RH Minggu, 19 Juni 2011

MENYEDIAKAN DIRI (Kidung Agung 5: 2-8)

Dalam sebuah acara pemakaman, seorang pria setengah baya tampak terguncang dan menangis tanpa henti. Pria ini ternyata adalah suami dari jenazah yang akan segera dikuburkan. Ia sangat bersedih atas kepergian istrinya. Ternyata, lebih dari merasa kehilangan, sang suami merasa menyesal tidak menyediakan diri dan memberikan cukup waktu untuk menikmati kebersamaan dan kebahagiaan bersama istrinya itu ketika masih hidup. Selama ini ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Sekarang semua sudah terlambat. Istrinya sudah pergi. Perempuan dalam perikop bacaan hari ini juga mengalami penyesalan setelah gagal menyediakan diri untuk kekasihnya.

Siapa saja orang-orang yang kita kasihi dan berharga bagi kita? Sudahkah kita memberikan cukup waktu untuk mereka? Jangan sampai kita terlalu sibuk atau malas sehingga tidak bisa menyediakan diri untuk mereka. Prioritaskan pula mereka di hidup kita. Sebelum habis kesempatan untuk melakukannya dan kita hanya bisa menyesal. Kala kita berkata bahwa kita mengasihi maka kita pasti mau member waktu dan diri.

RH Sabtu, 18 Juni 2011

ANAK PANAH NYASAR (2 Tawarikh 18: 28-34)

Di sebuah laga sepak bola terjadi keunikan ini. Bola digiring mendekati gawang, diumpankan ke posisi tembak yang strategis. Umpan disambut tendangan keras, tetapi membentur tiang gawang. Bola terpental, jatuh di kaki penyerang lain; ditendang lagi tak kalah keras. Kali ini bola membentur mistar gawang; terpental lagi. Untuk ketiga kalinya bola berusaha disarangkan ke gawang, tetapi malah melambung dan keluar lapangan. Orang bilang, "Itulah kalau belum saatnya gol."

Entah baik atau jahat, manusia hanya bisa berencana. Tuhan yang menentukan. Sadar atau tidak, ada kalanya hidup kita tertindih oleh rencana jahat pihak lain. Atasan yang sengaja menekan; rekan sejawat yang berniat menyingkirkan; kenalan yang merasa tersaingi lalu bersiasat licik; rekanan bisnis yang berniat merugikan. Pokoknya semua tindakan yang membahayakan Anda. Namun, tak ada yang akan membawa hasil, jika Dia tidak berkehendak. Percayalah, tiada rencana yang bakal terjadi jika Tuhan tidak berkenan.

RH Jumat, 17 Juni 2011

LATIHAN GANDA (1 Timotius 4: 6-10)

Untuk menurunkan berat badan dan menjaga kebugaran, orang biasanya memadukan dua latihan. Latihan pasif: menahan diri dengan mengikuti pola makan tertentu. Latihan aktif: berolahraga untuk membakar kalori dan lemak yang berlebihan. Begitu juga dengan ibadah atau disiplin rohani. Ada yang aktif, yaitu disiplin keterlibatan, sesuatu yang kita lakukan; dan ada yang pasif, yaitu disiplin berpantang, sesuatu yang kita hindari. Ini berkaitan dengan jenis dosa yang kita hadapi. Ada dosa pelanggaran, yaitu secara aktif melanggar perintah Tuhan (1 Yoh. 3:4). Ada dosa pengabaian, yaitu secara pasif melalaikan perbuatan baik yang semestinya kita lakukan (Yak. 4:17). Bagaimana disiplin rohani itu dapat bermanfaat bagi kita? Secara umum, menurut John Ortberg, ketika kita bergumul dengan suatu dosa pengabaian, kita akan tertolong melalui disiplin keterlibatan. Sebaliknya, ketika kita bergumul dengan suatu dosa perbuatan, kita akan tertolong melalui disiplin berpantang. Disiplin rohani tidak lain ialah sarana untuk mencapai tujuan. Tujuannya: kehidupan rohani yang sehat sehingga kita menjadi bugar; baik dalam hidup yang sekarang maupun dalam hidup yang akan datang.

RH Kamis, 16 Juni 2011

BUTUH DUA ORANG (Kejadian 13: 1-9)

Selalu dibutuhkan dua orang untuk bertengkar", demikian kata sebuah pepatah lama. Benar, ketika ada dua pihak yang sama-sama berniat memperebutkan "kemenangan pribadi", maka pertengkaran pun "sukses" diciptakan. Padahal, jika salah seorang mau menyadarkan dirinya untuk berhenti memusatkan perhatian pada masalah dan mengarah pada pencarian solusi, maka pertengkaran takkan berpanjang umur. Sebuah fakta yang kerap "tertutupi" saat dua orang terlibat adu argumentasi atau perselisihan.

Kita belajar dari Abraham bahwa saat hamba-hambanya bertengkar, Abraham tak berpikir pesimis, "Ah, mungkin hubunganku dengan Lot harus berakhir di sini." Sebaliknya, ia melihat bahwa Lot tetaplah kerabatnya sampai kapan pun. Itu sebabnya ia menujukan pikirannya pada "apa yang bisa dilakukan supaya hubungannya dengan Lot tak sampai terputus". Maka, keputusan dan tindakannya bukan lagi didasarkan pada emosi sesaat, melainkan pada kebijaksanaan yang bermanfaat. Kiranya Tuhan memberi kita hikmat seperti ini, ketika sebuah pertengkaran diperhadapkan pada kita.

RH Rabu, 15 Juni 2011

IMAN YANG BESAR (Lukas 7: 1-10)

Dapatkah Anda membayangkan bagaimana rasanya dikagumi oleh orang besar, misalnya seorang presiden? Wah, tentu kita merasa sangat tersanjung! Lalu, bagaimana jika Allah Sang Putra Yesus Kristus mengagumi manusia? Rasanya belum pernah terdengar, bukan? Perhatikan kisah ini. Ada perwira Romawi yang menjadi penguasa di Kapernaum. Ia baik hati, suka berderma, dan memperhatikan kesejahteraan rakyat yang dijajahnya. Sekalipun menurut orang Yahudi ia dianggap kafir, ia bermurah hati membangun rumah ibadah Yahudi. Perwira ini menyadari ketidaklayakannya. Karena itu, ia yakin bahwa jika Yesus mau menyembuhkan, Dia tak perlu datang ke rumahnya. Mungkinkah perwira ini meyakini bahwa Yesus adalah Mesias, penguasa surga yang sedang melawat dunia? Ketika umat Israel masih memperdebatkan apakah Yesus utusan Allah atau penyesat, perwira ini membuat Yesus tercengang. Yang dianggap kafir justru memiliki iman yang jauh lebih besar daripada orang yang menganggap dirinya umat pilihan Allah. Milikilah iman sang perwira. Ia merendahkan diri, menyadari ketidaklayakannya di hadapan Yesus. Namun, ia sangat meyakini ketuhanan dan kebesaran Yesus. Ia mempercayai Yesus dengan sepenuh hatinya. Tuhan senang melihat iman seperti ini.

RH Selasa, 14 Juni 2011

SEKOLAH PADANG GURUN (Keluaran 2: 10-15; 3: 1-4)

Eric Wilson, seorang dosen, ingin hidup lebih bahagia. Berbagai cara dicobanya. Ia membaca berbagai buku, mencoba banyak tersenyum, mengucapkan kata-kata positif, dan menonton film komedi. Semuanya tidak menolong. Akhirnya, ia mengarang buku berjudul Against Happiness (Melawan Kebahagiaan). Menurutnya, kebahagiaan tidak bisa dikejar atau dibuat. Ia akan muncul sendiri setelah kita berhasil menghadapi persoalan sulit, ketidakpuasan, bahkan penderitaan. Jadi, jalan untuk mencapai kebahagiaan ialah harus melalui kesulitan!

Kebahagiaan muncul ketika kita berjuang, lalu berhasil. Oleh sebab itu, jangan menggerutu jika Anda sedang ditempa oleh Tuhan dengan melewati "sekolah padang gurun". Berjuanglah. Syukurilah tiap pengalaman hidup yang sulit. Belajarlah sesuatu dari sana dengan terus meyakini bahwa setelah "lulus" nanti, kebahagiaan menanti! Tanpa perjuangan, tidak ada kebahagiaan.

RH Senin, 13 Juni 2011

DIMETERAI (Efesus 1: 13-19)

Meterai adalah sebuah tanda yang menunjukkan kepemilikan yang sah. Bahwa segala sesuatu yang dimeterai merupakan milik sah dari sang pemberi meterai. Tidak ada pihak lain yang berhak merebut dan memilikinya. Dan, sejak meterai itu diberikan, maka sang empunya berhak, sekaligus bertanggung jawab, atas apa yang dimilikinya itu. Ketika kita sungguh-sungguh menyatakan percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya Penyelamat jiwa kita, maka Tuhan memeteraikan kita dengan Roh Kudus (ay. 13). Dengan meterai ini, kita "ditandai" sebagai milik sah Yesus Kristus, yang berhak atas segala hal yang disediakan Tuhan bagi kita (ay. 14). Juga yang akan menerima pimpinan Roh untuk makin mengenal Tuhan dengan benar (ay. 17). Bahkan diizinkan untuk melihat dan mengalami betapa hebat kuasa-Nya (ay. 19)! Benar, oleh meterai Roh Kudus posisi kita sudah pasti kita adalah anak Allah! (Rm. 8:16). Oleh meterai Roh Kudus, Dia tidak membiarkan seorang pun merebut kita dari tangan-Nya (Yoh. 10:28). Begitu indahnya hidup yang dimeterai oleh Allah! Punya tujuan pasti, disertai di sepanjang perjalanan, dan berujung pada akhir yang mulia bersama-Nya. Maka, yakinilah kepemilikan-Nya. Harapkan semua yang dijanjikan-Nya. Hiduplah sesuai kemauan-Nya.

HUMOR

FOTO

Istri : "Kenapa kamu selalu membawa fotoku di dompetmu?"
Suami : "Ketika ada masalah, tidak peduli betapa besarnya itu, aku melihat fotomu dan masalah pun pergi."
Istri : "Oh suamiku! Kamu menyadari betapa ajaib dan kuatnya aku buat dirimu?"
Suami : "Ya! Aku melihat fotomu dan bertanya pada diriku sendiri, masalah apa yang lebih besar dari ini?"

Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (Efesus 5: 28)

Artikel

Mengembangkan Kualitas

Sebelum tahun 2007, hanya sedikit orang yang mengenal Jon Favreau. Walaupun memiliki keahlian dalam menulis pidato semasa kuliah di College of Holy Cross di Massachusetts, namanya justru meroket ketika ia masuk sebagai tim kampanye Barack Obama sebagai ketua tim perumus pidato. Usianya yang masih sekitar 20-an ketika itu membawa Favreau tercatat dalam sejarah Amerika Serikat sebagai penulis pidato pelantikan presiden AS termuda. Times Online menulis, Jon Favreau menghabiskan waktu selama dua bulan, 16 jam sehari, untuk menyusun dan merangkai kata-kata pidato Obama. Jadi, tidaklah mengherankan apabila sang Presiden selalu memukau pada setiap penampilannya di hadapan jutaan bahkan ratusan juta rakyatnya. Semua tak lain dan tak bukan berkat buah kejeniusan anak muda ini.

Dalam Alkitab ada juga tokoh yang seperti Favreau, yaitu Daud. Dari remaja, ia sibuk menggembalakan domba milik ayahnya. Hal tersebut membuatnya menjadi orang asing bagi kaum sebangsanya. Bisa terhitung orang-orang yang mengetahui namanya. Namun, Allah punya rancangan indah bagi Daud. Pertemuannya dengan Nabi Samuel benar-benar mengubah seluruh jalan kehidupannya.

Secara perlahan, kualitas dalam diri Daud terlihat ketika ia dipanggil untuk memainkan kecapi di istana raja. Daud mulai dikenal orang banyak saat dengan fantastis ia berani menghadapi jagoan Filistin, Goliat, serta berhasil membunuh raksasa tersebut dengan kuasa Allah.

Favreau dan raja Daud merupakan contoh manusia yang terus mengasah kualitas dirinya sekalipun orang belum mengenalnya. Ketika kesempatan datang, mereka pun menunjukkan kualitas dirinya dan berakhir dengan sukses!

Emas sudah bernilai tinggi sebelum orang memanfaatkan atau menjualnya. Usaha manusia terhadapnya hanya membuat nilai emas justru semakin tinggi. Demikian juga ketika kita berfokus membangun dan mengembangkan kualitas terbaik dalam diri kita, kesempatan atau peluang hanya membuat apa yang ada di dalam diri terlihat. Bila kita memegang prinsip ini maka pengakuan dari manusia hanya tinggal menunggu waktu saja. Ketika kesiapan diri bertemu dengan kesempatan maka itulah saatnya Anda merasakan kesuksesan di dalam kehidupan Anda.

Artikel

Wally Amos

Anda tahu siapa Wally Amos? Wally dilahirkan di Tallahassee, Florida. Ibunya hanyalah seorang pembantu rumah tangga dan ayahnya kuli rendahan di sebuah pabrik gas setempat. Kedua orangtuanya tuna aksara. Dia tumbuh dalam lingkungan miskin, dan tambah lagi dia berkulit hitam.

Waktu Wally berumur 12 tahun, kedua orangtuanya bercerai. Dia pindah ke kota New York dan tinggal dengan bibinya, Della. Bibinya, suaminya dan seorang anak laki-lakinya tinggal di sebuah apartemen kecil berkamar satu. Karena kondisi ini, bibinya membagi ruang tamunya untuk Wally, juga kasih sayangnya dan juga resep kue kering bertabur butiran coklatnya.

Dengan kondisi Wally yang seperti itu, akan sangat mudah berbagai pikiran negatif mengungkungnya. Sangat mudah baginya untuk dikuasai kemarahan dan kekecewaan lalu menyalahkan keadaan. Namun bukan hal itu yang dilakukan Wally. Dia memutuskan untuk menjadi pribadi yang berguna. Setelah berbagai usaha, termasuk mendaftarkan diri di Angkatan Udara, Wally terdampar di jalan Sunset Boulevard di Hollywood, menjajakan kue kering bibi Della.

Wally menerangkan gagasannya seperti ini: “Saya mendapatkan ide untuk membuat suatu produk yang sedemikian mendasar dan sederhana, orang akan berkata: 'Kamu tidak bisa membuatnya'. Karena belum ada orang yang membuatnya, saya menyimpulkan kini tiba waktunya bagi saya untuk membuatnya! Saya memiliki iman yang luar biasa, kepercayaan pada diri sendiri yang kokoh, dan saya membuat komitmen. Saya menyatakan, 'Aku bertekad membuka pintu ini dan menjual kue kering coklat'. Saya tidak berkata, 'Aku rasa' atau 'Aku harap' atau 'Mudah-mudahan kalau dicoba.' Saya bilang, 'Aku bertekad!'”

Lima bulan kemudian Wally melakukannya. Mula-mula dia mengumpulkan $25 ribu untuk membuka toko pertamanya. Dia membentuk satu perusahaan. Dia berbagi visinya dengan beberapa orang teman yang menanamkan modal padanya dan impiannya. Dia kemudian dikenal dengan produknya, Famous Amos Chocolate Chip Cookies.

Suatu hari Robert H. Schuller pernah bertanya kepadanya, bagaimana dia melakukannya, bagaimana dia dapat membuat begitu banyak orang menyokongnya dan impiannya yang belum pasti saat itu.

“Saya sangat bergairah,” dia menjawab, “dan demikian antusias sampai orang-orang berkata, 'Biarlah aku lakukan ini untukmu. Mari aku akan membantumu.'”

“Wally,” demikian Robert bertanya, “Kau katakan apa pada orang-orang yang tidak mempunyai visi ini, yang tidak memiliki antusiasme ini?”

“Yah, saya bilang pada mereka, kejarlah! Kehidupan mulai dan berakhir pada diri yang bersangkutan. Kita bukan korban. Ini merupakan evolusi bagi diri saya. Suatu proses bagi saya, karena waktu tumbuh di Tallahassee saya tidak memiliki sifat itu. Saya mempunyai komplex inferior. Sekarang kita menyebutnya rendah diri. Tetapi, saya mulai berpikir dan memperhatikan aspek-aspek personalitas saya yang dapat saya banggakan dalam diri saya.”

Luar biasa, seorang pemuda yang tidak dianggap bisa merangkak naik ke puncak kesuksesan dengan menemukan rasa berharga dan nilai dirinya yang sebenarnya. Dia sukses dalam usahanya, bahkan menerima penghargaan Horatio Algier dan Presidential Citation atau Surat Penghargaan Presiden untuk keunggulan berusaha. Selain itu, kemeja serta topi yang dipakainya dalam gambar pada bungkusan kuenya sudah diabadikan di Lembaga Smithsonian. Wally juga menjadi jurubicara Leterary Volunteers for America, Para Sukarelawan Pemberantas Buta Aksara di Amerika. Dia juga sibuk melayani sesama yang tidak bisa membaca dan menulis, berbagi karunia yang ia dapatkan agar orang lain dapat bebas dari penjara buta huruf dan memberi mereka sebuah harapan baru.

Ringkasan Khotbah Minggu, 05 Juni 2011

Pertumbuhan Rohani
(Ibrani 5: 11-14)

Tuhan ingin kita bertumbuh. Bertumbuh dalam segala hal, rohani dan jasmani. Pertumbuhan bukanlah pilihan, pertumbuhan adalah kewajiban. Pertumbuhan adalah keharusan. Tuhan ingin kita maju. Tuhan ingin kita berkembang. Tuhan ingin kita bermultiplikasi. Bertumbuh itu sifatnya progresiv, makin bertambah waktu makin bertambah. Kehidupan Kristen dirancang untuk kehidupan progresiv. Ada 3 penghalang utama orang untuk bertumbuh, berkembang dan maju, yaitu:
1. Telah lamban dalam hal mendengarkan (ay. 11). Orang tidak berkembang karena dia malas. Orang malas rohaninya tidak maju. Ekonominya tidak akan maju. Salomo berkata: Belajarlah dari semut. Ada pemikiran yang aneh: kalau orang kerja keras dipikir kena kutuk. Banyak orang ingin hidup santai tapi yang bisa maju di sana-sini. Apakah ini mungkin? Kita harus rajin, kita harus kerja keras. Karena tangan orang rajin menjadikan kaya (Ams. 10: 4), sebaliknya kemalasan mengakibatkan kerja paksa (Ams. 12:24). Jadi jika kamu ingin maju, kamu harus rajin. Kalau tokomu mau maju, kamu harus kerja keras. Kalau studimu mau maju, kita harus belajar lebih giat. Kalau rohanimu mau maju harus lebih banyak berdoa, membaca dan mendengarkan Firman Tuhan.

2. Ia adalah anak kecil (Ay. 12-13). Kemapanan / kenyamanan: ingin jadi bayi terus, tidak beranjak menjadi dewasa, inginnya dilayani terus. Akhirnya atau ujung-ujungnya tidak mau bertumbuh. Ciri-ciri bayi: terus menerus dilayani, tidak bisa apa-apa, tidak bisa melayani dirinya sendiri apalagi orang lain, sukanya makanan yang encer, yang ringan-ringan, akibatnya tidak kuat. Segala suatu terjadi panggil pendeta. tidak mandiri, serba tidak bisa apa-apa. Hanya orang dewasa yang bisa dipakai dalam pelayanan. Orang tidak bisa maju kalau tidak mau berubah! Kita harus kerja keras, supaya hidup kita berubah! Mengubah kebiasaan itu tidak mudah! Tetapi kalau kita tidak mau berubah maka kita tidak akan pernah maju.
3. Tidak pernah melatih diri (Ay. 14). Kita harus improve, meng-upgrade diri. Latihlah dirimu beribadah (1 Tim. 4: 7b). Dalam penelitian di Amerika mengenai penggunaan waktu dalam hidup: untuk tidur, kerja/belajar, berlibur, nonton TV menghabiskan lebih banyak waktu daripada untuk beribadah. Menurut survei waktu untuk beribadah hanya 0,07% saja. Di Korea, jam 5 pagi semua orang percaya pergi ke gereja dan berdoa sekalipun pada saat itu musim dingin (winter). Untuk bisa berdoa pagi harus dilatih supaya bisa melakukannya. Dengan demikian hidup kita bertumbuh dalam hal rohani. Jadi latihlah dirimu, improve-lah dirimu.

Tiga hal di atas perlu kita waspadai agar kehidupan rohani kita dapat mengalami pertumbuhan. Amin

By: Gembala Sidang - Minggu, 05 Juni 2011