untuk menegur dan menghakiminya. Padahal tanpa sadar kita pun punya sifat buruk itu, bahkan mungkin lebih parah! Kedekatan membuat kita sangat mengenal cacat cela orang-orang yang kita kasihi. Akibatnya, kita menjadi sangat mudah menemukan kesalahan mereka. Ini yang harus kita waspadai. Lain kali, sebelum menuduh dan mencaci-maki, periksalah diri sendiri dulu. Belum tentu kita lebih baik dari mereka. Jadi, lebih baik saling menasihati daripada saling menghakimi.

HUMOR

Korban Tabrakan

Suatu hari terjadi tabrakan maut di tikungan jalan di Biak. Banyak orang berkumpul mengelilingi tempat kejadian. Seorang laki-laki pendek (mirip Zakheus) ingin sekali mengetahui apa yang terjadi, namun sulit menerobos massa yang berkumpul. Ternyata laki-laki pendek ini panjang akalnya. Dengan suara lantang ia berteriak, ”Minggir, minggir, aku saudara laki-laki korban.”
Semua yang berkerumum memberi jalan kepadanya. Setelah sampai di depan, ternyata yang ditabrak dan menjadi tontonan adalah seekor anjing berkudis.

Janganlah terburu-buru dengan mulutmu,
dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah,
karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit.
(Pengkhotbah 5: 2)

Artikel

Seberapa Lama Akar itu Tertanam?

Pada suatu hari seorang tua yang bijaksana berjalan melalui hutan bersama seorang muda yang terkenal tidak bertanggung jawab dan kepala batu. Orang tua itu menghentikan langkahnya, lalu menunjuk sebuah pohon yang masih kecil. "Cabutlah pohon itu," katanya. Segara pemuda itu membungkuk dan hanya dengan dua jari saja ia dengan mudah dapat mencabut pohon itu.

Setelah berjalan lebih jauh lagi, orang tua itu berhenti di depan sebuah pohon yang agak besar. "Coba cabut pohon ini," katanya. Sekali lagi pemuda itu menuruti perintahnya, namun kali ini dia menggunakan kedua tangannya dan dengan sekuat tenaga mencabut akar pohon itu.

Akhirnya, mereka berhenti lagi di depan sebuah pohon yang sangat besar.
"Sekarang, cabutlah pohon ini!" perintahnya lagi.

"Wah, itu tidak mungkin!" protes pemuda itu.

"Aku tidak dapat mencabut pohon sebesar ini. Untuk memindahkannya diperlukan sebuah buldoser."
"Engkau benar sekali," jawab orang tua itu.

"Kebiasaan, entah baik ataupun buruk, sama seperti pohon-pohon itu. Kebiasaan yang belum berakar dalam seperti pohon yang masih sangat kecil, dapat dicabut dengan sangat mudah. Kebiasaan yang akarnya mulai mendalam seperti pohon yang sudah agak besar; untuk mencabutnya diperlukan usaha dan tenaga yang kuat. Kebiasaan yang sudah sangat lama telah berakar sangat dalam, sehingga orang itu sendiri tidak bisa lagi mencabutnya. Jagalah dirimu agar kebiasaan yang sedang engkau tanamkan adalah kebiasaan-kebiasaan baik."

Coba ambil waktu dan selidiki hati Anda. Adakah kebiasaan buruk Anda yang masih sangat kecil tertanam di hati Anda? Adakah ‘pohon’ buruk yang sudah agak besar? Yang lebih penting, adakah ‘pohon’ besar yang sudah tertanam begitu lama? Jika ada, carilah penyelesaian masalah atas kebiasaan buruk Anda. Tanya orang lain yang menurut Anda bisa dipercaya dan mampu menyelesaikan masalah. Tidak hanya itu, berdoa kepada Tuhan merupakan obat bagi penyelesaian masalah Anda. Ubah sedikit demi sedikit perilaku yang buruk menjadi baik. Walau sesekali Anda gagal, terus ulangi. Dengan sikap ingin berubah yang total, Anda bisa membuang ‘akar’ jelek tersebut.

Artikel

Keajaiban Matematika Terbesar di Dunia

Karier berasal dari kata bahasa Inggris, "career", yang berasal dari bahasa Perancis, "carriere", yang berarti suatu jalan atau suatu "highway". Maka dari itu, dalam karier ada peta, ada rencana, ada tujuan yang jelas, kapan kita akan berhenti makan, dan kapan kita akan berhenti untuk mengisi bensin. Organ tubuh yang dipakai dalam berkarier adalah mata. Sedangkan, dalam suatu panggilan, organ tubuh yang dipakai adalah telinga. Fokusnya adalah suara. Panggilan esensinya adalah hubungan antara Yang memanggil dan yang dipanggil. Tidak ada tujuan yang dapat dilihat. Mungkin dapat diartikan dengan berserah pada Yang memanggil dalam melakukan segala sesuatu. Tuhan yang merencanakan, bukan kita.

Dalam berkarier, kita butuh persyaratan tertentu. Jika kita dipilih menjadi pemimpin misalnya, kita sebaiknya memiliki setidaknya beberapa persyaratan untuk dapat menjadi seorang pemimpin, yaitu pengalaman memimpin, jiwa pemimpin, dsb. Lain halnya dengan panggilan, panggilan tidak membutuhkan persyaratan tertentu untuk melakukan sesuatu hal.

Musa mengalami kerancuan saat ia dipanggil untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Ia awalnya mengganggap panggilan itu sebagai karier. Ia ragu apa ia memenuhi syarat menjadi pemimpin. Namun bersyukur, ia akhirnya percaya pada Allah dan menjalani panggilannya itu bukan sebagai karier, namun benar-benar sebagai panggilan -- berserah penuh kepada Allah.

Dan luar biasa apa yang terjadi saat kita berserah penuh pada Allah. Musa dan bangsa Israel berada di tengah gurun, namun apa yang ia harus perbuat untuk mereka? Mereka harus diberi makan, dan memberi makan 2 atau 3 juta orang itu membutuhkan banyak sekali makanan.

Menurut seorang jendral militer, dikatakan bahwa Musa harus memiliki 1.500 ton makanan setiap harinya untuk memberi makan bangsa Israel. Apakah Anda tahu bahwa untuk membawa makanan sebanyak itu setiap hari, dibutuhkan dua kereta barang, yang masing-masing panjangnya 1 mil! Selain itu, Anda juga harus ingat, mereka ada di tengah gurun, jadi mereka perlu kayu bakar untuk memasak. Untuk itu, dibutuhkan 4.000 ton kayu bakar dan beberapa kereta barang lagi, yang masing-masing panjangnya 1 mil, hanya untuk sehari. Dan coba pikirkan, mereka ada di gurun selama 40 tahun!

Mereka juga perlu air. Jika mereka hanya butuh air untuk minum dan kebutuhan cuci-mencuci, maka air yang dibutuhkan adalah 11 juta galon per hari. Dan kereta barang dengan tanki-tanki air yang panjangnya 1.800 mil dibutuhkan juga hanya untuk mengangkut air!

Selain itu, mereka juga harus menyeberangi Laut Merah yang luas. Jika mereka melalui jalur yang sempit, dalam dua baris, panjang setiap baris adalah 800 mil dan akan butuh waktu 35 hari siang dan malam untuk menyeberanginya. Jadi, harus ada ruang di Laut Merah yang lebarnya 3 mil sehingga mereka bisa berjalan dalam 5.000 barisan atau berjajar 5.000 orang untuk menyeberanginya dalam 1 malam.

Setiap mereka berkemah untuk tidur, tanah seluas dua per tiga negara bagian Rhode Island akan diperlukan, atau sekitar 750 mil persegi ... bayangkan! Apakah Anda pikir Musa memikirkan hal itu saat ia meninggalkan Mesir? Saya rasa tidak! Musa percaya pada Tuhan. Tuhan yang menyediakan semuanya itu untuknya.

Kini apakah Anda masih berpikir Allah kesulitan memenuhi segala kebutuhan Anda?

Ringkasan Khotbah 20 Juni 2010

Kenangan
(Kejadian 31: 1-16; 28: 10-15)


Dari kecil, kita dilatih untuk menjadi orang yang nomor satu. Tetapi kita tidak pernah dipersiapkan untuk tidak menjadi nomor satu. Itu sebabnya, ketika tidak menjadi juara, tidak menjadi nomor satu, tidak mencapai target maka kita menjadi stres, susah dan gelisah. Merasa gagal dan tidak punya semangat lagi.

Itulah juga yang dialami oleh Yakub. Setelah 20 tahun ia bekerja kepada Laban, ia mendapati bahwa ia telah 10 kali ditipu oleh paman dan mertuanya sendiri. Dalam keadaan yang terus menerus ditipu oleh Laban, Yakub stres dan putus asa. Ia merasa gagal total. Di tengah-tengah keadaannya stres itulah Allah menjumpai Yakub. Allah mengingatkan sebuah kenangan peristiwa 20 tahun lalu di Betel. Dalam kenangan tersebut, Allah memberikan tiga janji bagi kehidupan Yakub (Kej. 28: 15), yaitu:

1. Aku menyertai. Allah menyertai tanpa sepengetahuan Yakub, sekalipun ia tidak pernah menyadari penyertaan Allah. Allah juga berjanji mau menggendong kita sampai masa tua kita (Yes. 46: 4).

2. Aku akan melindungi kemanapun engkau pergi. Sekalipun 10 kali, Yakub ditipu oleh laban, Allah tetap melindungi Yakub dari kelicikan laban. Allah tetap memelihara dan memberkati Yakub. Apakah kita sadar bahwa sampai hari ini Allah tetap melindungi setiap kita?

3. Aku tidak akan meninggalkan engkau. Saat Yakub susah dan putus asa dalam menghadapi masalahnya, Allah hadir dan memberikan firman-Nya. Mengingatkan Yakub pada janji Allah bagi hidupnya dan menyuruh ia untuk pulang.

Allah membawa Yakub untuk mengingat kenangan itu. Kenangan akan peristiwa di Betel itu penting untuk meyakinkan Yakub; bahwa Tuhan dapat dipercaya. Kenangan juga penting dalam hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Ketika kita bimbang atau ragu akan penyertaan Tuhan, kenangan akan jamahan-Nya pada masa lalu penting untuk menguatkan kita. Apakah Anda sedang merasa Tuhan jauh dan tidak peduli? Ingatlah pengalaman ketika jamahan-Nya nyata atas hidup kita. Janji-Nya untuk tidak pernah meninggalkan kita, selalu dapat kita pegang (Mzm. 46: 2). Apapun yang sedang kita rasakan, yakinilah bahwa Dia yang mengasihi kita pada masa lalu, tak berhenti mengasihi kita saat ini. Kenangan akan jamahan Tuhan akan meneguhkan kita bahwa kesetiaan-Nya selalu ada. Amin

By: Pdt. Henoch Wilianto - 20 Juni 2010