RH Minggu, 18 Juli 2010

URUSAN DENGAN TUHAN (Markus 3: 13-19; 1 Korintus 4: 9-13)

Ibu Teresa pernah berujar, "Banyak orang menjengkelkan dan mementingkan diri sendiri. Walau begitu, ampunilah mereka. Jika Anda berbuat baik, orang bisa curiga. Walau begitu, tetaplah berbuat baik. Jika Anda jujur, orang akan mencurangi Anda. Walau begitu, tetaplah jujur. Kebaikan Anda hari ini mungkin sudah terlupakan besok pagi. Walau begitu, teruslah berbuat baik. Sebab segala sesuatu merupakan urusan Anda dengan Allah. Bukan dengan manusia. Maka, berikan selalu yang terbaik."

Kita pun perlu hidup mengasihi Tuhan dan bekerja bagi-Nya tanpa harus mementingkan penghargaan manusia. Bisa saja kesetiaan hidup atau pelayanan kita tak diperhatikan, dihargai, apalagi diingat orang. Bahkan, kadang perbuatan baik dan pelayanan kita bisa disalah mengerti atau mendapat tanggapan yang tidak baik. Walau begitu, biarlah kita tetap setia. Sebab melakukan yang baik setiap kali merupakan urusan kita untuk memenuhi tujuan yang Tuhan tetapkan bagi hidup kita. Jadi, berikan selalu yang terbaik. Tak penting orang tahu apa yang kita lakukan, yang penting Tuhan senang dengan apa yang kita lakukan.

RH Sabtu, 17 Juli 2010

AFRIKA SELATAN (Yosua 11: 16-23)

Siapa yang menyangka Afrika Selatan dapat dipilih menjadi tuan rumah kejuaraan sepak bola akbar seperti Piala Dunia. Dulu mereka adalah negara yang dikeluarkan dari keanggotaan FIFA karena sistem apartheid yang mereka anut. Sebuah sistem politik yang membedakan hak orang-orang kulit putih dan hitam. Namun sejak 1990-an, negara ini dibebaskan dari tirani pemisahan tersebut. Hingga akhirnya mereka bukan hanya diterima kembali menjadi anggota FIFA, melainkan juga terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia.

Ini membuktikan bahwa apa yang terjadi sekarang bisa berubah kapan saja. Bangsa yang semula memiliki sejarah buruk, suatu saat dapat berkembang baik. Karena itu, jika bangsa kita saat ini tengah dalam keadaan carut-marut, jangan putus harapan. Harapan itulah yang membuat kita tetap bertekun mendoakan negeri ini; mengasihi negeri ini; melakukan yang terbaik bagi negeri ini. Tuhan pasti tidak akan pernah tinggal diam melihat segala permasalahan negeri ini, terlebih lagi apabila ada anak-anak-Nya yang setia berdoa. Doa-doa kita akan jauh lebih berarti bagi negeri ini dibandingkan keluhan bahkan kutukan.

RH Jumat, 16 Juli 2010

CERMIN YANG PECAH (Yosua 2: 1-7; 6: 21-25)

Robert Schuller dalam buku Kisah Kasih Allah bercerita tentang sebuah karya mozaik di istana kerajaan Teheran. Karya mozaik itu adalah salah satu karya terindah di dunia. Namun, siapa menduga bahwa mozaik itu terbuat dari sebuah cermin pecah. Mulanya, seorang arsitek memesan cermin dari Paris untuk dipasang di tembok istana. Ketika pesanan itu datang, alangkah kecewanya mereka karena cermin itu sudah pecah. Sang kontraktor bermaksud membuang pecahan cermin itu, tetapi si arsitek justru menggunakan pecahan-pecahan cermin itu untuk membuat mozaik indah yang terdiri dari serpihan kaca yang berwarna perak, berkilau, dan memendarkan cahaya.

Setiap kita pernah membuat kesalahan pada masa lalu. Bahkan mungkin, kita punya masa lalu yang begitu kelam. Mungkin kita merasa hidup kita sudah hancur. Namun, kisah Rahab mengingatkan kita; Tuhan sanggup mengubah hidup yang hancur sekalipun, menjadi baru. Seperti apa pun hidup kita, jika dibawa ke hadapan-Nya, akan diubah menjadi karya seni yang indah dan berharga. Di tangan Yesus, kerikil bisa menjadi mutiara.

RH Kamis, 15 Juli 2010

YANG TERPILIH (Keluaran 31: 1-11)

Saya mengenal seorang petugas keamanan yang baik. Ia selalu menyapa tamu dengan ramah dan menjaga kantor dengan siaga. Ia pun selalu berdoa untuk kantor tempatnya bekerja agar setiap orang yang datang ke kantor itu dapat merasakan kehadiran Tuhan. Ia juga berdoa untuk pemimpin dan karyawan agar percaya dan mengasihi Tuhan. Acap kali kita berpikir bahwa orang yang dipilih dan dipakai Tuhan untuk melakukan pekerjaan-Nya hanyalah para rohaniwan. Pada kenyataannya, orang-orang yang bukan rohaniwan juga dapat dipilih dan dipakai Tuhan untuk melayani-Nya. Demikian juga dengan kita. Bagi kita masing-masing, Tuhan telah menaruh keahlian khusus secara tepat dalam diri kita untuk dapat kita pakai melayani Tuhan, membangun tubuh Kristus. Di hadapan Tuhan, tidak ada satu pun profesi yang rendah, sebab semua profesi pasti memiliki peran dan arti yang penting. Untuk itu, apa pun yang menjadi keahlian kita atau apa pun pekerjaan yang kita tekuni, marilah kita selalu mempersembahkannya untuk kemuliaan Tuhan. Lakukan senantiasa dengan kualitas yang terbaik, sehingga melalui semuanya itu orang lain dapat mengenal dan memuliakan Tuhan. Setiap orang dipilih dan diperlengkapi secara khusus untuk memperluas kerajaan-Nya.

RH Rabu, 14 Juli 2010

BERBAHAGIA KARENA BERBUAT (Yakobus 1: 21-25)

Suatu pagi, seseorang yang mengidentifikasi dirinya sebagai sirtom93 menulis pesan di sebuah situs internet. Ia mengancam akan membakar sekolahnya di Norfolk, Inggris, pada pukul 11.30. Banyak orang di seluruh dunia membaca pesan itu, tetapi tidak berbuat apa-apa. J.P. Neufeld berbeda. Ia membaca pesan itu pada pukul 10.47. Dari internet, ia melacak identitas sirtom93. Juga mencari nomor telepon kantor polisi Norfolk di Inggris yang berjarak 5.000 kilometer dari rumahnya di Kanada. Berkat laporannya, polisi berhasil membekuk sirtom93 sesaat sebelum ia beraksi. Tindakan J.P. berhasil mencegah pembunuhan massal.

Dengan membaca kita hanya menerima informasi, tetapi tidak bisa mengubah situasi. Membaca Alkitab pun demikian; hanya sibuk meneliti kebenaran Alkitab tidak bisa mengubah apa pun. Baru ketika orang berjuang mewujudkannya, ia "akan berbahagia oleh perbuatannya". Memang tidak selalu kita berhasil melakukan firman, tetapi yang penting bertekun. Dengan menunda melakukan firman, kita kehilangan kesempatan untuk menjadi agen perubahan. Kebahagiaan pun menjauh.

RH Selasa, 13 Juli 2010

MENULIS SURAT (2 Korintus 3: 1-4)

Ada sebuah pepatah, "buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya". Artinya, setiap sifat dan perilaku anak tidak akan jauh dari orangtuanya. Sebagaimana orangtua berlaku, demikianlah juga si anak meniru. Peribahasa ini tidak bicara tentang garis keturunan, tetapi tentang bagaimana cara kita mendidik anak. Mendidik anak ibarat menulis sesuatu di dalam hatinya, sehingga setiap perkataan, sifat, dan perilaku yang kita tunjukkan kepada anak sesungguhnya telah memberikan sebuah "goresan tinta" dalam diri si anak. Anak-anak kita pun seumpama surat kehidupan dari kita, orangtuanya. Setiap orang yang membaca "surat kehidupan" tersebut; entah memujinya atau mencelanya, secara tidak langsung itu sebetulnya tertuju kepada kita juga. Jadi, jika anak kita menjadi nakal dan berperilaku tidak baik, salah satu yang berperan dalam perilaku itu adalah orangtua, yaitu ketika kita tidak pernah menggoreskan firman Tuhan dengan "tinta" Roh Allah di dalam hati mereka. Oleh sebab itu, mari mulai sekarang goreskan "tinta" Roh Allah kita di dalam hati anak-anak, baik melalui perkataan pun perilaku yang kita tunjukkan setiap hari. Niscaya anak-anak kita akan menjadi surat pujian kita yang dapat dibaca oleh setiap orang. Goresan tinta kehidupan orangtua akan menentukan anak menjadi surat yang seperti apa.

RH Senin, 12 Juli 2010

JANGAN LARUT (2 Samuel 12: 15-23)

Seorang anak kecil menangis keras. "Mengapa kamu menangis?" tanya ibunya. "Uang seribu rupiah yang dikasih Ayah kemarin hilang, " jawab anak itu. "Ya, sudah, Ibu ganti. Jangan menangis lagi, ya," kata sang ibu sambil menyodorkan uang seribu. Anak itu menerima dengan gembira, tetapi sejenak kemudian ia menangis lagi lebih keras. "Loh, mengapa kamu malah menangis lagi?" tanya ibunya pula. "Kalau uang dari Ayah kemarin tidak hilang, saya punya dua ribu rupiah, Bu."

Itu hanya cerita humor. Namun, sebetulnya sikap si anak itu mencerminkan sikap kita dalam keseharian. Kita kerap lebih berfokus pada apa yang hilang, dan mengabaikan apa yang ada. Kita begitu sedih karena sesuatu yang "diambil" dari kita, lalu kita lalai untuk mensyukuri sesuatu yang "diberikan" kepada kita. Perhatian kita hanya tertuju pada yang sudah tidak ada. Saat ini kita mungkin tengah mengalami kehilangan besar. Tidak ada salahnya kita bersedih. Yang salah kalau karena begitu larutnya dalam kesedihan, kita lalu lupa pada kehidupan yang masih harus kita jalani. Hidup tidak surut ke belakang maka jalani dengan menatap ke depan.

Artikel

Orang Yang Paling Bahagia Di dunia

Dalam sebuah artikel yang dimuat oleh koran Kompas pada 22 Maret 2008, sebuah pernyataan menarik diungkapkan oleh dewan pengamatan propinsi British Colombia, Kanada : "Sudah sering terdengar bahwa uang tidak dapat membeli kebahagiaan. Namun itu kuno, karena pada nyatanya uang bisa membawa kebahagiaan." Menariknya lagi ada sebuah tulisan yang menyatakan bahwa, "Uang sangat mungkin mendatangkan kebahagiaan sepanjang uang itu dipakai untuk tujuan sosial", tutur para ilmuwan di Vancouver yang diterbitkan majalah Science edisi Jumat, 21 Maret 2008.

Menurut Elizabeth Dunn, psikolog dari University of British Columbia, "Penelitian menunjukkan sikap memberi menghasilkan efek bahagia". Untuk menyimpulkan hal ini, ia bersama Lara Aknin dan Michael Norton, mahasiswa Harvard Bussines School, melakukan observasi dengan orang-orang yang menghasilkan 2 kategori:

Pertama, orang yang memiliki uang dengan kecenderungan berbelanja untuk kepentingan pribadi, selalu diwarnai dengan mengomel, tidak puas, adu mulut dengan kasir toko, memarahin anak dan para isteri kesal pada suaminya karena masih banyak barang yang tidak bisa dibeli.

Kedua, orang yang mengalokasikan sebagian uangnya untuk tujuan sosial seperti menyumbangkan ke yayasan-yayasan atau orang lain yang membutuhkan, hasilnya ternyata: kelompok orang seperti ini merasa lebih berbahagia dalam hidupnya.

Jika hari ini Anda ingin memilih hidup berbahagia dan terus mengalaminya sepanjang perjalanan hidup di dunia ini maka BERBAGILAH. Semakin sering Anda memberi maka Anda akan menerima kebahagiaan yang lebih besar dari apa yang pernah terbayangkan oleh diri Anda sendiri. Lebih baik memberi daripada menerima, Anda berani melakukannya? Jangan tunda-tunda lagi.

Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah keluar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
(Lukas 6: 38)

Artikel

Belajar Meminta yang sesuai Kehendak-Nya

Konon ada seorang Kaisar yang sangat kejam sekali, rakyatnya sangat takut pada Kaisar itu; sebab kalau apa yang diperintahnya tidak dapat dipenuhi maka rakyatnya bakal dihukum. Satu-satunya orang yang tidak takut padanya hanya sang putri tunggalnya. Apa saja yang diminta putrinya pasti dikabulkan.

Suatu hari sang putri datang pada papanya, "Pa, saya mau minta sebuah cincin." "Bukankah kamu sudah mempunyai banyak cincin anakku?" tanya sang papa kembali. "Ini yang lain pa, saya menginginkan cincin yang bermata embun." Sambil merengek-rengek di depan papanya. "Baiklah anakku, papa akan memberikan padamu.”

Keesokan harinya Kaisar memberikan pengumuman, "Semua pandai-pandai emas di negeri ini supaya berkumpul di istana, karena ada tugas yang harus diberikan kepada kalian." Mendengar ini semua pandai-pandai emas sangat ketakutan, sebab apabila mereka tidak dapat memenuhi permintaan Kaisar, maka ganjarannya dipenjarakan atau dibunuh.

Tibalah hari yang ditetapkan, maka semua pandai-pandai emaspun berkumpul di Istana. Kaisar mengatakan "Putriku ingin memiliki sebuah cincin emas bermata embun, saya harap kalian dapat mengerjakan untuknya." Semua pandai-pandai emas tercengang mendengar itu, tidak ada seorangpun yang berani angkat tangan, sebab apa yang ditugaskan oleh raja adalah suatu tugas yang tidak masuk akal.

Mereka sudah putus asa, karena mustahil membuat cincin yang bermata embun. Di tengah keheningan dan ketakutan, maka berdirilah seorang kakek tua dan berkata, "Saya bersedia."

Mereka gembira bercampur sedih, sebab mereka bayangkan sebentar lagi kakek itu bakal mati dan kalau berhasil maka mereka semua tertolong. Namun kakek tua ini dengan tenang berkata, ”Saudara-saudara doakanlah supaya Tuhan memberi saya hikmat." Lalu kakek ini berpaling pada sang putri Kaisar dan berkata, "Putri, besok pagi-pagi jam 04.00 saya tunggu di halaman Istana.”

Keesokan harinya, pagi-pagi sebelum jam 04.00 sang putri sudah bangun, ia mengenakan gaun putih yang paling mahal, kaus kaki putih, sepatu serta sarung tangan yang serba putih. Lalu ia berjalan menemui kakek itu, "Baiklah nak, sekarang saya persiapkan alat-alat untuk membuat cincinmu; sementara itu engkau boleh memilih embun yang engkau paling sukai, lalu bawa kemari."

Dengan senang hati sang putri berjalan-jalan mengelilingi taman Istana untuk mencari embun yang paling indah. Namun sudah lebih kurang dua jam ia masih belum menemukannya, sebab setiap embun yang dia ambil selalu menjadi air. Gaun indahnya sudah basah, kaus kakinya sudah kotor, sepatunya basah bahkan sarung tangannya sudah menjadi jorok. Akhirnya sambil menangis sang putri berlari menuju kakek tua itu dan berkata, "Saya tidak mau lagi cincin itu." Kakek tua itu hanya tersenyum tanpa berkata apa-apa, sementara Kaisar melihat dari lantai atas Istana sambil menggeleng-gelengkan kepala. Kakek itu selamat, berikut semua pandai emas lainnya.

Di sini kita melihat bahwa permintaan yang dipaksakan, berakibatkan kegagalan. Apalagi meminta sesuatu pada Tuhan, mintalah yang seturut dengan apa yang dikehendaki-Nya.

"Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita,
jikalau kita meminta sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya."
(1 Yohanes 5:14)

Ringkasan Khotbah 04 Juli 2010

PEMBURU TUHAN
(Ulangan 4:7)

Musa menyakinkan bangsa Israel bahwa kedekatan mereka dengan Allah adalah keuntungan yang sangat besar. Karena apa? Karena tidak ada allah lain seperti Allah yang menciptakan langit dan bumi (Ul. 4: 32-34). Bangsa Israel terpelihara dengan sempurna bukan karena uang tetapi karena Tuhan menyertai dan melindungi mereka. Gus Dur pernah mengatakan bahwa Allahnya orang Kristen adalah Allah yang sangat dekat. Bangsa Israel terpelihara bukan karena banyak sponsor, deposito, tetapi karena pemeliharaan Tuhan. Hanya kedekatan kita dengan Tuhan membuat kita mampu melihat masa depan.

Ada 3 hal penting yang diperoleh seseorang yang dekat dengan Tuhan:
1. Merasakan pemeliharaan Tuhan. Pemeliharaan Tuhan hanya dirasakan oleh orang yang dekat dengan Tuhan (Ayb. 10: 12). Orang yang dekat dengan Tuhan akan melihat segala sesuatu dengan “kacamata positif”. Sedangkan orang yang jauh dengan Tuhan akan selalu mengalami kerugian berupa angin ribut, badai besar, kapal kehidupan hampir hancur, dan takut (Yun. 1: 3-4).
2. Mendapat segala berkat rohani di dalam Sorga (Ef. 1: 3). Orang yang dekat dengan Tuhan hidupnya akan selalu tenang, bersukacita, semangat, dan sabar. Sebaliknya orang yang jauh dari Tuhan akan selalu mengalami kekeringan yang ditandai dengan kebosanan, kemarahan, dan mudah tersinggung.
3. Kekuatan Tuhan yang besar menyertai hidupnya (Ul. 4: 7). Kalau Tuhan menyertai kita, maka secara otomatis kekuatan Tuhan yang besar juga menyertai kita. Sehingga kita dapat menghadapi segala tantangan baik godaan dari Iblis.

Terobsesilah dengan Tuhan (addicted of HIS presence). Karena Tuhan sangat terobsesi terhadap kita (Mzm. 139:7-10). Namun kita seringkali tidak peka dan tidak datang kepada Tuhan. Sekalipun kita jauh, Tuhan mengasihi kita dengan kasih kekal. Jadilah pemburu Tuhan dan kejarlah, kenalilah, serta milikilah hadirat TUHAN. Amin

By: Pdt. Henoch Wilianto - 04 Juli 2010

RH Minggu, 11 Juli 2010

SIAPA PEDULI? (Kejadian 4: 1-16)

Akhir April yang baru lalu, terjadi sebuah peristiwa tragis. Hugo Tale Yax, seorang gelandangan, tertikam senjata tajam karena menolong seorang perempuan yang dirampok di jalanan New York. Sementara ia sekarat di pinggir jalan selama dua jam, tak seorang pun cukup peduli untuk menolongnya. Sebenarnya banyak orang berlalu lalang di situ. Ada yang memotret, memperhatikan, juga mencoba mengangkatnya dari genangan darah, tetapi kemudian meninggalkannya. Ironisnya lagi, peristiwa ini terjadi di kota di mana kantor pusat PBB yang mengurus masalah kemanusiaan berada. Akhirnya, polisi menemukan gelandangan baik hati itu telah menjadi mayat. Jangan kaget apabila ketidakpedulian itu setua umur manusia di bumi. Sifat iri hati, mau bersaing, dan mementingkan diri sendiri membuat manusia makin tak peduli pada nilai kehidupan sesamanya. Pada zaman modern di mana tingkat persaingan makin tinggi, ketika hati manusia semakin dingin dan lebih mencintai dirinya sendiri, setiap pengikut Kristus dipanggil untuk mendemonstrasikan kasih kepada sesama dalam tindakan nyata. Kepedulian memang tidak menghentikan kejahatan, tetapi bisa memberi kesempatan kepada mereka yang terkapar sebagai "korban ketakpedulian" untuk tetap hidup dan berjuang dengan penuh harapan.

RH Sabtu, 10 Juli 2010

PENGABDIAN TANPA SYARAT (Daniel 3: 13-30)

Dalam keadaan "darurat", ada orang-orang yang membuat semacam "perjanjian transaksional" dengan Tuhan. Jika pekerjaan ini berhasil, saya akan giat melayani Tuhan. Kalau sembuh, saya akan memberi persembahan. Kalau lulus ujian, saya akan membaca Alkitab sampai selesai. Dan sebagainya. Pertanyaan yang muncul adalah: Mengapa seseorang perlu menunggu "dapat sesuatu" dulu untuk "melakukan sesuatu" buat Tuhan?

Sebuah cerita yang "lain dari biasa" terjadi pada Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Teguh mengabdi, itu yang dilakukan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Mengabdi kepada Tuhan berarti menyerahkan hidup 100% kepada-Nya tanpa syarat. Bahkan, ketika ada orang yang menolak kita; atau seandainya Tuhan mengatakan "tidak" untuk keinginan kita, kesungguhan pengabdian itu mestinya tidak menjadi pudar. Demikian juga dalam setiap doa, kiranya kita tidak "mengancam Tuhan" atau membuat janji-janji di hadapan-Nya sekadar demi mendapatkan sesuatu. Kesetiaan untuk tunduk pada otoritas Tuhan memerlukan keyakinan bahwa Tuhan takkan tinggal diam.

RH Jumat, 09 Juli 2010

TIDUR TENTERAM (Mazmur 3: 1-9)

Tidur, yang bagi sebagian orang adalah hal mudah dan murah, bisa menjadi hal yang sulit dan mahal untuk dinikmati bagi sebagian orang yang lain. Banyak keadaan dapat membuat kita menjadi sulit tidur. Bisa karena adanya penyakit sulit tidur atau insomnia, atau karena kita sedang banyak pikiran sebab dirundung oleh situasi yang kita anggap genting! Daud tidak sedang menghadapi masalah kecil. Ia sedang dalam situasi genting: diserang oleh anak kesayangannya sendiri, Absalom. Namun dalam kondisi begitu, Daud tetap mengandalkan Tuhan yang ia imani sebagai perisainya. Itulah yang membuat Daud tetap tenang, sehingga ia bisa bermazmur: "Aku mau membaringkan diri, lalu tidur". Imannya akan Allah Sang Pelindung, membuatnya tetap dapat tidur, meski situasi genting!

Bagi Anda, mana yang lebih besar: Tuhan atau masalah yang sedang Anda hadapi? Kedamaian hati bukan terletak pada ketiadaan masalah, melainkan pada bagaimana kita memandang masalah. Kalau kita memandang masalah lebih besar dari Allah, tak heran jika hati gundah, hingga tidur pun resah. Sebaliknya, jika iman membuat Anda sadar bahwa Tuhan selalu lebih besar dari masalah, Anda akan dimampukan untuk bersikap tenang dan merasa tenteram meski sedang di tengah badai kehidupan.

RH Kamis, 08 Juli 2010

TIDAK BANYAK MELIHAT (Filipi 4: 10: 13)

Kawan saya, suami-istri pemilik warung makan sederhana, mengatur keuangan secara menarik. Setiap hari mereka menyisihkan penghasilan ke dalam beberapa kaleng menurut keperluan-keperluan tertentu. Dengan cara itu, mereka berhasil mencicil sepeda motor selama dua tahun, dan kini masih aktif membayar premi asuransi pendidikan untuk kedua anak mereka. Apa kunci mereka dalam berdisiplin mengelola keuangan? "Tidak sering jalan-jalan," kata sang istri, "Kalau sering jalan-jalan, kan banyak yang dilihat. Kalau banyak yang dilihat, banyak juga yang diinginkan."Firman Tuhan secara khusus menyoroti keinginan. Keinginan ialah sesuatu yang masih tersimpan di dalam hati; belum terwujud menjadi tindakan. Meskipun masih di dalam hati, keinginan yang tidak terkendali menjadikan kita rentan terhadap pencobaan. Belajar untuk bersyukur atas apa yang sudah kita miliki; berkat yang sudah disediakan Tuhan. Dengan begitu, kita akan menggunakan berkat tersebut secara efektif. Kita tidak menghambur-hamburkannya untuk keinginan yang sia-sia, tetapi memanfaatkannya untuk hal-hal yang bermakna. Keinginan yang tidak dikendalikan akan berbalik mengendalikan kita.

RH Rabu, 07 Juli 2010

BELENGGU KEMALASAN (Amsal 6: 4-11)

Kemalasan adalah rasa segan untuk bekerja atau berjuang. Para pemalas tidak mau bersusah payah mengeluarkan tenaga maupun pikiran. Jika diperhadapkan dengan perkara sulit, ia suka menunda-nunda. "Besok saja! Nanti saja!" Seorang pemalas bisa saja bercita-cita tinggi, tetapi ia ingin mencapainya dengan cara yang mudah, nyaman, dan tanpa memeras keringat. Tentu saja ini mustahil! Kemalasan yang dibiarkan akan menggiring orang masuk ke jalan kemiskinan dan kekurangan. Bagaimana caranya keluar dari belenggu kemalasan? Kita harus mendisiplin diri sendiri; berinisiatif untuk menuntaskan setiap tugas dan pekerjaan tanpa menunda-nunda. Periksalah agenda hidup Anda. Adakah target-target yang tak tercapai karena Anda dibelenggu kemalasan? Hari ini juga, lepaskanlah diri Anda dari belenggu kemalasan! Kemalasan adalah kebiasaan untuk beristirahat sebelum anda benar-benar merasa penat.

RH Selasa, 06 Juli 2010

PENGARUH LINGKUNGAN (1 Raja-raja 11: 1-13; Kisah Para Rasul 2: 37-40)

Perjalanan hidup Salomo dan Petrus sangat bertolak belakang. Salomo ketika muda terkenal bijaksana. Petrus sebaliknya. Ia seorang yang impulsif; spontan; meledak-ledak; kerap bertindak atas dasar emosi sesaat. Ketika Tuhan Yesus hendak ditangkap, ia spontan menghunus pedang dan memotong telinga salah seorang hamba Imam Besar. Ketika akhirnya Yesus ditangkap, ia pula yang mengikuti-Nya, walau dari jauh. Sampai terjadi penyangkalannya itu (Luk. 22:54-62). Namun kemudian, keadaan justru terbalik. Salomo jatuh ke dalam penyembahan berhala, sedangkan Petrus menjelma menjadi salah satu tokoh penting dalam gereja perdana. Begitulah, manusia pada dasarnya adalah makhluk pembelajar. Karenanya ia tidak statis atau berhenti, tetapi berubah. Bisa berubah ke arah positif, bisa juga berubah ke arah negatif. Tergantung banyak hal. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah lingkungan.

RH Senin, 05 Juli 2010

KEBETULAN (Kisah Para Rasul 9: 38-43; 10: 30-32)

Seorang kenalan menceritakan pengalamannya mencari rumah kontrakan. Sudah berminggu-minggu mencari, ia belum juga mendapatkannya. Suatu saat, ketika mengantar barang pesanan temannya ke alamat yang dituju, ia melihat tanda "DIKONTRAKKAN" di sebelah rumah tersebut. Sebuah kebetulan? Bahasa Inggris menyebut "kebetulan" sebagai "coincidence". Kata ini berasal dari dua kata: "co" (kerja sama) dan "incidence" (kejadian). Jadi, kurang lebih berarti ada 2 atau lebih kejadian yang "bekerja sama" demi mencapai sebuah tujuan. Tuhan adalah Perencana Agung. Setiap kejadian, baik atau buruk, ada dalam kendali-Nya. Semua bisa dipakai untuk melayani rencana-Nya yang mulia. Sebenarnya arti "kebetulan" bukan kejadian-kejadian yang tanpa sengaja bertemu, melainkan justru dengan sengaja dipertemukan agar "bekerja sama" demi melayani tujuan lebih besar yang Tuhan kehendaki. Demikian hendaknya kita memandang segala kejadian sehari-hari dengan iman.

Artikel

Kadang

Kadang .....
Di dalam kekuatan .....
Di dalam kesuksesan .....
Di dalam keberhasilan ......
Tak ada lagi tempat bagi-Nya ......

Semua seakan berjalan begitu saja .....
Semua seakan memang sudah seharusnya ......
Semua seakan dapat berjalan tanpa-Nya ......

Dan.....
Kadang .....
Dalam kelemahan ......
Dalam kegagalan .....
Dalam permasalahan ......
Justru ada tempat yang cukup luas .......
Bagi Tuhan .....

Adakah Tuhan menghendaki kegagalan ..... ?
Adakah Tuhan menghendaki kelemahan ..... ?
Adakah Tuhan menghendaki permasalahan ....... ?

Atau ......
Dia hanya minta .....
Kita sediakan cukup tempat .....
Dalam hidup kita bagi Dia?

Jadi ......
Saat ini ......
Hari ini ......
Entah kita berhasil atau gagal ......
Entah kita kuat atau lemah .......
Adakah kita sediakan cukup tempat bagi-Nya ......
Untuk menyatakan kasih dan kuasa-Nya ......?

Artikel

The Devil & The Duck

Seorang anak laki-laki mengunjungi kakek neneknya di pertaniannya. Dia diberi sebuah ketapel untuk bermain di hutan. Dia berlatih di hutan, tapi tidak pernah bisa mengenai sasaran. Karena putus asa, ia pulang untuk makan malam.

Dalam perjalanan pulang dia melihat bebek peliharaan neneknya. Secara refleks, dia menggunakan ketapel tersebut, mengenai bebek itu tepat di kepala dan bebek itu mati. Dia sangat kaget dan bersedih. Dalam kepanikannya, dia menyembunyikan bangkai bebek di batas tonggak hutan, hanya saudara perempuannya yang melihatnya! Sally melihat semuanya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa.

Keesokan harinya setelah makan siang, neneknya berkata kepada Sally, “Sally, tolong cucikan piring.”
“Nek, Johnny bilang dia ingin membantu di dapur.”
Kemudian dia berbisik kepada Johnny, “Ingat bebek itu?”

Maka, Johnny yang mencuci piring.

Hari berikutnya, kakek bertanya apakah anak-anak mau ikut memancing, tetapi nenek berkata, “Wah sayang sekali tapi saya perlu Sally untuk membantu menyiapkan makan malam.”

Sally hanya tersenyum dan berkata, ”Hmm... tidak apa-apa karena Johnny bilang akan membantu nenek.”
Sally berbisik lagi kepada Johnny, “Ingat bebek itu?”
Maka Sally pergi memancing dan Johnny tinggal untuk membantu nenek.

Setelah beberapa hari Johnny dikerjai Sally, akhirnya ia tidak tahan lagi. Dia menemui neneknya dan mengaku bahwa dia telah membunuh bebek peliharaan neneknya.

Neneknya berlutut, memeluknya dan berkata, “Sayang, saya sudah tahu. Tahukah kau, saya sedang berdiri di jendela dan saya melihat semuanya. Tapi karena saya mengasihi kamu, saya memaafkan kamu. Saya hanya sedang berpikir berapa lama kamu akan membiarkan Sally memperbudakmu.”

Makna dari cerita ini:
Apapun yang terjadi di masa lalu, apapun yang telah kamu perbuat... dan iblis terus mengingatkannya kembali kepadamu (kebohongan, penipuan, hutang, ketakutan, kebiasaan buruk, kebencian, amarah, kepahitan dll) apapun itu ... kamu perlu tahu bahwa ... Tuhan sedang berada di jendela dan dia melihat semuanya.

Dia telah melihat seluruh hidupmu. Dia ingin kamu mengetahui bahwa Dia mengasihimu dan bahwa kamu telah diampuni. Dia hanya sedang berpikir berapa lama kamu akan membiarkan dirimu diperbudak oleh si Iblis.

Hal yang terindah tentang Tuhan adalah ketika kamu meminta pengampunan. Dia tidak hanya mengampuni kamu, tapi dia melupakannya. Oleh karunia dan rasa sayang kita telah diselamatkan. Berjalanlah terus dan buatlah suatu perubahan pada hidup seseorang hari ini. Ingatlah selalu: Tuhan itu ada di jendela! Ketika Yesus mati di kayu salib, Dia memikirkan kamu.

Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita,
dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita.
(Mazmur 103: 10)

Ringkasan Khotbah Minggu, 27 Juni 2010

Siapa Yang Menjamah Jubah-Ku?
(Markus 5: 25-34)

Bagi Yesus mencari "siapa yang menjamah jubah-Nya" sangat penting. Perjalanan yang “penting” untuk menolong anak Yairus terhenti. Mengapa Tuhan Yesus mencari orang yang menjamah jubah-Nya? Tuhan ingin mengajarkan beberapa kebenaran tentang mujizat bagi perempuan yang sakit pendarahan tersebut.

Tiga hal yang diajarkan Yesus kepada perempuan tersebut, yaitu:
1. Diajar untuk mengenal sumber mujizat. Tuhan Yesus tidak ingin perempuan yang sembuh itu salah mengerti tentang sumber mujizat yang diterimanya. Bangsa Israel pernah terjebak menyembah Nehustan, ular tembaga yang pada mulanya menjadi sarana kesembuhan mereka (2 Raja-raja 18: 4; Bil. 21: 8-9). Yesus tidak ingin perempuan itu memiliki pemikiran bahwa yang membuat dia sembuh adalah jubah Yesus. Sumber mujizat hanya di dalam nama Yesus.

2. Diajar untuk bersaksi. Jika Tuhan Yesus membiarkan perempuan yang sembuh itu pergi, maka mungkin tidak ada seorang pun di tempat itu, yang tahu bahwa saat itu telah terjadi mujizat. Menyaksikan mujizat dan pertolongan Tuhan itu sangat penting, karena kesaksian kita memuliakan nama Tuhan Yesus. Kesaksian kita juga dapat menguatkan iman orang-orang yang mendengarnya.

3. Diajar untuk berorientasi pada mujizat kekal. Tuhan Yesus tidak ingin perempuan yang sembuh itu pergi dan tidak bertemu Dia secara pribadi, menerima pernyataan Tuhan tentang keselamatan serta konfirmasi kesembuhannya (ay. 34).

Tuhan rindu kita menerima mujizat sekaligus yang bernilai kekal. Sebab itu jangan hanya berorientasi pada yang jasmani. Temukan mujizat kekal yang dikerjakan Allah dalam hidup saudara (keselamatan dan perubahan hidup). Amin

By: Pdt. Lukas Widyanto - Minggu, 27 Juni ‘10