RH Minggu 24 Januari 2010

Minggu, 24 Januari 2010
Menghormati Allah (1 Samuel 24: 1-23) Daud adalah orang yang sangat menghormati Tuhan. Ini terbukti saat ia membiarkan Saul tetap hidup, meski ia berkesempatan membunuh Saul. Sesungguhnya itu adalah kesempatan emas untuk membunuh Saul, yakni ketika ia membuang hajat di sebuah gua, sedang Daud dan orang-orangnya berada di bagian belakang gua itu (ayat 4). Namun, Daud tidak melakukannya meski ia sudah bisa memotong punca jubah Saul dengan diam-diam.

Bagi Daud, Saul bukan pemimpin yang baik. Akan tetapi, Daud menghormati Allah, yang memiliki otoritas atas terpilihnya Saul. Dalam hidup kita sehari-hari, hal ini memang tak mudah diterima, apalagi jika kita memang berada di posisi yang benar, sementara pemimpin kita telah berlaku tidak benar dan tidak adil. Bagaimanapun, kita harus menghormati Allah yang berdaulat memilih orang-orang yang diurapi-Nya. Setidaknya kesadaran ini akan menghindarkan kita dari keinginan untuk bertindak dengan cara kita sendiri yang tidak sesuai dengan perkenan Allah. Menghormati Allah berarti menghargai juga orang yang dipilih-Nya.

RH Sabtu 23 Januari 2010

Sabtu, 23 Januari 2010
Pertanyaan Yesus (Yahanes 21: 15-19) Petrus pernah menyangkal Yesus 3 kali. Lalu 3 kali pula Yesus bertanya kepadanya, apakah Petrus mengasihi-Nya. Pertanyaan Yesus ditanyakan sampai 3 kali, karena pertanyaan itu demikian penting bagi Yesus. Bahwa Petrus mengasihi-Nya dan mengasihi-Nya dengan sungguh-sungguh, lebih dari apa pun yang dikasihi Petrus. Yesus tidak menghakimi Petrus, bukan pula menyindir atau memojokkannya. Yesus sangat mengasihi Petrus. Dia ingin Petrus terus mengingat bahwa yang terpenting bagi Yesus adalah bahwa Petrus selalu mengasihi-Nya. Jika Petrus mengasihi Yesus, ia akan menggembalakan domba-Nya; ia akan setia; ia akan melayani.

Orang merasa bahwa apa yang penting adalah apa yang ia lakukan; apa talentanya; apa saja yang ia capai. Ada pula yang merasa dirinya penting karena orang lain menghargainya, memandang dan mengerti pencapaian yang ia raih. Apa pun yang kita capai dalam hidup ini tidak akan ada artinya jika kita tidak mengasihi Yesus. Apabila kita mengasihi-Nya, maka dari kasih itu akan lahir pengabdian, pengorbanan, dan kesetiaan untuk melayani Dia.

RH Jumat 22 Januari 2010

Jumat, 22 Januari 2010
Lewat Batas (1 Samuel 2: 12-17) Seorang pekerja asing mengaku kaget waktu pertama kali datang ke Jakarta. Ia melihat banyak iklan rokok bertebaran di bandara maupun jalan-jalan raya. Padahal, di hampir 170 negara di dunia, pemasangan iklan rokok dilarang di ruang publik, untuk mencegah orang menjadi pecandu rokok. Kita, di Indonesia, sudah sangat terbiasa melihat iklan rokok, sehingga tidak lagi merasa itu salah. Apa yang di mata dunia salah, sudah kita anggap lumrah! Kedua anak Eli disebut “orang dursila” karena kelancangan yang kelewat batas. Perilaku dursila ini tidak terbentuk dalam semalam. Mula-mula mereka “hanya” mengambil sebagian daging korban yang sedang dimasak umat untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Padahal menurut aturan, daging baru boleh diambil sesudah selesai dipersembahkan. Saat itu Imam Eli tidak tegas menegur. Karena dibiarkan, lama-kelamaan keduanya makin nekat. Perbuatan anak-anak imam ini sudah jelas salah, tetapi keduanya menganggap itu lumrah. Dosa yang dibiarkan bisa membutakan hati nurani. Membuat kita berani melakukannya terang-terangan tanpa rasa bersalah lagi. Kita perlu menjaga hati dengan segala kewaspadaan dan sering introspeksi. Dari situ kita akan disadarkan jika ada yang tidak beres. Ketika dosa sudah dianggap lumrah, kita kehilangan rasa bersalah.

RH Kamis 21 Januari 2010

Kamis, 21 Januari 2010
Dokter Dermawan (Kisah Para Rasul 9: 36-42) Dokter Lo Siaw Ging dari Solo, Jawa Tengah, terkenal dermawan. Ia merawat dan mengobati pasiennya tanpa menetapkan tarif, dan sebagian besar pasiennya malah tidak dikenai biaya. Lebih jauh lagi, ia bersedia menanggung biaya pembelian obat dan biaya perawatan di rumah sakit bagi pasien yang tidak mampu. Menjadi dokter, bagi Lo, adalah sebuah anugerah. Ia juga mengingat baik-baik nasihat ayahnya, “Kalau mau jadi dokter, ya jangan dagang. Kalau mau dagang, jangan jadi dokter.” Sikap ini membuatnya dicintai dan dihormati warga sekitar. Ketika terjadi kerusuhan pada 1998, penduduk setempat berinisiatif menjaga tempat praktiknya.

Pekerjaan kita tidak lain ialah mimbar untuk mewartakan kebaikan Tuhan. Dia tidak hanya memakai pengkhotbah hebat seperti Petrus dan Paulus, tetapi juga orang yang bermurah hati menggunakan talentanya untuk memberkati sesama seperti Dorkas. Marilah kita, seperti dokter Lo, mengikuti teladan Dorkas.

RH Rabu 20 Januari 2010

Rabu, 20 Januari 2010
Memaafkan lewat Perbuatan (Filemon 1: 8-17) Tanggal 13 Mei 1981 dunia gempar dengan peristiwa ditembaknya Paus Yohanes Paulus II di Lapangan Santo Petrus Vatikan. Penembaknya Mehmet Ali Agca. Paus menderita luka serius dan nyaris meninggal. Sesaat sebelum jatuh pingsan, Paus sempat berkata, “Ya Tuhan, ampunilah dia.” Empat hari kemudian setelah mulai pulih, secara terbuka Paus menyatakan memaafkan perbuatan Agca. Dua tahun sesudahnya, Paus mengunjungi Agca di Penjara Rebbibia, Roma. Ia berbicara dari hati ke hati dengan orang yang pernah hendak membunuhnya itu. Ia menegaskan kembali telah memaafkan Agca. Tahun 2000 Paus meminta pengampunan bagi Agca kepada Pengadilan Roma, yang membuatnya hanya menjalani 19 tahun dari masa hukuman seumur hidup. Memaafkan memang tidak cukup hanya diucapkan di mulut, perlu juga ditampakkan dalam perbuatan. Memaafkan dengan ucapan barulah separuh perjalanan, sepauhnya lagi memaafkan dengan perbuatan.

RH Selasa 19 Januari 2010

Selasa, 19 Januari 2010
Sekantung Uang Jatuh (2 Korintus 9: 6-15) Sekantung besar uang jatuh ke pangkuan Damian, bo---cah berumur 8 tahun. Karena meng----anggap uang itu dikirim oleh Tuhan, Da--mian, berupaya menggunakan uang itu un--tuk memberkati sesama, terutama me-no-long orang-orang miskin. Anthony, ka-kak--nya yang berusia 10 tahun, meng---anggap uang itu sekadar sebagai du-rian runtuh; suatu keberuntungan yang tak ter-duga. Ia hanya ingin berfoya-foya de-ngan uang itu. Perbedaan sikap kakak adik itu men-ja-di benang merah film Millions karya Dan-ny Boyle. Film itu dengan jujur memperlihatkan bahwa memper-gu-na-kan uang secara murah hati tak jarang malah lebih pelik daripada meng-hambur-hamburkannya secara tidak bertanggung jawab. Kalau kita meneliti Alkitab, akan jelas bahwa Tuhan tidak meng-hen-daki kita menghambur-hamburkan uang. Dia juga tidak mau kita me--nimbun harta dan mengandalkan banyaknya kekayaan sebagai pe--nopang rasa aman. Tuhan mau kita belajar mengembangkan kedermawanan. Semakin besar jumlah uang yang kita terima semakin besar tanggungjawab untuk memakainya dengan bijak.

RH Senin 18 Januari 2010

Senin, 18 Januari 2010
Kehilangan Momen (Lukas 10: 38-42) Sekelompok turis diberi waktu 30 menit untuk menyaksikan mataha-ri terbit di puncak gunung. Begitu fajar tiba, semua sibuk berfoto. Akibatnya, me-re-ka tidak sempat berdiam diri untuk me-nyak-sikan indahnya momen itu; saat sinar ma-tahari perlahan-lahan menerangi gu-nung dan lembah; me-nikmati hangatnya matahari pagi me-ner-pa wajah. Para turis pulang dengan ha-nya membawa koleksi foto, tetapi kehi-lang--an momen terindah! Mereka pernah ke sa--na, tetapi tak pernah sungguh hadir di sa-na. Tuhan kerap memberi momen yang indah kepada kita. Momen untuk beribadah di gereja. Momen untuk bercengkerama bersama keluarga. Momen untuk menyaksikan keindahan alam ci-p-ta-an Tuhan. Pastikan anda benar-benar hadir dan menikmati tiap mo-men. Jangan sampai kesibukan anda merusak momen itu. Sebuah kehadiran jauh lebih berkesan daripada sejuta kenang-kenangan.

ARTIKEL

HADIAH BAGI YANG MERENDAHKAN HATI

Tuhan sangat menyukai orang yang sungguh rendah hati. Booker T. Washington, seorang pendidik berkulit hitam yang terkenal, adalah salah satu contohnya. Tatkala ia menjadi pimpinan pada Institut Tuskegee di Alabama, ia senang berjalan-jalan di pinggir kota. Suatu hari ia dihentikan oleh seorang wanita kaya kulit putih. Karena tak mengenal Washington, maka ia menawarkan apakah laki-laki kulit hitam itu mau ia beri upah dengan memotongkan kayu untuknya.

Setelah mengingat bahwa tak ada urusan mendesak pada saat itu,maka Profesor Washington menyatakan kesediaannya. Ia tersenyum, menggulung lengan baju, dan mulai mengerjakan pekerjaan kasar yang diminta wanita tadi. Kemudian ia membawa kayu-kayu itu ke dalam rumah dan meletakkannya di dekat perapian.

Seorang gadis kecil yang mengenalnya, kemudian mengatakan kepada wanita itu siapa Pak Washington sebenarnya. Keesokan harinya wanita tadi dengan perasaan malu datang ke kantor Washington untuk meminta maaf : "Tak apa-apa, Nyonya, saya sangat senang dapat menolong anda". Wanita tadi dengan hangat menjabat tangan Pak Washington dan mengatakan bahwa perilaku Washington yang sangat terpuji itu tertanam dalam hatinya. Tak lama kemudian wanita tadi menyatakan penghormatannya dengan menyumbang beribu-ribu dolar untuk Institut Tuskegee.
Ingatlah bahwa mengerjakan sesuatu tanpa pamrih akan membuat anda dihormati manusia dan disayangi Allah. Ini merupakan hadiah sejati atas kerendahan hati. Tak ada pakaian yang lebih pantas bagi kita selain jubah kerendahan hati.

KOTBAH

Tiga Alasan Tetap Berharap
(Mazmur 73: 1-22)

Perjalanan kehidupan orang percaya terkadang diwarnai dengan keluh kesah dan pergumulan, seperti yang dialami oleh Asaf. Bahkan Asaf hampir saja meninggalkan Tuhan pada saat melihat orang fasik hidup nyaman & mujur dibandingkan dengan orang benar. Ketika kita memiliki masalah dan pergumulan masuklah ke dalam ruang mahakudus Allah. Pada saat kita mencari dan memandang hanya kepada Tuhan, maka kita akan memiliki perspektif yang berbeda terhadap masalah yang kita hadapi. Dalam ruang mahakudus Allah, kita akan memiliki pengharapan akan yang baik. Tiga alasan mengapa kita harus tetap memiliki pengharapan, yaitu:
1. Karena Tuhan selalu memperhitungkan semua yang kita lakukan dan percayai (ay. 23a). Terkadang jalan Tuhan tidak dapat kita pahami dan kita mengerti. Tetapi jalan Tuhan dapat kita percayai. Apa pun yang kita lakukan tetap harapkan Tuhan. Kalau kita memiliki pengharapan, kita akan memiliki gairah dan semangat untuk melangkah melalui hari-hari kita.
2. Karena Tuhan selalu ada dan hadir di setiap permasalah kita (ay. 23b – 24a). Tuhan tidak hanya peduli atas kita, tetapi Tuhan ada di dalam kita. Hal ini yang membuat kita memiliki keberanian untuk terus mengandalkan-Nya.
3. Karena pasti akan ada waktunya pertolongan itu akan datang (ay. 24b). Pembelaan Tuhan itu seperti mentari pagi yang tidak akan pernah terlambat bersinar. Kalau Tuhan telah menentukan waktunya untuk mengangkat seseorang, maka tidak akan ada yang bisa menggagalkannya.

Responi setiap Firman Tuhan yang kita dengar, tetaplah berharap kepada Tuhan dan setialah maka akan tiba waktunya bagi kita masa pemulihan dan pertolongan Tuhan ada bagi kita. Sekalipun semua yang ada di sekeliling kita tampak mengecewakan, tetaplah percaya maka kita akan melihat rencana Tuhan tergenapi dalam hidup kita. Amin

Pdm. Handoko - Minggu, 10 Januari ‘10