Ringkasan Khotbah Minggu, 17 April 2011

Yudas Menghianati Yesus
(Matius 26: 14-16)

Yudas adalah orang yang betul-betul sangat berbahagia. Mengapa? Salah satunya adalah Dia dipilih oleh Yesus sendiri, karena Yesus yang mencari murid-muridnya bukan mereka yang mencari Yesus. Mengapa Yudas sampai mengkhianati Kristus? Yudas yang mengalami semua ini selama 3,5 tahun ternyata hatinya belum pernah mengalami pertobatan sejati dan akhirnya berada di neraka selama-lamanya. Ini menjadi peringatan bagi kita, kalau hati kita belum sungguh-sungguh bertobat, lahir baru, maka betapa berbahayanya hidup kita. Tiga hal yang menyebabkan Yudas mengkhianati Yesus, ialah:

I. Karena Yudas cinta uang. Ia menukar Yesus dengan 30 keping perak. Cinta uang adalah hal yang begitu penting yang Alkitab seringkali peringatkan. Alkitab menyatakan bahwa pada akhir zaman banyak orang akan cinta uang. Kalau kasih objeknya tidak lagikepada Tuhan tetapi kepada uang maka itu menjadi dosa yang sangat yang besar. Janganlah kita mengejar uang karena pada akhirnya kita akan ditusuk dengan banyak paku yang memberikan penderitaan yang besar ketika hidup kita cinta uang.

II. Yudas salah berharap. Ia mengharapkan Yesus menjadi raja di dunia. Tetapi Yesus berkali-kali mengatakan bahwa diri-Nya akan menghancurkan kuasa yang lebih besar yaitu dosa, tetapi dengan cara ditangkap, dianiaya dan akan mati. Ini mungkin menjadi kebingungan bagi Yudas dan melihat bahwa Yesus yang semakin lama tidak kelihatan menjadi besar dan Yesus berulang kali mengatakan bawa diri-Nya akan mati, maka Yudas berpikir daripada ia tidak dapat apa-apa lebih baik dijual saja dan mendapatkan uang.

III. Yudas tidak mendengar perkataan Yesus dengan sungguh-sungguh. Murid-murid mengikuti Yesus dengan harapan yang salah, tetapi satu per satu mereka bersedia dikoreksi. Kecuali Yudas. Yudas sampai mati tidak mau dikoreksi kesalahannya dan tidak bertobat, ia hanya menyesali diri dan akhirnya menggantung dirinya. Yudas tidak sungguh-sungguh mendengar apa yang Tuhan Yesus katakan. Biarlah kita belajar untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Ketika Firman Tuhan datang, kita mulai dengan koreksi diri sendiri, bukan menunjuk orang lain. Amin

By: Pdt. Henoch Wilianto - Minggu, 17 April 2011