KOTBAH

MEMBANGUN RUMAH ROHANI
(Lukas 6:47-49)

Tantangan dan kesulitan terbesar manusia dewasa ini adalah manusia tidak mau mendengarkan orang lain. Banyak orang mengalami kesepian ditengah-tengah ramainya manusia karena tidak ada orang yang mau mendengarkan dirinya. Banyak orang masuk rumah sakit jiwa karena tidak pernah ada orang yang mau mendengarkan perkataannya. Bahkan banyak orang salah memahami Tuhan Yesus karena tidak mau mendengarkan perkataan-perkataan-Nya. Itu sebabnya, Langkah pertama yang sangat penting dalam kehidupan Kristen adalah menyediakan diri untuk mendengarkan kata-kata Tuhan Yesus. Kita dapat mendengarkan kata-kata-Nya dengan membaca Firman Tuhan dan mengijinkan Ia berbicara kepada kita. Semakin sering kita mendengar suara-Nya, semakin tajam telinga rohani kita.

Kedua, Tuhan Yesus menghendaki agar kita melakukan apa yang kita dengarkan dari Firman Tuhan. Betapapun indah dan dalamnya Firman Tuhan kalau hanya didengarkan saja, tidak ada gunanya!!! Pengetahuan apapun hanya akan menjadi relevan jika diterapkan dalam perbuatan nyata. Contoh: Tidak ada gunanya orang datang ke dokter, kalau orang itu tidak mau mendengarkan dan melakukan kata-kata dokter itu. Tidak ada gunanya orang pergi ke para ahli, jika ia tidak mau mendengarkan dan melakukan apa yang dikatakan para ahli tersebut.

Tetapi ternyata ada banyak orang mendengar ajaran dan perkataan Yesus tiap minggu, bahkan mempunyai pengetahuan yang baik tentang ajaran Yesus, tetapi tidak pernah berusaha untuk memberlakukannya di dalam kehidupan nyatanya setiap hari. Tuhan Yesus menyamakan orang itu seperti membangun rumah di atas pasir!!!

Mengapa ada orang mau membangun rumah di atas pasir?
1. Ia tidak mau bekerja keras, mau gampangnya saja. Orang-orang yang demikian hanya ingin jalan pintas saja. Memang lebih mudah mengikuti jalan kita sendiri dari pada jalannya Tuhan Yesus. Tapi ingat, ada jalan yang disangka orang lurus tetapi ujungnya menuju maut.
2. Ia mau rumah itu cepat jadi. Ini menandakan orang tersebut dalam melakukan sesuatu selalu tergesa-gesa. Dalam kehidupan kekristenan tidak ada Kristen INSTAN. Untuk menjadi orang seperti Musa dibutuhkan waktu 80 tahun.
3. Ia berpikiran pendek. Pandangan dan wawasannya sempit. Ini merupakan perwujudan dari kekristenan yang mementingkan ’daging’. Pada dasarnya tidak ada kemuliaan dan mahkota tanpa salib. Daging selalu maunya enak dan menangnya sendiri.

Ketaatanlah yang membedakan orang kristen yang asli dengan orang kristen yang palsu. Jangan menjadi orang Kristen yang tidak taat. Pengakuan tentang ke-Tuhan-an Yesus itu bagus, belajar Firman Tuhan itu bagus, tetapi semua itu harus disertai dengan ketaatan pada Firman Tuhan. Amin

By. Pdt. Henoch Wilianto - Minggu, 19 Okt 2008