JADWAL IBADAH

Kebaktian Doa Pengurapan
Pembicara: Gembala Sidang
Jumat, 6 Juni 2008 - Pk. 19.00 WIB

Kebaktian Wanita
Pembicara: Ev. Joice Liem
Sabtu, 7 Juni 2008 - Pk. 10.00 WIB

Kebaktian Pemuda
Pembicara: Gembala Sidang
Sabtu, 7 Juni 2008 - Pk. 17.30 WIB

Kebaktian Umum
Pembicara: Ev. Paulus Kusuma
Kebaktian Sekolah Minggu
Minggu. 8 Juni 2008
Pagi Pk. 08:00 WIB
Sore Pk. 17:00 WIB

Dalam masa-masa yang menyenangkan,
PUJI TUHANDalam masa-masa sulit,
CARI TUHANDalam masa-masa tenang,
SEMBAH TUHANDalam masa-masa yang menyakitkan,
PERCAYAI TUHANSetiap saat,
BERSYUKURLAH KEPADA TUHAN

KOTBAH

LAKUKAN APA YANG BISA KITA LAKUKAN

Sebagai orang percaya kita tidak boleh hanya tinggal diam. Kita harus melakukan sesuatu yang bisa kita lakukan. Yakobus 2:17 berkata “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” Melakukan sesuatu menunjukkan bahwa kita mempunyai iman yang benar. Melakukan sesuatu merupakan kunci keberhasilan.
Tiga hal penting yang dapat kita pelajari adalah:

1. Milikilah keberanian untuk melangkah.
Allah ingin kita berhasil, karena itu Ia ingin supaya kita melangkah untuk melakukan sesuatu yang bisa kita lakukan. Apa yang tidak bisa kita lakukan adalah bagiannya Allah. Seringkali Allah memakai apa yang kita miliki untuk membuat kita berhasil. Contoh: Musa, dengan tongkat di tangannya membawa bangsa Israel keluar dari Mesir dan menyeberangi laut Teberau; Daud, dengan umban dan batu di tangannya mengalahkan Goliat. Jadi jangan pernah meremehkan apa yang kita miliki, tetapi lakukanlah tugas kita dengan mengembangkan apa yang kita miliki itu.

2. Sinergikan kerajinan, kerja keras dan kreativitas.
Untuk berhasil kita perlu bekerja dengan rajin, sekuat tenaga dan tidak boleh malas (Ams. 6: 6-11; Ams. 10). Tidak hanya itu, kita juga perlu untuk selalu kreatif dan inovatif. Oleh karena itu mintalah selalu hikmat dari Tuhan.

3. Jangan pernah menunda. Lakukanlah segera.
Peluang seringkali tidak datang dua kali, karena itu jangan suka menunda untuk melakukan sesuatu. Jangan membiarkan waktu yang ada terlantar dengan sia-sia. Menunda melakukan sesuatu membuat keberhasilan kita tertunda. Jika kita mau berhasil maka mulailah dari yang kecil, mulailah dari diri sendiri dan mulailah sekarang juga. Amin
By: Pdt.Paul Abdisaputera - Minggu, 25 Mei 2008

ARTIKEL

HIDUP YANG BERKUALITAS

Kualitas hidup kita ditentukan oleh sikap dan tindakan kita dalam menempuh kehidupan ini. Untuk menemukan kehidupan yang berkualitas, untuk menghitung hari-hari kita secara bijaksana, untuk merajut kehidupan yang bermakna. Ada 5 aspek yang patut dipertimbangkan sehubungan dengan masa hidup kita.

Masa hidup kita adalah Karunia Tuhan
Masa hidup kita adalah sebuah pemberian. Hidup kita, dengan demikian, bukanlah milik kita sendiri. Kita lebih mirip seorang pengurus yang diminta untuk mengelola suatu amanah yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Dengan menyadari bahwa hidup ini karunia Tuhan, kita sekaligus mengakui bahwa tolok ukur kualitas bukan bersumber dari diri kita sendiri. Tuhanlah sebagai Pemberi kehidupan, yang sekaligus menentukan seperti apa hidup yang bermakna itu. Tuhanlah yang menetapkan aturan permainannya. Kedua puluh empat tua-tua yang tersungkur di hadapan takhta Allah meneguhkan hal ini: “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.”

Masa hidup kita adalah karunia yang terbatas
Dalam Mazmur 90, disebutkan bahwa masa hidup manusia pada umumnya rata-rata sepanjang 70 sampai 80 tahun. Tentu saja ada yang kurang atau lebih dari itu. Yang jelas, jika dibandingkan dengan sejarah peradaban, apalagi jika dibandingkan dengan bentang alam semesta yang mencapai jutaan tahun cahaya, masa hidup manusia benar-benar terbatas. Orang Jawa melukiskan sebagai sekedar mampir ngombe, singgah untuk minum-begitu singkat.

Masa hidup kita adalah karunia yang patut dijalani secara arif
karena kehidupan ini adalah karunia Tuhan, dan karena masa hidup kita terbatas, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana sepatutnya kita menjalani kehidupan ini? Kita bisa menjalani kehidupan ini secara sembrono, atau kita bisa menempuhnya secara bijaksana. Kita bisa acuh tak acuh dan bersikap “marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati” atau kita waspada seperti orang arif, mempergunakan waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Kita bisa bersenang-senang semau gue dan serba menuruti keinginan hati, atau mengingat Sang Pencipta sejak masa muda kita. Kita bisa memilih cara hidup yang kita kehendaki.

Masa hidup kita adalah karunia yang berdampak
Kehidupan setiap orang tak ayal berdampak pada kehidupan lainnya - sekecil apa pun. Persoalan yang lebih utama adalah dampak macam apa yang memancar dari kehidupan yang kita jalani? Sebuah pepatah bijak menyatakan, “Ketika engkau lahir, engkau menangis, dan orang-orang lain bersukacita. Ketika engkau mati, biarlah engkau bersukacita, dan orang-orang lain menangis.”

Masa hidup kita adalah karunia yang harus dipertanggung jawabkan
Akhirnya, karena kehidupan ini adalah karunia Tuhan, dan Tuhan mempercayakannya kepada kita untuk suatu tujuan tertentu, kita pun sampai pada klimaks yang tak terelakkan: kita masing-masing harus mempertanggungjawabkan hidup kita di hadapan Sang Pemberi kehidupan. Kita harus mempertanggungjawabkan seluruh aspek kehidupan kita: sikap dan motivasi; pikiran, ucapan, dan tindakan. Kita harus mempertanggungjawabkan baik perkara-perkara yang kelihatan maupun perkara-perkara yang tersembunyi. Semuanya akan dihakimi menurut tolok ukur kebenaran dan keadilan-Nya.

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$

Tahukah Anda?

Hidup bukannya dalam bentuk bukit dan lembah, tetapi hidup adalah seperti 2 rel di rel kereta api, dan pada setiap waktu engkau mengalami sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk dalam hidup ini.Tidak penting seberapa baiknya berbagai hal terjadi dalam hidupmu, selalu ada hal-hal yang buruk yang perlu diselesaikan. Dan tidak perduli seberapa buruknya yang terjadi dalam hidup ini, selalu ada sesuatu yang baik dimana Anda bisa bersyukur kepada Tuhan.
Engkau bisa fokus pada tujuan hidup ini, atau engkau bisa fokus pada masalahmu. Jika engkau fokus pada masalahmu, engkau akan menjadi terpusat pada dirimu (self-centeredness), masalahku, urusanku, sakitku. Tapi satu cara yang paling mudah untuk menyingkirkan rasa sakit itu adalah dengan melepaskan fokusmu pada dirimu sendiri dan mulai memfokuskan diri kepada Allah dan kepada sesama.
Engkau harus belajar untuk berhadapan dengan hal yang baik maupun yang buruk dalam hidup. Sebenarnya, terkadang berurusan dengan yang baik bisa lebih sulit.@@@

RH MINGGU, 8 Juni 2008

Bacaan setahun: Pkh. 7-9; Ef. 4
Bawalah dengan hati-hati (2Timotius 2:14-18)

Dalam sebuah penggalian di Yerusalem, Gabriel Barkay, seorang ahli arkeologi menemukan sebuah gulungan tembaga kecil dengan tulisan ayat-ayat Alkitab. Bagian dari Alkitab ini telah rapuh dan pudar termakan usia. Barkay membawanya ke laboratorium dan di sana ia memeriksanya dengan sangat perlahan dan hati-hati agar tidak merusaknya. Diperkirakan berasal dari tahun sekitar 400 sebelum Masehi, gulungan itu memuat tulisan Ibrani yang paling awal untuk Nama Allah, yaitu Yahweh (atau Yehovah). Tampaknya penulis yang menyalin naskah itu tidak berani menuliskan kata itu karena terlalu suci. Para penulis Yahudi sebelumnya pun sering merasa tidak layak untuk menuliskan kata itu, karena rasa hormat mereka akan kesucian nama Allah.

Alkitab adalah kata-kata Allah yang suci, berkuasa dan sempurna. Firman itu datang kepada kita dari hati Allah. Oleh karena itu, kita harus menjaganya dengan ketulusan hati, dengan cara "memberitakan perkataan kebenaran itu" (2Timotius 2:15). Menggunakan ayat-ayat Alkitab di luar konteksnya, hanya untuk kepentingan pribadi atau untuk membenarkan pendapat kita sendiri, merupakan tindakan yang tidak menghormati Allah dan memuliakan namaNya.

RH SABTU, 7 Juni 2008

Bacaan setahun: Pkh. 4-6; Mzm. 18; Ef. 3
Pertahankan yang berharga (Kejadian 25:27-34)

Sebuah kisah menceritakan tentang seorang yang suka menyimpan buku-buku kuno. Suatu hari ia bertemu dengan temannya yang baru saja membuang sebuah Alkitab yang biasanya tersimpan di balkon rumah warisan keluarganya. "Saya tak dapat membacanya," katanya. "Seseorang yang bernama Guten...telah mencetaknya." "Bukan Gutenberg!" seru si pecinta buku. "Alkitab itu adalah salah satu buku pertama yang pernah dicetak. Harga satu lembarnya bisa mencapai lebih dari dua juta dolar!" Temannya tetap tidak terkesan. "Buku itu tak akan laku satu dolar pun. Seorang yang bernama Martin Luther telah menuliskannya di Jerman."

Orang ini tidak menghargai sesuatu yang bernilai. Demikian pula dengan Esau. Ia sebenarnya adalah seorang yang baik. Ia senang berburu dan tinggal di padang. Namun, ia menjadi "cemar" karena ia telah menjual hak kesulungannya dengan sepiring makanan (Ibrani 12:16). Ia telah mengorbankan sesuatu yang berharga untuk sesuatu yang sementara. Lebih baik kita berhati-hati dalam setiap "penjualan" yang kita lakukan dalam hidup kita. Mintalah Tuhan menolong kita untuk membedakan apa yang pantas dipertahankan dan apa yang sebaiknya dibuang.

RH JUM'AT, 6 Juni 2008

Bacaan setahun: Pkh. 1-3; Mzm. 45; Ef. 2
Pasangan luar biasa? (Kisah 18:1-3, 18-28)

Pernahkah Anda mendengar kisah tentang pasangan yang tidak hanya membangun pernikahan mereka dengan baik, tetapi juga menggunakan kesatuan hidup mereka untuk mendukung pelayanan gereja mula-mula? Mereka adalah Akwila dan Priskila. Perhatikanlah sifat-sifat yang ada pada mereka, yang menjadikan diri mereka sangat membantu pelayanan rasul Paulus. Semua itu merupakan refleksi dari kekuatan pernikahan mereka.

(1). Mereka tidak mementingkan diri sendiri dan pemberani. Dalam Roma 16:4, Paulus berkata, "mereka telah mempertaruhkan nyawanya" untuk hidupnya. (2). Mereka ramah dan suka memberi tumpangan. Para jemaat bersekutu di rumah mereka (1Korintus 16:19). (3). Mereka cepat menyesuaikan diri. Dua kali mereka harus pindah—karena perintah dari Roma (Kisah 18:2) dan karena menyertai Paulus dalam perjalanan misinya (Kisah 18:18). (4). Mereka bekerja bersama-sama. Mereka sama-sama tukang kemah (Kisah 18:3). Mereka berdua melibatkan diri dan mengajar orang lain dalam pengajaran tentang Kristus. Mereka mengundang Apolos ke rumah mereka dan "dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah" (Kisah 18:26). Akwila dan Priskila adalah satu kesatuan, satu tim, yang tak terpisahkan.

RH KAMIS, 5 Juni 2008

Bacaan setahun: Ams. 30-31; Mzm. 33; Ef. 1
Kepuasan jiwa (Yohanes 4:1-14)

Pada abad ke-19, pendeta Frederick W. Robertson menggembalakan sebuah jemaat di Brighton, Inggris. Meskipun ia seorang pengkhotbah besar, tak urung ia pun mengalami ketakutan akan kegagalan. Dalam masa yang paling sunyi, Robertson seringkali mendapat penghiburan dari kata-kata Shakespeare, Wordsworth dan Coleridge. Namun lambat laun ia merasakan pengarang-pengarang besar itu tidak memuaskannya, sehingga ia menulis, "Aku menjelajahi negeri untuk mencari Allah; menceburkan diri ke hal-hal yang dapat membuatku menemukanNya; membaca kisah hidup Kristus, agar aku dapat mengerti, mengasihi dan menyembahNya." Robertson akhirnya menyimpulkannya dengan kalimat: "Akhirnya aku berbalik dari segala sesuatu kepada Kristus."

Kita mungkin tidak mengalami penderitaan batin dan fisik seperti Robertson. Allah mungkin memberi kita tahun-tahun yang penuh makna sehingga kita dapat berkata, "Pialaku penuh melimpah" (Mazmur 23:5). Namun, bagaimanapun keadaannya, kita seharusnya meresapi kata-kata indah yang ditulis oleh Bernard dari Clairvaux pada abad ke-12: “Yesus, meskipun segala kegembiraan hati, indahnya kehidupan, dan wujud kemurahan hati menyeruak dari bagian dunia ini, kami tetap menghampiri Engkau tanpa kepuasan.”

RH RABU, 4 Juni 2008

Bacaan setahun: Ams. 28-29; Mzm.60; Rm. 16
Ternyata salah! (Amsal 14:7-16)

Seorang ahli anestesi tengah mengontrol campuran oksigen dan gas yang diberikan kepada pasien di rumah sakit di New York. Ketika salah satu tabung yang dihubungkan ke pasien itu kosong, dokter itu menggantinya dengan tabung lain yang jelas bertuliskan "Oksigen." Namun dalam sekejap pasien itu meninggal. Hasil otopsi menunjukkan adanya keracunan gas karbondioksida. Melalui pemeriksaan yang cermat didapati bahwa tabung pengganti tersebut ternyata berisi gas karbondioksida dan telah diberi label yang salah. Perusahaan gas menyangkal telah melakukan kesalahan. Tak seorang pun tahu bagaimana kesalahan fatal ini dapat luput dari pengawasan. Untunglah kesalahan semacam ini tidak sering terjadi. Namun dalam kehidupan rohani, kesalahan seperti ini hampir terjadi setiap saat. Dalam hal keselamatan, banyak orang percaya bahwa mereka akan mencapai surga dengan segala perbuatan baik mereka; padahal betapa pun lurus tampaknya jalan itu, tetapi "ujungnya menuju maut" (Amsal 14:12). Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku" (Yohanes 14:6).

RH SELASA, 3 Juni 2008

Bacaan setahun: Ams. 25-27; Rm. 15
Yang masuk akan keluar (Amsal 10:11-21)

Saya mendengarkan siaran radio selama mengemudi dan membaca buku atau majalah bila sedang menonton televisi. Semua kalimat dan pokok pikiran yang saya dengar dan baca itu semuanya terekam di otak dan menjadi bagian dari diri saya. Lalu, ketika saya menulis atau berbicara, hal-hal itu dapat muncul dengan sendirinya dalam kata-kata atau bahasa saya sendiri.

Kita semua menerima banyak informasi setiap hari, dan hal ini dapat membahayakan. Apa yang kemudian kita lakukan dengan masukan-masukan itu sangatlah penting. Hidup di dunia yang tidak lagi menghargai nilai- nilai kebajikan dapat menghadapkan kita pada hal-hal yang tak berguna. Oleh karena itu, kita harus menghindari hal-hal yang negatif sedapat mungkin dan menolaknya bila kita tidak dapat menghindarinya. Jika kita tidak berpandai- pandai menyaring, pikiran kita akan ikut tercemar. Sebaliknya, jika kita mengalami sukacita dengan apa yang disebut benar, mulia, adil, suci, manis dan sedap didengar (Filipi 4:8), hal-hal inilah yang akan terungkap dalam perkataan kita.

RH SENIN, 2 Juni 2008

Bacaan setahun: Ams. 22-24; Rm. 14
Pelayan yang siap-siaga (Nehemia 4:6-18)
Pernahkah Anda mendengar kisah Minutemen (Orang yang Siap-siaga)? Selama Revolusi Amerika, banyak orang sipil bergabung bersama dan membentuk pasukan yang efektif. Mereka adalah para petani, pedagang, bankir dan pandai besi. Ketika mendengar adanya bahaya, mereka langsung meninggalkan pekerjaan, meraih persenjataan dan berangkat ke medan perang. Mereka telah siap sedia setiap saat. Mereka mengingatkan saya pada pekerja-pekerja di zaman Nehemia yang memegang peralatan kerjanya dengan satu tangan dan tangan lainnya membawa senjata. Bahkan saat bekerja, mereka siap menghadapi segala kemungkinan untuk berperang. Kita pun harus menjadi pekerja-pekerja Allah yang selalu siaga. Kita harus siap sedia setiap saat untuk beraksi.