JADWAL IBADAH

Jumat, 10 Juni 2011
KEBAKTIAN DOA MALAM
Pk. 19.00 Wib
Pembicara: Pdt. Lindawati K.

Sabtu, 11 Juni 2011
KEBAKTIAN WANITA
Pk. 10.00 Wib
Pembicara: Sdri. Susan

KEBAKTIAN PEMUDA
Pk. 18.00 Wib
Pembicara: Gembala Sidang

Minggu, 12 Juni 2011
KEBAKTIAN UMUM
Pk. 07.30; 10.00; 17.00 Wib
Pembicara: Pdt. Andrew B.E
(Disertai Kebaktian Anak)

KEBAKTIAN REMAJA - Pk. 10.00 Wib

RH Minggu, 12 Juni 2011

REHAT DALAM KESIBUKAN (Keluaran 34: 21-28)

Ada minggu-minggu normal, ada minggu-minggu sibuk. Bangsa Israel hidup dalam budaya pertanian. Mereka pun mengenal musim normal dan musim sibuk. Masa yang paling sibuk tentu saja musim membajak dan musim menuai. Pada musim membajak, mereka harus memanfaatkan cuaca yang baik agar dapat menabur pada waktunya. Musim menuai paling ditunggu-tunggu, mendatangkan sukacita, tetapi sekaligus masa bekerja keras. Apabila melewatkannya, berarti tuaian rusak dan sia-sialah jerih payah mereka. Namun, firman Tuhan memerintahkan mereka untuk tetap memelihara hari Sabat, bahkan dalam musim membajak dan musim menuai! Mereka didorong untuk lebih mengutamakan persekutuan dengan Tuhan daripada kesibukan kerja ataupun sukacita karena tuaian yang melimpah. Pada masa normal, kita perlu rehat secara cukup dan teratur. Terlebih lagi pada masa sibuk! Bukan hanya rehat jasmani, melainkan juga terutama rehat rohani: menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan. Dengan itu, kita menyadari kita tidak makan dari roti saja, tetapi juga dari firman-Nya. Kita menemukan Tuhan sebagai sumber kekuatan dan kreativitas dalam berkarya. Rehat pun menjadi rekreasi: masa pemulihan tenaga dan penyegaran jiwa.

RH Sabtu, 11 Juni 2011

TAK AKAN BERKEKURANGAN (1 Raja-raja 17: 8-16)

Sekitar tahun 1964, perekonomian Indonesia mengalami keterpurukan. Meski demikian, sepasang suami istri masih mengulurkan tangan untuk menolong orang yang lebih tak berpunya. Di rumah kontrakan mereka yang sangat sederhana, mereka masih menampung sebuah keluarga untuk sama-sama tinggal di situ. Sampai-sampai, mereka sendiri harus tidur berdesakan dengan sepuluh anak mereka dalam sebuah kamar. Namun, Tuhan memelihara mereka. Dan kini, setelah berpuluh tahun kemudian, anak-anak mereka memiliki kehidupan ekonomi yang jauh lebih baik.

Kita terkadang berpikir bahwa kita mesti menjadi kaya lebih dulu untuk dapat menolong orang lain. Namun, banyak orang sulit merasa dirinya cukup sehingga ia dapat menolong orang lain, sebab pada dasarnya manusia selalu merasa tidak puas dan berkekurangan. Sebaliknya, hati yang mau memberi dan menolong orang lain sesungguhnya tidak pernah bergantung dari berapa banyak yang dimiliki. Sebab tindakan ini lahir dari hati yang mau taat dan mengasihi Tuhan. Dan jangan khawatir, Tuhan akan memelihara orang-orang yang mengasihi Tuhan sedemikian dalam sehingga kita tak akan berkekurangan.

RH Jumat, 10 Juni 2011

HARTA TAK TERNILAI (Mazmur 37: 1-24)

Kenalan dekat saya, seorang pengusaha sukses, merintis usaha baru, yakni persewaan alat berat pertambangan. Ia begitu menggebu dengan usaha baru ini sebab di situ ia bagai mendulang emas. Akibatnya, yang lama jadi tak terurus. Sayang, beberapa waktu kemudian banyak tagihan tak dibayar, bahkan seluruh alat beratnya ditelan mitra bisnis. Meski menang perkara, tetapi surat keputusan hakim tak punya kekuatan menghadapi preman. Ia pun frustrasi, menyesal, marah. Saya mengingatkannya akan masa kecilnya yang miskin dan tak punya apa-apa. Bagaimana ia merintis bisnis dari nol. Saya juga mengingatkan janji Tuhan dalam Mazmur 37:6. Baru kemudian ia menyadari, ada harta lebih besar yang ia sia-siakan selama ini, yakni kekuatan dan penyertaan Tuhan. Harta dunia adalah titipan Tuhan. Ketika berkat datang, kita bersukacita. Akan tetapi, ketika rugi, tertipu, bangkrut, bagaimanakah sikap kita? Kiranya kita meneladani Ayub saat menghadapi kemalangan, "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya, Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil" (Ayub 1: 21). Janganlah hati kita melekat pada harta. Mari berpaut pada Sang Sumber berkat, maka kita takkan berkekurangan.

RH Kamis, 09 Juni 2011

KYRIE ELEISON (Mazmur 6)

Lagu gereja bertema memohon belas kasihan Tuhan dikenal dengan istilah Kyrie Eleison, yang berarti "Tuhan kasihanilah". Lagu ini biasanya dinyanyikan saat umat memohon belas kasihan Tuhan dalam tata ibadah pengampunan dosa. Penulis Mazmur pun tengah memohon belas kasihan Tuhan. Alasannya, karena ia merana (ay. 3). "Merana" diterjemahkan dari bahasa Ibrani umlal yang berarti "lemah atau rentan". Pemazmur mengakui kelemahan dan kerentanan dirinya dalam menghadapi orang-orang yang hendak melakukan kejahatan terhadapnya. Itulah sebabnya ia mengeluh dan menangis sepanjang malam. Yang menarik adalah bahwa dalam situasi seperti itu, pemazmur pertama-tama tidak merancang strategi A, atau B, atau C. Hal yang ia lakukan pertama-tama adalah melibatkan Tuhan dalam situasinya dan mengakui kerentanannya sendiri. Ia membawa persoalannya kepada Allah yang walaupun bisa menghukum dan bisa marah, juga ia yakini penuh kasih setia serta sedia mendengar keluhan; rintihan orang yang lemah dan dijahati sesamanya. Bagi pemazmur, Allah bukan ada di awang-awang. Allah adalah Pribadi yang nyata melakukan pembelaan dan menolong mereka yang umlal, yang lemah dan rentan. Jika Anda sedang resah, datanglah kepada Allah dan dengan jujur memohon. Anda tidak sendirian!

RH Rabu, 08 Juni 2011

MENEMUKAN TUHAN (Ezra 8: 15-23)

Banyak orang berusaha menemukan dan merasakan kehadiran Tuhan dengan mencari mujizat-mujizat atau tanda-tanda ajaib yang besar. Padahal, jika kita berusaha merasakan hadirat Tuhan lewat hal-hal spektakuler saja, akan sangat mungkin sukacita kita hanya bersifat sementara. Sebab setelah sekian waktu, hadirat Tuhan seolah-olah tak lagi dirasakan. Dan, kita bisa mudah menjadi kecewa jika tak segera ada hal spektakuler yang terjadi lagi. Kita dapat belajar dari pengalaman Ezra yang menemukan dan merasakan hadirat Tuhan bukan sebatas pada hal-hal spektakuler yang ia alami. Ia justru menemukan Tuhan dengan memaknai hal-hal kecil, sederhana, sehari-hari, melalui mata imannya.

Mari kita senantiasa membuka hati bagi kehadiran Tuhan secara nyata, dengan selalu mensyukuri hal-hal sehari-hari yang tentu terjadi karena kebaikan dan perkenan Tuhan. Maka, tidak ada hari yang berlalu dengan biasa, sebab selalu ada campur tangan Tuhan yang luar biasa. Temukanlah kehadiran Tuhan melalui hal-hal sederhana dalam keseharian.

RH Selasa, 07 Juni 2011

GIGIH BERKATA YA (2 Timotius 2: 14-26)

Paulus menggambarkan kekudusan sebagai dua proses berkesinambungan. Kekudusan mengandung aspek menjauhi (berkata tidak pada) sesuatu, sekaligus mengejar (berkata ya pada) sesuatu yang lain. Karenanya, berfokus pada aspek berkata tidak pada dosa saja tidak cukup. Biasanya itu akan menjerat kita dalam lingkaran setan berusaha, gagal, berusaha lebih keras, gagal, berusaha lebih keras lagi, gagal lalu frustrasi. Kita perlu melengkapinya dengan berkata ya pada Kristus, dengan menaati kehendak-Nya. Bahkan, inilah seharusnya fokus utama kita. Penyair Scott Cairns mengungkapkan, "Orang yang paling kuat di dunia ini tidak cukup untuk menang atas dosanya sekadar dengan berkata tidak pada dosa itu. Yang kita perlukan ialah anugerah yang membangkitkan kekuatan disertai dengan kesediaan kita untuk berkata ya pada sesuatu yang lain, berkata ya, dan ya, dan ya tanpa henti-henti pada Seseorang, yaitu Kristus." Anda bergumul dengan dosa tertentu? Tentu saja Anda perlu meminta anugerah Tuhan agar mampu menjauhinya. Namun, mintalah pula ide dan kekuatan untuk menemukan dan menjalankan aktivitas yang selaras dengan kebenaran firman-Nya. Dengan demikian, perhatian Anda tidak lagi tertuju pada dosa, melainkan terarah pada kasih dan kekudusan Tuhan.

RH Senin, 06 Juni 2011

100.000 KATA! (Yakobus 3: 1-12)

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa rata-rata setiap orang punya 700 kesempatan untuk berbicara kepada orang lain setiap hari. Dan, orang yang banyak bicara memakai 12.000 kalimat atau kira-kira 100.000 kata dalam sehari! Bayangkan, berapa masalah yang timbul dalam sehari oleh 100.000 perkataan, dan berapa banyak berkat yang dihasilkannya?

Hati-hati dengan perkataan! Ada banyak orang terluka karena kata-kata yang tidak tepat dan tidak bijaksana. Tuhan menghendaki kita benar-benar bertanggung jawab atas setiap kata yang kita ucapkan, sementara selama ini mungkin kita tak peduli dengan kata-kata yang meluncur dari mulut kita. Tuhan menghendaki agar yang keluar dari mulut kita itu adalah kata-kata yang manis, menguatkan, membangun, dan bisa menjadi berkat bagi orang yang mendengarnya. Untuk menjaga perkataan memang bukan hal mudah, tetapi kalau kita mau melatih lidah dan perkataan kita untuk mengucapkan hal-hal yang baik dan benar, yakinlah bahwa itu akan meminimalkan kesalahan dari perkataan-perkataan yang keluar dari mulut kita.

Artikel

Berkat Yang Terabaikan

Suatu ketika sebuah pedati melintasi hutan dengan cepat dan hal itu membuatnya kehilangan salah satu jari-jari rodanya. Karena terburu-buru, pemilik pedati itu mengabaikan jari-jari yang terlepas itu, tapi ternyata tanpa satu jar-jari, roda di sebelah kanannya tidak bisa berjalan dengan baik. Kini pemilik pedati itu bingung di bagian hutan mana hendak dicarinya jari-jari itu. Pedati itupun berbalik arah menyusuri jejak yang telah dilaluinya. Pemiliknya mulai memperhatikan apa yang telah dilaluinya sambil bertanya kepada yang dijumpainya. Dihampirinya rumput-rumput liar, bunga-bunga cantik, burung-burung yang berkicau, semut-semut yang sedang mengumpulkan makanan, serangga kecil yang berterbangan dan kerikil-kerikil yang ada di sepanjang jalan. Semua keindahan alami itu terabaikan saat ia melintasi jalan tersebut dengan sangat cepat, sehingga ia tidak sempat menikmati ciptaan Tuhan di sepanjang jalan yang dilaluinya. Semua terasa berbeda, kini semuanya tampak menyenangkan. Rerumputan dan ilalang melambai-lambaikan tangan kepadanya; bunga-bunga menebarkan keindahan dan keharuman yang menyegarkan; semut-semut kecil berbaris sambil memberi salam; sayap serangga-serangga kecil bergetar, suaranya seperti genderang yang ditabuh; begitu pula dengan batu-batu di pinggir jalan yang tampak lebih indah tatkala diterpa sinar matahari. Semuanya sangat ramah kepadanya. Setelah lama berjalan akhirnya pemilik pedati itu menemukan kembali jari-jari rodanya yang hilang. Hari itu si pemilik pedati mengambil keputusan bahwa ia tidak akan tergesa-gesa dan berjalan terlalu kencang lagi dalam setiap perjalanan yang dilakukannya.

Kita seringkali berlaku seperti pemilik pedati yang berjalan terlalu kencang. Hati dan pikiran yang dipenuhi oleh target membuat kita terus berlari tanpa pernah menikmati apalagi mensyukuri berkat-berkat kecil yang menghampiri kita setiap hari. Kita kerap mengabaikan hal-hal kecil yang terjadi di setiap menit kehidupan kita, padahal itu akan memberi keindahan tersendiri dalam relung hati kita. Seringkali kesibukan membuat kita mengabaikan senyuman di bibir anak-anak kita; makan malam atau kejutan yang telah disiapkan oleh pasangan kita; atau telepon orangtua yang kita anggap membosankan. Kesibukan dan target membuat kita tidak lagi membelikan makanan kesukaan anak-anak kita; tidak memenuhi kerinduan belahan jiwa kita; atau mendoakan pergumulan orangtua dan saudara kita.

Berdiam dirilah sejenak.... ambilah waktu untuk menyelusuri waktu-waktu yang sudah kita lalui, supaya kita dapat menikmati keindahan anugerah yang Tuhan curahkan setiap hari. Adalah berkat yang besar jika kita masih bisa bernafas tanpa menggunakan tabung oksigen; adalah berkat yang besar jika kita masih bisa melihat anak-anak kita bertumbuh dengan sehat; dan adalah berkat yang besar jika kita masih memiliki orangtua yang bisa memperhatikan kita serta menasihati kita. Syukurilah berkat-berkat Tuhan yang kita nikmati setiap hari.

Artikel

Belajar dari Keterbatasan

Waktu dalam hidup itu harus dipakai sedemikian rupa sehingga setiap hari kita dapat mencapai sesuatu yang baik. Ada orang yang berdalih bahwa waktu yang ada ini tidaklah cukup untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tetapi apakah benar 24 jam sehari adalah waktu yang sedikit, sehingga kita tidak punya waktu untuk hal-hal penting lainnya, seperti menjalin hubungan dengan Tuhan atau dengan orang terdekat kita?

Ada tiga langkah yang dapat kita lakukan jika kita mau membuat jadwal yang baik:

1. Urutkan prioritas. Jika semua kegiatan harus dilakukan pada hari ini tentu waktu tidak akan cukup, jadi buatlah pilihan. Apa yang memang penting dan apa yang tidak penting. Apa yang memang bersinggungan dengan arah hidup kita, itulah yang kita prioritaskan. Orang yang sudah berkeluarga harus memprioritaskan keluarganya, dan bukan pekerjaannya. Seorang pekerja wajib memprioritaskan pekerjaannya dan bukan hobinya, kecuali jika pekerjaannya adalah hobinya juga. Siapa mengerjakan tanahnya, akan kenyang dengan makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia, tidak berakal budi (Ams. 12: 11).

2. Ringankan pendirian kita. Kadang kita sudah membuat jadwal tetapi ada saja hal-hal lain yang tiba-tiba menginterupsi untuk dilakukan. Jangan terlalu terkekang dengan jadwal tersebut, sebab tidak selalu semua kegiatan dalam daftar harus dikerjakan. Tidak ada yang memaksa kita untuk melakukannya, dan kita juga tidak akan kehilangan nyawa jika kita tidak melakukannya. Janganlah kita stress karena beban yang kita paksakan sendiri. Cobalah untuk tidak terlalu kuatir jika dalam jadwal ada hal-hal yang tidak sempat dikerjakan, sebab hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang (Ams. 17: 22).

3. Percaya pada Tuhan. Saat keadaan mulai tidak terkendali, percayalah pada Tuhan seperti yang Daud lakukan dalam 1 Samuel 30: 6, “Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu… Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya.”

Stress adalah pertanda bahwa kita mulai mengandalkan kekuatan kita sendiri, atau melihat kepada permasalahan kita dari sudut pandang kita yang terbatas. Penyebab terbesar stress adalah karena kita terlalu serius sama diri sendiri dan kita tidak serius dengan Tuhan.

Artikel

Pertolongan Tuhan

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8 : 28)

Pada suatu ketika, ada sebuah kapal yang tenggelam diterjang badai. Semuanya porak poranda, tidak seorangpun yang tersisa, kecuali seorang pria yang berhasil menemukan pelampung. Tetapi, nasib baik belum berpihak pada pria ini. Ia terdampar pada sebuah pulau kecil yang tidak berpenghuni, sendiri tanpa makanan.

Ia terus berdoa kepada Tuhan agar menyelamatkannya. Setiap saat ia memandang ke seluruh penjuru cakrawala dan berharap ada sebuah kapal yang merapat. Sayang sekali bahwa pulau tersebut terlalu terpencil dan tidak ada kapal yang melewatinya.

Tidak lama kemudian, pria ini pun lelah untuk berdoa. Kemudian ia menghangatkan badannya, membuat perapian sambil mencari kayu dan pelepah kelapa untuk tempat beristirahat. Dibuatnya sebuah rumah-rumahan sederhana, tetapi kokoh dan dapat bertahan lama, sekedar untuk melepas lelah.

Keesokan harinya, pria malang ini berusaha mencari makanan. Dicarinya buah-buahan untuk pengganjal perutnya yang lapar. Semua pelosok pulau pun dijelajahinya, kemudian ia kembali ke gubuk. Tetapi, dengan sangat terkejut ia melihat bahwa semuanya telah terbakar dan rata dengan tanah. Gubuk tersebut terbakar karena perapian yang lupa dipadamkan. Asap membumbung tinggi, dan menghilanglah semua hasil kerja kerasnya selama seharian.

Pria ini berteriak keras dan marah,"Tuhan, mengapa Kau lakukan hal ini kepadaku. Mengapa? Mengapa?" Ia terus berteriak dengan suara melengking menyesali nasibnya.

Tiba-tiba terdengar bunyi peluit kapal. Tuiiittt......Tuiiit.... Ternyata ada sebuah kapal yang datang. Kapal tersebut mendekati pantai, kemudian tampak beberapa orang menghampiri pria yang sedang menangisi gubuknya.

Pria tersebut terkejut, dan ia bertanya, "Bagaimana kalian bisa tahu bahwa aku ada di sini?" Seorang awak kapal menjawab,"Kami melihat simbol asap yang kau buat."

Dalam setiap hal yang kau hadapi, yakinlah bahwa Tuhan itu baik dan setia. Rencana Tuhan itu indah pada waktunya.

Ringkasan Khotbah Minggu, 29 Mei 2011

Anugerah
(Roma 5: 1)


Anugrah adalah pemberian Allah secara cuma-cuma kepada manusia yang sebenarnya manusia tidak layak menerimanya. Ketidaklayakan manusia dilihat dari aspek keberdosaan manusia di hadapan Allah. Manusia yang berdosa tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri dari hukuman, yaitu maut/kematian. Tetapi karena anugrah Allah, manusia dipulihkan dan diselamatkan sehingga mendapatkan kehidupan dari Allah. Ada beberapa hal penting yang terkandung dalam anugrah Allah yang menyelamatkan manusia. Secara sederhana disingkat dengan istilah tiga ”P” yaitu:
1. Pembenaran. Definisi pembenaran adalah tindakan Allah secara hukum yang menyatakan bahwa kita yang berdosa telah dibenarkan. Bagaimana seorang berdosa masuk dalam Kerajaan Sorga jika ia tidak dibenarkan? Karena pembenaran yang dilakukan oleh Allah sehingga Allah mengubah status kita dari orang yang berdosa menjadi orang benar. Bila manusia tidak dibenarkan maka maut/kematian yang akan diterima atas dosa sebagai ganjarannya (Rm. 6: 23a). Kematian ada tiga fase yaitu; kematian rohani, fisik, dan kekal.

Hanya karena Yesus Kristus saja manusia dibenarkan oleh iman. Bagi setiap orang yang beriman kepada Yesus Kristus memiliki jaminan yang pasti akan keselamatan.
2. Pengadopsian. Arti adopsi adalah diambil atau diangkat dari yang bukan apa-apa menjadi anak-anak Allah. Dalam Yohanes 1: 12a bahwa setiap orang yang menerimannya diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Orang yang telah diadopsi mengalami proses kelahiran baru, artinya telah meninggalkan manusia lama dan menjadi manusia baru. Kelahiran baru adalah suatu keharusan, jika tidak demikan konsekwensinya adalah tidak akan dapat melihat dan masuk dalam Kerajaan Allah (Yoh. 3: 5-7). Orang yang telah dilahirkan baru akan memiliki buah roh dalam dirinya yaitu perubahan karakter secara progresif.
3. Penganugrahan hak waris. Sebagai orang yang telah dibenarkan dan diangkat menjadi anak-anak Allah maka kita juga akan mendapatkan penganugrahan hak waris dari Allah di dalam kemuliaan-Nya. Berpindahnya status kita dari orang berdosa menjadi ahli waris dalam Kerajaan Sorga.

Setiap kita orang percaya telah diadopsi, dibenarkan, dan dianugrahkan menjadi ahli waris-Nya. Inilah anugerah bagi setiap kita yang percaya kepada-Nya. Amin

By: Pdt. Gideon Trisno - Minggu, 29 Mei 2011