JADWAL IBADAH

Kebaktian Doa Malam
Pembicara: Pdt. Benny Kusno
Jumat, 19 Sept 2008 - Pk. 19.00 WIB

Kebaktian Wanita
Pembicara: Pdt. Robert Louis
Sabtu, 20 September 2008 - Pk. 10.00 WIB
Kebaktian Pemuda
Pembicara: Ibu Yunita
Sabtu, 20 September 2008 - Pk. 17.30 WIB

Kebaktian Umum
Pembicara: Gembala Sidang
Minggu, 21 September 2008
Pk. 08.00 WIB & Pk. 17.00 WIB

Kebaktian Anak
Minggu, 21 September 2008
Pagi – Pk. 08.00 WIB
Sore – Pk. 17.00 WIB



S e n y u m . . .

NAIK SEPEDA MOTOR

Udin mengantarkan neneknya berobat ke dokter, naik sepeda motor.
Udin : Ayo nek, naik boncengan, jangan lupa pengangan yang erat ya.
Nenek : Iya, ini juga nenek sudah pegangan erat koq.
Udin : Jangan lupa pengangannya yang erat ya, nek !!!! (kata Udin lagi mengingatkan)
Nenek : Iya, nenek sudah pegangan yang erat, cerewet amat.
Udin : Ok, kalo begitu kita berangkat ya, nek.
Udin lalu mulai meng-gas motornya, lalu terdengar benda jatuh BRUAAAAKKKK!!!!!Udin kaget, lalu menoleh ke belakang, ternyata si nenek terjatuh dari motornya.
Udin : Lho koq bisa jatuh sih, nek? Nenek gak pengangan ya?
Nenek : Nenek malah pegangan yang erat koq!!!!
Udin : Memangnya nenek pengangan dimana?
Nenek : Di pagar rumah.
Udin : "$%^&(#....."^

KOTBAH

PERJANJIAN BARU
(1 Korintus 11:23-26)

Tidak kenal tidak sayang. Ungkapan ini menyatakan bahwa pada saat seseorang mengenal maka akan timbul rasa sayang. Demikian juga dengan Alkitab. Banyak orang yang tidak menyayangi Alkitab karena mereka tidak mengenal seluruh keberadaan Alkitab. Alkitab kita dibagi menjadi dua bagian, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama yang menjadi dasarnya ialah lima kitab pertama yang ditulis Musa. Lima kitab ini adalah Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. Bangsa Israel dapat berhasil dan beruntung dalam hidupnya apabila mereka melakukan lima kitab Taurat ini. Dalam hubungan relasi dengan Tuhan dijelaskan adanya korban-korban persembahan, antara lain korban bakaran, korban sajian, korban keselamatan dan korban penghapus dosa.

Bangsa Israel setiap kali melakukan dosa akan bertobat dan mempersembahkan korban. Tetapi setelah bertobat mereka kembali melakukan dosa lagi. Dan ini terus menerus terjadi, berdosa – bertobat – mempersembahkan korban – berdosa lagi – bertobat – dst. Hal ini menyebabkan perjanjian Allah kepada bangsa Israel menjadi batal. Sebab mereka telah mengingkari perjanjian tersebut. Perjanjian lama tidak lagi mungkin dilakukan karena sudah dibatalkan Allah (Ibr. 8: 8-9), maka perlu dibuatkan Perjanjian Baru. Yang dibatalkan di Perjanjian Lama adalah mengenai korban-korban. Hukum-hukum atau perintah-perintah Tuhan dan janji-janji Tuhan dalam Perjanjian Lama masih berlaku hingga saat ini.
Isi dari Perjanjian Baru:

1. Dalam Perjanjian Baru tidak perlu pergi ke Yerusalem untuk menyembah Allah. Kita menyembah Allah di dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4: 23-24).

2. Janji-janji berkat Allah diberikan kepada kita dalam nama Yesus Kristus. Dalam Perjanjian Baru, kita dapat melakukan semua dalam nama Yesus (Yoh. 16: 24). Selain itu berkat-berkat Abraham diberikan kepada kita (Gal. 3:1) dan ada enam berkat yang diberikan Allah kepada Abraham (Kej. 12: 2-3). Yang terjadi pada kita apabila kita berada dalam Perjanjian Baru, ialah kita akan menerima kuasa untuk menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1: 2). Kalau kita anak Allah maka Allah akan senantiasa membela setiap perkara kita. Janji-janji Allah bagi kita:

· Janji masuk ke sorga (Yoh 3: 18).

· Barangsiapa meminta kepada Allah dalam nama Yesus, maka Bapa akan melakukannya (Yoh. 14: 13-14).

· Memperoleh pengampunan dosa dan menerima Roh Kudus (Kis. 2: 38).

Dalam nama Yesus ada kuasa dan kemenangan (Fil. 2: 10-11). Perjanjian baru menjadikan kita anak-anak Allah dan membuat kita memperoleh janji-janji Allah di dalam nama Yesus. Amin

By: Pdt. Henoch Wilianto - Minggu, 7 Sept 2008

ARTIKEL

100% - SAYA KERJAKAN

Bila kita sebagai umat Kristiani menggunakan kemampuan yang terpendam di dalam diri kita dan mengamalkan semua talenta dan karunia yang telah Tuhan anugerahkan pada kita bagi Tuhan dan sesama, betapa besar perubahan yang akan terjadi di dunia ini. Tuhan tidak menghendaki setiap kita gagal. Tuhan menghendaki kita menjadi terang dan garam dunia untuk orang-orang di sekitar kita. Elbert Hubbard, seorang yang sangat sukses, menjelaskan bahwa orang yang sukses adalah mereka yang mencoba, bukan mengeluh; yang bekerja, bukan mangkir; yang bertanggung jawab, bukan mengelak; yang mau menanggung beban, bukan yang berdiri diam; yang menatap ke depan; yang memberi nasehat. Charles Kingsley berkata: "Orang yang berhasil hidupnya adalah mereka yang selalu ceria dan berpengharapan, yang melakukan pekerjaannya dengan senyum di wajahnya, bersikap sama dalam menghadapi kesempatan dan kesempitan." Jenjang keberhasilan adalah: 0% - Saya tidak mau; 10% - Saya tidak dapat; 20% - Saya tidak tahu harus bagaimana; 30% - Saya harap saya bisa; 40%- Apakah ini? 50% - Saya pikir saya mungkin bisa; 60% - Saya mungkin bisa; 70% - Saya pikir saya dapat; 80% - Saya dapat; 90% - Saya mau; 100% - Saya kerjakan;
Orang bilang bahwa untuk sukses 10% adalah gagasan dan 90% usaha. Bersama memberi 100% yaitu "Saya kerjakan". Kita mengeluh bahwa kita tidak mempunyai talenta dan kesempatan pada saat dimana ketekunan dan konsentrasi yang diperlukan. "Gunakan talenta yang Anda miliki; hutan akan sepi bila tidak ada burung yang bernyanyi selain yang nyayiannya terbaik," kata Henry Van Dyke. Burung-burung tidak kuatir tentang siapa yang nyanyiannya terbaik; mereka lakukan apa yang wajar mereka lakukan. Daripada membanding-bandingkan dengan talenta orang lain, marilah kita berterima kasih pada Tuhan untuk apapun yang kita miliki dan menggunakannya, karena jika tidak, kita akan menjadi orang yang tak berdaya.
"Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya." (Matius
25:15)

Patricia Erwin Nordman, Walking through the Darkness

Semenit Saja

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke Gereja untuk disumbangkan; namun betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya melayani Allah selama limabelas menit namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.

Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar / teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra namun kita mengeluh ketika khotbah di Gereja lebih lama sedikit daripada biasa.
Betapa sulitnya untuk membaca satu ayat Firman Tuhan tapi betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser namun lebih senang berada di kursi paling belakang ketika berada di gereja.

Betapa mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 3 hari ketika berpuasa.

Betapa sulitnya menyediakan waktu untuk ibadah; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam Alkitab; namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran, namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Alkitab.

Betapa setiap orang ingin masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berpikir, atau mengatakan apa-apa,atau berbuat apa-apa.

Sediakanlah waktu anda barang semenit saja untuk merenungkan betapa besar kasih Allah yang sudah Dia berikan pada kita.

RH MINGGU, 21 Sept 2008

Bacaan Setahun: Dan. 7, 9; Mzm. 137; Luk. 4
BILA KERJA TELAH USAI (Mazmur 78:1-8)

Warisan dari seorang pekerja Kristen tidak akan pernah berakhir, meskipun pekerjaan mereka terkadang harus berakhir. Hal ini belum lama terlintas dalam pikiran saya, yakni ketika saya mendengar keluhan seorang wanita tua yang merasa bahwa dirinya sudah tidak berguna lagi. Meskipun ia telah bertahun-tahun melayani sebagai guru Sekolah Minggu (dan untuk hal ini ia dikenang dengan penuh kasih), serta pengaruh rohani yang telah diwariskannya kepada anak dan cucunya, ia merasa bahwa ia tidak lagi berguna. Namun apa yang dirasakannya tersebut sebenarnya tidaklah benar.

Alkitab mengingatkan kita bahwa umat Allah perlu mewariskan kepada generasi berikutnya berbagai kisah tentang Allah dan orang-orang dipakai-Nya. Saat ini kita memperoleh berita keselamatan melalui Yesus dan memiliki kesempatan untuk menjalani hidup yang mengabdi kepada Allah. Jika kita telah meneruskan berita injil kepada generasi mendatang, dampak tersebut akan terus melekat. Bahkan sekalipun pekerjaan kita telah usai, dampaknya akan terus berlanjut. Pengaruh yang kita tanamkan tidak akan pernah mati.

RH SABTU, 20 Sept 2008

Bacaan Setahun: Dan. 5, 6; Maz. 130; Luk. 3
PERINTAH 10: JANGAN SERAKAH (1Timotius 6:3-10)

Seorang pemilik toko di sebuah kota bersikeras menolak untuk menerima suatu produk baru untuk dijual di tokonya. "Ingat, anak muda," kata pemilik toko kepada salesman itu, "di kota ini, setiap keinginan tidak selalu berarti kebutuhan." Mengacaukan antara keinginan dan kebutuhan berarti menuruti hasrat hati dan merupakan menjelasan mengapa kita seringkali didorong nafsu untuk memperoleh lebih dan lebih. Kita gagal melihat bahwa kepenuhan hidup yang terbesar tidaklah diperoleh dengan menumpuk harta benda, tetapi dengan mengenal Allah. Perintah Allah yang kesepuluh ini mungkin tampak sepele bila dibandingkan dengan pembunuhan, pencurian, berdusta dan perzinahan. Namun perintah ini sama mendasarnya dengan perintah-perintah yang lain dan merupakan jaminan akan damai sejahtera dan kepuasan atas apa yang dimiliki. Perintah ini merupakan satu-satunya perintah yang lebih menekankan pada sikap daripada perbuatan dan pengaman terhadap godaan untuk melanggar sembilan perintah yang lain. Keinginan untuk memperoleh lebih banyak kesenangan, kuasa, atau harta benda dapat menghancurkan hubungan antarpribadi dalam keluarga dan menyebabkan kita berdusta terhadap sesama.

RH JUMAT, 19 Sept 2008

Bacaan Setahun: Yeh. 47, 48; Luk. 2
PERINTAH 9: JANGAN BERBOHONG (Zakharia 8:14-17)

Betapa mudahnya kita berdusta! Hanya dengan sedikit membesar-besarkan fakta di satu sisi, menghilangkan rincian di sisi lain, atau dengan sikap diam yang menyesatkan, kita dapat merusak suatu kebenaran. Namun sesungguhnya kebenaran tetap merupakan landasan dan struktur vital dari semua hubungan antar manusia. Jika kerangka suatu kebenaran dihilangkan, maka masyarakat akan runtuh. Perintah Allah yang kesembilan ini melarang kita melakukan tipu muslihat terhadap sesama dan mengarisbawahi kesakralan kebenaran dalam segala hal.

Perintah ini juga mengupas dua motif dasar yang dibenci Allah kelicikan dan kesombongan. Ketika kita berdusta, biasanya hal ini dilakukan untuk mencampakkan orang lain pada sisi yang negatif atau menempatkan diri kita pada sisi yang positif. Tindakan pertama itu berasal dari kelicikan, sedangkan yang kedua berasal dari kesombongan. Semakin dekat kita kepada-Nya, semakin jujur kita terhadap diri kita sendiri dan sesama. Namun yang menjadi masalah saat ini adalah, "Apakah kita benar-benar adalah pengikut Kristus yang adalah kebenaran itu?"

RH KAMIS, 18 Sept 2008

Bacaan Setahun: Yeh. 45, 46; Luk. 1
PERINTAH 8: JAGALAH TANGANMU (Imamat 19:9-15)

Tom dan Pauline Nichter adalah pasangan tunawisma dan tunakarya yang telah berbulan-bulan tinggal di dalam mobil mereka atau menumpang seadanya. Oleh karena itu, tatkala menemukan dompet berisi uang sebanyak Rp 200.000,00 lebih, mereka bagaikan mendapat durian runtuh. Tetapi mereka kemudian mengembalikan dompet dan uang tersebut kepada turis yang kehilangan.

Jika setiap orang mempraktekkan kejujuran seperti Pauline, maka masyarakat akan mengalami revolusi. Perintah kedelapan mengungkap kerinduan Allah akan suatu masyarakat yang demikian. Perintah ini berlandaskan pada prinsip bahwa segala sesuatu milik Allah dan bahwa berbuat curang terhadap seseorang ataupun suatu lembaga berarti mencuri dari Tuhan. Juga termasuk melindungi hak setiap orang untuk menjadi pemilik harta dalam pengertian yang diizinkan Allah. Hubungan pribadi yang hidup dengan Kristus dapat mencegah kita menjadi pencuri. Dengan bertumbuhnya hubungan tersebut, Dia akan mengajarkan kepada kita bagaimana menjadi pemberi bukannya penerima.

RH RABU, 17 Sept 2008

Bacaan Setahun: Yeh. 42-44; Why. 22
PERINTAH 7: JAGALAH KEKUDUSAN (Matius 5:27-30)

Alkitab kita berbicara banyak tentang masalah-masalah seksual. Sejak zaman dahulu, Allah telah memperingatkan manusia agar menghindari perzinahan dan percabulan. Dengan tegas Allah berkata, "Jangan berzinah!" Kini, di abad ke-20 ini, dengan ancaman AIDS yang telah merajalela, banyak pembuat undang-undang, pendidik dan dokter sangat setuju dengan perintah tersebut. Penulis dan dosen Josh McDowell mengingatkan mahasiswanya bahwa perintah Allah yang ketujuh merupakan suatu bekal rahmani Allah yang diberikan untuk melindungi kita.

Berpantang hingga pernikahan merupakan langkah pengaman yang pasti dan akan menjaga keutuhan hubungan seksual yang selayaknya dinikmati dalam suatu hubungan seumur hidup yang berlandaskan ikatan dan kepercayaan. Allah membenci percabulan karena Dia tidak ingin kita mencemarkan kehidupan pernikahan yang telah dirancang-Nya sebagai sesuatu yang indah, kudus dan memuliakan nama-Nya.

RH SELASA, 16 Sept 2008

Bacaan Setahun: Yeh. 40, 41; Mzm. 128; Why. 21
PERINTAH 6: HARGAILAH HIDUP MANUSIA (1Yohanes 3:10-23)
Orang Yahudi jelas mengerti bahwa perintah keenam ini mengacu pada pembunuhan - perampasan hidup manusia secara kejam. Perintah ini mungkin dapat menjadi bahan perdebatan tentang boleh tidak hukuman mati atau larangan terhadap perang. Namun perintah ini dengan jelas berbicara tentang moralitas pribadi. Setiap insan dicipta menurut citra Allah. Bahkan embrio sekalipun telah ditandai dengan suatu identitas yang unik sejak saat konsepsi. Hidup adalah pemberian Allah yang paling berharga, dan hanya Dia yang berhak mengambilnya kembali.

Yesus membawa perintah keenam ini ke setiap pintu hati ketika Dia berkata bahwa amarah terhadap seseorang tanpa sebab dapat membuat kita bersalah karena membunuh (Mat 5:21-22). Roh Kudus akan menolong kita untuk mengasihi orang lain seperti Tuhan telah mengasihi kita, dan dengan demikian kita dapat menghargai, menjaga serta memperkaya hidup ini sebagai suatu pemberian dari Tuhan.

RH SENIN, 15 Sept 2008

Bacaan Setahun: Yeh. 38, 39; Mzm. 145; Why. 20
PERINTAH 5: HORMATILAH AYAH DAN IBUMU (Efesus 6:1-4)

Ada sepucuk surat yang menyedihkan dan tak bertanda tangan dari seorang ibu yang telah berusia lanjut. "Satu-satunya anakku," tulisnya, "suka mengerjakan segala sesuatu untuk orang lain, tetapi tidak suka melakukan apapun untukku. Jarang sekali ia mengunjungiku sekalipun tempat tinggalnya tak jauh dariku. Bahkan menelepon pun jarang dilakukannya."

Allah menempatkan hubungan keluarga sebagai prioritas utama dalam hidup ini. Secara dangkal, tampaknya perintah ini hanya ditujukan kepada anak-anak. Namun sesungguhnya para orangtua dituntut memberi teladan. Anak belajar menghargai, menghormati dan mematuhi orangtua bila mereka melihat sendiri bagaimana ayah atau ibu saling menghargai satu dengan yang lain. Kita menghargai Bapa kita di surga bila kita menghargai orangtua kita.