RH Minggu 20 Desember 2009

Minggu, 20 Desember 2009

DAYTONA ‘YANG NAKAL’ (Mazmur 95:1-11) Penduduk yang sudah 30 tahun bermukim di sekitar pantai Daytona menyatakan belum pernah mengalami kejadian seperti itu sebelumnya. Gelombang sepanjang 40,5 km, dengan ketinggian 5,48 m dan kedalaman 76,2 m, tiba-tiba saja muncul dari laut yang tenang dan langsung menyerbu pantai. Rupa-rupanya akibat tanah longsor di dasar laut, gelombang yang besar itu lalu menghantam perahu-perahu yang sedang berlayar dan menimpakannya pada perahu-perahu yang berada di sepanjang pantai Florida. Kejadian aneh di Daytona itu merupakan gambaran kehidupan. Tak ada tempat pelarian dari hal yang terjadi tanpa diduga. Kita tidak dapat meramalkan hal-hal yang tidak dapat diperkirakan. Segala sesuatu di sekitar kita tiba-tiba bisa berubah menjadi bencana besar. Dan kekuatiran mengenai hal-hal itu tak akan memberikan rasa aman sedikit pun kepada kita. Ketidakpastian sering menjadi alasan timbulnya kekuatiran. Tetapi pemazmur tak mau membuang waktu untuk mengkuatirkan segala sesuatu yang mungkin terjadi. Sebaliknya ia memilih untuk memuji Penciptanya yang tak pernah meninggalkan perbuatan tangan-Nya. Kita pun dapat melakukan hal yang sama.

RH Sabtu 19 Desember 2009

Sabtu, 19 Desember 2009

HIDUP YANG TERUKUR (Mazmur 90:1-17) Akar dari kata menghitung dalam Mazmur 90:12 adalah "mengukur" atau "menimbang." Ya, kita harus menempatkan hari-hari kita tempatkan dalam keadaan seimbang di antara hal-hal yang menyenangkan hati Tuhan dan yang menjadi berkat bagi sesama. Ketika pelukis besar Raphael meninggal dunia di awal usianya yang ke-37, para sahabat dan sanak keluarganya mengusung juga lukisan terakhirnya yang belum selesai, yang berjudul The Transfiguration ke pemakaman. Keluarganya menganggap lukisan itu sebagai lambang cita-cita dunia yang tak tercapai karena terbatasnya waktu hidup untuk mencapainya. Gambar setengah jadi itu pun membawa pesan lain bagi kita semua, yaitu bahwa: hidup ini hanyalah sekejap saja, kematian dapat datang secara tiba-tiba. Kita harus menghargai setiap jam sebagai pemberian yang sangat bernilai dan menggunakannya untuk hal-hal yang berguna. Jika kita menyadari betapa berharganya hari-hari, kita akan berusaha memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Agar tidak kecewa di akhir hidup kita, serta mendapatkan kebahagiaan di surga, kita harus menggunakan waktu yang ada dengan arif (Ef. 5: 15-16).

RH Jumat 18 Desember 2009

Jumat, 18 Desember 2009

KASIH ALLAH MELALUI MAKANAN (Ibrani 13:1-16) Selama hidup-Nya di dunia ini, Yesus telah memilih untuk menyamakan diri-Nya dengan orang miskin dan hina. Pelayanan-Nya pun digerakkan oleh belas kasihan terhadap orang-orang yang menderita. Dalam bukunya, Edith Schaeffer, menceritakan pengalamannya memberi makan gelandangan yang sewaktu-waktu datang ke rumahnya dan berkata, "Ibu, bolehkah saya meminta secangkir kopi dan mungkin sekerat roti." Edith lalu akan mempersilakannya masuk dan menyajikan makanan yang ditata apik seperti untuk tamu agung: sup hangat dengan roti, lengkap dengan pisau dan hiasan di atas piring. Anak-anaknya membuatkan karangan bunga, dan kalau saat itu sudah senja, akan dinyalakan pula sebatang lilin. Sambil melongo, gelandangan itu bertanya, "Untuk sayakah semua ini?" "Ya." Jawab Edith, "dan kopi juga akan disajikan sebentar lagi. Injil Yohanes ini pun untuk anda. Ambillah. Itu amat berharga." Di dapurnya tergantung hiasan bertuliskan: "Makanan dapat membuat orang menikmati kasih Allah." Tak dapat disangkal, para gelandangan yang mampir di rumah Edith tentu merasakan kasih Allah melalui keluarga itu. Dengan kemurahan hati anda melayani seseorang, anda sebenarnya sedang melayani Kristus, dan mungkin anda sedang menjamu malaikat-malaikat.

RH Kamis 17 Desember 2009

Kamis, 17 Desember 2009

KEUTUHAN YANG SESUNGGUHNYA (Ibrani 12:11-17) Sambil menyetir mobil, saya mendengarkan rubrik konsultasi di radio. Seorang anak muda sedang dilayani lewat telepon. Ia amat putus asa karena putus sekolah dan kehilangan pekerjaan. Pemuda itu dibesarkan dalam sebuah keluarga yang baik, menjadi pengunjung gereja yang setia dan telah menyatakan iman kepada Kristus. Namun kini ia terjerumus ke dalam dosa pornografi dan tindakan asusila. Pengasuh rubrik itu memberikan jawaban yang samar-samar, menasehati pemuda itu agar "menggali segala potensi yang diberikan Allah kepadanya" dan "terus berusaha untuk mengenal dirinya yang sebenarnya" sebagai satu langkah menuju "keutuhan" pribadi. Saya tak mengerti apa yang dimaksudkannya. Saya yakin, pemuda itu pun demikian.

Langkah untuk mencapai ‘keutuhan’ yang ditawarkan Allah lebih dalam dari sekadar menggali potensi diri sendiri. Kita harus diperhadapkan dengan dosa dan pengampunan melalui Kristus. Mencapai keutuhan yang sesungguhnya memang bukan hal yang mudah, tetapi juga bukan merupakan hal yang mustahil.

RH Rabu 16 Desember 2009

Rabu, 16 Desember 2009

KELUARKANLAH RACUN ITU! (Efesus 4:17-32) Sehabis menikmati makan siang, saya dan teman saya masih ngobrol di arena parkir restoran itu. Kami berdiskusi tentang kehancuran yang dapat terjadi oleh karena kepahitan. Percakapan tersebut sudah lama terjadi, tetapi kebenaran yang menyedihkan mengenai akar pahit itu terus-menerus saya ingat sepanjang pelayanan saya di bidang penggembalaan. Kepahitan adalah racun, yang jika tidak segera dikeluarkan dengan berdoa, membuat pengakuan dan pengampunan, dapat mengakibatkan gangguan emosional yang hebat dan merusak hubungan antarpribadi. Sedikit dendam yang dibiarkan membara dapat menjadi malapetaka besar yang merusak seluruh jiwa. Itulah sebabnya mengapa nasihat yang terdapat dalam kitab Ibrani ini harus benar-benar kita perhatikan.

Adakah anda masih menyimpan kenangan pahit yang menyakitkan? Menyimpan dendam hanya akan meracuni kehidupan kita. Dengan pertolongan Roh Kudus, buanglah segala akar pahit itu sekarang juga. Kita akan tercengang mendapati betapa sukacitanya hidup kita tatkala kita mempersilakan Allah mengeluarkan racun kepahitan itu dari hidup kita.

RH Selasa 15 Desember 2009

Selasa, 15 Desember 2009

BAYI-BAYI PERLU DISAPIH (Ibrani 5:5-6:3) Bagi saya, hampir tak ada yang dapat menandingi lezatnya kue coklat yang dimakan panas-panas ketika baru matang dan dilengkapi dengan segelas es susu. Tentu saja saya tak bisa dianggap bayi hanya karena saya masih minum susu. Namun, jika hanya susu yang menjadi makanan saya sehari-hari, anda pasti akan bertanya-tanya, ada apa dengan saya, bukankah saya sudah lama harus makan makanan padat?

Sudah tiba waktunya bagi kita untuk lebih maju dalam ajaran tentang kebenaran, tanpa harus kehilangan dasar ajaran tersebut. Susu tetap baik dan bergizi tinggi. Kita pun tak boleh kehilangan rasa terima kasih atas "susu" firman Allah yang menyatakan pengampunan dan anugerah hidup baru di dalam Kristus kepada kita. Namun, Allah menghendaki kita meningkatkan pemahaman akan firman-Nya dengan terus mempelajarinya, berdoa, merenungkan, mentaati dan mengujinya. Kita harus memahami dengan benar prinsip-prinsip rohani supaya kita dapat menerapkannya, bersaksi tentang iman kita dengan berani dan tetap berdiri teguh sekalipun menanggung penderitaan. Susu firman Allah selalu nikmat, tetapi makanan padat dari Alkitab akan membuat kita kuat. Bagaimana anda mengatur menu makanan rohani anda?

RH Senin 14 Desember 2009

Senin, 14 Desember 2009

KONFLIK DI SEPUTAR NATAL (Matius 10: 16-34) Saat-saat sekitar Natal di Amerika, adalah saat-saat di mana ruang sidang pengadilan kembali dipenuhi para pengacara yang memperdebatkan masalah-masalah seputar Natal, misalnya tentang penyelenggaraan acara Natal tertentu yang telah melanggar hak azasi seseorang atau mengapa acara Christmas Carol diselenggarakan dalam konser sekolah. Jika kita adalah orang yang mudah terhanyut, konflik-konflik mengenai Natal yang diperdebatkan setiap tahun ini, mungkin dapat mengganggu perasaan kita dalam merayakan Natal. Namun, jika kita mengerti perkataan Yesus sendiri, bahwa kedatangan-Nya memang tidak selalu membawa damai, akan lebih mudah bagi kita untuk menerima permasalahan-permasalahan yang timbul di seputar Natal.

Yesus menawarkan damai, sejahtera dan sukacita kepada semua orang yang percaya kepada-Nya. Tetapi, bagi orang yang menolak anugerah keselamatan-Nya, peringatan akan kedatangan-Nya dapat menjadi masalah, bahkan pada saat merayakan Natal.

ARTIKEL

Hadiah Natal Yang Mahal

Penulis cerpen Amerika terkemuka, O. Henry, menulis sebuah kisah Natal tersohor. Kisah itu tentang sepasang suami-istri muda yang sedemikian saling mencintai. Natal sudah dekat dan mereka ingin saling memberikan hadiah. Tetapi mereka sangat miskin dan tidak mempunyai uang untuk membeli hadiah. Maka mereka masing-masing, tanpa saling memberi tahu, memutuskan untuk menjual miliknya yang paling berharga.

Bagi sang istri, harta miliknya yang paling berharga adalah rambutnya yang panjang berkilau. Ia pergi ke sebuah salon dan menyuruh memotong rambutnya. Kemudian ia menjual potongan rambutnya itu untuk membeli sebuah rantai arloji yang indah untuk arloji suaminya. Sementara itu, sang suami pergi kepada seorang tukang emas dan menjual satu-satunya arloji yang dimilikinya untuk membeli dua potong sisir yang indah untuk rambut kekasihnya.

Ketika hari Natal tiba, mereka saling menyerahkan hadiah. Mula-mula mereka menangis terharu, namun kemudian keduanya tertawa. Tidak ada lagi rambut yang perlu dirapikan dengan sisir indah pembelian sang suami, dan tidak ada lagi, arloji yang memerlukan seutas rantai indah pembelian sang istri. Tetapi ada sesuatu yang lebih berharga daripada sisir dan rantai arloji, yaitu pesan dibalik hadiah- hadiah itu; Mereka masing - masing telah mengambil yang terbaik dari dirinya untuk diberikan kepada pasangannya...

Suatu hadiah bukanlah hadiah jika tidak menimbulkan suatu pengorbanan dalam diri kita, dan jika tidak menjadi bagian dari diri kita sendiri. Yesus memberikan dari-Nya yang terbaik untuk kita. Ia memberikan nyawa-Nya, untuk menebus dosa - dosa kita, untuk menyelamatkan hidup kita, supaya bisa tetap bersama dengan Dia untuk selama-selamanya. Apa yang aku berikan kepada-Nya yang terbaik, dariku..?

"Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat - sahabatnya. Kamu adalah sahabat-KU, jikalau kamu berbuat apa yang kuperintahkan kepadamu." (Yohanes 15: 13,14)

KOTBAH

Janji Allah
(Ibrani 6: 10-15)

Pada dasarnya setiap orang tidak memiliki kesabaran dalam menanti janji Allah tergenapi dalam hidupnya. Seringkali kita inginnya instant dalam menerima penggenapan janji Allah dalam kehidupan ini. Ada 3 cara menunggu dengan tenang pertolongan yang dijanjikan Tuhan, yaitu:

1. Kita harus berani untuk bersabar dalam menunggu datangnya pertolongan Tuhan tersebut. Dalam hal ini kita dapat belajar dari Abraham. Abraham menanti dengan sabar janji Tuhan tergenapi dalam hidupnya. Pada saat Abraham menerima jani Allah tersebut usianya masih 50 tahun dan janji Allah tergenapi pada saat Abraham berusia 100 tahun. Janji Allah digenapi bagi orang yang menanti dengan sabar.
2. Kita harus menutup mata dan telinga terhadap sumber lain. Iblis akan berusaha memakai segala cara untuk membuat orang tidak sabar terhadap janji Allah. Pada saat Elizabeth mengandung di usianya yang sudah tua, ia selama 5 bulan mengasingkan diri dari orang-orang sekitarnya (Luk. 1: 24). Seringkali perkataan orang-orang sekitar kita dapat melemahkan iman kita. Agar kita dapat menanti dengan tenang janji Tuhan tergenapi atas hidup kita, kita harus menutup mata dan telinga kita terhadap informasi yang dapat melemahkan iman kita.

3. Kita harus tetap beriman kepada Tuhan. Iman dan sabar adalah dua syarat yang tidak terpisahkan dalam penggenapan janji Allah. Terkadang iman dapat menjadi kendor pada saat seseorang melihat kenyataan yang dihadapinya. Janji Allah di atas fakta. Fakta apa pun yang kita hadapi tidak akan dapat membatalkan janji Allah tergenapi dalam hidup kita.

Ketiga cara ini dapat membuat kita menunggu dengan tenang janji Tuhan tergenapi dalam kehidupan ini. Amin.

Pdt. Henoch Wilianto - 06 Desember 2009

RH Minggu 13 Desember 2009

Minggu, 13 Desember 2009
BERANILAH SEPERTI DANIEL (Daniel 6:1-10) Tokoh Alkitab seperti Daniel memberi kekuatan dan memperlihatkan bagaimana seharusnya kita hidup. Kita masih tetap membutuhkan "Daniel-Daniel" masa kini, pria maupun wanita yang memiliki keyakinan yang teguh dan keberanian untuk mempertahankan keyakinannya meski dalam situasi terancam penderitaan atau kehancuran. Ayah saya, Dr. M.R. De Haan adalah orang yang seperti itu. Peristiwa itu sudah terjadi 30 tahun yang lalu, pada tanggal 13 Desember 1965, ketika ayah pulang ke rumah dengan tekad terus bersama Tuhan. Ayah saya berkata dengan tegas, "Richard, saya tak peduli meskipun seluruh dunia ini menentang saya. Saya harus melakukan apa yang benar. Saya harus bertindak sesuai dengan keyakinan saya!"

Tentu saja kita juga harus mawas diri apakah keyakinan kita sudah terpancang pada dasar yang benar. Setelah kita merasa pasti, kita harus seperti Daniel, yang tidak hanya punya keyakinan tetapi juga punya keteguhan untuk mempertahankan keyakinannya. Hari ini, bila anda tergoda untuk mengkompromikan prinsip-prinsip hidup, jangan menyerah! Beranilah seperti Daniel!

RH Sabtu 12 Desember 2009

Sabtu, 12 Desember 2009
"JIKA SAYA BERSAKSI KEPADA DUNIA" (Lukas 12:1-9) Dalam acara penutupan KKR yang diadakan D.L. Moody, seorang pemuda Norwegia berdiri dan menyatakan imannya kepada Tuhan. Ia ingin jemaat mengetahui bahwa ia kini telah diselamatkan, tetapi ia mengalami kesulitan untuk mengatakannya dalam bahasa Inggris. Dengan tersendat-sendat akhirnya ia berkata, "Saya berdiri di sini karena Yesus menghendaki saya untuk bersaksi. Dia berjanji bila saya bersaksi kepada dunia tentang Dia, maka Dia pun akan mengakui saya di hadapan Bapa!"

Tuhan tidak menghendaki kita menjadi saksi-saksi bisu. Dia menguatkan kita untuk berani bersaksi kepada orang lain atas anugerah-Nya. Jika anda mengasihi Allah, bersaksi kepada sesama adalah tugas anda. Mungkin yang perlu anda katakan kepada seseorang hanyalah pernyataan anda, bahwa "Yesus adalah segalanya bagiku. Saya harap anda pun dapat mengenal-Nya!" Dan anda akan terkejut mendapati bagaimana pengakuan yang sederhana dan terus terang itu berbuah. Ambillah keputusan pada hari ini juga untuk "bersaksi kepada dunia".

RH Jumat 11 Desember 2009

Jumat, 11 Desember 2009
HARTA YANG TAK TERNILAI (Mazmur 15:1-5) Para pengikut Kristus dipanggil untuk menunjukkan keutuhan hidupnya. Mereka harus hidup lurus dan jujur, mementingkan nama baik daripada kekayaan besar di dunia yang mengutamakan hal yang sebaliknya ini. Dari hasil angket yang dibagikan kepada para eksekutif, sebagai contoh, Gallup mendapati bahwa 80% mengaku tetap mengemudi dalam keadaan mabuk, 35% membesar-besarkan masalah pemotongan pajak dan 78% memakai telepon kantor untuk interlokal urusan pribadi.

Allah menghendaki umat-Nya melakukan hal yang berbeda dari yang biasa dilakukan orang dunia. Kita harus melakukan apa yang adil dan mengatakan kebenaran dengan segenap hati. Kejujuran menyenangkan hati Allah, dan bermanfaat bagi kita juga. Kita menerima berkat yang lebih berharga daripada kekayaan, yakni bebas dari rasa bersalah, leluasa menjadi saksi Kristus dan memiliki hubungan yang erat dengan Allah. Nama baik sungguh merupakan harta yang tak ternilai harganya!

RH Kamis 10 Desember 2009

Kamis, 10 Desember 2009
MEWUJUDKAN KESERASIAN (1 Korintus 1:10-17) Pada salah satu acara Natal, saya dan istri berkesempatan menikmati sajian musik yang mempersembahkan Messiah karya Handel. Seusai pementasan pertama, sang konduktor berjalan menuruni tangga dan kemudian menyerahkan tongkat dirigen di tangannya kepada orang lain. Kami tidak menangkap adanya perbedaan. Baik ketika dipimpin konduktor pertama maupun konduktor kedua, sajian musik mereka sama-sama bagus. Hal ini membuat saya merenung. Apa yang terjadi jika sebagian pemain musik itu berkata, "Kami lebih suka konduktor yang pertama. Marilah kita main asal-asalan saja di bawah pimpinan konduktor yang kedua." Hal ini tentu akan menghancurkan seluruh kemegahan musik itu. Tetapi tidak, para pemain musik itu bermain sama bagusnya di bawah pimpinan kedua konduktor itu.

Demikianlah yang seharusnya juga terjadi di gereja. Kita harus mempersembahkan karya yang terbaik bagi Tuhan, tak peduli siapa pun yang menjadi pemimpin kita asalkan ia sungguh-sungguh mengikut Tuhan. Selama kita melayani Allah, kita harus menyadari bahwa kita tak akan mencapai keserasian selama kita belum sungguh-sungguh bersatu di dalam Kristus.

RH Rabu 9 Desember 2009

Rabu, 09 Desember 2009
PIKAT DAN TANGKAP (1 Yohanes 4: 1-6) Dari antara beberapa teknik menjual, ada satu cara yang sebenarnya kurang etis, yang disebut "pikat dan tangkap." Si penjual akan memikat pembelinya terlebih dulu dengan menawarkan produk-produk terkenal yang dapat dijualnya dengan harga murah. Namun ketika si pembeli hendak membeli, ia akan mengatakan bahwa barang-barang itu sudah habis terjual. Sebagai gantinya ia akan menjual barang-barang berkualitas lebih rendah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Dengan cara yang sama, nabi palsu juga memakai ayat-ayat Alkitab untuk memikat pendengarnya. Janganlah menelan begitu saja ajaran seseorang yang menggunakan istilah-istilah iman Kristen. Mintalah Roh Kudus menolong anda untuk memahami apakah orang itu sungguh berbicara berdasarkan Alkitab atau tidak. Dengan demikian anda tak akan terjerat oleh nabi-nabi palsu yang menggunakan doktrin pemikat dan menangkap pendengarnya ke dalam ajaran palsu mereka.

RH Selasa 8 Desember 2009

Selasa, 08 Desember 2009
POHON YANG TERLUPAKAN (Kisah 10: 34-43) Dalam terjemahan Bahasa Inggris, kata "kayu salib" disebut dengan kata "tree" yang berarti pohon. Pada bulan Desember seperti ini, saat seluruh perhatian tercurah pada pohon Natal dengan hiasannya yang berwarna-warni, kayu salib hina di bukit Kalvari boleh menjadi pohon Natal yang terlupakan. Banyak orang justru mengabaikan tujuan utama Yesus datang ke dunia ini. Makna kelahiran-Nya yang sesungguhnya menjadi samar-samar di balik berbagai hiasan, hadiah dan kesibukan pesta yang berhubungan dengan peringatan hari bersejarah ini. Kita harus terus menghayati makna Natal yang sesungguhnya. Ketika kita memperingati kelahiran sang Juruselamat di kandang Betlehem, marilah kita juga merenungkan dengan sungguh-sungguh bahwa ada hubungan yang erat antara Natal dan bukit Golgota, tempat Dia disalibkan dan mengucurkan darah karena dosa manusia. Jangan biarkan kayu salib di Kalvari menjadi pohon Natal yang terlupakan. Sebab itulah justru yang terpenting!

RH Senin 7 Desember 2009

Senin, 07 Desember 2009
ORANG-ORANG YANG TERLUPUT (Kolose 4:2-6) Banyak orang di sekitar kita bahkan memiliki kebutuhan yang jauh lebih besar, yakni mengenal Yesus Kristus dan anugerah keselamatanNya. Ada yang menanti kita menyadari keadaan mereka lalu menolong mereka. Ada yang akan menanggapi karena melihat perbuatan-perbuatan yang dilakukan dalam nama Yesus. Ada pula yang menerima anugerah keselamatan itu karena pendekatan kita yang lemah lembut. Namun tak seorang pun akan menanggapi kalau kita tidak memandang mereka sebagai orang-orang yang membutuhkan Kristus dan menjadi kesaksian yang baik bagi mereka. Paulus berdoa agar pintu pemberitaan injil dibukakan. Jika kita pun melakukannya, kita akan mendapati begitu banyak jiwa-jiwa yang membutuhkan pertolongan di sekitar kita. Marilah kita tunjukkan kepada mereka, melalui perkataan maupun tindakan kita bahwa mereka bukanlah orang-orang yang tidak terlihat.

ARTIKEL

BEJANA PILIHAN
Seorang Tuan sedang mencari sebuah bejana. Ada beberapa bejana tersedia, manakah yang akan terpilih?"
Pilihlah aku," teriak bejana emas, "Aku mengkilap dan bercahaya. Aku sangat berharga dan aku melakukan segala sesuatu dengan benar. Keindahanku akan mengalahkan yang lain. Dan untuk orang seperti Tuanku, emas adalah yang terbaik!"
Tuan itu hanya lewat saja tanpa mengeluarkan sepatah kata.
Kemudian ia melihat suatu bejana perak, ramping dan tinggi.
"Aku akan melayani engkau Tuanku, aku akan menuangkan anggurmu dan aku akan berada di mejamu di setiap acara jamuan makan. Garisku sangat indah, ukiranku sangat nyata. Dan perakku akan selalu memujimu."
Tuan itu hanya lewat saja dan menemukan sebuah bejana tembaga.
Bejana ini lebar mulutnya dan dipoles seperti kaca.
"Sini! Sini!" teriak bejana itu, "Aku tahu aku akan terpilih. Taruhlah aku dimejamu, maka semua orang akan memandangku."
"Lihatlah aku!", panggil bejana kristal yang sangat jernih, ”Aku sangat transparan, menunjukkan betapa baiknya aku. Meskipun aku mudah pecah, aku akan melayani engkau dengan kebanggaanku. Dan aku yakin, aku akan bahagia dan senang tinggal dalam rumahmu."

Tuan itu kemudian menemukan bejana kayu. Dipoles dan terukir indah, berdiri dengan teguh.

"Engkau dapat memakai aku, tuanku, kata bejana kayu. Tapi aku lebih senang bila engkau memakaiku untuk buah-buahan, bukan untuk roti."

Kemudian tuan itu melihat ke bawah dan melihat bejana tanah liat. Kosong dan hancur, terbaring begitu saja. Tidak ada harapan untuk terpilih sebagai bejana tuan itu.

Ah! Inilah bejana yang aku cari-cari. Aku akan perbaiki dan kupakai dan akan aku buat sebagai milikku seutuhnya. Aku tidak membutuhkan bejana yang mempunyai kebanggaan. Tidak juga bejana yang terlalu tinggi untuk ditaruh di rak. Tidak juga yang mempunyai mulut lebar dan dalam. Tidak juga yang memamerkan isinya dengan sombong. Tidak juga yang merasa dirinya selalu benar. Tetapi yang kucari adalah bejana yang sederhana yang akan kupenuhi dengan kuasa dan kehendakku.

Kemudian ia mengangkat bejana tanah liat itu. Ia memperbaiki dan membersihkannya dan memenuhinya, ia berbicara dengan lembut kepadanya, "Ada tugas yang perlu engkau kerjakan, jadilah berkat buat orang lain, seperti apa yang telah kuperbuat bagimu."

Demikianlah halnya dengan Tuhan. Ia mencari orang-orang yang rendah hati dan mau berjalan menurut kehendak dan kemauan Tuhan. Dan tentunya orang yang mau dibentuk, sekalipun harus melalui hal-hal menyakitkan.

Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. (2 Korintus 4: 7)

KOTBAH

To Forgive is To Forget
(Yesaya 43: 25)

Arti kata mengampuni menurut Firman Tuhan ialah membebaskan, menghapuskan dan membuang. Mengampuni merupakan sebuah perintah. Apabila kita tidak mengampuni, kita telah melanggar perintah. Mengampuni juga merupakan sebuah tindakan dan sebuah keputusan. Pada saat kita melepaskan pengampunan maka kita akan mengalami pemulihan hubungan, doa kita didengar dan persembahan kita akan diterima Tuhan.

Pada saat Tuhan memberikan pengampunan kepada kita maka Tuhan tidak akan mengingat-ingat lagi dosa kita (Yes. 43: 25). Dalam hal ini seakan-akan kita tidak pernah berbuat dosa di hadapan-Nya. Ada tiga pengertian tentang “mengampuni adalah melupakan”, yaitu:
1. Menolak menyimpan kesalahan orang lain (1 Kor. 13:5; Ibr. 12: 14-15). Seseorang yang menyimpan kesalahan orang lain dalam hatinya akan mudah terluka. Dan orang yang terluka cenderung melukai orang lain. Mengampuni berarti tidak menyimpan kesalahan orang lain.

2. Melepaskan keinginan untuk membalas (Rm. 12: 19). Kita tidak memiliki hak untuk membalas, tetapi seringkali kita memiliki keinginan untuk membalas. Pembalasan adalah hak Tuhan. Mengampuni tidak dapat berjalan bersamaan dengan keadilan. Kalau kita berbicara tentang pengampunan maka kita harus mengesampingkan keadilan. Kalau kita mau membalas maka balaslah kejahatan orang lain dengan kebaikan.

3. Tidak memiliki sikap menghakimi. Kecenderungan manusia untuk menaikkan standarnya kepada orang lain dan menurunkan standar yang ada untuk dirinya pada saat ia berbuat kesalahan. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa standar yang kita pakai untuk mengukur orang lain akan Tuhan pakai untuk mengukur kita.

Dengan mengampuni kita telah memberikan ruang dan kesempatan bagi orang lain untuk memandang ke depan dan mengalami perubahan dalam kehidupannya. Orang yang akan bertumbuh adalah orang yang sibuk mengoreksi diri sendiri dan bukan orang lain. Jangan menghakimi dosa orang lain kalau anda tidak bersedia menolong orang itu. Amin

Pdt. Jeffry Rama - Minggu, 29 Nov ‘09