KOTBAH

SIKAP LEA
(Kejadian 29:16-30)

Dalam Kejadian 29:16-30 dikisahkan mengenai usaha Yakub untuk mendapatkan Rahel, Ia bekerja selama 7 tahun kepada Laban. Tetapi di malam pernikahan Yakub, yang diberikan oleh Laban adalah Lea bukan Rahel. Hal ini menyebabkan Yakub marah. Akhirmya Laban berjanji akan memberikan Rahel kepada Yakub setelah Yakub menggenapi 7 hari masa pernikahannya dengan Lea. Setelah Yakub mendapatkan Rahel, ia lebih cinta kepada Rahel dari pada Lea. Tetapi yang menarik, justru ada beberapa sikap Lea yang lebih elok atau lebih baik dibandingkan Rahel, yaitu:

1. Lea adalah seorang yang terus mengandalkan Tuhan dan bergantung kepada-Nya. Sekalipun ia berada di posisi yang tidak menyenangkan, tetapi ia senantiasa melibatkan Tuhan dalam hidupnya. Ini terlihat pada saat Lea mempunyai anak, ia menghubungkan nama anak-anaknya dengan Tuhan (Kej 29: 32-35; 30: 14-18, 20). Seringkali hidup kita berada di tempat yang tidak menyenangkan, tetapi kita harus selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup kita. Pada saat kita mengandalkan Tuhan, maka Tuhan akan menjadikan segalanya baik adanya. Hal yang terbaik yang diadakan Tuhan bagi Lea adalah Tuhan memakai keturunan Yehuda, anak dari Lea sebagai jalur lahirnya Tuhan kita, Yesus Kristus.

2. Lea selalu percaya yang baik itu pasti akan datang. Ia selalu percaya bahwa akan ada suatu perubahan dalam hidupnya. Dalam pemberian nama anak-anaknya terlihat adanya suatu peningkatan rasa percaya. Dalam Kejadian 30:13 Lea memberi nama anaknya dengan mengatakan bahwa ia merupakan perempuan yang berbahagia. Tetapi pada kenyataannya hidup Lea sesungguhnya tidak berbahagia. Karena ia tidak dicintai oleh suaminya. Dalam menghadapi kehidupan ini kita harus memiliki sikap yang tidak mudah menyerah dan percaya bahwa suatu kali sesuatu yang baik akan datang. Kita harus menaruh harapan yang baik atas masa depan kita.

3. Lea menjalani hidupnya dengan penuh ucapan syukur. Apa pun yang orang lain perbuat kepadanya, ia tidak peduli. Ia tetap mengucap syukur. Setiap kita ini unik dan tidak ada yang sama satu dengan yang lain. Bahkan seorang saudara kembar tidak ada yang sama. Kita harus selalu mengucap syukur bagi keadaan kita. Amin

By: Pdt. Gideon L. Sugiarto - Minggu, 10 Agust 2008