ARTIKEL

TUHAN YANG NO. 1

Hari-hari sekarang ini banyak keluarga-keluarga yang menomor satukan uang. Sehingga yang terjadi adalah keluarga-keluarga tidak mempunyai waktu lagi untuk keluarga mereka, karena sehari-hari sibuk mencari uang, sibuk membangun karir, sibuk dengan bisnisnya. Dalam hal ini mencari uang bukanlah salah namun yang salah adalah jika uang menjadi dasar dari segala-galanya, sebab alkitab berkata “akar” dari segala kejahatan adalah cinta akan uang.

Dalam 2 raja-raja 4:8-37 menceritakan seorang perempuan di sunem yang baru mendapatkan seorang anak lalu beberapa tahun kemudian meninggal namun perumpuan ini tetap tenang dalam menghadapi permasalahan ini mengapa? Karena ia lebih dulu menomor satukan Tuhan sebelum masalah itu datang.
Ada banyak keluarga Kristen memulai persekutuan doa di rumahnya atau ibadah di rumahnya setelah masalah terjadi dalam keluarga mereka. Ketika pasangan selingkuh, anak narkoba, kehilangan pekerjaan barulah mengundang Tuhan dalam hidupnya atau setelah ‘badai’ datang menerpa barulah Tuhan di nomor satukan. Tidaklah demikian dengan perempuan sunem itu sebelum masalah datang ia telah lebih dulu ‘mengundang’ Tuhan dalam hidupnya.

Ada beberapa hal baik yang akan terjadi bila kita mendahulukan Tuhan dalam hidup ini;

1. Terjalin komunikasi yang baik antara suami dan istri.
2. Ada sukacita untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan.
3. Tidak mempersoalkan masalah.
4. Akan menjadi keluarga yang tulus.
5. Pasti percaya akan kuasa Allah.
6. Pikiran dan perkataan kita menjadi positif.
7. Menjadi orang dapat di pertcaya.

Keluarga merupakan pilar penting dalam kehidupan ini dan keluarga yang kokoh adalah keluarga yang menomor satukan Tuhan. Oleh karena itu jadilah orang yang menomor satukan Tuhan dalam keluarga karena keselamatan, berkat, damai, sejahtera serta ketenangan ada di dalam-Nya. Sehingga keluarga kita menjadi keluarga-keluarga yang mampu menang terhadap masalah.



JUST DO IT!

Untuk menjadi seorang entrepreneur sejati, kita harus memiliki keberanian untuk melangkah. Tanpa keberanian untuk melangkah, mimpi yang besar, strategi yang sangat bagus, bahkan perencanaan yang sangat sempurna akan menjadi sia-sia. Memang kadangkala kita takut jika sudah diperhadapkan dengan sejumlah resiko yang bakal kita alami. Bagaimana kalau nanti gagal? Bagaimana kalau responnya sangat buruk? Bagaimana kalau keadaan tidak menjadi baik?
Ingatlah bahwa hidup memang mengandung resiko, dan prinsipnya adalah seperti ini: lebih baik mencoba dan gagal daripada tidak melakukan apa-apa sama sekali. Untuk menggambarkan pentingnya sebuah action, kita bisa belajar dari illustrasi bagaimana caranya orang belajar renang. Untuk bisa berenang, belajar teori memang perlu. Namun hal itu belumlah cukup. Menguasai teori bagaimana berenang, bukan berarti kita sudah bisa berenang. Lalu apa yang harus kita lakukan supaya kita bisa berenang? Tidak ada pilihan lain kecuali kita harus berani menceburkan diri di kolam renang dan mulai bergerak. Memang ada kalanya kita tenggelam, bahkan kemasukan air. Itu bagian dari resiko yang harus kita ambil. Percayalah dengan berani bayar harga berupa beberapa teguk air kolam dan upaya yang kuat untuk bisa berenang akan membuat kita benar-benar bisa berenang.
Just do it, miracle happen! Lakukanlah, dan mujizat akan terjadi! Sepanjang saya membaca kisah-kisah mujizat di dalam Alkitab, itu semua selalu diawali dengan keberanian untuk melangkah. Ketika Musa mengulurkan tongkatnya ke atas laut Kolsom, mujizat terjadi. Ketika Yosua mulai melangkahkan kakinya ke atas sungai Yordan, mujizat terjadi. Ketika Naaman mulai melangkah ke sungai Yordan dan membenamkan dirinya, mujizat terjadi. Ketika Petrus berani melangkah di atas air, mujizat terjadi! Demikian juga di saat kita berani untuk melangkah dalam pekerjaan kita, mujizat juga akan terjadi! Jiwa seorang entrepreneur sejati adalah keberanian yang dipimpin oleh hikmat.
Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. (Matius 14:29)
Milikilah keberanian
yang dipimpin
oleh hikmat