RH Minggu, 26 September 2010

AKHIRNYA MENANG (Wahyu 12: 10-12)

Sebuah tafsiran kitab Wahyu yang lugas dan jitu bahwa Tuhan Yesus akhirnya menang. Kitab terakhir ini memang memaparkan kemenangan final Tuhan Yesus atas musuh-Nya. Dan, orang-orang yang telah ditebus-Nya turut ambil bagian dalam kemenangan tersebut. Nas kali ini menunjukkan tiga hal yang memampukan orang-orang kudus mengalahkan Iblis. Darah Anak Domba. Dasar kemenangan mereka ialah Kristus dan karya penebusan-Nya di kayu salib. Setiap orang yang berpaut kepada Yesus Kristus akan mampu melawan dan menundukkan Iblis (1 Yoh. 5:4-6). Perkataan kesaksian. Aktivitas iman mereka ialah memberitakan firman Allah; baik melalui perkataan maupun perbuatan. Dengan memahami, memercayai, dan menerapkan firman Allah secara konsisten, orang percaya akan berhasil membungkam dakwaan dan godaan Iblis. Tidak mengasihi nyawa sampai ke dalam maut. Inilah sikap iman yang menjungkalkan Iblis. Orang percaya menyadari hidup ini hanya sementara, sekaligus tempat pelatihan dan persiapan menuju kekekalan. Mereka siap untuk mengorbankan waktu, tenaga, harta, dan bahkan jika perlu nyawa, demi menyebarluaskan firman Allah. Apakah Anda memiliki ketiga hal tersebut? Orang-orang percaya menjadi pemenang berdasarkan kemenangan yang telah diraih Yesus Kristus.

RH Sabtu, 25 September 2010

BELAJAR UNTUK PERCAYA (Yohanes 11: 1-16)

Mungkin kita kerap bertanya, jika Tuhan mengasihi saya, mengapa Dia mengizinkan hal yang buruk terjadi? Hal ini juga pernah saya pertanyakan ketika dokter mengatakan mama sakit kanker stadium tiga. Kaki saya terasa lemas dan pikiran saya begitu kacau. Padahal saya sudah berdoa puasa beberapa bulan untuk kesembuhan mama. Padahal baru saja papa dan mama menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat beberapa hari yang lalu. Namun, mengapa kenyataan ini harus kami hadapi? Sungguhkah Yesus mengasihi kami?

Terkadang Tuhan membiarkan kita masuk ke dalam lembah kekelaman. Terkadang juga Tuhan membiarkan "seolah-olah" kita ditinggal sendirian. Namun, pada saat-saat seperti itulah sesungguhnya iman kita sedang diuji. Tuhan membiarkan kita mengalami masa-masa gelap dengan satu tujuan, yaitu agar kita belajar untuk percaya (ay. 15). Saat masa-masa gelap itu datang, maukah kita belajar percaya bahwa Tuhan tetap berdaulat dan mempunyai rencana indah di balik semua masalah yang sedang kita hadapi? Di saat kita tidak mengerti mengapa semua harus terjadi, marilah kita belajar untuk tetap percaya pada kebaikan hati Tuhan.

RH Jumat, 24 September 2010

BERBELA RASA (Roma 12: 9-16)

Dua orang ibu mengobrol di sekolah seusai mengambil rapor anaknya. "Bagaimana hasilnya, Bu Diah?" tanya Ibu Dewi. Spontan Ibu Diah menceritakan prestasi anaknya dengan penuh semangat. Selain menjadi juara pertama, anaknya mendapat beasiswa untuk studi lanjut di luar negeri. Dengan bangga, Ibu Diah menceritakan kehebatan anaknya. Tak lupa ia sisipkan kiat-kiat jitunya dalam mendidik. Ibu Dewi diam saja, sampai Ibu Diah bertanya, "Bagaimana dengan anakmu?" Dengan sedih Ibu Dewi menjawab singkat, "Yah, anak saya tidak naik kelas." Lalu, ia pergi.

Kita bisa menyakiti hati orang lain tanpa kita sadari. Utamanya saat kita menempatkan diri sendiri "lebih" dari mereka. Tak jarang dalam percakapan, orang asyik membicarakan kehebatan dirinya, agar dipandang terhormat. Saat diri sendiri dijadikan pusat perhatian, kita buta akan suasana hati orang lain! Saat berbicara, fokuskan perhatian sepenuhnya pada lawan bicara; pahami maksudnya; rasakan pergumulannya; baca suasana hatinya; tempatkan diri dalam posisinya. Dengan cara itulah kita mampu berbela rasa. Bisa menangis dan tertawa bersama mereka. Itulah kasih sejati yang tidak pura-pura.

RH Kamis, 23 September 2010

MELANGKAH DARI MASA LALU (Keluaran 14: 10-22)

Kehidupan kita seperti roda yang selalu berputar; selalu maju. Masa lalu tidak dapat diulang lagi. Namun begitu, kita kerap membandingkan keadaan yang terjadi di setiap masa. Misalnya, seingat saya, pada 1990-an, harga gula pasir sekitar Rp. 900,-/kg. Kini, harganya hampir 10 kali lipat! Maka, tidak heran jika ada orang yang berharap untuk kembali ke masa lalu.

Pengalaman ingin kembali ke masa lalu juga pernah dialami bangsa Israel ketika Musa memimpin mereka keluar dari Mesir. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga berpikir seperti bangsa Israel yang memilih tinggal di masa lalu karena "nyaman"? Tuhan menuntun Israel keluar dari Mesir untuk mengajarkan hal baru yang berharga. Demikian juga Dia menuntun kita melangkah maju setiap hari, untuk mengalami kuasa-Nya yang luar biasa. Jangan kecut dan tawar hati, sebab walau tantangan hidup bertambah, penyataan kuasa Tuhan juga semakin bertambah. Maka, nikmatilah hidup yang Tuhan hadirkan setiap hari. Dan majulah bersama Tuhan! Masa lalu diberikan Tuhan menjadi pelajaran berharga bukan sebagai bayang-bayang menyesakkan bagi hidup masa kini.

RH Rabu, 22 September 2010

BERPAKAIAN YANG PANTAS (Maleakhi 1: 6-14)

Alangkah baiknya kalau "prinsip" berusaha tampil “prima” diberlakukan ketika kita beribadah di gereja. Bukan berarti kita harus selalu berpakaian baru, tetapi setidaknya berusahalah tampil baik. Sayangnya selalu saja ada orang yang datang ke gereja dengan berpakaian seperti kalau mau jalan-jalan atau ke pasar. Mungkin mereka beralasan, Tuhan menilai hati bukan pakaian. Tidak salah, tetapi jangan lupa, apa yang tampak dari luar biasanya merupakan cerminan yang ada di dalam hati. Umat Tuhan mendapat teguran keras. Mereka telah mempersembahkan korban secara sembarangan dan asal-asalan. Bisa jadi mereka juga berpikir, Tuhan tidak melihat wujud dari persembahan itu. Namun, ternyata tindakan mereka mengundang murka Tuhan, sebab mereka telah menunjukkan sikap tidak hormat dan menghargai Tuhan. Ketika kita akan datang ke rumah Tuhan, nilailah dulu, apakah yang kita kenakan itu cukup pantas dan sopan untuk hadir di hadirat Sang Raja Mahakudus.

RH Selasa, 21 September 2010

PENERIMAAN (Roma 15: 1-7)

Dalam pergaulan sehari-hari, kerap kita jumpai orang yang imannya lemah. Ada yang masih percaya takhayul, gaya hidupnya duniawi, atau terikat dosa tertentu. Banyak pula yang belum beriman, bahkan mencela Kristus. Bagaimana sikap kita? Menghakimi dan menjauhi mereka? Rasul Paulus menantang kita untuk menerima mereka apa adanya, sebagaimana Kristus telah menerima kita. Menerima bukan berarti menyetujui perbuatan dosanya, melainkan "menanggung kelemahannya". Artinya, berusaha menanggung rasa tidak nyaman ketika menghadapi kelemahannya, sambil berdoa dan berusaha membangun imannya. Lebih gampang meninggalkan orang bermasalah, lalu bergaul dengan kawan seiman yang lebih menyenangkan. Di sini dibutuhkan penyangkalan diri, kesabaran, dan kerendahan hati. Namun, percayalah: penerimaan Anda akan menyentuh hidup mereka! Sebuah penerimaan yang tulus akan membuat jalan menuju Tuhan menjadi mulus.

RH Senin, 20 September 2010

RAJAWALI JATUH (Obaja 1-7)

Tentang kesombongan, C.S. Lewis menulis, "Berhadapan dengan Allah, manusia berhadapan dengan Sosok yang keunggulannya dalam segala aspek tak tertandingi. Kalau Anda tidak melihat Allah sebagaimana adanya - dan dengan demikian melihat diri Anda secara mutlak tidak sebanding dengan Dia - Anda sama sekali tidak mengenal Allah. Selama Anda sombong, Anda tidak mungkin mengenal Allah. Orang yang sombong selalu memandang ke bawah, merendahkan orang lain dan segala sesuatu: dan, tentu saja, selama Anda melihat ke bawah, Anda tidak akan dapat melihat sesuatu yang ada di atas Anda." Kesombongan berkaitan dengan cara pandang kita terhadap Allah serta siapa atau apa yang kita andalkan. Apakah kita menghormati Dia melalui sikap, ucapan, dan tindakan kita? Manakah andalan kita: diri sendiri, keunggulan yang kita miliki, atau Allah? Kiranya kita dijauhkan dari keangkuhan Edom dan belajar merendahkan diri di hadapan Allah.

Artikel


Tuhan Dan Penggembara
"..., Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Matius 28:20
Ada seorang pengembara yang sangat ingin melihat pemandangan yang ada di balik suatu gunung yang amat tinggi. Maka disiapkanlah segala peralatannya dan berangkatlah ia. Karena begitu beratnya medan yang harus dia tempuh, segala perbekalan dan perlengkapannya pun habis. Akan tetapi, karena begitu besar keinginannya untuk melihat pemandangan yang ada di balik gunung itu, ia terus melanjutkan perjalanannya.

Sampai suatu ketika, ia menjumpai semak belukar yang sangat lebat dan penuh duri. Tidak ada jalan lain selain ia harus melewati semak belukar itu. Pikir pengembara itu: "Wah, jika aku harus melewati semak ini, maka kulitku pasti akan robek dan penuh luka. Tapi aku harus melanjutkan perjalanan ini." Maka pengembara itu pun mengambil ancang-ancang dan ia menerobos semak itu. Ajaib, pengembara itu tidak mengalami luka goresan sedikitpun. Dengan penuh sukacita, ia kemudian melanjutkan perjalanan dan berkata dalam hati, "Betapa hebatnya aku. Semak belukar pun tak mampu menghalangi aku."


Selama hampir 1 jam lamanya ia berjalan, tampaklah di hadapannya kerikil-kerikil tajam berserakan. Dan tak ada jalan lain selain dia harus melewati jalan itu. Pikir pengembara itu untuk kedua kalinya: "Jika aku melewati kerikil ini, kakiku pasti akan berdarah dan terluka. Tapi aku tetap harus melewatinya." Maka dengan segenap tekadnya, pengembara itu berjalan. Ajaib, ia tak mengalami luka tusukan kerikil itu sedikit pun dan tampak kakinya dalam keadaan baik-baik saja. Sekali lagi ia berkata dalam hati: "Betapa hebatnya aku. Kerikil tajam pun tak mampu menghalangi jalanku."

Pengembara itu pun kembali melanjutkan perjalanannya. Saat hampir sampai di puncak gunung itu, ia kembali menjumpai rintangan. Batu-batu besar dan licin menghalangi jalannya, dan tak ada jalan lain selain dia harus melewatinya. Pikir pengembara itu untuk yang ketiga kalinya: "Jika aku harus mendaki batu-batu ini, aku pasti akan tergelincir dan tangan serta kakiku akan patah. Tapi aku ingin sampai di puncak itu. Aku harus melewatinya." Maka pengembara itu pun mulai mendaki batu itu dan ia tergelincir. Aneh, setelah bangkit, pengembara itu tidak merasakan sakit di tubuhnya dan tak ada satu pun tulangnya yang patah. "Betapa hebatnya aku. Batu-batu terjal ini pun tidak dapat menghalangi jalanku." Maka, ia pun melanjutkan perjalanan dan sampailah ia di puncak gunung itu.

Betapa sukacitanya ia melihat pemandangan yang sungguh indah dan tak pernah ia melihat yang seindah ini. Akan tetapi, saat pengembara itu membalikkan badannya, tampaklah di hadapannya sosok manusia yang penuh luka sedang duduk memandanginya. Tubuhnya penuh luka goresan dan kakinya penuh luka tusukan dan darah. Ia tak dapat menggerakkan seluruh tubuhnya karena patah dan remuk tulangnya.
Berkatalah pengembara itu dengan penuh iba pada sosok penuh luka itu: "Mengapa tubuhmu penuh luka seperti itu? Apakah karena segala rintangan yang ada tadi? Tidak bisakah engkau sehebat aku karena aku bisa melewatinya tanpa luka sedikit pun? Siapakah engkau sebenarnya?"

Jawab sosok penuh luka itu dengan tatapan penuh kasih: "Aku adalah Tuhanmu. Betapa hati-Ku tak mampu menolak untuk menyertaimu dalam perjalanan ini, mengingat betapa inginnya engkau melihat keindahan ini. Ketahuilah, saat engkau harus melewati semak belukar itu, Aku memelukmu erat supaya tak satupun duri merobek kulitmu. Saat kau harus melewati kerikil tajam, maka Aku menggendongmu supaya kakimu tidak tertusuk. Ketika kau memanjat batu licin dan terjatuh, Aku menopangmu dari bawah agar tak satupun tulangmu patah. Ingatkah engkau kembali pada-KU?" Pengembara itupun terduduk dan menangis tersedu-sedu. Untuk kedua kalinya, Tuhan harus menumpahkan darahNya untuk suatu kebahagiaan. Kadang, kita lupa bahwa Tuhan selalu menyertai dan melindungi kita.

Kita lebih mudah ingat betapa hebatnya diri kita yang mampu melampaui segala rintangan tanpa menyadari bahwa Tuhan bekerja di sana. Dan sekali lagi, Tuhan harus berkorban untuk keselamatan kita. Maka, seperti Tuhan yang tak mampu menolak untuk menyertai anak-Nya, dapatkah kita juga tak mampu menolak segala kasih-Nya dalam perjalanan hidup kita dan membiarkan tangan-Nya bekerja dalam hidup kita?

Artikel


Semua Butuh “Proses …”

Dalam satu tandan pisang, tak semua buahnya matang secara serentak. Ada diantaranya yang masih berwarna hijau tua. Maka, sang petani ada kalanya harus menyimpannya kembali beberapa saat dan menunggu hingga matang semuanya.

Pisang yang telah matang dan pisang yang terlambat matang, kelak akan memiliki rasa yang sama yakni memiliki rasa pisang. Meskipun waktu untuk menjadi matang pada pisang berbeda-beda…

Begitulah kita tak mungkin semuanya sama. Ada kalanya menurut ukuran kita, suatu masalah dapat diselesaikan hanya dengan beberapa menit saja. Tapi bagi orang lain belum tentu, ia butuh waktu untuk menyelesaikannya. Bahkan belum sampai pada kesempurnaan. Namun pada akhirnya, hasil yang didapatkan tetap dapat dirasakan.

Dalam hidup ini tak seorang pun sempurna pada bingkai kemampuannya. Karena di antara kita memang tidak sama dan serupa, kita dilahirkan berbeda, hidup di lingkungan berbeda, pada kondisi yang berbeda dan segala hal yang berbeda. Yang mesti diingat adalah bahwa setiap orang memiliki kesamaan keinginan dan memiliki hak yang sama dalam mendapat kesempatan, betapapun itu harus dipergilirkan. Karenanya, percuma saja memperdebatkan suatu ketidaksamaan, perbedaan, dan ketidakcocokan dengan orang lain, karena kita tak akan mendapat titik temu.

Sungguh tak ada yang sempurna di antara kita, maka janganlah rendah diri … semua butuh proses menjadi lebih baik.

Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia. (1 Yohanes 2: 5)

Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. (Filipi 3: 12)

HUMOR

Kena Batunya
Seorang mahasiswa yang terkenal sombong akan menyelesaikan pendidikannya dan diharuskan mengikuti kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang terletak di sebuah daerah pelosok yang jauh dari kota. Dalam perjalanan dengan bus penumpang umum menuju desa tujuannya, mahasiswa itu duduk berdekatan dengan seorang petani yang memangku sebakul jagung.
"Bu, jagung sebakul saja kok dipangku seperti itu. Kenapa tidak ditaruh di lantai saja?" kata pemuda kota ini. "Ini makanan pokok kami yang paling berharga, Nak," jawab ibu petani itu.
"Makanan berharga? Huh, kalau di kota, jagung hanya untuk makanan kuda, Bu," ujarnya dengan nada sombong. Ibu petani itu hanya diam saja sambil berpikir dalam hati betapa sombongnya anak muda ini.
Saat bis mulai memasuki jalan menurun yang berkelok-kelok, pemuda tersebut mulai terserang pusing dan mual sampai akhirnya ia muntah-muntah. Rupanya pagi hari itu dia sempat sarapan bubur sayur campur jagung yang kini keluar semua. "Supirrrrrr, berhentiiiii! Nih ada kuda lagi muntah-muntah di samping saya!" teriak ibu petani.

Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu. (Yesaya 2: 11)

JADWAL IBADAH

KEBAKTIAN DOA MALAM
17 September '10 - Pk. 19.00 Wib
Pembicara: Ev. Yovita R. Pandin

KEBAKTIAN WANITA
18 September '10 - LIBUR

KEBAKTIAN PEMUDA
18 September '10 - Pk. 18.00 Wib
Acara: SHARING

KEBAKTIAN UMUM
19 September '10
Pk. 07.30 Wib; Pk. 10.00 Wib; Pk. 17.00 Wib
Pembicara: Gembala Sidang

KEBAKTIAN ANAK
19 September '10
Pk. 07.30 Wib; Pk. 10.00 Wib; Pk. 17.00 Wib

KEBAKTIAN REMAJA
19 September '10 - Pk. 10.00 Wib

JADWAL IBADAH

Jumat, 10 September '10:

KEBAKTIAN DOA MALAM - Pk. 19.00 Wib
Pembicara: Bp. Steven J.

Sabtu, 11 September '10:

KEBAKTIAN WANITA - LIBUR

YOUTH OF MARANATHA - Pk. 18.00 Wib
Pembicara: Sdr. Joshua


Minggu, 12 September '10:

KEBAKTIAN UMUM - Pk. 08.00 & 17.00 Wib
Pembicara: Pdt. Lindawati K.

KEBAKTIAN ANAK - Pk. 08.00 & 17.00 wib
(di Ruko H/23)


KEBAKTIAN TEENS - Pk. 08.00
(di Ruko i/25)

RH Minggu, 19 September 2010

CARON BUTLER (Ratapan 3: 39-48)

Caron Butler adalah pemain basket profesional yang bermain untuk tim Washington Wizards di Amerika Serikat. Saat ini ia dikenal sebagai pemain yang bukan saja hebat, tetapi juga mengabdi kepada masyarakat. Padahal semasa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang bermasalah dan pernah dipenjara. Namun ternyata justru di dalam penjara itulah, ia mengevaluasi hidupnya dan menyadari kesalahan-kesalahan yang telah ia perbuat. Maka ia pun berubah, sehingga bisa menjadi Caron Butler seperti yang dikenal sekarang.

Kesusahan yang kita alami kerap kali menjadi waktu yang tepat untuk kita berdiam diri dan mengevaluasi hidup. Jika saat ini kita sedang berada dalam kesusahan, jangan hanya meratap dan mengasihani diri. Pakailah kesempatan ini untuk mengevaluasi diri. Pikirkan dengan jujur apakah situasi ini disebabkan oleh kesalahan kita sendiri. Memang tidak selalu demikian. Namun, ambillah kesempatan untuk benar-benar "menilai" hidup kita. Bagaimana sikap kita terhadap sesama, terhadap Tuhan? Waktu evaluasi akan menolong kita untuk memperbaiki kesalahan dan mengambil langkah yang baru.

RH Sabtu, 18 September 2010

MITRA SEJAJAR (Hakim-hakim 4: 1-10)

“Wanita dijajah pria sejak dulu. Dijadikan perhiasan sangkar madu. Namun, ada kala pria tak berdaya. Tekuk lutut di sudut kerling wanita." Demikian petikan syair lagu lama berjudul Sabda Alam, ciptaan Ismail Marzuki. Ungkapan "wanita dijajah pria" dan "pria tekuk lutut di sudut kerling wanita", menggambarkan seolah-olah pria dan wanita berhadapan sebagai lawan. Namun, harus diakui bahwa penggambaran seperti itulah yang kerap terjadi dalam kenyataan. Pria dan wanita tidak berdampingan sebagai mitra, tetapi sebagai pesaing; tidak saling mendukung, tetapi saling menundukkan; tidak saling melengkapi, tetapi saling mempreteli.

Hal ini jelas tidak sesuai dengan rencana Allah ketika menciptakan pria dan wanita. Suami dan istri sama-sama pentingnya. Kalau suami itu "kepala" keluarga, istri adalah "leher" keluarga. Dengan kesadaran dan pengakuan demikian, pria dan wanita bisa membangun relasi berdasarkan saling menghargai dan menghormati. Kemitraan pria dan wanita akan terjalin baik kalau masing-masing punya rasa respek dan hormat.

RH Jumat, 17 September 2010

JANGAN LUPA DIRI (Lukas 12: 13-21)

C.S. Lewis, dalam bukunya yang berjudul The Screwtape Letters, mengungkapkan, "Kesuksesan dan kemakmuran mengikat manusia kepada dunia. Manusia merasa mengejar kesuksesan dan kemakmuran sebagai suatu proses dalam hidup untuk menemukan tempatnya di dalam dunia. Padahal sebenarnya dunialah yang sedang mencuri tempat di dalam hatinya."

Di dunia ini, kesuksesan dan kemakmuran seseorang umumnya diukur dengan kemapanan pekerjaan dan besar kecilnya penghasilan. Pekerjaan yang mapan dan penghasilan yang besar tentu bukan sesuatu yang buruk. Akan tetapi, kita harus sangat berhati-hati saat berusaha mencapai prestasi dan penghasilan yang mapan. Jangan biarkan diri kita menjadi sangat terikat pada hal-hal tersebut, sebab keberadaan kita di dunia hanya sementara waktu. Seperti kisah orang kaya yang bodoh dalam firman Tuhan hari ini. Pemazmur mengatakan usia manusia mungkin 70 tahun, dan jika kuat 80 tahun. Jadi, kita tak boleh berusaha terlalu keras atau merasa terlalu nyaman di dunia sampai melupakan kehidupan kekal. Jangan melekatkan hati kepada harta kekayaan.

RH Kamis, 16 September 2010

WAKTU BERSAMA ALLAH (Roma 8)

Apabila kita berada di puncak gunung, kita bisa melihat pemandangan yang luar biasa indah. Cakrawala terbentang. Sejauh mata memandang, alam semesta begitu indah hingga ke kaki langit. Matahari yang merekah. Awan yang berarak. Pepohonan yang hijau. Sawah ladang yang menguning. Aliran sungai yang meliuk dengan riaknya yang indah. Tak ada yang menghalangi pandangan mata kita. Namun, sangat berbeda kalau kita ada pada jarak dekat. Yang tampak adalah banyaknya semak belukar, pepohonan yang tak semua hijau, bahkan penuh ranting dan duri.

Serupa dengan itu, kita juga akan melihat hal yang luar biasa indah jika kita berada di tempat yang tinggi. Yakni apabila kita meletakkan hati kita di tempat Allah berada. Hanya dengan demikian, kita dapat melihat segala yang terjadi dalam kacamata Allah. Jika kita merasa lelah, beban begitu berat, berbagai persoalan menimpa, hingga hidup begitu hampa, datanglah kepada-Nya. Roh Kudus akan membawa kita ke hadirat Allah Yang Mahatinggi, dan menolong kita melihat semua hal yang ada dalam hidup kita, dari tempat Allah melihatnya. Di dalam doa, Dia menolong kita melihat indahnya lika-liku hidup kita bersama Allah.

RH Rabu, 15 September 2010

FIGUR BAPA (Efesus 6: 1-9)

Salah satu penyebab terbesar rusaknya generasi ini adalah karena mereka tidak mendapatkan figur bapa. Dalam buku Father's Connection karya Josh McDowell, ada sebuah data yang sangat menarik. Pertama, Dr. Loren Moshen menemukan bahwa sebagian besar pelanggaran hukum yang dilakukan remaja dan pemuda sebenarnya bukan karena kemiskinan, tetapi karena ketidakhadiran ayah. Mereka tidak memiliki figur bapa. Kedua, 60% gadis remaja yang dibesarkan tanpa ayah, cenderung melakukan hubungan seks sebelum menikah. Ketiga, hampir sebagian besar hidup manusia dipengaruhi oleh orangtua. Jika dibesarkan dengan kecaman, anak jadi suka mencela. Jika dibesarkan dalam permusuhan, anak jadi suka bertengkar. Jika orangtua tak pernah mendukung, anak jadi minder dan tak percaya diri. Dan sebagainya. Mungkin selama ini kita frustrasi mengubah sikap anak kita yang buruk. Sampai-sampai kita merasa gagal mendidik mereka. Kini, izinkan Roh Kudus membuka mata rohani kita, sehingga kita bisa lebih dulu berkomitmen untuk berubah. Agar kita dapat menjadi orangtua yang tak hanya berteori, tetapi memberi teladan hidup yang baik. Orangtua yang bijak dan punya integritas. Orangtua yang mampu membuat hati anak-anak bangga memiliki kita!

RH Selasa, 14 September 2010

MENGASIHI MUSUH (Matius 5: 43-48)

Uskup Agung Cranmer dikenal oleh banyak orang sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk mengasihi orang yang telah menyakiti hatinya. Sampai-sampai muncul pernyataan orang bahwa jika Anda mau berteman dengannya, sakitilah hatinya lebih dulu. Maka, ia akan melayani dan mengasihi Anda. Memang, mengasihi musuh bukanlah hal yang mudah. Kita cenderung lebih mudah untuk berkata, "Kalau dia berbuat jahat sekali kepada saya, saya akan membalasnya dua kali." Namun, membalas kejahatan dengan kejahatan adalah cara dunia. Alkitab mengungkapkan sebuah cara yang sangat berbeda dengan dunia. Untuk menghadapi musuh, kita tidak perlu buru-buru menggunakan senjata atau kepalan tangan, tetapi dengan kasih. Sebaliknya, anak-anak Tuhan membalas orang yang mencaci dan menganiaya mereka bukan dengan kekerasan atau kebencian, melainkan dengan doa. Inilah prinsip anak-anak Allah. Mari kita mulai dengan langkah-langkah kecil. Berdoalah untuk musuh kita, lalu lakukan hal yang sederhana untuknya. Dalam hal ini Matthew Henry, seorang hamba Tuhan pada abad ke-16, mengusulkan agar kita belajar untuk membalas cercaan bukan dengan cercaan, melainkan dengan kata-kata yang sopan dan lemah lembut.

RH Senin, 13 September 2010

TUGAS KITA (1 Yohanes 4: 7-21)

Pada 24 November 1974, John Stott, seorang pendeta senior dari Inggris, yang oleh Majalah Times dimasukkan ke dalam daftar 100 tokoh berpengaruh di dunia, mengakhiri khotbahnya dengan bercerita tentang gereja yang diimpikannya. Salah satunya adalah: gereja yang memelihara, yang anggotanya beragam latar belakang, memiliki persekutuan yang hangat dan terhindar dari pementingan diri sendiri, yang anggotanya saling mengasihi dengan tulus, dan juga yang mau membantu orang lain. Sebuah mimpi yang indah dan penting. Sebab itulah salah satu tugas gereja, yaitu menjadi "wadah" para warganya untuk bertumbuh dalam iman, dan berbuah dalam sikap hidup sehari-hari, sehingga dunia dapat merasakan nilai kehadirannya. Masalahnya, kita kerap menganggap itu hanyalah tugas gereja sebagai institusi, dan bukan tugas kita secara pribadi. Padahal gereja adalah orang-orangnya. Orang-orang yang dipanggil dari kegelapan dan diselamatkan oleh Kristus. Biarlah orang lain "melihat" Allah melalui gerejanya. Melalui kita. Caranya, dengan memiliki sikap hidup saling mengasihi. Tugas kita untuk membuat orang lain dapat melihat dan merasakan kasih Allah adalah melalui sikap dan tutur kata kita. Mengatakan apa yang kita lakukan memang penting. Namun melakukan apa yang kita katakan, itu lebih penting.

Artikel

Untuk hari ini!
Saya akan berkata, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4: 13)

Untuk hari ini!
Saya tidak akan takut, “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2 Timotius 1: 7)

Untuk hari ini!
Saya tidak kuatir akan masalah yang datang, karena “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, ....” (Roma 8: 28)

Untuk hari ini!
Saya tidak akan bimbang dan kurang beriman, karena “... tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” (Ibrani 11: 6)

Artikel

Menjadi Jam Swiss Atau Sekedar Ganjal Pintu?

Saya membaca dari satu informasi bahwa 1 pon (sekitar 1/2 kilo) plat baja saat ditimbang punya harga sekitar 5 dollar (Rp. 45.000). Itu mungkin bisa untuk membuat ganjal pintu yang bagus. Jika anda membawa baja dengan berat yang sama untuk membuat sepatu kuda, kini harganya naik menjadi sekitar 50 dollar (Rp. 450.000). Bawalah baja itu dan dibuat jarum suntik kedokteran, nilainya menjadi 500 dollar (Rp. 4.500.000). Namun bila baja itu dibuat menjadi pegas atau per yang diperlukan dalam jarum buatan Swiss, maka 1 pon baja itu menjadi senilai 5000 dollar (Rp. 45.000.000).

Perbedaannya adalah pada apa yang dilakukan pada bahan mentah itu. Sekarang apa yang bisa anda lakukan dengan bahan mentah yang Tuhan telah berikan pada Anda?

Saya melihat orang-orang yang terus menerus mengganti pekerjaan, rumah, pasangan hidup, gereja dan juga teman-temannya – mereka mencari satu bentuk kehidupan yang sempurna, namun mereka tidak pernah berpikir tentang merubah diri mereka sendiri. Apa yang bisa Anda lakukan untuk membuat bahan mentah yang anda miliki menjadi lebih bernilai?

Adalah menakjubkan bagi saya ketika melihat tangan manusia secara fisik bisa dipakai untuk menggenggam senjata dan merampok toko swalayan serta tangan yang sama bisa dilatih dan dibentuk untuk menggenggam pisau bedah untuk operasi menyelamatkan jiwa seseorang. Satu batu bata bisa dipakai untuk melempar jendela rumah orang lain atau menjadi bagian dari gereja yang indah.

Apakah Anda telah melihat potensi lengkap yang telah diberikan pada diri Anda? Apa yang bisa Anda lakukan di waktu mendatang untuk membuka bungkusan potensi Anda dan terlibat lebih jauh dengan kapasitas Anda untuk membuat dunia lebih baik? Apakah Anda membutuhkan training, pelatihan, peneguhan, inspirasi atau harapan? Buatlah keputusan untuk menjadi Jam Swiss dan bukan sekedar ganjal pintu.

Artikel

Run Man!! Run!!

Yang membedakan orang berhasil dan tidak berhasil bukanlah karena faktor keadaan, latar belakang, atau keahlian dan kemampuan orang tersebut. Berikut ini adalah sebuah kisah nyata dari Glenn Cunningham, yang menjadi inspirasi bagi banyak orang di dunia.

Glenn Cunningham berumur 8 tahun ketika ia mengalami kecelakaan. Kecelakaan tersebut disebabkan tungku pemanas sekolah yang tiba-tiba meledak, ketika Glenn dan kakaknya Floyd sedang praktek di labotarium sekolahnya. Kecelakaan itu telah menewaskan Floyd, sedangkan Glenn mengalami cidera yang cukup parah pada kakinya.

Dokter menyarankan agar kedua kaki Glenn diamputasi, tapi sambil menangis Glenn memohon agar kakinya tidak dipotong. Orang tuanya akhirnya tidak tega dan menuruti keinginannya sehingga kakinya selamat dari amputasi. Dalam hatinya, Glenn yakin suatu saat ia akan dapat berjalan lagi. Kedua kaki Glenn bengkok dan semua jari kaki kirinya hilang. Setelah perban dibuka, kedua orang tuanya bergiliran mengurut kakinya setiap hari meskipun hampir tak ada perubahan.

Tapi beberapa bulan kemudian Glenn mencoba berdiri dan berjalan dengan dibantu oleh ayahnya. Kakinya tetap diurut setiap hari dan kemudian Glenn Cunningham yang tadinya kata dokter “tidak mungkin dapat berjalan lagi” kini bisa berjalan. Glenn merasa kakinya masih lemah sehingga ia bertekad ingin terus menguatkan kakinya. Ia mulai berlari pada setiap kesempatan. Ia berlari ke sekolah, ia berlari ketika mengikuti paduan suara, ia berlari ke toko daging, ia berlari di lapangan, ia berlari mencari kayu bakar dan berlari pulang dengan kedua tangan penuh kayu. Ia tidak pernah berjalan apabila ia bisa berlari.

Lima tahun kemudian, ketika berumur 13 tahun, ia memenangkan juara lari di Morton County Fair. Sejak itu ia semakin sering mengikuti kejuaraan lari dan selalu berhasil menjadi pemenang. Glenn Cunningham menjadi juara lari bukan karena kakinya kuat, bahkan kaki itu pernah hampir dibuang. Glenn menjadi juara karena ia berlari pada saat semua orang berjalan.

Dari kisah di atas, menggambarkan perbedaan antara orang yang “terus berlari” dengan orang yang pesimis atau “malas berlari”. Banyak orang yang sukses dan berhasil karena terus berlari. Milikilah ‘The Spirit of Excellent’. Berlarilah pada saat orang lain berjalan. Run Man! Run!

Artikel

Cara Melihat Tuhan
(Nahum 1: 1-8)

Hubungan kita dengan Tuhan akan sangat ditentukan cara pandang kita kepada-Nya. Ini kebenaran yang tak bisa disangkal lagi. Ada banyak bukti yang bisa mendukung pernyataan ini. Lihatlah Tuhan sebagai Diktator, maka hubungan kita dengan Tuhan seperti bos dengan karyawan. Kita sangat takut berbuat kesalahan. Bukan karena kita ingin hidup benar. Tapi karena kita takut kalau berkat kita akan disusutkan oleh Tuhan, persis seperti bos yang memotong gaji karyawannya.

Lihatlah Tuhan sebagai Hakim yang tak kenal belas kasihan, maka hubungan kita akan seperti hakim dan terdakwa. Kita selalu melihat Tuhan memegang palu dan siap-siap memvonis kita. Tak heran hubungan kita dengan Tuhan tidak akrab. Bagaimana bisa akrab jika kita takut mendekat? Bagaimana kita bisa mendekat kalau berpikir Ia sangat hobi mengetok palu tanda bersalah?

Lihatlah Tuhan sebagai Bapa yang sabar dan yang seakan tidak bisa marah, maka hubungan kita akan seperti bapa dengan anaknya yang kurang ajar. Kita akan gampang sekali berbuat dosa dan menganggap bahwa dosa adalah hal yang biasa. Kita pun berpikir pendek, nanti dosa kita juga diampuni Tuhan. Bukankah Ia penuh kasih dan pengampunan? Kita pun akan menjadi orang Kristen yang mempermainkan Tuhan, bahkan bersikap kurang ajar terhadap-Nya.

Lihatlah Tuhan sebagai Dalang, maka hubungan kita akan seperti dalang dengan wayangnya. Kita selalu merasa bahwa hidup kita ini tak ubahnya seperti robot yang sudah disetel dan diset sedemikian rupa oleh empunya. Lupa bahwa kita tidak diciptakan seperti robot, melainkan sebagai makhluk yang memiliki kehendak bebas.

Lalu bagaimana seharusnya kita melihat Tuhan? Jangan lihat Tuhan pada satu sisi saja. Tuhan memang Bos kita, tapi Ia tidak pernah melihat kita semata-mata sebagai upahan-Nya saja. Sebab Ia juga sekaligus menjadi Bapa yang baik bagi kita. Karena hubungan kita sebagai bapa dan anak, bukan berarti kita bisa mempermainkan Tuhan dan bersikap kurang ajar kepada-Nya. Ingat, bahwa Tuhan juga sebagai Hakim yang tegas dan tak kenal kompromi dengan dosa. Meski kita anak-Nya, tapi Ia juga akan menghukum seandainya kita berbuat kesalahan. Pemahaman yang seperti ini akan membuat kita memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan.

Jangan lihat Tuhan pada satu sisi saja, agar kita memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan.

Tuhan itu panjang sabar..., tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. (Nahum 1: 3)

RH Minggu, 12 September 2010

SUKA DIPENJARA (2 Korintus 12: 20 – 13:5)

Enam tahun lamanya Danny Villegas dipenjara karena merampok bank. Setelah bebas, ia bekerja di perusahaan konstruksi, tetapi merasa bosan. Ia merindukan hidup di penjara lagi. Maka, Danny mendatangi Bank Credit Union di Florida. Ia merampok uang di kasir lalu berkata: "Sekarang kamu boleh menelepon polisi." Sementara kasir menelepon polisi, Danny duduk di lobi menanti polisi datang. Lalu ia menyerahkan diri, agar bisa dijebloskan ke penjara lagi.

Seperti Danny, orang percaya pun bisa tergoda untuk kembali dalam hidup lama. Daya pikat dosa dewasa ini masih sama hebatnya. Lewat kemajuan teknologi media dan internet, kita dapat terbujuk masuk ke dalam dunia dan gaya hidup yang berdosa. Jika bersikap kompromis, pencemaran bisa terjadi tanpa kita sadari. Membuat kita kembali dalam penjara dosa. Turutilah nasihat Paulus: "Ujilah dirimu sendiri!" Adakan chek-up rutin kerohanian Anda. Dari daftar dosa yang disebut Paulus di ayat 20 dan 21, masih adakah yang menguasai Anda? Penjara dosa tidak tampak menyeramkan, ia terlihat seperti taman hiburan.

RH Sabtu, 11 September 2010

TERLALU BETAH (Filipi 3: 17 – 4: 1)

Merhan Karimi Nasseri, warga Iran, dicabut kewarganegaraannya ketika menaiki pesawat terbang menuju Paris. Paspornya diambil. Tanpa bukti kewarganegaraan, setiba di Paris ia tidak diizinkan meninggalkan bandara. Selama sebelas tahun ia tinggal di Terminal 1; mandi di toilet bandara, dan hidup dari bantuan staf bandara. Pada 1999, pemerintah Prancis akhirnya memberinya izin untuk tinggal dan bekerja. Sekarang ia bebas pergi kemana pun. Anehnya, ia memilih tetap tinggal di bandara-sudah telanjur betah. Setelah dibujuk beberapa hari, baru ia mau pergi.

Sebuah bandara, sebesar dan sebagus apa pun, bukan rumah. Begitu juga dunia ini bukan rumah sejati kita. Rasul Paulus mengingatkan, kita adalah warga surga. Kita tinggal di dunia hanya sementara. Maka, jangan sampai terlalu lekat dengan daya tarik dan kenikmatannya. Orang yang terlalu lekat pada dunia akan takut meninggalkan dunia ini apabila saatnya tiba. Segala hal yang telah telanjur digenggam erat biasanya sangat sulit dilepaskan. Maka, bersyukurlah jika terkadang Tuhan mengizinkan kita mengalami kehilangan, baik benda, kuasa, maupun kekasih tercinta. Semuanya menyadarkan bahwa dunia bukan rumah kita. Semuanya fana dan akan lenyap.

RH Jumat, 10 September 2010

MEMILIH UNTUK BERSYUKUR (Habakuk 3: 17-19)

Ada cerita tentang dua anak yang bernama Ceria dan Murung. Seperti namanya, Ceria sifatnya periang dan selalu tersenyum. Sebaliknya, Murung suka mengeluh dan selalu cemberut. Suatu kali Murung mendapat hadiah telepon genggam dari orangtuanya. Ia senang sekali, tetapi tidak lama wajahnya murung lagi. Ia khawatir teman-temannya meminjam telepon genggamnya itu dan merusakkannya. Bukannya mendatangkan kegembiraan, hadiah itu malah menjadi beban buatnya. Pada saat bersamaan, Ceria juga mendapat hadiah dari orangtuanya, yaitu kotoran kuda. Ketika menerima hadiah itu, Ceria kaget sekali, tetapi segera ia berpikir, "Ah, masa Ayah dan Ibu hanya memberi kotoran kuda, pasti ada sesuatu yang baik di balik ini." Ia lalu menghampiri ayah dan ibunya. "Ayah dan Ibu sangat mengasihi saya, jadi tidak mungkin hanya memberi kotoran kuda. Ini pasti sebuah tanda, bahwa Ayah Ibu sudah membelikan seekor kuda buat saya, " kata Ceria seraya tersenyum dan memeluk mereka. Cerah suramnya kehidupan kerap tidak tergantung pada kondisi di luar diri kita, tetapi pada bagaimana kita memandang dan menyikapinya. Sekarang ini, kita mungkin tengah berada dalam kondisi yang sulit, tetapi sesungguhnya dalam keadaan demikian pun kita tetap dapat memilih untuk bersyukur.

RH Kamis, 09 September 2010

JAWABAN-NYA TAK TERDUGA (Matius 14: 22-23)

Seringkali kita kepayahan menghadapi masalah hidup dan sangat mengharapkan pertolongan Tuhan. Namun, kita sulit mengenali Dia karena cara kedatangan-Nya di luar dugaan kita. Atau, bentuk pertolongan-Nya berlawanan dengan keinginan kita. Bukannya membaik, keadaan tampaknya malah semakin memburuk. Dan, kita mengira tengah dicobai oleh Iblis! Benarkah? Seseorang pernah menulis puisi: Ia meminta kekuatan, dan Allah memberinya kesulitan untuk menjadikannya kuat. Ia meminta hikmat, dan Allah memberinya masalah untuk dipecahkan. Ia meminta kemakmuran, dan Allah memberinya otak dan kegigihan untuk bekerja. Ia meminta keberanian, dan Allah memberinya bahaya untuk diatasi. Ia meminta kasih, dan Allah memberinya orang bermasalah yang perlu ditolong. Ia meminta kemurahan, dan Allah memberinya kesempatan. Ia tidak menerima satu pun yang diinginkannya; ia menerima segala sesuatu yang diperlukannya. Doanya terjawab.

Lain kali, saat keadaan berlawanan dengan harapan kita, bersiaplah: Jangan-jangan Tuhan malah tengah datang mendekat! Tuhan tidak berjanji memuaskan keinginan kita namun Dia pasti mencukupkan kebutuhan kita.

RH Rabu, 08 September 2010

PANTULAN MATAHARI (Yeremia 23: 21-24)

Sinar matahari dapat terpantul di berbagai tempat. Orang senang bertamasya ke pantai untuk menyaksikan matahari terbit atau terbenam, menyemburatkan pantulan yang elok di lautan. Jika Anda melintasi danau atau sungai pada hari yang cerah, matahari juga terpantul di sana. Kalau Anda hanya menemukan genangan air, di situ pun Anda dapat melihat pantulan matahari. Pada waktu pagi, tengoklah embun yang menempel di daun: matahari terpantul seperti lampu kecil yang amat cemerlang! Pantulan sinar matahari hanyalah gambaran sekilas dari kemahahadiran Allah. Dia ada di mana-mana, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Kemahahadiran Allah kiranya menghibur dan menguatkan kita. Allah tidak pernah meninggalkan kita. Dia menyertai kita senantiasa, dan kita dapat mengandalkan pertolongan-Nya. Tidak ada perkara yang terlalu kecil, sehingga Dia mengabaikannya. Tidak ada pula perkara yang terlalu besar, sehingga Dia tidak sanggup mengatasinya.

RH Selasa, 07 September 2010

PENGKHOTBAH BERTARIF (Kisah Para Rasul 20: 31-38)

Memanfaatkan nama tenar yang sudah dimiliki, seorang pengkhotbah meminta bayaran dengan nominal tertentu, serta fasilitas akomodasi kelas utama untuk pelayanan yang ia berikan. Pihak penyelenggara pun menyanggupinya. Dengan alasan, nama populer yang dimiliki sang pengkhotbah menjadi "jaminan" suksesnya acara. Hal ini sangat bertolak-belakang dengan Paulus. Kita diajar bagaimana kita mesti melayani Tuhan. Jangan sampai ketika melayani Dia, kita memanfaatkan kesempatan untuk meraup keuntungan pribadi dari mereka yang kita layani. Jangan sampai nama besar membuat kita menuntut lebih banyak fasilitas dan kenyamanan. Kemurnian dan ketulusan hati adalah kunci dalam mengabdi kepada Tuhan. Dan di situlah pelayanan kita akan berbuah banyak dan memuliakan Tuhan. Pelayanan bukan tempat mencari keuntungan pribadi melainkan tempat paling tepat untuk tulus mengabdi.

RH Senin, 06 September 2010

MATI ADALAH KEUNTUNGAN (Filipi 1: 21-24)

Coyote adalah sejenis serigala yang berkembang biak sangat pesat di Amerika bagian utara. Para petani di sana memiliki pandangan yang berbeda terhadap binatang itu. Sebagian memandang coyote sebagai binatang perusak, karena menjadi ancaman bagi hewan peliharaan, seperti kucing dan anjing. Sebagian lagi memandang coyote sebagai binatang yang bermanfaat, karena dapat melindungi tanaman dari hama tikus dan hewan pengerat lainnya. Begitulah, satu hal atau keadaan dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda; sisi terang dan sisi kelam. Demikian juga hal kematian. Pada satu sisi kematian bisa dilihat sebagai peristiwa kelam. Karena itu, orang akan berduka jika mengetahui saat menghadapi kematiannya mendekat. Kita suatu saat, cepat atau lambat, akan diperhadapkan pada kenyataan ini. Dalam situasi demikian, marilah kita berpegang pada iman dan pengharapan kita di dalam Kristus, sehingga kita dapat menghadapinya dengan tetap tenang.

Artikel

Suami Menggotong, Istri Mengingatkan

Seorang wanita suatu hari mengikuti retret akhir pekan dengan sekelompok wanita gereja. Menjelang pertengahan sesi terakhir pada hari Senin pagi, tiba-tiba dia berdiri dan meninggalkan ruangan. Didorong rasa kuatir, seorang kawan menyusulnya karena ingin tahu apa yang menyebabkan dia meninggalkan ruangan dengan mendadak. Kawannya mendapati wanita ini sedang meletakkan gagang telepon di lobby.

"Ada apa?" tanya kawannya dengan nada mendesak.
"Tidak, tidak ada apa-apa," jawabnya.
"Saya tidak bermaksud membuatmu kuatir."
Dengan agak malu, ia menambahkan, "Saya tiba-tiba ingat hari ini hari senin -- tukang sampah datang."
"Tukang sampah datang? Suamimu masih di rumah, pasti ...."
"Ya," wanita ini menyela," tetapi dibutuhkan kami berdua untuk mengeluarkan tempat sampah, Saya tidak dapat menggotongnya. Dan dia tidak dapat mengingat harinya."

Suatu pernikahan dimaksudkan untuk saling melengkapi ---- dua orang yang bekerja sama sebagai satu kesatuan, bukan dengan bersaing, namun dalam kebersamaan yang saling menguntungkan. Belajar bagaimana bekerja sama dan bagaimana hidup bersama adalah ‘pemeliharaan’ cinta.

Apa yang Alkitab katakan tentang hal ini, “Istri adalah penolong suami dan suami adalah kepala rumah tangga…” Suami yang pelupa ‘ditolong’ oleh istrinya dengan mengingatkannya dan suami melakukan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh istrinya, karena itulah suami mengambil kendali atas rumah tangganya.

Artikel



Paruh Rajawali
Rajawali adalah burung yang istimewa, bahkan mendapat tempat khusus di dalam Alkitab. Keistimewaannya bukan saja karena kekuatan sayapnya, yang memang dimilikinya karena "didikan" yang keras dan luar biasa, namun juga karena paruhnya yang kuat dan kokoh. Paruh rajawali amat kuat sehingga burung itu ditakuti dan disegani. Tapi, tahukah Anda apa yang terjadi dengan paruh rajawali setelah melewati tahun-tahun panjang? Paruh yang kuat itu bisa melapuk dan akhirnya tidak mampu lagi dipergunakan untuk memangsa hewan lain. Jika keadaan ini berjalan terus, tentu rajawali itu tidak akan memperoleh makanan dan akhirnya matilah ia. Itu sebabnya rajawali kemudian dengan sengaja mematahkan paruhnya itu ke cadas hingga hancur. Justru setelah paruh lamanya hancur, ia harus bertahan sejenak, dan kemudian tumbuhlah paruh yang baru dan kuat. Rajawali itu menjadi kuat kembali. Hanya dengan cara demikianlah ia bisa terus bertahan hidup lama. Pembaharuan juga bisa terjadi dalam kehidupan kita, dan itu dikerjakan langsung oleh Allah. Iman kita bisa saja menjadi rapuh karena berhenti dan tidak berkembang lagi. Namun, Allah senantiasa mengajar kita untuk mau dan mampu memperbaharui kehidupan iman kita, sehingga kita menjadi muda kembali, bertenaga dan dinamis. Bagaimana dengan kehidupan iman Anda? Adakah hal-hal yang rapuh dan berhenti karena tidak kita jaga dan kembangkan? Mintalah pada Tuhan agar Ia memperbaharui kita. Walau itu berarti "paruh iman" kita harus hancur ketika mengalami didikan Allah yang keras. Semua itu menghasilkan paruh baru yang muncul dari kehidupan iman kita yang kembali bergairah, hidup dan dinamis. Bersediakah Anda?

Ringkasan Khotbah Minggu, 29 Agustus ‘10

APAKAH TUHAN KAGUM TERHADAP KITA?
Lukas 7: 1-10

Yesus kagum kepada perwira Kapernaum, karena seorang perwira memperhatikan orang kecil, ia mempunyai seorang hamba yang sakit keras dan hampir mati, hamba itu sangat dihargainya. Perwira itu minta tolong kepada Yesus agar hambanya disembuhkan. Itu sebabnya Yesus kagum kepada perwira itu. Bukan hanya manusia kagum kepada Tuhan, tetapi buat Tuhan kagum dan heran kepada kita. Tuhan bisa kagum kepada kita, dengan cara:

1. Memperhatikan orang lain tanpa pandang bulu. Hal seperti inilah yang Yesus selalu ingat karena Tuhan Yesus juga berbuat demikian kepada semua orang. Yesus mati untuk semua manusia, menebus dosa-dosa manusia di atas kayu salib. Jika kita mau melakukan seperti apa yang perwira itu lakukan, sudah tentu Tuhan Yesus juga kagum kepada kita, sebab kita memperhatikan orang lain tanpa pandang bulu (Yak. 2: 1, 9). Hal demikian sama dengan mengasihi Yesus.

2. Memperhatikan rumah Tuhan. Diketahui perwira itu memperhatikan rumah Tuhan (ay. 4-5). Banyak orang datang ke gereja dan bertanya, “Apalagi gereja buat untuk saya” atau sebaliknya, “Apalagi yang saya buat untuk gereja”. Sesungguhnya orang-orang Kristen datang ke gereja bertanya, “Apalagi yang saya buat untuk gereja”. Pertanyaan menuju kepada motivasi orang-orang yang datang ke gereja. Kita harus memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Kasih itu tidak menuntut tapi memberi. Kita datang ke gereja harus memikirkan pekerjaan Tuhan (Mzm. 28:5) karena semuanya itu datang dari Tuhan.

3. Menghormati Tuhan Yesus. Datang ke rumah Tuhan (beribadah) haruslah dengan taat dan takut , rasa hormat kepada Tuhan. Janganlah datang hanya untuk tidur waktu khotbah, terima HP, omong-omong terus. Tuhan itu di atas segala-galanya yang harus dihormati (Kol. 1: 15-17).

4. Mempertaruhkan iman untuk Yesus. hidup ini harus mempertaruhkan iman untuk Tuhan. Seorang perwira mempertaruhkan nyawanya untuk hambanya (Luk. 7: 9-10). apa yang kita lakukan ada harga yang harus dibayar dan itu butuh pengorbanan. Jadikan hidup kita untuk Tuhan.

Marilah kita perhatikan hidup ini, karena hidup ini indah sebab Tuhan kagum kepada umatnya, bukan saja kita yang kagum kepada karya Allah. Amin

By: Pdt. Fifie Layantara - Minggu, 29 Agustus ‘10

Artikel

Tomat Beracun

Tahukah Anda, dulu orang Amerika sangat takut terhadap buah tomat, dan menganggapnya beracun serta tidak bisa dimakan, karena tomat masih sekeluarga dengan sejenis tumbuhan beracun. Namun tentu saja hal itu tidak berlangsung selamanya. Keadaan berubah setelah seorang dokter asal Virginia bernama dr. Siccary di tahun 1733 berani ‘menantang maut' dengan memakan beberapa buah tomat di depan orang banyak. Masyarakat Amerika kemudian menjadi percaya bahwa tomat tidak beracun dan bahkan memiliki rasa nikmat.

Di masa kini Amerika Serikat adalah produsen dan konsumen tomat terbesar di dunia. Dan hal ini terjadi hanya karena seorang dokter yang mengetahui sebuah kebenaran dan mengambil sebuah langkah yang berani untuk mematahkan paradigma berpikir sebuah generasi.

Hal yang sama ditunjukkan oleh Yesus. Untuk memproklamirkan kepada dunia bahwa Allah adalah kasih adanya dan salah satu kerinduan hati Allah yang terbesar adalah karya keselamatan, Yesus pun menyerahkan nyawanya untuk menunjukkan hal itu. Sebuah pengorbanan yang mengubahkan dunia ini dari generasi ke generasi, mengubahkan hidup milyaran manusia di dunia ini sepanjang masa.

Jangan takut untuk mengambil sebuah langkah besar bila memang itu diperlukan. Anda takkan bisa meloncati sebuah jurang dengan dua lompatan kecil. (David Llyoid George)