JADWAL IBADAH

Kebaktian Doa Malam
Pembicara: Pdt. Robert Tjahyono
Jumat, 24 Okt 2008 - Pk. 19.00 WIB

Kebaktian Wanita
Pembicara: Gembala Sidang
Sabtu, 25 Okt 2008 - Pk. 10.00 WIB

Kebaktian Pemuda
Pembicara: Sdri. Susan
Sabtu, 25 Okt 2008 - Pk. 17.30 WIB


Kebaktian Umum
Pembicara: Pdt. Hengky Setiawan
Minggu, 26 Okt 2008 - Pk. 08.00 & 17.00 WIB

Kebaktian Anak
Minggu, 26 Okt 2008 - Pk. 08.00 & 17.00 WIB

KOTBAH

MUKA YANG TERSELUBUNG
(2 Korintus 13:14-18)

Pikiran yang masih terselubung adalah pikiran-pikiran yang masih dikuasai oleh iblis. Pada saat kita datang kepada Tuhan maka Tuhan akan mengangkat selubung yang menyelubungi pikiran kita. Pikiran yang masih terselubung akan tertinggal dan hal ini menyebabkan seseorang tidak dapat memahami dan mengalami janji-janji Tuhan baik yang ada di Perjanjian Lama dan juga di Perjanjian Baru. Pada saat kita masih memiliki pikiran dan hati yang terselubung, kita tidak akan mengalami jamahan, terobosan dan bahkan pemulihan yang selalu baru setiap hari. Seringkali apa yang kita lakukan di gereja, di persekutuan doa atau di setiap jam-jam ibadah yang kita ikuti hanya sebatas rutinitas apabila selubung yang menyelubungi pikiran kita belum terangkat.

Firman Tuhan dalam Galatia 5:1 menyatakan bahwa dalam Kristus ada kemerdekaan. Janji Tuhan bagi kita akan memerdekakan kita dan mengangkat selubung tersebut dari kehidupan kita. Wajah mencerminkan perasaan kita dan kita tidak dapat datang kepada Tuhan dengan muka yang terselubung. Sekalipun kita ada masalah, kita harus belajar untuk menyerahkan semua kepada Tuhan. Kita meminta kepada Tuhan mengangkat selubung kita agar muka kita dapat mencerminkan kemuliaan-Nya. Pada saat kemuliaan Tuhan memenuhi kita maka kita akan diubahkan menjadi serupa dengan-Nya. Firman Tuhan akan membasuh, membersihkan dan memulihkan kita dari kehidupan yang penuh dosa.

Tuhan memerintahkan kita untuk mengoyakkan hati kita supaya selubung itu terangkat dari kita (Yoel 2:13-14). Allah kita itu panjang sabar dan akan selalu memberikan kesempatan untuk kita dapat berubah. Apabila kita berbalik dan bertobat, maka Ia akan berbalik dan meninggalkan berkat bagi kita, bukan hukuman. Mari kita siap untuk diubahkan dalam Yesus dengan muka yang tidak terselubung. Amin

By: Ev. Yoni Kenanya - Minggu, 12 Oktober 2008

ARTIKEL

MILIKI KESABARAN

Orang yang memiliki kesabaran, tidak mudah putus asa. Kenapa? Karena ada sesuatu yang kuat di dalam dirinya. Sekalipun didera masalah bertubi-tubi, dia tidak mudah putus asa. Sementara orang yang tidak memiliki kesabaran, jika dibelit persoalan, mungkin langsung kecewa dan menyerah pasrah. Orang seperti ini dengan sendirinya tidak bisa menikmati cinta kasih dan pertolongan Tuhan di dalam kehidupannya karena tidak merasakan munculnya kesabaran sebagai suatu sudut pertahanan yang bisa menguatkan dirinya. Orang yang memiliki kesabaran, tidak akan marah tanpa arah. Dalam Alkitab ada tertulis: janganlah amarahmu bertahan sampai matahari tenggelam. Maksudnya, sebelum matahari tenggelam, perasaan amarah itu sudah harus hilang. Ungkapan di atas menganjurkan agar sifat amarah itu jangan berlarut-larut. Sebab jika kemarahan dibiarkan berlarut-larut, akan timbul kebencian. Rasa benci yang dipelihara akan berubah menjadi dendam. Rasa dendam berpotensi mengarahkan kita melakukan suatu tindakan dosa yang dampaknya bisa sangat mengerikan.
Meski demikian, bukan berarti pula kita tidak boleh marah, sebab Yesus sendiri pernah marah. Marahlah kalau kebenaran dipermainkan. Marahlah kalau kebebalan dipertontonkan. Marahlah karena kedegilan dan ketololan dilakukan berulang-ulang. Marah karena hal-hal seperti itu jelas memiliki arah. Tetapi marah tanpa arah adalah marah tanpa sebab dan tujuan yang jelas. Tidak ada masalah, marah. Salah sedikit, marah-marah. Itu contoh-contoh kemarahan yang tidak punya arah. Orang yang suka marah tanpa arah, pada dasarnya sedang mempertontonkan bahwa dirinya tidak punya pegangan. Orang seperti ini sangat sensitif, sangat emosional. Orang yang memiliki sifat semacam ini kondisinya juga sangat labil. Kenapa? Karena dia tidak memiliki akar atau pegangan yang kuat, sehingga tidak punya daya tahan. Dan orang-orang semacam inilah yang gampang putus asa. Dari sini dapat pula ditarik semacam kesimpulan bahwa, kemarahan itu timbul karena faktor keputusasaan. Kemarahan itu timbul karena tidak berakar pada satu kekuatan yang solid sehingga membuatnya sangat labil, yang pada gilirannya membuatnya tidak memiliki kemampuan mengendalikan diri. Oleh karena itu, kita mutlak harus memiliki kesabaran sebagai sesuatu yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita. Dan itu wajib kita aplikasikan dalam hidup kita sehari-hari.
Yang kedua, orang yang mempunyai kesabaran, melihat permasalahan sebagai anak tangga menuju kemajuan. Jika dia terbentur pada suatu masalah, dia tidak lari. Sebab dia justru melihatnya sebagai anak tangga menuju kemajuan. Karena jika ada orang yang sudah biasa dan bisa melewati masalah, dengan sendirinya dia punya pengalaman menangani/mengatasi masalah. Orang yang sudah terbiasa mengatasi masalah, dengan sendirinya daya tahannya makin bertambah. Jadi, masalah merupakan sebuah latihan baginya, sebuah ujian yang sangat penting. Orang-orang Kristen saat ini, kebanyakan cenderung menjadi cengeng. Ini terjadi pada orang-orang yang punya anggapan bahwa dengan percaya kepada Tuhan, kita tidak bakal dapat masalah lagi. Bagi orang-orang seperti ini, Tuhan adalah tempat membereskan semua persoalan. Tuhan hanya sebagai tempat pelarian atau pelampiasan emosi. Sikap ini jelas kontra-produktif dengan ucapan Yesus, "Mau ikut Aku? Sangkal dirimu, pikul salibmu." Ucapan Yesus itu tentu tidak sejalan dengan kecenderungan kebanyakan orang Kristen masa kini yang lari ke Tuhan hanya jika sedang dilanda persoalan. Sebaliknya, jika sedang merasa senang, kita tidak punya waktu untuk Tuhan, tetapi sibuk dengan hantu. Maksudnya kita berasyik-masyuk dengan kenikmatan duniawi yang menjerumuskan. Inilah bentuk kecenderungan yang salah, sehingga keberimanan kita kepada Tuhan, seringkali bukan ditakar atau diukur dari bagaimana kita menyenangkan Tuhan, tetapi bagaimana disenangkan oleh Tuhan. Orang Kristen yang punya sifat semacam ini, yang inginnya hanya disenangkan Tuhan, memiliki mentalitas yang sangat payah, dan sangat tidak layak menyandang predikat sebagai laskar Kristus. Sebab yang namanya laskar, tempatnya di medan tempur, dan permintaannya bukan bagaimana disenangkan oleh Tuhan. Laskar adalah suatu posisi yang sangat terhormat, karena dia diberi kepercayaan untuk berjuang. Jadi, namanya bukan laskar jika meminta baju dengan tanda bintang kehormatan. Laskar bukan orang yang tahunya hanya makan enak dan minum nikmat. Kecenderungan semacam ini tentu membuat orang menjadi malas dan bahkan membahayakan bagi orang lain.
Seorang pengusaha sukses, tentu berjuang sehingga mampu membangun perusahaannya. Sedangkan orang yang selama ini mendapat banyak fasilitas, kebanyakan mengalami kegagalan. Banyak contoh membuktikan bahwa generasi pertama yang membangun sebuah perusahaan besar adalah orang-orang gigih, punya semangat juang tinggi, pantang menyerah meskipun didera berbagai kesulitan dan kesusahan yang luar biasa. Namun, tidak jarang anak-anaknya atau cucu-cucunya yang merupakan generasi kedua dan ketiga, yang tidak pernah merasakan masa-masa susah dan sulit, justru mereka inilah yang membuat perusahaan hancur. Tapi perlu diingatkan pula bahwa tidak semua orang mesti dibuat susah dulu, supaya berhasil. Yang jelas kita dituntut untuk bisa menghadapi segala masalah dan bertumbuh di situ. Konsep ini harus ditanamkan supaya kita melihat bahwa setiap permasalahan itu adalah anak tangga menuju kemajuan. Jangan memotong kompas untuk bisa lari ke jalan yang mungkin lebih mudah, tetapi salah. Misalnya, jika sakit, kita berdoa supaya disembuhkan Tuhan. Namun saat Tuhan 'memperlambat' proses penyembuhan dalam rangka menguji, kita lari ke dukun. Ini jelas suatu contoh mentalitas yang payah. Orang yang memiliki kesabaran memiliki daya tahan yang tangguh karena ada pengharapan yang kuat. Pengharapan dari mana? Pengharapan akan kasih Kristus. Pengharapan akan kasih yang menggelora dan terus berkembang dalam batin, membuat kita sangat kuat luar biasa.

RH MINGGU, 26 0kto 2008

Bacaan Setahun: Ayb. 17; Kis. 24-26
ALLAH ATAS BINTANG-BINTANG (Daniel 2:24-30)

Jika memandang sekilas pada surat kabar tertentu, kita akan menjumpai bahwa kehidupan modern masih tetap dipengaruhi oleh praktek kuno dari ilmu perbintangan. Sebagai seorang yang masih muda, Agustine (354-430) berkonsultasi dengan seorang ahli perbintangan. Namun beberapa tahun kemudian ia menentang praktek itu. Oleh karena ilmu perbintangan menduga bahwa posisi bintang-bintang pada saat kita lahir menentukan kepribadian dan bahkan kehidupan kita, maka Agustine mempertanyakan, "Mengapa dalam hidup orang kembar - tindakan, kejadian yang menimpa mereka, pekerjaan, seni, penghargaan dan hal-hal lain yang menyangkut hidup manusia, bahkan sampai dengan kematian mereka, seringkali terdapat perbedaan yang demikian besarnya? Apabila semua itu diperhatikan, justru orang lain yang lebih mirip mereka daripada di antara mereka sendiri."

Hidup kita tidaklah ditentukan oleh bintang-bintang yang mati, tetapi oleh Allah yang menciptakan bintang-bintang dan kita. Dia telah membukakan kepada kita melalui Alkitab mengenai jalan hidup kita di dalam Yesus Kristus.

RH SABTU, 25 Okto 2008

Bacaan Setahun: Ayb. 16; Kis. 21-23
HARI-HARI KESUSAHAN (Zefanya 1:14-18)

Kekacauan terus berkobar di banyak negara bagian mantan Uni Soviet. Keresahan, revolusi, kelaparan, pengangguran dan kekurangan yang parah masih melanda banyak tempat. Semua ini mendorong seorang wartawan Rusia yang terkenal menghubungkan hari-hari ini sebagai smutnoye vremya, hari-hari kesusahan. Alkitab menggunakan pengungkapan yang senada untuk menggambarkan kejadian-kejadian pada akhir zaman. Saat itu akan menjadi masa kesengsaraan yang mengerikan, dimana manusia akan mengalami penderitaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Akan ada gempa bumi, kelaparan, peperangan dan kematian (Why. 6:1-17). Selama masa itu, orang-orang Yahudi akan dikhususkan. Penyiksaan mereka akan begitu beratnya sehingga zaman itu secara kenabian dihubungkan dengan Yeremia 30:7 sebagai "waktu kesusahan bagi Yakub." Namun ayat ini berakhir dengan janji yang indah bahwa orang-orang Yahudi akan diselamatkan dari masa itu. Masa kesengsaraan yang berat itu akan mengantar mereka kepada iman yang benar dalam Mesias yang sejati. Sebagai pengikut Kristus, kita sering menghadapi saat-saat yang sulit. Saat-saat pribadi yang sulit merupakan kesempatan bagi Allah untuk menyatakan pemeliharaan, perlindungan dan kasih-Nya.

RH JUMAT, 24 Okto 2008

Bacaan Setahun: Ayb. 15; Kis. 19, 20
SATU-SATUNYA HARAPAN (1Tesalonika 4:13-18)

Seorang pengarang yang tidak dikenal menulis, "Ketika saya pertama kali menjadi Kristen dan beberapa tahun sesudah itu, kedatangan Kristus untuk kedua kali adalah suatu hal yang mendebarkan, suatu pengharapan yang membahagiakan, suatu janji yang mulia, tema dari banyak lagu-lagu gereja yang membangkitkan semangat." "Saat ini, hal itu tiba-tiba menjadi semakin mendalam artinya bagi saya. Paulus menyebutnya sebagai ‘pengharapan kita yang penuh bahagia.’ Namun saat ini hal itu nyata sebagai satu-satunya pengharapan dunia.”

Para pemimpin dunia kelihatannya mengalami frustrasi berat dalam mencoba mengendalikan kejahatan tak kunjung reda yang ada di masyarakat, bahkan terus meningkat. Satu-satunya jalan keluar yang sempurna dan untuk selama-lamanya, ada pada kedatangan kembali Kristus. Pada saat Dia datang, Dia akan meneguhkan kerajaan-Nya. Dia akan memerintah bangsa-bangsa dalam kebenaran. Sementara kita menunggu kedatangan kembali Juruselamat kita, marilah kita terus berdoa, bekerja dan berjaga-jaga "menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia".

RH KAMIS, 23 Okto 2008

Bacaan Setahun: Ayb. 13, 14; Kis. 17, 18
PEMBICARA YANG CEROBOH (Matius 23:1-12)

Orang-orang yang menentang kekristenan mungkin lebih keras menentang Kristus daripada menentang kemunafikan. Namun ironisnya, mereka tidak tahu bahwa tidak ada orang yang lebih menentang kemunafikan daripada Kristus sendiri. Kita semua pernah berjumpa dengan pengejek-pengejek yang tanpa berpikir panjang membeo ucapan-ucapan seperti ini, "Gereja penuh dengan orang-orang munafik!" Namun kita jangan terlalu cepat memberi tanggapan tanpa berpikir dan menolak pernyataan-pernyataan seperti itu tanpa memperhatikan kalau-kalau pernyataan itu memang benar. Kita cenderung berpikir bahwa itu tidak benar. Mari kita renungkan kembali. Betapa seringnya kita berlaku seperti seorang wanita yang melihat melalui jendela rumahnya dan mendapati seorang tetangganya yang selalu ingin tahu dan ribut, sedang berjalan menuju ke rumahnya! Anaknya, yang sedang pada usia peka, mendengarnya berkata dengan marah, "Aduh...! Ia lagi!" Namun kemudian ia membuka pintu sambil basa basi berkata, "Senang berjumpa dengan Anda lagi!" Bibir kita dan hidup kita seringkali memberitakan pesan yang tidak tulus. Allah tidak menghendaki orang-orang yang menentang Kristus terpengaruh oleh kepura-puraan yang sembrono dalam diri kita.

RH RABU, 22 Okto 2008

Bacaan Setahun: Ayb. 11, 12; Kis. 15, 16
DI SISI LAIN (Wahyu 21:1-27)

Beberapa tahun lalu seorang dokter pernah memenuhi sebuah panggilan ke rumah seorang pasiennya yang telah sekarat. Pasien itu bertanya, "Dokter, seperti apakah surga itu?" Dokter itu diam sesaat, mencoba mencari jawaban yang tepat. Pada saat itu juga mereka mendengar suara garukan kuku dari balik pintu kamar pasien itu yang tertutup. "Anda dengar suara itu?" tanya sang dokter. "Itu adalah anjing saya. Saya meninggalkannya di lantai bawah, tetapi ia menjadi tidak sabar dan datang ke sini untuk mencari saya. Ia tidak tahu apa yang terjadi di dalam kamar, tetapi ia tahu dengan pasti bahwa tuannya ada di sini. Saya percaya bahwa seperti inilah keadaan di surga. Kita tidak tahu seperti apa surga itu, tetapi kita tahu dengan pasti bahwa Yesus ada di sana. Dan sesungguhnya hal-hal lain tidak menjadi masalah lagi." Alkitab memberi kita beberapa pandangan yang menguatkan iman mengenai kehidupan sesudah kematian. Tatkala kita melihat ke sisi lain, kita akan bersukacita karena menjumpai Yesus ada di sana dan kita akan bersama-Nya selama-lamanya.

RH SELASA, 21 0kto 2008

Bacaan Setahun: Ayb. 9, 10; Kis. 13-14
PEMEGANG JANJI (Ibrani 10:19-23)

Joe adalah tipe orang di belakang layar—pendiam, tidak berprasangka, seringkali tidak menarik perhatian. Jika Anda melihatnya, tidak akan terpikirkan oleh Anda bahwa ia telah menanggung beban berat selama 11 tahun lebih. Namun Joe dapat menanggungnya dengan baik. Joe setia pada istrinya yang selama 11 tahun harus terbaring di rumah sakit karena menjalani operasi otak. Joe mengunjungi istrinya setiap hari selama 11 tahun, hanya dengan dua atau tiga kali perkecualian sampai istrinya meninggal.

Kesetiaan yang kokoh seperti itulah yang ada pada orang-orang yang takut akan Allah. Itu adalah buah Roh yang berakar dalam hati mereka yang teguh berpegang pada kasih Allah dalam menghadapi cobaan hidup. Pada saat kita menerima anugerah Allah dalam Yesus Kristus dan bertekun dalam iman, Dia memberikan kepada kita apa yang kita butuhkan dalam memenuhi janji kita yang sesuai dengan kehendak-Nya.