JADWAL IBADAH

KEBAKTIAN DOA MALAM
JUMAT , 14 Januari 2011
Pk. 19.00 Wib
Pembicara: Pdt. Hadi Sugianto Lie

KEBAKTIAN WANITA
SABTU, 15 Januari 2011
Pk. 10.00 Wib
Pembicara: Gembala Sidang

KEBAKTIAN PEMUDA
SABTU, 15 Januari 2011
Pk. 18.00 Wib

Pembicara: Sdri. Lukki

KEBAKTIAN UMUM
MINGGU, 16 Januari 2011
Pk. 07.30; 10.00; 17.00 Wib
Pembicara: Gembala Sidang
(Disertai Kebaktian Anak)

KEBAKTIAN REMAJA – Pk. 10.00 Wib



RH Minggu, 16 Januari 2011

TIDAK HARUS SPEKTAKULER (1 Raja-raja 19: 9-13)

Seorang teman saya berkata, "Hidup saya ini biasa-biasa saja. Saya tidak pernah merasakan pengalaman rohani yang luar biasa; sesuatu yang menakjubkan, yang bisa membuat saya atau orang lain yang tahu tercengang. Karena itu, tidak ada yang bisa saya ceritakan sebagai kesaksian." Bisa jadi banyak orang seperti teman saya itu, yang menganggap pengalaman rohani, atau pengalaman dengan Tuhan, mesti dalam wujud kejadian-kejadian yang luar biasa, hebat, di luar akal. Pokoknya kejadian yang spektakuler.

Padahal, sebetulnya pengalaman dengan Tuhan juga bisa kita nikmati dalam peristiwa biasa dan sehari-hari. Ya, melalui kejadian-kejadian keseharian kita pun dapat merasakan pengalaman dengan Tuhan. Seperti ketika kita bangun dari tidur dan menghirup udara segar, atau ketika melihat anak-anak yang tengah bermain gembira. Masalahnya, maukah kita membuka mata hati kita untuk melihat dan merasakan kehadiran Tuhan di sana? Kehadiran Tuhan bisa kita rasakan dan alami dalam kejadian sehari-hari.

RH Sabtu, 15 Januari 2011

RELA DIGANGGU (Matius 14: 13-16)

LaShanda Calloway sedang berbelanja di sebuah pertokoan di Wichita, Kansas, saat ia bertengkar dengan seseorang. Tiba-tiba sebuah pisau menusuk tubuhnya. Ia terkapar sekarat di lorong pertokoan itu. Hasil rekaman kamera pemantau menunjukkan, selama masa kritis, ada lima orang yang melangkahi tubuhnya, lalu asyik melanjutkan belanja. Satu orang berhenti sebentar, memotretnya dengan kamera telepon genggam, lalu meninggalkannya. Pada jam sibuk itu, tak seorang pun tergerak menolong. Akhirnya, Calloway mati.

Kesibukan kerap membuat kita tak sudi diganggu. Dengan alasan "jadwal padat", kita menutup telinga terhadap jeritan sesama. Ini bertolak belakang dengan sikap Yesus. Yesus rela diganggu. Apakah Anda juga begitu? Mudahkah hati Anda tergerak oleh rasa belas kasihan, ketika melihat orang yang sangat membutuhkan kehadiran dan perhatian Anda? Ataukah dengan alasan sibuk, Anda jalan terus dengan rencana semula-tanpa rasa bersalah, seperti lima orang yang melangkahi tubuh Calloway? Berbahagialah orang yang siap diganggu karena ia bisa menyentuh hidup sesama.

RH Jumat, 14 Januari 2011

BATAS (Yosua 15: 1-12)

Siapa yang tidak suka bermain? Sejak kecil kita akrab dengan kegiatan bermain. Permainan fisik, misalnya olahraga. Permainan otak yang mendidik. Atau, permainan yang membangun kebersamaan. Semua permainan memiliki aturan main. Ada batas-batas yang mengendalikannya. Lapangan badminton punya garis pembatas. Sepakbola punya batas waktu. Langkah-langkah tertentu membatasi permainan di papan catur. Permainan kelereng pun dibatasi cara bermain yang disepakati bersama. Melanggar batas berarti mengacau permainan, dan akan kena sanksi.

Tuhan mencipta kita dengan banyak aspek hidup yang masing-masing juga ada batasnya. Kehidupan bersama akan berjalan baik hanya jika batas-batas itu disadari, dihormati, dipelihara. Makan ada batasnya. Berbicara ada batasnya, tak asal buka mulut. Bekerja mengenal batas kemampuan, waktu, peraturan. Pergaulan sehat dibatasi kesopanan dan tata susila. Hidup ini seperti sebuah permainan, semua harus bermain dalam batas-batas aturan mainnya. Sudahkah kita menyadari, menghormati, dan memelihara batas-batas dalam kehidupan kita?

RH Kamis, 13 Januari 2011

MALAS BEKERJA (2 Tesalonika 3: 1-15)

Seorang pemuda mencatat kegiatannya sepanjang hari. Ini hasilnya: pukul 6.00 berbenah, berangkat kerja pukul 7.00. Tiba di kantor pukul 8.00, membuka email dan membaca berita. Pukul 9.00 berhenti untuk mengobrol dan baru bekerja pukul 10.00. Pukul 10.30 menikmati kudapan dan kembali bekerja pukul 11.30. Pukul 11.30 bersiap makan siang, keluar pukul 12.00 untuk makan, kemudian kembali bekerja pukul 13.00 sambil mengantuk atau mengobrol. Pukul 15.00, kudapan lagi. Lalu 30 menit berikutnya bersiap pulang. Pulang pukul 16.00. Sesampainya di rumah pada pukul 17.00, ia gunakan untuk bersantai. Makan malam pukul 19.00, dilanjut bermain video game atau menonton televisi. Baru berangkat tidur pukul 23.00. Jadi, total ia bekerja hanya sekitar 3 jam setiap hari, belum dipotong waktu mengantuk dan mengobrol.

Secara seimbang, Tuhan memerintahkan kita beristirahat dan menikmati hasil pekerjaan kita. Namun, kita bertanggung jawab mengerjakan tugas kita dengan setia di hadapan Tuhan. Kemalasan adalah pengingkaran terhadap tanggung jawab tersebut. Selain itu, seperti kata penulis Amsal, kemalasan itu merusak hidup kita.

RH Rabu, 12 Januari 2011

TIDAK MENGHIRAUKAN (Zakaria 1: 1-6)

Ada beberapa kata dalam bahasa Ibrani yang mewakili kata mendengar. Dua di antaranya adalah qashab dan azan. Kedua kata ini memiliki pengertian harfiah yang mirip, yakni "memberikan telinga" untuk mendengar dan memperhatikan. Juga berhubungan dengan kata "taat dan mengambil tindakan". Jadi, bukan sekadar mendengar, melainkan juga memperhatikan dengan saksama dan menanggapinya dengan ketaatan dan tindakan. Ada tiga kelompok orang berkaitan dengan mendengar. Pertama, orang yang mendengar dan memperhatikan lalu menanggapinya dengan ketaatan. Kedua, orang yang mendengar, tetapi setelah itu lupa apa yang didengar. Ketiga, orang yang sama sekali tidak menghiraukan. Termasuk kelompok manakah Anda? Cara paling mudah untuk menilainya adalah tatkala kita sedang mendengarkan firman Tuhan dalam ibadah. Apakah kita antusias mendengarkan firman Tuhan karena membutuhkan petunjuk hidup baru? Atau, kita hanya mendengar lalu lupa setelah keluar dari pintu gereja? Atau, jangan-jangan kita lebih asyik bermain handphone atau membaca warta jemaat tatkala firman Tuhan disampaikan? Silakan menguji diri sendiri.

RH Selasa, 11 Januari 2011

AKIBAT DIMABUK KEKUASAAN (Matius 2: 16-18)

Pada satu sisi, Herodes sebetulnya raja yang baik. Selama hampir empat puluh tahun bertakhta, ia berhasil menciptakan perdamaian dan menjaga ketertiban di Kanaan. Ia jugalah yang membangun Bait Allah di Yerusalem. Pada masa-masa sulit yang melanda negerinya, ia memerintahkan penurunan pajak, sehingga rakyat tertolong. Bahkan, ketika terjadi kelaparan hebat, ia tidak segan-segan menggunakan persediaan emasnya untuk membeli gandum bagi rakyatnya yang kelaparan. Namun di sisi lain, kalau sudah menyangkut kekuasaan, ia sangat keras dan "berdarah dingin". Ia tidak ingin orang lain menyaingi, apalagi melebihi kekuasaannya. Demi kekuasaannya, ia tega membunuh istrinya (Mariamne), ibunya (Alexandra), dan tiga anaknya (Antipater, Alexander, dan Aristobulus). Ia seorang paranoid (selalu menaruh takut serta curiga terhadap orang lain). Ketakutan terbesarnya: kehilangan kekuasaan. Karenanya ia akan menghalalkan segala cara untuk mempertahankannya. Begitulah orang kalau sudah dimabuk kekuasaan; akal sehat tumpul, hati nurani tidak berfungsi. Ini bisa terjadi juga dalam lingkup lebih kecil; di kantor (atasan takut tersaingi bawahan), di gereja (pendeta senior takut tersaingi yuniornya), di rumah (suami takut disaingi istri). Akibatnya, ketidaksejahteraan, pertentangan, perpecahan. Semoga kita dijauhkan dari mabuk kekuasaan.

RH Senin, 10 Januari 2011

MOTIVASI (1 Timotius 1: 12-17)

Untuk menyelenggarakan sebuah acara besar, panitia acara merekrut sejumlah sukarelawan untuk membantu. Namun, tidak lama kemudian para relawan mulai mengeluh. Baik soal makanan yang kurang enak, tempat istirahat yang kurang nyaman, jam tugas yang panjang, dan lain-lain. Setelah diselidiki, ternyata banyak dari para sukarelawan yang bergabung karena paksaan. Sebagian lagi bergabung karena mencari fasilitas. Dengan motivasi demikian, tak heran kalau mereka mudah mengeluh ketika bekerja. Motivasi memang sangat menentukan sikap kita dalam mengerjakan sesuatu. Jika motivasi kita benar, kita pasti bekerja dengan serius, setia, dan tidak mudah mengeluh.

Ketika waktu berjalan, motivasi bisa berubah. Sebab itu, penting bagi kita untuk memeriksa lagi motivasi kita, khususnya dalam melayani Tuhan. Sudahkah kita melandasinya dengan rasa cinta, syukur, dan pengabdian kepada Tuhan dan umat-Nya? Atau, masih karena terpaksa, ingin dikenal orang, hendak mencari pasangan hidup, atau alasan lain? Kiranya setiap pelayanan kita selalu berkenan di hadapan Tuhan dan sungguh menjadi berkat bagi orang lain.

HUMOR

Piano dan Saxophone

Kalpin membelikan istrinya, Desi, sebuah piano untuk hadiah ulang tahunnya.
Beberapa minggu kemudian, Ipunk, teman Kalpin bertanya mengenai Desi dan pianonya itu.

"Oh," keluh Kalpin, "Aku akan membujuknya untuk menukarkan piano itu dengan sebuah saxophone."
"Lho.... memangnya kenapa?" tanya Ipunk.
"Karena.... dia tidak mungkin dapat memainkan saxophone sambil bernyanyi!"

Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang. (1 Petrus 3: 7)

Artikel

Selaras Dengan Allah

Di suatu negara di Barat hiduplah seorang gembala yang memiliki sebuah biola. Karena ia bukanlah seorang pemusik maka setiap kali memainkannya, nada-nada itu terasa sumbang terdengar. Ia tidak tahu bagaimana cara menyelaraskan nadanya sampai pada akhirnya ia pun menuliskan sebuah surat ke salah satu stasiun radio. Di dalam isi suratnya, ia meminta orang radio tersebut untuk memperdengarkan kunci nada "A" pada hari dan jam yang telah ditentukan.

Pengelola radio ini merasa begitu tersentuh dengan kata-kata yang ditulis oleh sang gembala dan memutuskan untuk mewujudkan harapan orang tersebut. Pada hari yang ditetapkan, diperdengarkanlah kunci nada dasar "A" lewat siaran radio. Dan benar setelah diputar, gembala itu bisa menyelaraskan dawai biolanya. Rumah yang ia diami bersama keluarga pun akhirnya dapat dipenuhi dengan musik yang riang gembira.

Ketika kita hidup terpisah dari Allah, kehidupan kita menjadi sumbang; tidak selaras dengan sesama dan juga Allah. Namun, jika kita hidup dengan-Nya maka kita pun akan mendapati diri kita dilingkupi oleh musik-Nya yang indah. Di awal tahun yang baru ini, minta Allah menyelaraskan kehidupan Anda setiap hari dengan firman-Nya, sehingga Anda dapat membawa keharmonisan dan sukacita bagi mereka yang ada di sekitar Anda. Ketika langkah kita sudah seirama dengan kehendak Allah maka lingkungan sekitar kita pun akan mengikuti irama tersebut.

Artikel

Menjadi Indah: Dibentuk Tangan Tuhan

Tuhan memerintahkan Nabi Yeremia untuk pergi ke rumah tukang periuk. Di sana Yeremia dapat melihat tukang periuk bekerja membuat sebuah bejana dari tanah liat. Dan Tuhan berfirman kepada Yeremia bahwa umat-Nya bagaikan tanah liat di tangan tukang periuk (Yer. 18: 4,6). Kita akan melihat apa yang dikerjakan tukang periuk dalam membuat sebuah bejana dari tanah liat. Melalui proses ini kita akan melihat apa yang sedang dan ingin Tuhan kerjakan dalam kehidupan kita.

Langkah 1: Proses ini ditujukan untuk mengeluarkan gelembung-gelembung udara pada tanah liat. Gelembung udara yang tersisa dapat memuai pada saat tanah liat dipanaskan atau dibakar, sehingga dapat merusak bentuk atau bahkan menimbulkan keretakan pada bentuk. Proses dilakukan dengan menginjak-injak tanah liat atau jika dengan mesin modern, tanah liat akan di-press. Gelembung udara di sini adalah hal-hal yang tidak dikehendaki Tuhan dalam hidup kita. Melalui berbagai masalah yang Tuhan ijinkan, kita akan dibersihkan dari gelembung-gelembung kekosongan. Segala hal yang tidak berkenan, seperti sakit hati, amarah, dendam, akar kepahitan, kekecewaan, ketakutan, iri hati, kesombongan, dan lainnya dibersihkan melalui keadaan yang Tuhan ijinkan.

Langkah 2: Proses ini dilakukan dengan menaruh tanah liat pada roda atau meja putar, dan membuat tanah liat menjadi center pada roda atau meja putar. Meja akan diputar sedemikian
rupa dan tanah liat juga akan dibentuk. Dengan cara ini tanah liat akan menjadi mudah untuk dibentuk sesuai dengan keinginan. Tuhan akan mengijinkan kita memasuki suatu kondisi yang membuat kita menjadi fokus kepada Tuhan. Kita tidak bisa lagi berharap dan mengandalkan kekuatan sendiri. Melalui kondisi ini, pola pikir kita akan diubahkan sehingga kita dapat mengerti cara kerja Tuhan dalam hidup kita. Rencana Tuhan akan dibukakan bagi kita, sehingga kita dapat melihat bahwa Tuhan memiliki tujuan bagi hidup kita. Dengan begitu hidup kita akan menjadi mudah dibentuk oleh Tuhan.

Langkah 3: Proses ini dilakukan untuk menambahkan bagian pegangan atau hiasan lainnya. Bagian tambahan tersebut akan ditempelkan kepada body utama sehingga menjadi satu. Setelah itu sambungan akan dihaluskan dan dipastikan kekuatannya dan aman. Tuhan akan membawa kita ke dalam suatu proses di mana Tuhan akan menambahkan talenta kepada kita. Tuhan akan memberikan kemampuan lebih lagi bagi kita sehingga kita dapat berfungsi lebih baik lagi dan membawa berkat bagi orang lain. Dari sosok yang tidak pernah punya kemampuan diubahkan menjadi sosok yang berguna bagi banyak orang. Semakin dalam proses ini, semakin bagus dan semakin kuat kemampuan yang Tuhan berikan bagi kita.

Langkah 4: Proses ini dilakukan untuk mengurangi kadar air yang dapat menyebabkan keretakan jika dipanaskan pada suhu yang tinggi. Proses dilakukan dengan membiarkan bejana pada suhu ruangan selama satu hari atau lebih dari satu minggu, tergantung ukuran dan bentuk. Melalui proses ini kita akan merasa seakan-akan dibiarkan dan bahkan ditinggalkan oleh Tuhan. Hidup kita akan terasa kering dan tawar. Tetapi melalui proses ini Tuhan mengajarkan kitauntuk benar-benar hidup di dalam iman. Iman yang bukan berdasarkan kepada perasaan atau mood, tetapi iman yang tetap percaya bahwa dalam segala keadaan, dalam perasaan apapun, dalam kondisi terburuk sekalipun, Tuhan tetap pegang kendali atas hidup kita.

Langkah 5: Setelah itu dipanaskan pada suhu di atas 1000 derajat untuk memberi kekuatan sebelum proses berikutnya. Tuhan akan mengijinkan kondisi yang membuat kita bergesekan satu sama lain, bahkan dengan orang-orang yang terdekat. Proses ini akan membuat kita semakin kuat dan tangguh. Besi menajamkan besi, manusia menajamkan manusia. Jika kita dapat melalui proses ini, kita akan menjadi pribadi yang kuat dan tangguh, sehingga kita siap menghadapi berbagai masalah yang lebih besar lagi.

Langkah 6: Proses berikutnya adalah pendinginan bejana sebelum masuk ke proses berikutnya. Proses ini memerlukan waktu beberapa hari. Dalam proses ini kita akan kembali merasa sendiri lagi. Kondisi ini akan mempersiapkan kita untuk memasuki tahap berikutnya yang lebih ‘panas’ lagi. Melalui keadaan ini iman kita juga semakin dipertebal karena ujian-ujian yang ada akan membuat kita benar-benar dapat melihat bahwa Tuhan itu hidup, membuat kita semakin percaya kepada Tuhan bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun.

Langkah 7: Proses berikutnya menambahkan bahan yang membuat bejana terlihat berkilau. Setelah itu bejana dipanaskan kembali pada suhu di atas 1000 derajat, bahkan lebih panas dari sebelumnya, untuk memberi hasil sempurna pada proses terakhir ini. Melalui proses ini Tuhan menambahkan kapasitas dan kemampuan dalam diri kita. Kita akan dibawa kembali dalam suatu kondisi yang memerlukan ekstra energi untuk dapat menyelesaikannya. Tanggung jawab yang semakin besar membawa terpaan badai yang semakin kuat juga. Tetapi semakin panas kondisi yang kita hadapi, itu akan membuat kita semakin indah dan sempurna di hadapan Tuhan. Karakter kita semakin bercahaya dan hidup kita semakin menjadi terang bagi banyak orang. Dan pada akhirnya kita menjadi alat yang berguna untuk menggenapi rencana Tuhan. Kita dapat melakukan tugas dan fungsi yang telah Tuhan tetapkan bagi hidup kita.

Bejana yang dibentuk oleh tukang periuk akan digunakan untuk tujuan tertentu. Tukang periuk membentuk tanah liat sesuai dengan keinginannya. Semua pembentukan punya maksud dan tujuan spesifik. Demikian juga dengan hidup kita. Tuhan mempunyai maksud dan tujuan spesifik membentuk hidup kita. Semuanya untuk kemuliaan nama Tuhan.

Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: “Mengapakah engkau membentuk aku demikian? Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa? (Roma 9: 20-21)

Ringkasan Khotbah 02 Januari 2011

Memulai Dengan Tepat, Mengakhiri Dengan Baik
(Starting Right, Finishing Well)
2 Samuel 24: 1 - 17

Seseorang berkata, “Dalam suatu perjalanan pendakian gunung, untuk mencapai suatu puncak tertinggi, hal itu merupakan sebuah pilihan, tetapi untuk turun dari puncak tersebut, hal itu merupakan kemutlakkan.”

Memulai sesuatu dengan tepat adalah sebuah pilihan; tetapi mengakhiri dengan baik adalah hal yang mutlak. Pertanyaannya, mengapa orang sulit untuk mempertahankan sesuatu yang telah dimulai dengan benar? Atau mengapa orang begitu sulit untuk mengakhiri dengan baik dari sesuatu yang telah dimulainya dengan tepat? Saat ini kita memulai tahun dengan benar - beribadah kepada Tuhan dan mengakhiri dengan baik di tahun ini. Ketika Tuhan memilih Saul, ada kesan, bahwa Tuhan memilih Saul berdasarkan fisik (1 Sam. 9: 2). Ketika Tuhan memilih Salomo, ada kesan, bahwa Tuhan memilih karena belas kasihan Tuhan atas penderitaan Betsyeba.

Tetapi ketika Tuhan memilih Daud, Ia memilih berdasarkan hatinya (1 Sam. 16: 7). Allah telah mendapat Daud, seorang yang berkenan di hati-Nya dan yang melakukan segala kehendak-Nya (KPR 13: 22). Ada dua pelajaran yang kita bisa ambil dari Daud, yaitu:
1. Pada saat Daud dicobai dalam hal kesombongan, ia berani mengakui kesalahannya (2 Sam. 24: 10). Banyak orang tidak mau mengakui kesalahannya dan minta maaf, itulah dosa kesombongan. Janganlah kita menjadi sombong dalam hidup ini.
2. Pada saat Daud harus dihukum karena dosanya, ia tetap kokoh mempercayai Tuhan (2 Sam. 24: 14). Sekalipun Tuhan akan menghukum kita atas dosa yang kita perbuat, kita tetap yakin bahwa Tuhan yang kita percayai adalah baik.

Ada hal yang menarik dari Daud yaitu Daud memiliki dua hati pada tempat yang tepat:
1. Hati yang lembut. Ketika Daud jatuh ke dalam suatu kesalahan/dosa, maka ia ‘segera’ bertobat dengan kesungguhan hati di hadapan Tuhan.
2. Hati yang keras. Ketika Daud harus mendapatkan hukuman, ia mempunyai ‘keyakinan yang kokoh’ dalam mempercayai Tuhan. Daud tetap percaya bahwa Tuhan selalu baik.

Dalam hidup ini kita tentunya punya kesalahan dan mari kita mengakui kesalahan-kesalahan kita dihadapan Tuhan, maka Ia akan mengampuni kita, dan kita harus tetap percaya bahwa Tuhan selalu baik pada kita. Amin

By:Pdt. Henoch Wilianto - 02 Januari 2011