RH Sabtu 2 Januari 2010

Sabtu, 02 Januari 2010

Dibuang Sayang (1 Korintus 9: 19-27) Di meja kerja saya ada sebuah “kotak dibuang sayang”. Di dalamnya saya taruh banyak pena yang sudah tidak berfungsi lagi. Mau dibuang sayang, sebab banyak di antaranya merupakan hadiah dari para sahabat. Pena-pena itu masih indah dipajang. Lagipula punya nilai sejarah. Jadi, saya biarkan saja mereka di sana bertahun-tahun. Tidak bisa lagi dipakai. Sudah didiskualifikasi.

Rasul Paulus tidak mau dirinya kelak menjadi seperti pena pajangan. Ia tidak mau dirinya nanti “ditolak” Tuhan. Dipandang tidak layak lagi dipakai sebagai alat-Nya. Itu bisa terjadi jika ia terjebak dalam kenikmatan hidup. Sebagai pemimpin jemaat, ia memiliki banyak hak, kuasa, dan fasilitas (1 Korintus 9:1-6,15,19). Jika semua itu yang dipentingkan, ia akan kehilangan orientasi kepada Tuhan. Jika seorang kristiani tak lagi dapat berfungsi sebagai garam dan terang, ia laksana pena pajangan yang telah kehilangan fungsinya. Maka, jangan biarkan diri terjebak dalam kenikmatan hak, kuasa, dan fasilitas, sampai-sampai kita hanya sibuk untuk diri sendiri. Mari belajar mengosongkan diri, supaya Tuhan dapat efektif memakai kita sebagai hamba-Nya. Jangan sampai kita didiskualifikasi.