SLIDE NATAL 2008 bag 2

JADWAL IBADAH

Kebaktian Doa Malam
Pembicara: Pdt. Kaleb Kiantoro
Jumat, 20 Februari 2009 - Pk. 19.00 WIB

Kebaktian Wanita
Pembicara: Gembala Sidang
Sabtu, 21 Februari 2009 - Pk. 10.00 WIB

Kebaktian Pemuda
Pembicara: Ibu Senny
Sabtu, 21 Februari 2009 - Pk. 17.30 WIB

Ibadah Raya
Minggu, 22 Februari 2009
Jam 08.00 & 17.00 WIB

Pembicara:
Pagi: Pdt. Yohanes G.
Sore: Pdt. Benny Kusno
Disertai
Kebaktian Anak

KOTBAH

HIDUP YANG BERKELIMPAHAN
(Yohanes 6:1-15)

Yesus menjanjikan bagi setiap orang percaya untuk dapat memperoleh hidup yang berkelimpahan (Yoh. 10: 10). Alkitab mencatat, respon Yesus ketika orang banyak datang mengikuti Dia, maka timbul belas kasihan Yesus bagi semua orang tersebut (Luk. 9: 10). Selain itu, sekalipun Yesus merasakan letih karena pelayanan yang Ia lakukan, Yesus menerima mereka dengan ramah. Dalam empat Injil yang kita baca (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) dicatat bahwa Yesus selalu menerima semua orang yang datang kepada-Nya. Manusia menjadi prioritas utama dalam kehidupan Yesus.

Apa pun yang kita hadapi, baik itu goncangan maupun tekanan, jangan pernah kita merasa takut dan gentar karena kita berada dalam perhatian Allah. Jadi apa pun yang kita hadapi tetap prioritaskan Yesus yang utama dalam hidup kita, seperti Yesus telah menempatkan kita pada prioritas utama. Selama kita masih hidup dalam dunia, kita pasti masih akan menghadapi masalah. Tetapi bagaimana respon kita pada saat menghadapi masalah? Dalam peristiwa Yesus memberi makan 5000 orang ini, kita akan menjumpai ada dua macam respon seseorang pada saat menghadapi masalah, yaitu:

•Seringkali pada saat kita menghadapi masalah kita suka berpikir secara realitis. Salah satu contohnya adalah Filipus (Mark. 6: 35-37). Tetapi Tuhan tidak menyukai hal-hal yang dapat dipikir secara realitis. Tuhan menghendaki kita bisa melakukan segala sesuatu yang mustahil atau sesuatu yang tidak biasa kita lakukan. Tuhan telah memberi kita kuasa untuk melakukan hal-hal tersebut. Seringkali pikiran kita yang realitis membuat kita tidak menggunakan kuasa yang telah Tuhan beri kepada kita. Atas kekuatan yang diberikan Allah, kita dapat melakukan segala hal yang besar bagi kemuliaan-Nya.

•Selain itu seseorang dapat percaya bahwa Allah sanggup melakukan sesuatu tetapi masih ragu-ragu kepada mujizat Allah. Salah satu contohnya ialah Andreas (Yoh. 6: 8-9). Saat kita menyerahkan masalah kita kepada Tuhan, percayalah kepada Tuhan dengan sepenuh hati. Sekalipun yang ada pada kita hal-hal yang tampaknya kecil dan tak berarti, jangan pernah menjadi ragu. Mujizat ada dimulai dari hal-hal yang kecil.

Yesus sangat menyukai adanya kerjasama antara kita dengan Dia. Ia tidak pernah mendahului umat-Nya untuk melakukan sesuatu. Yesus akan memakai kesaksian umat-Nya untuk mempermuliakan nama-Nya. Yesus akan memakai setiap pemberian umat-Nya menjadi alat untuk memperluas kerajaan-Nya. Tuhan telah rancangkan hidup yang berkelimpahan dalam hal jasmani maupun rohani bagi setiap kita yang mempercayai-Nya. Amin

. By: Pdt. Johny Takarbesy - Minggu, 8 Februari 2009

ARTIKEL

Alkitab bukan buku biasa

Mungkin Anda memiliki sebuah Alkitab di rumah Anda, yang Anda simpan di atas rak, sama seperti buku-buku lainnya. Namun tahukah Anda bahwa buku yang Anda miliki itu benar-benar tidak ada bandingannya dari abad ke abad? Anda akan mengetahui hal ini bila Anda menyediakan waktu untuk menyelidikinya.

Sebagai firman Allah yang hidup, Alkitab merupakan buku terpenting yang pernah ada di bumi. Baik isinya maupun hikmat yang terkandung di dalamnya sungguh tak ada bandingannya, dan tetap relevan sampai hari ini sebagaimana di abad-abad yang silam. Alkitab adalah hadiah yang sangat luar biasa dari Allah bagi umat manusia. Dia memberikan Alkitab untuk menuntun, mengendalikan dan membimbing kita melewati kehidupan ini. Orang-orang yang memercayai dan menjalani kehidupan berdasarkan buku ini, tahu apa artinya damai sejahtera dan sukacita. Hidup mereka tidak akan dipengaruhi oleh situasi apapun, baik pengujian maupun kemenangan, kesukaran maupun kebahagiaan. Mengapa? Karena pesan dari Alkitab akan selalu menopang mereka di dalam segala situasi yang mereka hadapi.

II Timotius 3:16-17 dapat dikatakan sebagai teks emas tentang Alkitab: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” Dari dua ayat di atas, kita tahu siapakah penulis Alkitab itu sesungguhnya, mengapa Alkitab ditulis, dan apakah yang digenapinya. Ayat 16 memberitahu kita, “Segala tulisan”artinya setiap kata di dalam Alkitab sesungguhnya diinspirasikan oleh Allah sendiri, atau “dihembuskan oleh nafas Allah.” Dengan kata lain, Allah sendirilah yang merupakan penulis Alkitab. Dia merancangkan setiap rincian, dengan memanfaatkan latar belakang, pengalaman, kepribadian, penguasaan kata-kata dan gaya bahasa manusia yang Dia jadikan sebagai alat-Nya. Dengan hikmat-Nya, Dia memilih beberapa orang untuk menuliskan pesan-pesan-Nya bagi kita.

Renungkanlah hikmat dan pengetahuan Allah yang tak terselami itu—Dia mengetahui sejelas-jelasnya tentang apapun di seluruh jagat raya. Meski demikian, Dia memilih untuk memberikan kepada kita sejumlah kitab yang membentuk Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Itu artinya, di dalam kemahatahuan dan kemahabijaksanaan-Nya, Dia memberikan apa yang paling kita butuhkan agar kita dapat mengenal-Nya. Pikirkanlah betapa luar biasa-Nya Allah sebagai penulis Alkitab. Tidak ada seorang pun yang dapat dibandingkan dengan-Nya, termasuk para penulis yang paling masyhur sekalipun. Sungguh menarik bahwa di ayat pertama dari kitab pertama dalam Alkitab, sang Penulis menyebut diri-Nya sebagai Pencipta segala sesuatu, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kejadian 1:1).

PROSES PENDEWASAAN

Kita semua merupakan orang yang lahir dalam keadaan sakit jiwanya akibat natur dosa yang kita bawa, ditambah lagi dengan pengaruh lingkungan dan salah asuh dari orang tua yang membuat penyakit itu semakin parah. Kita mengasihi orang lain karena kita membutuhkan mereka untuk memuaskan keakuan kita. Hal ini bukan kasih melainkan manipulasi sebab kasih yang sejati itu tanpa syarat. Kasih yang sejati tidak dipengaruhi oleh kondisi objek yang dikasihi. Allah tetap mengasihi kita sekalipun kita hidup dalam dosa sebab Allah adalah kasih sehingga Dia tidak bisa tidak mengasihi. Sebenarnya kita semua merupakan pecandu-pecandu dimana kita mencandui dukungan, penghargaan dan perasaan dibutuhkan dari orang lain. Kisah Yakub mengambarkan bagaimana seseorang yang mencari identitas akibat tidak menerima pengakuan dari seorang Ayah. Sebenarnya yang dibutuhkan oleh Yakub bukanlah hak kesulungan melainkan yang ia butuhkan adalah sebuah pengakuan. Sumber penderitaan Yakub bukanlah Esau melainkan dirinya sendiri yang sakit.

Setelah Yakub dipulihkan dan memperoleh indentitas dari Allah ketika ia bergumul di sungai Yabok maka dengan sendirinya ia bisa berdamai dengan Esau. Tatkala sumber masalah Yakub yang sebenarnya selesai maka masalahnya dengan Esau juga selesai. Jika kita ingin mengubah orang lain maka hal pertama yang perlu kita lakukan adalah mengubah diri kita dulu. Jangan bermimpi untuk dapat mengubah dunia bila anda belum mengubah diri anda.

Setelah kita selesai dalam menjalani proses pendewasaan seperti yang dialami Ayub maka kita akan mengalami Allah bukan hanya sekedar mengetahui. Kita akan mengalami sebuah tingkat keintiman dan pengenalan akan Allah dalam sebuah dimensi yang baru. Selain itu kita juga akan bisa melihat kemuliaan Allah dalam diri orang lain sama seperti Yakub bisa melihat kemuliaan Allah di wajah Esau setelah ia dipulihkan ( Kej 33:10). Kita tidak akan meletakkan orang lain lebih tinggi atau lebih rendah sebab posisi semua orang sama dihadapan kita. Kita akan memperlakukan seorang Presiden sama seperti memperlakukan seorang pengemis di jalanan sebab pada keduanya kita dapat melihat kemuliaan Allah.

Kita tidak akan lebih mengasihi orang yang menguntungkan kita atau lebih tidak mengasihi orang yang merugikan kita. Yang ada pada kita hanyalah cinta yang sejati yaitu kasih yang tanpa syarat. Inilah tujuan akhir dari semua krisis dan penderitaan yang Tuhan ijinkan menimpa hidup kita yaitu agar kasihNya dicurahkan dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita!

“Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau,
tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.”
Ayub 42:5

KINI KUTAHU

Kini kutahu, mustahil buat seseorang
mencintai kita, yang dapat ialah membuat diri
kita layak dicintai, selebihnya terserah mereka.


Kini kutahu, betapapun aku telah peduli,
ada saja orang yang tak peduli balik.

Kini kutahu, bisa bertahun-tahun membangun kepercayaan,
dan sedetik merusakkannya.

Kini kutahu, yang penting bukan memiliki
apa dalam hidup ini, namun siapa.

Kini kutahu, paling lima belas menit berlagak
ramah, sesudahnya, hal lain saja.


Kini kutahu, bukan soal bagaimana
berbuat yang terbaik dicapai orang,
namun apa yang paling dapat kita kerjakan.

Kini kutahu, yang penting bukan apa
yang terjadi pada orang,
namun apa kemudian yang dilakukannya.

Kini kutahu, apa yang dapat kita lakukan
dalam sedetik, dapat membawa
nestapa petaka seumur hidup

Kini kutahu, betapapun tipis kita mengiris,
selalu ada dua muka terhasil.

Kini kutahu

RH SABTU, 22 Feb 2009

Bacaan Setahun: Bil. 10, 11; Mzm. 27; Mrk. 1
SUMBER YANG BENAR (Mazmur 119:137-148)

Pada tahun 1800-an, seorang Perancis yang bernama Alexis de Tocqueville mengelilingi Amerika, dengan tujuan untuk menyelidiki tentang hal-hal apa yang membuat negara baru ini berhasil. Salah satu hasil pengamatannya adalah bahwa hampir di setiap rumah yang ia kunjungi, ia menemukan cetakan bersampul bagus dari dua buku: Alkitab dan satu jilid buku karangan Shakespeare. Mengomentari tentang perubahan-perubahan yang telah terjadi, Charles Reese menulis, "Seorang Perancis yang berkunjung (ke Amerika) sekarang akan menemukan televisi dan Nintendo." Jika hal itu benar-benar terjadi bahwa layar televisi telah menggantikan firman Allah dan bacaan yang bermutu maka kita perlu melakukan pemeriksaan kembali sumber-sumber informasi kita.

Beberapa saat selama pelayanan-Nya, tatkala Yesus ditanyai, Dia menantang para pengritik-Nya dengan pertanyaan, “apakah mereka telah membaca kitab Perjanjian Lama?” Yesus menghendaki orang-orang untuk mengambil kesimpulan berdasarkan sumber kebenaran, yakni firman Allah. Pertanyaan yang harus kita jawab adalah sebagai berikut: Apakah kita telah menggunakan waktu kita selama ini dengan sumber yang benar?

RH SABTU, 21 Feb 2009

Bacaan Setahun: Bil. 8,9; Kis. 28
BILA AKHIR ADALAH PERMULAAN (1 Korintus 15:50-58)

Hidup kita dalam Yesus Kristus seharusnya tampak melalui perbedaan dalam cara kita hidup juga dalam cara kita mati. Allah menghendaki kita hidup dengan penuh semangat dan sukacita. Oleh karena itu, kita tidak dapat mengingkari fakta bahwa hari-hari kita di bumi ini dihitung. Sesuatu yang bijaksana untuk merenungkan perjanjian kita yang tak terelakkan dengan maut (Ibr. 9:27). Apakah sikap kita saat kita meninggalkan dunia ini sama seperti sikap ilmuwan terkenal Marie Curie? Pada saat suaminya meninggal karena suatu kecelakaan, ia meratap, "Ini adalah akhir dari segalanya, dari segalanya, dari segalanya!" Sikap kita seharusnya sangatlah berbeda. Oleh karena iman kita pada Sang Juruselamat yang telah menaklukkan maut, kita dapat berkata seperti perkataan seorang teolog muda Jerman pada malam sebelum Nazi menggantungnya pada tahun 1945, "Bagiku, ini adalah permulaan." Bagi orang percaya, kematian merupakan akhir dari segala kesakitan, kesepian dan penderitaan. Ini merupakan akhir dari segala sesuatu yang membuat hidup ini kurang berlimpah, dan permulaan dari berkat yang tidak terbayangkan (Wah. 21:1-6). Pengharapan ini memungkinkan kita untuk berseru, "Hai maut, di mana sengatmu?"

RH JUMAT, 20 Feb 2009

Bacaan Setahun: Bil. 7; Mzm. 23; Kis. 27
JALAN YANG SEDERHANA (1 Korintus 1:17-31)

Abraham Lincoln pernah berkata, "Allah tentunya mengasihi orang-orang biasa karena Dia telah membuat mereka dalam jumlah yang besar." Saya ingin memodifikasi kalimatnya dengan perkataan, "Allah tentunya mengasihi orang-orang biasa karena Dia telah membuat jalan keselamatan dengan cukup sederhana untuk dimengerti oleh semua orang".

Seseorang tidak perlu memiliki tingkat intelegensi yang tinggi untuk dapat memenuhi kriteria sebagai orang yang berkenan kepada Allah. Memperoleh keselamatan juga tidak tergantung pada kemampuan seseorang untuk memahami penyajian filosofis yang rumit mengenai kebenaran rohani. Menerima keselamatan adalah masalah iman. Ini adalah persoalan mempercayai Allah dan menerima firman-Nya tentang Anak-Nya Yesus Kristus, tentang penebusan-Nya bagi dosa-dosa. Ini adalah masalah mempercayai Dia sepenuhnya untuk keselamatan kita. Entah berpendidikan atau tidak, berpengetahuan atau tidak, setiap orang dapat menjadi percaya. Tak seorang pun dapat berdiri di hadirat Allah dan berkata, "Saya tidak diselamatkan karena saya tidak memahami Injil." Jalannya telah dibentangkan.

RH KAMIS, 19 Feb 2009

Bacaan Setahun: Bil. 5,6; Mzm. 22; Kis. 26
PERAYAAN SUKACITA (Nehemia 8:1-11)

Kemenangan dramatis yang dibuat oleh seorang pemain menyebabkan diadakannya perayaan yang meriah di kalangan para pemain dan penggemar klub olahraga tersebut. Hal itu kemudian mengantar mereka ke pertandingan final dunia tahun 1993. Tim yang menang itu sangat bersukacita. Pada saat menyaksikannya di televisi, saya terpengaruh dengan antusiasme yang terpancar dari pesta kemenangan tersebut, baik di lapangan maupun di dalam gedung. Saya berpikir, mengapa kita tidak pernah menyaksikan spontanitas seperti itu dalam penyembahan kita kepada Allah?

Orang-orang Kristen pada abad pertama membawa semangat ini ke dalam ibadah pada Hari Tuhan. Para pakar sejarah melaporkan bahwa pertemuan yang meriah tersebut memberi kepada para penganiaya alasan untuk menuduh orang-orang percaya itu dalam keadaan mabuk. Mereka begitu antusias karena segar dalam ingatan mereka tentang fakta bahwa setiap hari Minggu merupakan peringatan akan kebangkitan Kristus. Marilah kita membuat hari ini menjadi sebuah perayaan yang meriah!

RH RABU. 18 Feb 2009

Bacaan Setahun: Bil. 3,4; Kis. 25
AMARAH TANPA DOSA (Efesus 4:25-32)

Nyonya Sibert menjumpai sebuah tindakan kejahatan yang dilakukan di jalanan kota Detroit, ia marah dan melakukan suatu tindakan. Menurut berita suratkabar, Nyonya Sibert sedang mengemudikan mobil di jalanan kota Detroit tatkala ia memergoki dua orang perampok sedang beraksi di sebuah perhentian bis. Tanpa rasa gentar sedikit pun, ia memacu mobilnya meluncur menyusuri jalanan yang gelap untuk mengejar mobil penjahat itu. Pengejaran berakhir ketika mobil penjahat itu menabrak kendaraan yang sedang diparkir dan perampok itu segera diamankan polisi. Alkitab dengan tegas mengutuk amarah yang berdosa karena ini sangat merugikan. Namun di bawah kontrol Roh Kudus, amarah dapat timbul dan mengalahkan kejahatan. Anda tidak mungkin dapat menghentikan badai murka Allah pada zaman Perjanjian Lama maupun api kemarahan Yesus ketika Dia menjungkirbalikkan meja penukar uang di Bait Allah (Mat. 21:12-13). Jika kita ingin menjadi seperti Kristus, maka ada saat di mana amarah kita terhadap dosa sama seperti amarah Kristus!

RH SELASA, 17 Feb 2009

Bacaan Setahun: Bil. 1,2; Kis. 24
KETIKA YANG HILANG DITEMUKAN (Lukas 15:1-32)

Crystal Guerrero baru berusia enam minggu ketika ia diculik dari sebuah klinik kesehatan di Chicago. Kedua orang tuanya dirundung duka selama seminggu, tidak dapat makan dan tidur. Kemudian tersiar kabar tentang ditemukannya bayi di sebuah gereja. Bayi itu adalah Crystal! Ia tidak terluka dan keadaannya baik. Bayangkan, betapa gembiranya keluarganya. Kegembiraan ini juga merembet ke seluruh kota tatkala media massa menyiarkan berita hangat ini.

Bagaimana perasaan Allah terhadap orang-orang yang terhilang? Allah sangat merindukan kembalinya umat-Nya yang terhilang. Dia telah memberi pengurbanan yang sangat mahal dengan mengirimkan Anak-Nya ke dalam dunia untuk mati di kayu salib agar Dia dapat menyelamatkan manusia berdosa yang terhilang. Dan Yesus mengatakan bahwa bila satu jiwa ditemukan dan kembali kepada Allah, "Ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat"

RH SENIN, 16 Feb 2009

Bacaan Setahun: Im. 26, 27; Kis. 23
BUKAN HANYA NASIHAT (Yohanes 10:1-15)

Beberapa tahun yang lalu, saya diminta berbicara tentang masalah pembimbingan. Ketika melakukan persiapan, saya mencoba berpikir dan menghayati perbedaan arti dari membimbing dan memberi bimbingan. Sepintas lalu keduanya terlihat memiliki arti yang sama. Namun setelah saya renungkan lebih dalam, saya menemukan perbedaan yang sangat besar. Membimbing berarti Allah turut campur tangan dalam perjalanan kehidupan kita, sedangkan memberi bimbingan berarti Allah hanya memberi petunjuk, semacam buku pedoman, sementara Dia berada jauh di surga, tidak terlibat langsung dalam kehidupan kita di dunia ini. Banyak orang menginginkan Allah menjadi seperti biro konseling. Namun, tatkala penglihatan kita mulai suram dan jalan kita menjadi gelap, seringkali kita membutuhkan lebih dari sekadar nasihat, kita membutuhkan Gembala yang baik untuk menuntun kita. Jika kita mengikut Kristus setiap hari, kita akan menikmati bimbingan yang kita butuhkan.