Ringkasan Khotbah Minggu, 03 Juli 2011

Tuhan adalah Gembalaku
(Mazmur 23: 1-6)

Seandainya kita hanya diberi satu kata untuk menggambarkan semua yang telah Tuhan lakukan dalam hidup kita, kira-kira kata apa yang paling tepat? Figur Tuhan sebagai apa yang kira-kira bisa menjadi rangkuman perjalanan hidup kita? Hari ini kita akan mempelajari ungkapan pengalaman pribadi seseorang dengan Tuhan. Perjalanan hidupnya telah membawa dia untuk mengakui bahwa Tuhan adalah gembala. Daud bisa mengalami Tuhan sebagai gembala karena hidupnya dimulai dengan Tuhan (ay. 1 - Tuhan adalah gembalaku) dan berujung pada Tuhan (ay. 6 - aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa). Menilik kedalaman nilai rohani yang terkandung dalam mazmur ini, mazmur ini tampaknya tidak ditulis oleh Daud ketika ia masih muda (masih menjadi gembala domba). Penulis mazmur ini tampaknya adalah seseorang yang telah melalui berbagai macam fase kehidupan. Kemungkinan besar mazmur ini ditulis ketika Daud melarikan diri ke padang karena dikejar-kejar Saul atau Absalom.

Apakah artinya kalau Tuhan sebagai gembala kita?
1. Sebagai gembala, Tuhan memberikan apa yang kita perlukan (ay. 1-3). Ketika ia mengibaratkan dirinya sebagai domba, Daud berkata takkan kekurangan aku di tangan Tuhan. Apa yang menjadi keperluannya disediakan Tuhan. Rumput yang hijau (pemeliharaan Tuhan tidak musiman; bukan kadang dipelihara – kadang tidak), air yang tenang (waters of rest), menyegarkan jiwaku (memulihkan jiwaku), memimpin ke jalan yang benar (walaupun itu harus melalui lembah kekelaman).
2. Sebagai gembala, Tuhan melindungi kita dalam masa yang sulit (ay. 4). Lembah kekelaman (“bayang-bayang kematian/salmawet “ atau “kegelapan yang paling dalam”/salmut); kita hanya melewati, bukan tinggal; Allah menjaga kita dengan gada dan tongkat.
3. Sebagai gembala, Tuhan memberikan sukacita (ay. 5). Dari metafora gembala, sekarang Daud sekarang beralih ke metafora lain, yaitu seorang raja yang menjamu undangannya. Ketika seorang raja yang mengadakan perjamuan, maka kata “minyak” dan “piala” melambangkan sukacita (Mzm. 104: 15; 2 Sam. 14:2). Pengalaman pribadi tersebut memberikan kepastian yang kuat bagi masa depan setiap orang yang menjadikan Tuhan sebagai yang awal dan yang utama: kita akan dikejar oleh berkat TUHAN seumur hidup kita (ay. 6a) dan kita akan tinggal dalam hadirat TUHAN seumur hidup kita (ay. 6b).


By: Gembala Sidang - Minggu, 03 Juli 2011